Farabi (ISSN 1907-0993; E-ISSN: 2442-8264) is an academic journal published by the Faculty of Ushuluddin and Dakwah, IAIN Sultan Amai Gorontalo, INDONESIA. Farabi is an academic journal published twice a year (every six months, ie Juni and December). Farabi Journal had been indexed by DOAJ, GOOGLE SCHOLAR, MORAREF, and IPI. This journal focuses on Ushuluddin and Islamic Thought. Farabi journal is open to contributions of experts from related disciplines. Supervisors: Ahmad Khoirul Fata Address: Jurnal Farabi Fak Ushuluddin & Dakwah IAIN Sultan Amai Gorontalo Jl Gelatik 1 Kota Gorontalo
This study focused on the validity of hadith in the view of Shia, which during this portion of th... more This study focused on the validity of hadith in the view of Shia, which during this portion of the discussion of hadith more in Sunni view. It is important to be studied further to enrich the scientific insights in the field of hadith that is not rigid in the face of difference. In view of Shia the hadith transmission is restricted on a track history of ahl al-bait or priest Ma'shum, and this criterion is one of the requirements for an authentic hadith assessed from the aspect sanad. In the aspect of honor, the validity of tradition criteria not mentioned explicitly by the Shiites, they just make the benchmark validity honor on the basis of conformity with the Qur'an, and not in conflict with the other authentic tradition. Penelitian ini difokuskan pada kriteria keshahihan hadis dalam pandangan Syiah, yang selama ini porsi pembahasan keshahihan hadis lebih banyak mengkaji pandangan Sunni. Hal ini penting dikaji untuk lebih memperkaya wawasan keilmuan dalam bidang hadis sehingga tidak kaku dalam menghadapi perbedaan. Dalam pandangan Syiah, periwayatan hadis dibatasi pada jalur riwayat ahl al-bait atau imam yang ma'shum, dan kriteria ini merupakan salah satu syarat agar sebuah hadis dinilai shahih dari aspek sanad. Dalam aspek matan, kriteria keshahihan hadis tidak disebutkan secara eksplisit oleh kalangan Syiah, mereka hanya membuat tolak ukur keshahihan matan dengan berdasar pada kesesuaian dengan al-Qur'an, serta tidak bertentangan dengan hadis shahih yang lainnya. Kata Kunci: Syiah, keshahihan hadis, sanad, matan.
Abstrak The development of science is a complex process of individual creativity. Because of that... more Abstrak The development of science is a complex process of individual creativity. Because of that science should not be described or regulated by any form of regulation or legal system. To resist attempts to curb the science in formal and rigid forms, Paul Feyerabend offers two things, namely that replicates the principles and the principle of anything goes. The principle of the development means, we do not work in a system of thought life forms and the single institutional framework. Instead, we should put pluralism as a theory and methodology, systems of thought and forms of life within the institutional framework. And the principle of freedom anything goes (anything goes), means freeing all forms of a trip is, without much bound by a system. Feyerabend thought it quite well practiced in religious studies because they could create an understanding that is not stuck to the approach dogmatic and ideological. The plurality of approaches when assessing religions is richness to create a wide variety of religious studies approaches. Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan proses kreativitas individual yang kompleks. Karena itu ilmu pengetahuan tidak boleh diterangkan atau pun diatur oleh segala macam bentuk peraturan maupun sistem hukum yang berlaku. Untuk melawan upaya mengkooptasikan ilmu pengetahuan dalam bentuk-bentuk baku yang formal dan rigid, Paul Fayerabend menawarkan dua hal, yaitu prinsip pengembangbiakkan dan prinsip apa saja boleh. Prinsip pengembangan maksudnya, kita tidak bekerja dalam suatu sistem pemikiran bentuk-bentuk kehidupan dan kerangka institusional yang tunggal. Tetapi sebaliknya, kita seharusnya menempatkan pluralisme sebuah teori dan metodologi, sistem-sistem pemikiran dan bentuk-bentuk kehidupan dalam kerangka institusional. Dan Prinsip kebebasan apa saja boleh (anything goes), maksudnya membebaskan segala bentuk sebuah perjalanan apa adanya, dengan tanpa banyak terikat oleh sebuah sistem. Pemikiran Fayerabend ini cukup baik dipraktikkan dalam studi agama karena dapat melahirkan pemahaman yang tidak terjebak pada pendekatan yang bersifat dogmatis dan 176
The backwardness of Muslims civilization today support to reflection in an attempt to find a way ... more The backwardness of Muslims civilization today support to reflection in an attempt to find a way towards a revival. One was taken to the efforts is reinterpretation of Islamic texts (Koran) in accordance with the spirit of this time. Efforts are being made to the hermeneutic method is commonly called contextualization, complement some of the approaches that have been there before. In this paper the authors conclude that the tradition of critical thinking, creative and innovative to do with getting rid of prejudice and negative assumptions, and rationality. Therefore, efforts to understand the Qur'an with various new methodological approaches should be developed and should not stop at one point. Ketertinggalan peradaban umat Islam saat ini melahirkan refleksi diri sebagai upaya mencari jalan menuju kebangkitan kembali. Salah satunya ditempuh dengan upaya penafsiran kembali teks-teks keislaman (al-Qur'an) sesuai dengan spirit zamannya. Upaya yang dilakukan dengan metode hermeneutika ini biasa disebut dengan kontekstualisasi, melengkapi beberapa pendekatan yang telah ada sebelumnya. Dalam tulisan ini penulis menyimpulkan bahwa tradisi berpikir kritis, kreatif, dan inovatif harus dilakukan dengan menyingkirkan pra-anggapan dan asumsi negatif, serta mengedepankan rasionalitas. Oleh karena itu, usaha memahami al-Qur'an dengan pelbagai pendekatan metodologi baru harus selalu dikembangkan dan tidak boleh berhenti pada satu titik.
Communication as the process of delivering a message from the communicator to communicant through... more Communication as the process of delivering a message from the communicator to communicant through media and produce effect, raises questions related to human communication made with God by naked eye can not see. This paper discusses the transcendental communication, ie communication that occurs between man and God. In this paper stated that all communication elements exist in communication between man and God. Source of communication or communicators consisted of God and man. The message in the form of verses of God through the Qur'an and pray, remembrance delivered man to God. The line is the Qur'an serve as channels of God's messages and intra channel's private. Receiver or communicant basically the same as the source or communicator. And feedback effects expected in this transcendental communication is a human being should do what he was told and stay away from what is forbidden. Effects can also be granted the praying, inner peace, or can occupy heaven in the hereafter. While the models of communication that could be in line with the communication process is the Model SR transcendental, Aristotle Model, and Model of Lasswell. Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menghasilkan efek, melahirkan pertanyaan terkait dengan komunikasi yang dilakukan manusia dengan Allah yang secara kasat mata tidak dapat dilihat. Tulisan ini membahas komunikasi transendental, yaitu komunikasi yang terjadi antara manusia dengan Tuhannya. Dalam tulisan ini dikemukakan bahwa semua unsur-unsur komunikasi ada dalam komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Sumber komunikasi atau komunikator terdiri dari Allah dan manusia. Pesannya berupa ayat-ayat Allah lewat al-Qur'an dan doa, zikir yang disampaikan manusia kepada Allah. Salurannya adalah al-Qur'an berfungsi menjadi saluran dari pesan-pesan Allah dan saluran intra pribad. Penerima atau komunikan pada dasarnya sama dengan sumber atau komunikator. Efek dan umpan balik yang diharapkan dalam komunikasi transendental ini adalah manusia harus melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Efek juga bisa berupa terkabulnya doa sang hamba, ketenangan batin, atau bisa menempati surga di akhirat. Sementara model-model komunikasi yang bisa sejalan dengan proses komunikasi transendental adalah Model S-R, Model Aristoteles, dan Model Lasswell.
Perbedaan mendasar antara kitab-kitab sirah dengan kitab karangan Imam Baihaqi berjudul " Dalai'i... more Perbedaan mendasar antara kitab-kitab sirah dengan kitab karangan Imam Baihaqi berjudul " Dalai'il Nubuwah " adalah bahwa sesungguhnya kitab sirah membahas sejarah hidup Nabi Saw dari sebelum kelahirannya hingga masa meninggalnya. Sementara kitab " Dala'il Nubuwah " menetikberatkan pada peristiwa-peristiwa tertentu yang memperkuat pengutusan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul. Kitab Dala'il juga dikenal dan diterima secara luas sebagai rujukan karena dalam membahas peristiwa-peristiwa tersebut selalu disertai dengan sanad. Inilah yang membedakan kitab tersebut dengan kitab-kitab lainnya.
This article discusses one of interpretation styles of the Koran that is quite unique, the Sufi i... more This article discusses one of interpretation styles of the Koran that is quite unique, the Sufi interpretation. As one of the traditions that become an integral part of the history of Islamic civilization, tasawwuf or sufism, which widely became popular in the Islamic community in the 4th century AH / 10 AD, in turn, are also in contact with the Koran as the main source text in Islam from which is born of a chain of civilization. In particular, this paper will briefly review some of the major themes of the Sufi interpretation, including Sufism contact with the Koran, the early appearance of Sufi interpretation, development, and several major hermeneutical constructions that underlie the Sufi style interpretation. Tulisan ini membincang salah satu corak tafsir al-Qur'an yang cukup unik, yaitu tafsir sufistik. Sebagai salah satu tradisi yang menjadi bagian integral dari sejarah peradaban Islam, tasawwuf atau sufisme, yang secara luas mulai populer dalam masyarakat Islam pada abad ke-4 H/10 M., pada gilirannya juga bersentuhan dengan al-Qur'an sebagai teks induk dalam Islam yang darinya lahir sebuah mata rantai peradaban. Secara khusus, tulisan ini akan mengulas secara singkat beberapa tema penting dalam tafsir sufistik, mencakup kontak sufisme dengan al-Qur'an, awal kemunculan tafsir sufistik, perkembangan, dan beberapa konstruksi hermeneutis utama yang menjadi landasan dalam tafsir corak sufistik.
In the perspective of humanistic psychology, personality development is implemented through self-... more In the perspective of humanistic psychology, personality development is implemented through self-actualization and peak experiences. Self-actualization is a form of actualizing one's passion in line with expectations and potential. While the peak experience is the culmination of the development of man himself when he has found himself at the peak of development using the entire faculty. For humanistic psychology, the whole development of the human personality rests on the willingness of a person itself and has nothing to do with religion or God. In this context, Said Nursi presents a different perspective. According to Nursi, the development of human personality have to rely on the realm of faith in God. Because faith is a sacred relationship between man and God that became the basis of his spiritual personality development. Similarly, because the human being as a comprehensive mirror that can reflect names of God, the spiritual development of the human personality can be actualized with names of God manifestation. Therefore, this article discusses the development of personality in perspective Said Nursi, which is based on the Quran and Sunnah. Dalam perspektif psikologi humanistik, perkembangan kepribadian diimplementasikan melalui aktualisasi diri dan pengalaman puncak. Aktualisasi diri merupakan wujud aktualisasi gairah seseorang yang sesuai dengan harapan dan potensinya. Sementara pengalaman puncak merupakan kulminasi perkembangan diri seorang manusia ketika ia telah menemukan puncak perkembangan dirinya dengan menggunakan seluruh fakultasnya. Bagi psikologi humanistik, seluruh perkembangan kepribadian manusia berpijak pada kemauan seseorang itu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan suatu agama atau Tuhan. Dalam konteks ini, Said Nursi menyuguhkan perspektif yang berbeda. Menurut Nursi, perkembangan kepribadian manusia harus bersandar pada ranah keimanan kepada Tuhan. Sebab keimanan merupakan sebuah hubungan sakral antara seorang manusia dengan Tuhannya yang menjadi basis perkembangan kepribadian spiritualnya. Demikian pula, karena manusia sebagai cermin komprehensif yang mampu merefleksikan asma-asma 87
Living hadith is the sunnah of the Prophet who freely interpreted by scholars, rulers and judges ... more Living hadith is the sunnah of the Prophet who freely interpreted by scholars, rulers and judges according to their situation, or also known as the "living sunnah". There are three models of living sunnah are traditions of writing, oral traditions and tradition of practices. This paper take the focus living oral tradition that comes with practice run of Muslims. The research in this paper is the literature research as it relates to issues raised by the researchers is living oral traditions related to the theory into practice yet. In this paper the authors are many examples related to living oral tradition by providing a variety of religious propositions as the foundation of normative for the living traditions of the Muslim community in Indonesia. Living hadis adalah sunnah Nabi yang secara bebas ditafsirkan oleh para ulama, penguasa dan hakim sesuai dengan situasi yang mereka hadapi, atau disebut juga sebagai " sunnah yang hidup ". Ada tiga model living hadis yaitu tradisi tulisan, tradisi lisan dan tradisi praktik. Tulisan ini mengambil fokus living hadis lisan yang muncul seiring dengan praktik yang dijalankan umat Islam. Penelitian dalam tulisan ini merupakan penelitian pustaka karena terkait dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah living hadis lisan yang berkaitan dengan teori belum ke praktiknya. Dalam tulisan ini penulis banyak contoh-contoh yang terkait dengan living hadis lisan dengan memberikan berbagai dalil-dalil keagamaan sebagai landasan normatif tradisi yang hidup di masyarakat Muslim Indonesia. Kata Kunci: Living Hadis Pendahuluan Kajian " living hadis " tampaknya belum begitu mendapat perhatian di lingkungan masyarakat akademis, terutama STAIN/IAIN/UIN dan kampus-kampus Islam lainnya. Kajian-kajian akademik Mahasiswa jurusan Tafsir Hadis di UIN Sunan Kalijaga lebih banyak menekankan pada kajian-kajian teks, baik 72
Gus Dur is a controversial and inspirational figure who has contributed brilliant ideas to religi... more Gus Dur is a controversial and inspirational figure who has contributed brilliant ideas to religious life and nationality. To manifest religious life were fair and peaceful, the tap religion should be opened as wide as each religion entitled to the recognition of the country; Pluralism is a guarantee for every Indonesian to worship according to their religion or belief peacefully; In addition, the indigenization and contextualization of Islam, appreciate the culture and creativity of the nation itself. Indonesian Islam has own repertoire in appreciating the teachings of religion. In the context of a state, an ideology that can be accepted by all components of the nation and ensure the rights of all citizens is Pancasila; Furthermore, Democracy must be fought systemic and cultural continuously without radicalism. Gus Dur merupakan tokoh kontroversial dan inspiratif yang telah menyumbangkan ide-ide cemerlangnya dalam konteks kehidupan keberagamaan dan kebangsaan. Menurutnya untuk mewujudkan kehidupan keberagamaan yang adil dan damai, maka keran agama harus dibuka selebar-lebarnya sebab setiap agama berhak mendapatkan pengakuan dari negara; Pluralisme adalah jaminan bagi setiap warga Indonesia untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya dengan rasa aman; Selain itu, pribumisasi dan Indonesianisasi adalah upaya kontekstualisasi ajaran Islam, menghargai hasil budaya dan kreatifitas bangsa sendiri. Islam Indonesia memiliki khasanah tersendiri dalam mengapresiasi ajaran agama. Dalam kontek kenegaraan, ideologi yang dapat diterima oleh seluruh komponen bangsa dan menjamin hak seluruh warga negara adalah ideologi Pancasila; selanjutnya, demokratisasi adalah kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Demokrasi harus diperjuangkan sistemik, kultural dan kontinyu tanpa radikalisme. Kata Kunci Pluralisme, pribumisasi, pancasila, dan demokrasi 50
The forms of Islamic thought can be divided into three parts: traditional, modern, and contempora... more The forms of Islamic thought can be divided into three parts: traditional, modern, and contemporary. In general, Islamic thought patterned are dialectic (jadali), demonstrative (Burhani), intuitive (Irfani), and theosophy (wisdom, also called hikmah muta'aliyah). This paper will examine the figure of Muhammad Iqbal, one of the phenomenal modern Muslim thinkers. He has reconstructed a building of Islamic philosophy which can be equipped to individual Muslims in anticipation of Western civilization materialistic or fatalistic Eastern tradition. Philosophy of Khudi and devinity metaphysics of Iqbal able to combine rationalism, empiricism and intuitive that had been considered separate and contradictory. Bentuk pemikiran Islam dapat dibagi menjadi pada tiga bagian: tradisional, modern, dan kontemporer. Secara umum pemikiran Islam bercorak dialektik (jadali), demonstratif (burhani), intuitif (irfani), dan teosofi (hikmah) yang menggabungkan sumber dan metode (nalar intelektual) sebelumnya (juga disebut hikmah muta'aliyah). Tulisan ini akan mengkaji sosok Muhammad Iqbal, salah satu pemikir Muslim modern yang sangat fenomenal. Ia telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat menjadi bekal kepada individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Filsafat Khudi dan metafisika ketuhanan Iqbal mampu menyatukan rasionalisme, empirisme, dan intuitifme yang selama ini dianggap terpisah dan bertentangan.
Abstrak Koran presented a challenge to everyone who doubted it to create something like the Koran... more Abstrak Koran presented a challenge to everyone who doubted it to create something like the Koran. This challenge applies without any time limit. Therefore, the miracle of the Qur'an valid today. This article reinforces the argument that one of the authenticity of the Koran is the Koran's ability to survive throughout the centuries without any editorial changes even one letter. Metaphysical assurances given by God proved because until now no one was able to disrupt the contents of the Koran by changing the wording. Instead of editorial changes, changes in vowel or the letter will soon be known because so many Muslims in this world for generations who memorized the Koran. Moreover, with the printing and computerized systems today will further ensure the integrity and preservation of the Koran. Al-Qur'an memberikan tantangan kepada setiap orang yang meragukannya untuk membuat sesuatu semacam al-Qur'an. tantangan ini berlaku tanpa ada batas waktu. Karena itu, kemukjizatan al-Qur'an berlaku sampai sekarang. Tulisan ini memperkuat argumen bahwa salah satu keotentikan al-Qur'an adalah kemampuan al-Qur'an bertahan selama berabad-abad tanpa adanya perubahan redaksi walau satu huruf. Jaminan metafisis yang diberikan oleh Tuhan ternyata terbukti karena hingga sekarang tak seorang pun yang mampu untuk mengacaukan isi al-Qur'an dengan mengubah redaksinya. Jangankan perubahan redaksi, perubahan harakat atau huruf pun akan segera diketahui karena begitu banyak orang Islam di dunia ini dari generasi ke generasi yang menghafal al-Qur'an. Apalagi dengan sistem percetakan dan komputerisasi dewasa ini akan semakin menjamin keutuhan dan kelestarian al-Qur'an. Kata Kunci: Mukjizat, al-Qur'an 35
The media plays an important role in the process of socio-cultural change in the community. With ... more The media plays an important role in the process of socio-cultural change in the community. With the support of technology, media has helped to break the distance between macro-social and micro-social also between macro-cultural and micro-cultural. Media brings the themes of the public to the private sphere where it entered and affected by the condition, orientation and local customs. This paper attempts to examine how the role of the media in the process of social and cultural changes in society. It can be concluded, that the role of the media lies in the ability to embed the pictures in our heads, underlie responsiveness and public attitudes toward various social objects. Media memainkan peran penting dalam proses perubahan sosial-budaya dalam masyarakat. Dengan dukungan teknologi, media telah membantu mematahkan jarak antara makrososial dan mikrososial juga antara makrobudaya dan mikrobudaya. Media membawa tema-tema publik ke dalam lingkungan privat tempat ia memasuki dan dipengaruhi oleh kondisi, orientasi dan kebiasaan lokal. Tulisan ini mencoba mengkaji bagaimana peran media dalam proses perubahan sosial dan budaya di masyarakat. Dapat disimpulkan, peran tersebut terletak pada kemampuan media dalam menanamkan the pictures in our heads, mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai obyek sosial. Kata Kunci: Media, Perubahan Sosial, Perubahan Budaya PENDAHULUAN Perubahan teknologi menempatkan komunikasi di garda paling depan dari perubahan sosial. Dalam konteks mediasi teknologi media berperan dalam membentuk cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Teknologi media, layaknya sebuah struktur, membatasi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh manusia. Ini terjadi tak lain karena tiap medium memiliki kemampuan teknis yang berbeda dalam menyampaikan teks, suara atau gambar. Media memiliki implikasi pada keseimbangan penggunaan indra manusia. Misalnya media cetak yang hanya bisa menyampaikan teks dan 20
This article will discuss the interpretation of the Qur'anic verses in Harian Bangsa newspaper, s... more This article will discuss the interpretation of the Qur'anic verses in Harian Bangsa newspaper, specifically appeared in rubric of " Tafsir al-Qur'an Aktual. " The article includes themes in Desember 2014 and Januari 2015 only. From the explanation of Qur'anic exegesis appeared in the media, this article will discuss about the values contained to inform the religious teaching with comparing between Qur'an's exegesis the earliest issues. The analysis shows that indeed the content of Tafsir al-Qur'an Aktual rubric is more oriented on the social religious. Tulisan ini akan membahas mengenai penafsiran-penafsiran ayat al-Qur'an yang ada dalam Koran Harian Bangsa rubrik Tafsir al-Qur'an Aktual. Tidak semua tema dibahas dalam tulisan ini, akan tetapi hanya tema-tema yang dimuat pada edisi bulan Desember 2014 dan Januari 2015. Dari pemaparan tafsir al-Qur'an yang ditampilkan di media, maka penulis akan membahas mengenai nilai-nilai dan bentuk media dalam menyampaikan pesan al-Qur'an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tulisan dalam rubrik tersebut bertujuan untuk menginformasikan ajaran-ajaran agama dengan mengkontekstualisasikan penafsiran dengan isu-isu yang ada. Uraiannya menunjukkan bahwa isi tulisan dalam rubrik tafsir aktual berorientasi pada sosio-religius.
Abstrak Makalah ini adalah respon terhadap fenomena yang akhir-akhir ini hadir di hadapan publik.... more Abstrak Makalah ini adalah respon terhadap fenomena yang akhir-akhir ini hadir di hadapan publik. Adalah dua komunitas berjilbab yang dianggap saling bertentangan. Satu komunitas dengan gerakan membudayakan jilbab fashionable namun tetap tertutup, sementara komunitas kedua melalui media sosial menampilkan cara berjilbab yang juga fashionable namun masih menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu. Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan kedua fenomena komunitas berjilbab tersebut. Metode penulisan menggunakan pendekatan fenomenologi dengan landasan Q.S. al-Ahzab: 59 dan Q.S. An-Nur: 31. Merujuk pada sikap Buya Hamka yang bijaksana dan sabar menghadapi wanita yang telah berniat baik untuk menutup aurat, penulis berkesimpulan bahwa fenomena jilboobs community adalah evolusi berjilbab secara syar'i. Kata Kunci: Jilbab, komunitas, fashionable A. PENDAHULUAN Dewasa ini, jilbab bukan lagi merupakan salah satu simbol ketaatan bagi seorang muslimah terhadap syari'at agama Islam, tetapi telah bergeser menjadi simbol gaya hidup berbusana yang modis dan stylis. Jika jilbab dalam Islam dimaknai sebagai ketaatan untuk berpakaian dengan pakaian yang menutup seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, tetapi jilbab dalam dunia fashion dimaknai sebagai gaya hidup yang menunjukkan keanggunan kaum perempuan. Dalam pandangan ini, sebagian tetap memperhatikan faktor yang dapat menutup aurat sementara sebagian lagi belum sampai pada keyakinan itu. Kedua kasus ini ditunjukkan dengan kemunculan komunitas-komunitas yang berlabel jilbab, di satu sisi komunitas dengan jilbab yang modis tetapi sesuai syar'i, sementara pada sisi yang lain muncul pula komunitas yang berjilbab tetapi masih menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu. Inilah yang menjadi bahasan dalam makalah ini; fenomena komunitas berjilbab antara ketaatan dan fashion; dimulai dengan memaparkan
Abstrak Setiap agama mengandung ajaran " keselamatan dan penghargaan yang tinggi terhadap sesama ... more Abstrak Setiap agama mengandung ajaran " keselamatan dan penghargaan yang tinggi terhadap sesama manusia ". Ajaran agama tersebut memiliki peran yang signifan dalam membentuk prilaku penganutnya, tetapi dalam realitasnya tingkat pemahaman keagamaan yang berbeda terkadang menjadi pemicu konflik agama, walaupun agama bukanlah satu-satunya pemicu konflik di Indonesia. Untuk itu, penting untuk mengembalikan makna agama sebagai " jalan keselamatan " , mempertimbangkan penghapusan term agama samawi (langit) vs. wadh'i (bumi), term agama resmi negara vs. agama non-resmi negara, penguatan dialog dan kerja sama antar pemeluk agama, dan menggagas pendidikan berbasis perdamaian, sebagai alternatif solusi konflik agama di Indonesia. Tidak dinafikan pula pentingnya memaksimalkan peran seluruh komponen bangsa dalam mengantisipasi dan menyelesaikan konflik agama di Indonesia.
This research is the study of library research which raised the criticism of al-Ghazālī against t... more This research is the study of library research which raised the criticism of al-Ghazālī against the muslim philosophers in Tahāfut al-Falāsifah. And in this paper there are two questions; first, what is the purpose of al-Ghazālī in writing the Tahāfut al-Falāsifah? Second, Is it true that this work is representation of the conflict between philosophy and dogma; between revelation and the ratio; or between orthodoxy and heterodoxy. By using historical and content analysis to elucidate the criticism of al-Ghazālī against the muslim philosophers in Tahāfut al-Falāsifah. Then, the results of this research are, first al-Ghazālī wrote the Tahafut to do contestation against epistemology philosophical superiority claims, which was directed to their conclusions, instead of questioning the validity of logic as philosophical reasoning methodology. Second, the critism of al-Ghazālī cannot be seen as a reaction of orthodoxy or dogma against the philosophy. He should be viewed as a muslim scholar who has an important role in the naturalization of greek philosophical tradition and its adaptation to the building of islamic thought. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan yang membahas kritik al-Ghazali terhadap filosof Muslim dalam Tahafut al-Falasifah. Ada dua pertanyaan yang dibahas dalam artikel ini: Pertama, Apa tujuan al-Ghazali dalam tulisannya di Tahafut al-Falasifah? Kedua, apakah benar hal itu merepresentasikan konflik antara filsafat dan dogma agama; antara wahyu dan akal; atau antara ortodoksi dan heterodoksi. Dengan menggunakan analisis historis dan analisis isi, artikel ini akan memaparkan kritik al-Ghazali terhadap filosof muslim dalam Tahafut al-Falasifah. Hasil penelitian ini adalah, pertama tulisan al-Ghazali dalam Tahaut merupakan kontestasi melawan klaim superioritas epistemologi filsafat, yang mana tampak langsung dari kesimpulan mereka, daripada mempertanyakan validitas logis metodologi filsafat. Kedua, kritik al
This paper describes the thought of Nasr Hamid Abu Zayd on the theory of interpretation/method of... more This paper describes the thought of Nasr Hamid Abu Zayd on the theory of interpretation/method of interpretation of the al-Qur'an, the discussion of which is the study of descriptive-analitif. In the method, Nasr Hamid seeks to reveal the meaning and significance (maghza) with the meaning of "unspeakable". Nasr Hamid distinguish these three terms. Meaning is what is represented by the text or in the sense that letting the text speak about himself. then from that meaning discussed with conditions / context that surrounds a reader. Therefore, the meaning of the static nature as it contains a textual-historical significance (historical meaning), and the dynamic nature of significance according to the horizon of each reader. Tulisan ini mendeskripsikan pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd tentang teori interpretasi/metode penafsiran terhadap al-Qur'an, dengan pembahasan yang bersifat telaah diskriptif-analitif. Dalam metodenya, Nasr Hamid berusaha untuk mengungkap makna dan signifikansi (maghza) yang kemudian memunculkan makna " yang tak terkatakan ". Nasr Hamid membedakan ketiga istilah tersebut. Makna adalah makna yang direpresentasikan oleh teks atau dalam artian bahwa membiarkan teks berbicara tentang dirinya sendiri. kemudian dari makna tersebut didialogkan dengan kondisi/konteks yang mengitari seorang reader. Karena itu, makna sifatnya statis karena memuat makna tekstual-historis (historical meaning), dan signifikansi sifatnya dinamis sesuai dengan horizon masing-masing pembaca.
The term Liberal Islam has long been developing. However, in defining many crisscrossing. Therefo... more The term Liberal Islam has long been developing. However, in defining many crisscrossing. Therefore, it is important to explore this term from the origin term source, ie of Western writers. This article will describe the two main sources of Liberal Islam discourse is often a reference and is regarded as bearers of Liberal Islam terms, those are“Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies” by Leonard Binder and “ Liberal Islam: A Source Book” by Charles Kurzman et al. Searches through the two main sources above and compare it with some relevant sources can be concluded that the term Liberal Islam is meant by Binder are those which believed that no textual interpretation of the Qur'an, but the interpretation is based on the essence of the meanings, not what is written in the text. Search essential meaning, not textual that is considered to be able to adapt with the times. Meanwhile, according Kurzman Liberal Islam is that which has the first character, critical of Islam customs and Islamic traditions Revivalists which causes backwardness of Muslims. Second, the desire for progress by promoting the values of Islam which is in line with the values of Western liberalism such as democracy, economic progress, human rights, gender equality, and so on.
Istilah Islam Liberal telah lama berkembang. Akan tetapi, dalam mendefinisikannya banyak yang simpang siur. Oleh sebab itu, penting untuk menggali istilah ini dari sumber istilah asalnya, yaitu dari para penulis Barat. Tulisan ini akan mendeskripsikan dua sumber utama wacana Islam Liberal yang sering menjadi rujukan dan dianggap sebagai pengusung istilah Islam Liberal, yaitu buku Leonard Binder, Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies dan buku Liberal Islam: A Source Book karya Charles Kurzman dkk. Melalui penelusuran kedua sumber utama di atas dan membandingkannya dengan beberapa sumber yang relevan dapat disimpulkan bahwa istilah Islam Liberal yang dimaksud oleh Binder adalah mereka yang menganut paham penafsiran yang tidak tekstual terhadap Al-Qur’an, melainkan penafsiran yang didasarkan pada pencarian esensi makna ayat, bukan apa yang tersurat dalam teksnya. Pencarian makna esensial, bukan tekstual itulah yang dianggap dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sementara menurut Kurzman Islam Liberal adalah yang memiliki karakter pertama, kritis terhadap tradisi Islam adat dan Islam Revivalis yang menyebabkan keterbelakangan umat Islam. Kedua, berkeinginan meraih kemajuan dengan mengedepankan nilai-nilai Islam yang sejalan dengan nilai-nilai liberalisme Barat seperti demokrasi, kemajuan ekonomi, hak-hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan sebagainya.
Keywords:
Liberal Islam; Charles Kurzman; Leonard Binder; Modernist Islam; Fundamentalist Islam; Costumary Islam; Revivalist Islam.
This article describes on the neccesity of renewal Islamic theology within context of pluralism a... more This article describes on the neccesity of renewal Islamic theology within context of pluralism and multiculturalism society. One of the contemporary Muslim scholars, Fethullah Gulen, could be considered among the most influential Muslim theologians of our time. His work focus on redefining the nature of Islamic discourse in the contemporary world by doing interreligious and intercultural dialogue. Nowdays, we need to shift our paradigm from classical kalam which dogmatic, abstract, and exclusive to more practical theology based on contemporary life needs, which is called " social theology ". Gulen's theological discourse distinguished for his support of democracy, humanism, openness to globalization, progressiveness in integrating tradition with modernity, and to make sense of pluralistic-piety. Artikel ini menjelaskan tentang kebutuhan pada pembaharuan teoloi Islam dalam konteks masyarakat plural dan multikulturalisme. Salah seorang cendekiawan Muslim kontemporer, Fethullah Gulen, dapat dipertimbangkan satu diantara banyak teologian Muslim berpengaruh di era saat ini. Karyanya berfokus pada upaya pendefinisian ulang wacana keislaman di dunia kontemporer dengan melakukan dialog antaragama dan antarkebudayaan. Hari ini kita membutuhkan perubahan paradigma kita dari teologi klasik yang dogmatik, abstrak dan eksklusif, kepada teologi praktis yang berbasis pada kebutuhan hidup kontemporer, atau yang biasa disebut " teologi sosial " .Wacana teologi Gulen berbeda dengan yang lainnya karena dia mendukung demokrasi, humanisme, keterbukaan pada globalisasi, progresivitas dalam mengintegrasikan tradisi dengan modernitas, dan pemahaman pada kesalehan yan plural.
Indonesia is a pluralistic and multicultural nation. Mutliculturalism in Indonesia is characteriz... more Indonesia is a pluralistic and multicultural nation. Mutliculturalism in Indonesia is characterized by the recognition of religious diversity. Therefore, differences are owned by Indonesia is a realistic conception that should continue in the wake and be empowered, as a reinforcement to the life and well-being for the people of Indonesia are harmonious and dynamic. The purpose of this study was to describe the strengthening of the values of pluralism and describe and understand the relationship pattern social conducted by the government, religious and community leaders in the prevention of the onset of horizontal conflict. This research was conducted with qualitative research using describtive approach, which describes the results of research appropriate to the purpose of research and followed by data analysis to obtain relevant and accurate data. Techniques of data collection are done by using literature review that support in answering this research problem. Horizontal conflict handling quite restrained and well. Aspects of tolerance have an important role of cooperation between the government and the religious leaders to support the acceleration of meaning and substance tolerance transformed into social life, so that conflicts can be avoided with a pattern horizontally comprehensively realization. Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan multikultural. Mutlikulturalisme bangsa Indonesia ditandai oleh diakuinya keberagaman agama di Indonesia. Oleh karena itu, berbagai perbedaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan konsepsi realistis yang harus terus dibangun dan diberdayakan, sebagai penguatan terhadap kehidupan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia yang harmonis dan dinamis. Tujuan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan penguatan nilai-nilai pluralisme dan mendeskripsikan serta memahami pola relasi sosial yang dilakukan oleh pemerintah, tokoh agama dan 90
This study focused on the validity of hadith in the view of Shia, which during this portion of th... more This study focused on the validity of hadith in the view of Shia, which during this portion of the discussion of hadith more in Sunni view. It is important to be studied further to enrich the scientific insights in the field of hadith that is not rigid in the face of difference. In view of Shia the hadith transmission is restricted on a track history of ahl al-bait or priest Ma'shum, and this criterion is one of the requirements for an authentic hadith assessed from the aspect sanad. In the aspect of honor, the validity of tradition criteria not mentioned explicitly by the Shiites, they just make the benchmark validity honor on the basis of conformity with the Qur'an, and not in conflict with the other authentic tradition. Penelitian ini difokuskan pada kriteria keshahihan hadis dalam pandangan Syiah, yang selama ini porsi pembahasan keshahihan hadis lebih banyak mengkaji pandangan Sunni. Hal ini penting dikaji untuk lebih memperkaya wawasan keilmuan dalam bidang hadis sehingga tidak kaku dalam menghadapi perbedaan. Dalam pandangan Syiah, periwayatan hadis dibatasi pada jalur riwayat ahl al-bait atau imam yang ma'shum, dan kriteria ini merupakan salah satu syarat agar sebuah hadis dinilai shahih dari aspek sanad. Dalam aspek matan, kriteria keshahihan hadis tidak disebutkan secara eksplisit oleh kalangan Syiah, mereka hanya membuat tolak ukur keshahihan matan dengan berdasar pada kesesuaian dengan al-Qur'an, serta tidak bertentangan dengan hadis shahih yang lainnya. Kata Kunci: Syiah, keshahihan hadis, sanad, matan.
Abstrak The development of science is a complex process of individual creativity. Because of that... more Abstrak The development of science is a complex process of individual creativity. Because of that science should not be described or regulated by any form of regulation or legal system. To resist attempts to curb the science in formal and rigid forms, Paul Feyerabend offers two things, namely that replicates the principles and the principle of anything goes. The principle of the development means, we do not work in a system of thought life forms and the single institutional framework. Instead, we should put pluralism as a theory and methodology, systems of thought and forms of life within the institutional framework. And the principle of freedom anything goes (anything goes), means freeing all forms of a trip is, without much bound by a system. Feyerabend thought it quite well practiced in religious studies because they could create an understanding that is not stuck to the approach dogmatic and ideological. The plurality of approaches when assessing religions is richness to create a wide variety of religious studies approaches. Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan proses kreativitas individual yang kompleks. Karena itu ilmu pengetahuan tidak boleh diterangkan atau pun diatur oleh segala macam bentuk peraturan maupun sistem hukum yang berlaku. Untuk melawan upaya mengkooptasikan ilmu pengetahuan dalam bentuk-bentuk baku yang formal dan rigid, Paul Fayerabend menawarkan dua hal, yaitu prinsip pengembangbiakkan dan prinsip apa saja boleh. Prinsip pengembangan maksudnya, kita tidak bekerja dalam suatu sistem pemikiran bentuk-bentuk kehidupan dan kerangka institusional yang tunggal. Tetapi sebaliknya, kita seharusnya menempatkan pluralisme sebuah teori dan metodologi, sistem-sistem pemikiran dan bentuk-bentuk kehidupan dalam kerangka institusional. Dan Prinsip kebebasan apa saja boleh (anything goes), maksudnya membebaskan segala bentuk sebuah perjalanan apa adanya, dengan tanpa banyak terikat oleh sebuah sistem. Pemikiran Fayerabend ini cukup baik dipraktikkan dalam studi agama karena dapat melahirkan pemahaman yang tidak terjebak pada pendekatan yang bersifat dogmatis dan 176
The backwardness of Muslims civilization today support to reflection in an attempt to find a way ... more The backwardness of Muslims civilization today support to reflection in an attempt to find a way towards a revival. One was taken to the efforts is reinterpretation of Islamic texts (Koran) in accordance with the spirit of this time. Efforts are being made to the hermeneutic method is commonly called contextualization, complement some of the approaches that have been there before. In this paper the authors conclude that the tradition of critical thinking, creative and innovative to do with getting rid of prejudice and negative assumptions, and rationality. Therefore, efforts to understand the Qur'an with various new methodological approaches should be developed and should not stop at one point. Ketertinggalan peradaban umat Islam saat ini melahirkan refleksi diri sebagai upaya mencari jalan menuju kebangkitan kembali. Salah satunya ditempuh dengan upaya penafsiran kembali teks-teks keislaman (al-Qur'an) sesuai dengan spirit zamannya. Upaya yang dilakukan dengan metode hermeneutika ini biasa disebut dengan kontekstualisasi, melengkapi beberapa pendekatan yang telah ada sebelumnya. Dalam tulisan ini penulis menyimpulkan bahwa tradisi berpikir kritis, kreatif, dan inovatif harus dilakukan dengan menyingkirkan pra-anggapan dan asumsi negatif, serta mengedepankan rasionalitas. Oleh karena itu, usaha memahami al-Qur'an dengan pelbagai pendekatan metodologi baru harus selalu dikembangkan dan tidak boleh berhenti pada satu titik.
Communication as the process of delivering a message from the communicator to communicant through... more Communication as the process of delivering a message from the communicator to communicant through media and produce effect, raises questions related to human communication made with God by naked eye can not see. This paper discusses the transcendental communication, ie communication that occurs between man and God. In this paper stated that all communication elements exist in communication between man and God. Source of communication or communicators consisted of God and man. The message in the form of verses of God through the Qur'an and pray, remembrance delivered man to God. The line is the Qur'an serve as channels of God's messages and intra channel's private. Receiver or communicant basically the same as the source or communicator. And feedback effects expected in this transcendental communication is a human being should do what he was told and stay away from what is forbidden. Effects can also be granted the praying, inner peace, or can occupy heaven in the hereafter. While the models of communication that could be in line with the communication process is the Model SR transcendental, Aristotle Model, and Model of Lasswell. Komunikasi sebagai proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan melalui media yang menghasilkan efek, melahirkan pertanyaan terkait dengan komunikasi yang dilakukan manusia dengan Allah yang secara kasat mata tidak dapat dilihat. Tulisan ini membahas komunikasi transendental, yaitu komunikasi yang terjadi antara manusia dengan Tuhannya. Dalam tulisan ini dikemukakan bahwa semua unsur-unsur komunikasi ada dalam komunikasi antara manusia dengan Tuhan. Sumber komunikasi atau komunikator terdiri dari Allah dan manusia. Pesannya berupa ayat-ayat Allah lewat al-Qur'an dan doa, zikir yang disampaikan manusia kepada Allah. Salurannya adalah al-Qur'an berfungsi menjadi saluran dari pesan-pesan Allah dan saluran intra pribad. Penerima atau komunikan pada dasarnya sama dengan sumber atau komunikator. Efek dan umpan balik yang diharapkan dalam komunikasi transendental ini adalah manusia harus melaksanakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Efek juga bisa berupa terkabulnya doa sang hamba, ketenangan batin, atau bisa menempati surga di akhirat. Sementara model-model komunikasi yang bisa sejalan dengan proses komunikasi transendental adalah Model S-R, Model Aristoteles, dan Model Lasswell.
Perbedaan mendasar antara kitab-kitab sirah dengan kitab karangan Imam Baihaqi berjudul " Dalai'i... more Perbedaan mendasar antara kitab-kitab sirah dengan kitab karangan Imam Baihaqi berjudul " Dalai'il Nubuwah " adalah bahwa sesungguhnya kitab sirah membahas sejarah hidup Nabi Saw dari sebelum kelahirannya hingga masa meninggalnya. Sementara kitab " Dala'il Nubuwah " menetikberatkan pada peristiwa-peristiwa tertentu yang memperkuat pengutusan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul. Kitab Dala'il juga dikenal dan diterima secara luas sebagai rujukan karena dalam membahas peristiwa-peristiwa tersebut selalu disertai dengan sanad. Inilah yang membedakan kitab tersebut dengan kitab-kitab lainnya.
This article discusses one of interpretation styles of the Koran that is quite unique, the Sufi i... more This article discusses one of interpretation styles of the Koran that is quite unique, the Sufi interpretation. As one of the traditions that become an integral part of the history of Islamic civilization, tasawwuf or sufism, which widely became popular in the Islamic community in the 4th century AH / 10 AD, in turn, are also in contact with the Koran as the main source text in Islam from which is born of a chain of civilization. In particular, this paper will briefly review some of the major themes of the Sufi interpretation, including Sufism contact with the Koran, the early appearance of Sufi interpretation, development, and several major hermeneutical constructions that underlie the Sufi style interpretation. Tulisan ini membincang salah satu corak tafsir al-Qur'an yang cukup unik, yaitu tafsir sufistik. Sebagai salah satu tradisi yang menjadi bagian integral dari sejarah peradaban Islam, tasawwuf atau sufisme, yang secara luas mulai populer dalam masyarakat Islam pada abad ke-4 H/10 M., pada gilirannya juga bersentuhan dengan al-Qur'an sebagai teks induk dalam Islam yang darinya lahir sebuah mata rantai peradaban. Secara khusus, tulisan ini akan mengulas secara singkat beberapa tema penting dalam tafsir sufistik, mencakup kontak sufisme dengan al-Qur'an, awal kemunculan tafsir sufistik, perkembangan, dan beberapa konstruksi hermeneutis utama yang menjadi landasan dalam tafsir corak sufistik.
In the perspective of humanistic psychology, personality development is implemented through self-... more In the perspective of humanistic psychology, personality development is implemented through self-actualization and peak experiences. Self-actualization is a form of actualizing one's passion in line with expectations and potential. While the peak experience is the culmination of the development of man himself when he has found himself at the peak of development using the entire faculty. For humanistic psychology, the whole development of the human personality rests on the willingness of a person itself and has nothing to do with religion or God. In this context, Said Nursi presents a different perspective. According to Nursi, the development of human personality have to rely on the realm of faith in God. Because faith is a sacred relationship between man and God that became the basis of his spiritual personality development. Similarly, because the human being as a comprehensive mirror that can reflect names of God, the spiritual development of the human personality can be actualized with names of God manifestation. Therefore, this article discusses the development of personality in perspective Said Nursi, which is based on the Quran and Sunnah. Dalam perspektif psikologi humanistik, perkembangan kepribadian diimplementasikan melalui aktualisasi diri dan pengalaman puncak. Aktualisasi diri merupakan wujud aktualisasi gairah seseorang yang sesuai dengan harapan dan potensinya. Sementara pengalaman puncak merupakan kulminasi perkembangan diri seorang manusia ketika ia telah menemukan puncak perkembangan dirinya dengan menggunakan seluruh fakultasnya. Bagi psikologi humanistik, seluruh perkembangan kepribadian manusia berpijak pada kemauan seseorang itu sendiri dan tidak ada hubungannya dengan suatu agama atau Tuhan. Dalam konteks ini, Said Nursi menyuguhkan perspektif yang berbeda. Menurut Nursi, perkembangan kepribadian manusia harus bersandar pada ranah keimanan kepada Tuhan. Sebab keimanan merupakan sebuah hubungan sakral antara seorang manusia dengan Tuhannya yang menjadi basis perkembangan kepribadian spiritualnya. Demikian pula, karena manusia sebagai cermin komprehensif yang mampu merefleksikan asma-asma 87
Living hadith is the sunnah of the Prophet who freely interpreted by scholars, rulers and judges ... more Living hadith is the sunnah of the Prophet who freely interpreted by scholars, rulers and judges according to their situation, or also known as the "living sunnah". There are three models of living sunnah are traditions of writing, oral traditions and tradition of practices. This paper take the focus living oral tradition that comes with practice run of Muslims. The research in this paper is the literature research as it relates to issues raised by the researchers is living oral traditions related to the theory into practice yet. In this paper the authors are many examples related to living oral tradition by providing a variety of religious propositions as the foundation of normative for the living traditions of the Muslim community in Indonesia. Living hadis adalah sunnah Nabi yang secara bebas ditafsirkan oleh para ulama, penguasa dan hakim sesuai dengan situasi yang mereka hadapi, atau disebut juga sebagai " sunnah yang hidup ". Ada tiga model living hadis yaitu tradisi tulisan, tradisi lisan dan tradisi praktik. Tulisan ini mengambil fokus living hadis lisan yang muncul seiring dengan praktik yang dijalankan umat Islam. Penelitian dalam tulisan ini merupakan penelitian pustaka karena terkait dengan permasalahan yang diangkat oleh peneliti adalah living hadis lisan yang berkaitan dengan teori belum ke praktiknya. Dalam tulisan ini penulis banyak contoh-contoh yang terkait dengan living hadis lisan dengan memberikan berbagai dalil-dalil keagamaan sebagai landasan normatif tradisi yang hidup di masyarakat Muslim Indonesia. Kata Kunci: Living Hadis Pendahuluan Kajian " living hadis " tampaknya belum begitu mendapat perhatian di lingkungan masyarakat akademis, terutama STAIN/IAIN/UIN dan kampus-kampus Islam lainnya. Kajian-kajian akademik Mahasiswa jurusan Tafsir Hadis di UIN Sunan Kalijaga lebih banyak menekankan pada kajian-kajian teks, baik 72
Gus Dur is a controversial and inspirational figure who has contributed brilliant ideas to religi... more Gus Dur is a controversial and inspirational figure who has contributed brilliant ideas to religious life and nationality. To manifest religious life were fair and peaceful, the tap religion should be opened as wide as each religion entitled to the recognition of the country; Pluralism is a guarantee for every Indonesian to worship according to their religion or belief peacefully; In addition, the indigenization and contextualization of Islam, appreciate the culture and creativity of the nation itself. Indonesian Islam has own repertoire in appreciating the teachings of religion. In the context of a state, an ideology that can be accepted by all components of the nation and ensure the rights of all citizens is Pancasila; Furthermore, Democracy must be fought systemic and cultural continuously without radicalism. Gus Dur merupakan tokoh kontroversial dan inspiratif yang telah menyumbangkan ide-ide cemerlangnya dalam konteks kehidupan keberagamaan dan kebangsaan. Menurutnya untuk mewujudkan kehidupan keberagamaan yang adil dan damai, maka keran agama harus dibuka selebar-lebarnya sebab setiap agama berhak mendapatkan pengakuan dari negara; Pluralisme adalah jaminan bagi setiap warga Indonesia untuk beribadah sesuai dengan agama dan keyakinannya dengan rasa aman; Selain itu, pribumisasi dan Indonesianisasi adalah upaya kontekstualisasi ajaran Islam, menghargai hasil budaya dan kreatifitas bangsa sendiri. Islam Indonesia memiliki khasanah tersendiri dalam mengapresiasi ajaran agama. Dalam kontek kenegaraan, ideologi yang dapat diterima oleh seluruh komponen bangsa dan menjamin hak seluruh warga negara adalah ideologi Pancasila; selanjutnya, demokratisasi adalah kebebasan, keadilan, dan musyawarah. Demokrasi harus diperjuangkan sistemik, kultural dan kontinyu tanpa radikalisme. Kata Kunci Pluralisme, pribumisasi, pancasila, dan demokrasi 50
The forms of Islamic thought can be divided into three parts: traditional, modern, and contempora... more The forms of Islamic thought can be divided into three parts: traditional, modern, and contemporary. In general, Islamic thought patterned are dialectic (jadali), demonstrative (Burhani), intuitive (Irfani), and theosophy (wisdom, also called hikmah muta'aliyah). This paper will examine the figure of Muhammad Iqbal, one of the phenomenal modern Muslim thinkers. He has reconstructed a building of Islamic philosophy which can be equipped to individual Muslims in anticipation of Western civilization materialistic or fatalistic Eastern tradition. Philosophy of Khudi and devinity metaphysics of Iqbal able to combine rationalism, empiricism and intuitive that had been considered separate and contradictory. Bentuk pemikiran Islam dapat dibagi menjadi pada tiga bagian: tradisional, modern, dan kontemporer. Secara umum pemikiran Islam bercorak dialektik (jadali), demonstratif (burhani), intuitif (irfani), dan teosofi (hikmah) yang menggabungkan sumber dan metode (nalar intelektual) sebelumnya (juga disebut hikmah muta'aliyah). Tulisan ini akan mengkaji sosok Muhammad Iqbal, salah satu pemikir Muslim modern yang sangat fenomenal. Ia telah merekonstruksi sebuah bangunan filsafat Islam yang dapat menjadi bekal kepada individu-individu Muslim dalam mengantisipasi peradaban Barat yang materialistik ataupun tradisi Timur yang fatalistik. Filsafat Khudi dan metafisika ketuhanan Iqbal mampu menyatukan rasionalisme, empirisme, dan intuitifme yang selama ini dianggap terpisah dan bertentangan.
Abstrak Koran presented a challenge to everyone who doubted it to create something like the Koran... more Abstrak Koran presented a challenge to everyone who doubted it to create something like the Koran. This challenge applies without any time limit. Therefore, the miracle of the Qur'an valid today. This article reinforces the argument that one of the authenticity of the Koran is the Koran's ability to survive throughout the centuries without any editorial changes even one letter. Metaphysical assurances given by God proved because until now no one was able to disrupt the contents of the Koran by changing the wording. Instead of editorial changes, changes in vowel or the letter will soon be known because so many Muslims in this world for generations who memorized the Koran. Moreover, with the printing and computerized systems today will further ensure the integrity and preservation of the Koran. Al-Qur'an memberikan tantangan kepada setiap orang yang meragukannya untuk membuat sesuatu semacam al-Qur'an. tantangan ini berlaku tanpa ada batas waktu. Karena itu, kemukjizatan al-Qur'an berlaku sampai sekarang. Tulisan ini memperkuat argumen bahwa salah satu keotentikan al-Qur'an adalah kemampuan al-Qur'an bertahan selama berabad-abad tanpa adanya perubahan redaksi walau satu huruf. Jaminan metafisis yang diberikan oleh Tuhan ternyata terbukti karena hingga sekarang tak seorang pun yang mampu untuk mengacaukan isi al-Qur'an dengan mengubah redaksinya. Jangankan perubahan redaksi, perubahan harakat atau huruf pun akan segera diketahui karena begitu banyak orang Islam di dunia ini dari generasi ke generasi yang menghafal al-Qur'an. Apalagi dengan sistem percetakan dan komputerisasi dewasa ini akan semakin menjamin keutuhan dan kelestarian al-Qur'an. Kata Kunci: Mukjizat, al-Qur'an 35
The media plays an important role in the process of socio-cultural change in the community. With ... more The media plays an important role in the process of socio-cultural change in the community. With the support of technology, media has helped to break the distance between macro-social and micro-social also between macro-cultural and micro-cultural. Media brings the themes of the public to the private sphere where it entered and affected by the condition, orientation and local customs. This paper attempts to examine how the role of the media in the process of social and cultural changes in society. It can be concluded, that the role of the media lies in the ability to embed the pictures in our heads, underlie responsiveness and public attitudes toward various social objects. Media memainkan peran penting dalam proses perubahan sosial-budaya dalam masyarakat. Dengan dukungan teknologi, media telah membantu mematahkan jarak antara makrososial dan mikrososial juga antara makrobudaya dan mikrobudaya. Media membawa tema-tema publik ke dalam lingkungan privat tempat ia memasuki dan dipengaruhi oleh kondisi, orientasi dan kebiasaan lokal. Tulisan ini mencoba mengkaji bagaimana peran media dalam proses perubahan sosial dan budaya di masyarakat. Dapat disimpulkan, peran tersebut terletak pada kemampuan media dalam menanamkan the pictures in our heads, mendasari respon dan sikap khalayak terhadap berbagai obyek sosial. Kata Kunci: Media, Perubahan Sosial, Perubahan Budaya PENDAHULUAN Perubahan teknologi menempatkan komunikasi di garda paling depan dari perubahan sosial. Dalam konteks mediasi teknologi media berperan dalam membentuk cara manusia berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Teknologi media, layaknya sebuah struktur, membatasi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh manusia. Ini terjadi tak lain karena tiap medium memiliki kemampuan teknis yang berbeda dalam menyampaikan teks, suara atau gambar. Media memiliki implikasi pada keseimbangan penggunaan indra manusia. Misalnya media cetak yang hanya bisa menyampaikan teks dan 20
This article will discuss the interpretation of the Qur'anic verses in Harian Bangsa newspaper, s... more This article will discuss the interpretation of the Qur'anic verses in Harian Bangsa newspaper, specifically appeared in rubric of " Tafsir al-Qur'an Aktual. " The article includes themes in Desember 2014 and Januari 2015 only. From the explanation of Qur'anic exegesis appeared in the media, this article will discuss about the values contained to inform the religious teaching with comparing between Qur'an's exegesis the earliest issues. The analysis shows that indeed the content of Tafsir al-Qur'an Aktual rubric is more oriented on the social religious. Tulisan ini akan membahas mengenai penafsiran-penafsiran ayat al-Qur'an yang ada dalam Koran Harian Bangsa rubrik Tafsir al-Qur'an Aktual. Tidak semua tema dibahas dalam tulisan ini, akan tetapi hanya tema-tema yang dimuat pada edisi bulan Desember 2014 dan Januari 2015. Dari pemaparan tafsir al-Qur'an yang ditampilkan di media, maka penulis akan membahas mengenai nilai-nilai dan bentuk media dalam menyampaikan pesan al-Qur'an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tulisan dalam rubrik tersebut bertujuan untuk menginformasikan ajaran-ajaran agama dengan mengkontekstualisasikan penafsiran dengan isu-isu yang ada. Uraiannya menunjukkan bahwa isi tulisan dalam rubrik tafsir aktual berorientasi pada sosio-religius.
Abstrak Makalah ini adalah respon terhadap fenomena yang akhir-akhir ini hadir di hadapan publik.... more Abstrak Makalah ini adalah respon terhadap fenomena yang akhir-akhir ini hadir di hadapan publik. Adalah dua komunitas berjilbab yang dianggap saling bertentangan. Satu komunitas dengan gerakan membudayakan jilbab fashionable namun tetap tertutup, sementara komunitas kedua melalui media sosial menampilkan cara berjilbab yang juga fashionable namun masih menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu. Tujuan penulisan ini adalah mendeskripsikan kedua fenomena komunitas berjilbab tersebut. Metode penulisan menggunakan pendekatan fenomenologi dengan landasan Q.S. al-Ahzab: 59 dan Q.S. An-Nur: 31. Merujuk pada sikap Buya Hamka yang bijaksana dan sabar menghadapi wanita yang telah berniat baik untuk menutup aurat, penulis berkesimpulan bahwa fenomena jilboobs community adalah evolusi berjilbab secara syar'i. Kata Kunci: Jilbab, komunitas, fashionable A. PENDAHULUAN Dewasa ini, jilbab bukan lagi merupakan salah satu simbol ketaatan bagi seorang muslimah terhadap syari'at agama Islam, tetapi telah bergeser menjadi simbol gaya hidup berbusana yang modis dan stylis. Jika jilbab dalam Islam dimaknai sebagai ketaatan untuk berpakaian dengan pakaian yang menutup seluruh tubuh dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, tetapi jilbab dalam dunia fashion dimaknai sebagai gaya hidup yang menunjukkan keanggunan kaum perempuan. Dalam pandangan ini, sebagian tetap memperhatikan faktor yang dapat menutup aurat sementara sebagian lagi belum sampai pada keyakinan itu. Kedua kasus ini ditunjukkan dengan kemunculan komunitas-komunitas yang berlabel jilbab, di satu sisi komunitas dengan jilbab yang modis tetapi sesuai syar'i, sementara pada sisi yang lain muncul pula komunitas yang berjilbab tetapi masih menonjolkan bagian-bagian tubuh tertentu. Inilah yang menjadi bahasan dalam makalah ini; fenomena komunitas berjilbab antara ketaatan dan fashion; dimulai dengan memaparkan
Abstrak Setiap agama mengandung ajaran " keselamatan dan penghargaan yang tinggi terhadap sesama ... more Abstrak Setiap agama mengandung ajaran " keselamatan dan penghargaan yang tinggi terhadap sesama manusia ". Ajaran agama tersebut memiliki peran yang signifan dalam membentuk prilaku penganutnya, tetapi dalam realitasnya tingkat pemahaman keagamaan yang berbeda terkadang menjadi pemicu konflik agama, walaupun agama bukanlah satu-satunya pemicu konflik di Indonesia. Untuk itu, penting untuk mengembalikan makna agama sebagai " jalan keselamatan " , mempertimbangkan penghapusan term agama samawi (langit) vs. wadh'i (bumi), term agama resmi negara vs. agama non-resmi negara, penguatan dialog dan kerja sama antar pemeluk agama, dan menggagas pendidikan berbasis perdamaian, sebagai alternatif solusi konflik agama di Indonesia. Tidak dinafikan pula pentingnya memaksimalkan peran seluruh komponen bangsa dalam mengantisipasi dan menyelesaikan konflik agama di Indonesia.
This research is the study of library research which raised the criticism of al-Ghazālī against t... more This research is the study of library research which raised the criticism of al-Ghazālī against the muslim philosophers in Tahāfut al-Falāsifah. And in this paper there are two questions; first, what is the purpose of al-Ghazālī in writing the Tahāfut al-Falāsifah? Second, Is it true that this work is representation of the conflict between philosophy and dogma; between revelation and the ratio; or between orthodoxy and heterodoxy. By using historical and content analysis to elucidate the criticism of al-Ghazālī against the muslim philosophers in Tahāfut al-Falāsifah. Then, the results of this research are, first al-Ghazālī wrote the Tahafut to do contestation against epistemology philosophical superiority claims, which was directed to their conclusions, instead of questioning the validity of logic as philosophical reasoning methodology. Second, the critism of al-Ghazālī cannot be seen as a reaction of orthodoxy or dogma against the philosophy. He should be viewed as a muslim scholar who has an important role in the naturalization of greek philosophical tradition and its adaptation to the building of islamic thought. Penelitian ini merupakan kajian kepustakaan yang membahas kritik al-Ghazali terhadap filosof Muslim dalam Tahafut al-Falasifah. Ada dua pertanyaan yang dibahas dalam artikel ini: Pertama, Apa tujuan al-Ghazali dalam tulisannya di Tahafut al-Falasifah? Kedua, apakah benar hal itu merepresentasikan konflik antara filsafat dan dogma agama; antara wahyu dan akal; atau antara ortodoksi dan heterodoksi. Dengan menggunakan analisis historis dan analisis isi, artikel ini akan memaparkan kritik al-Ghazali terhadap filosof muslim dalam Tahafut al-Falasifah. Hasil penelitian ini adalah, pertama tulisan al-Ghazali dalam Tahaut merupakan kontestasi melawan klaim superioritas epistemologi filsafat, yang mana tampak langsung dari kesimpulan mereka, daripada mempertanyakan validitas logis metodologi filsafat. Kedua, kritik al
This paper describes the thought of Nasr Hamid Abu Zayd on the theory of interpretation/method of... more This paper describes the thought of Nasr Hamid Abu Zayd on the theory of interpretation/method of interpretation of the al-Qur'an, the discussion of which is the study of descriptive-analitif. In the method, Nasr Hamid seeks to reveal the meaning and significance (maghza) with the meaning of "unspeakable". Nasr Hamid distinguish these three terms. Meaning is what is represented by the text or in the sense that letting the text speak about himself. then from that meaning discussed with conditions / context that surrounds a reader. Therefore, the meaning of the static nature as it contains a textual-historical significance (historical meaning), and the dynamic nature of significance according to the horizon of each reader. Tulisan ini mendeskripsikan pemikiran Nasr Hamid Abu Zayd tentang teori interpretasi/metode penafsiran terhadap al-Qur'an, dengan pembahasan yang bersifat telaah diskriptif-analitif. Dalam metodenya, Nasr Hamid berusaha untuk mengungkap makna dan signifikansi (maghza) yang kemudian memunculkan makna " yang tak terkatakan ". Nasr Hamid membedakan ketiga istilah tersebut. Makna adalah makna yang direpresentasikan oleh teks atau dalam artian bahwa membiarkan teks berbicara tentang dirinya sendiri. kemudian dari makna tersebut didialogkan dengan kondisi/konteks yang mengitari seorang reader. Karena itu, makna sifatnya statis karena memuat makna tekstual-historis (historical meaning), dan signifikansi sifatnya dinamis sesuai dengan horizon masing-masing pembaca.
The term Liberal Islam has long been developing. However, in defining many crisscrossing. Therefo... more The term Liberal Islam has long been developing. However, in defining many crisscrossing. Therefore, it is important to explore this term from the origin term source, ie of Western writers. This article will describe the two main sources of Liberal Islam discourse is often a reference and is regarded as bearers of Liberal Islam terms, those are“Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies” by Leonard Binder and “ Liberal Islam: A Source Book” by Charles Kurzman et al. Searches through the two main sources above and compare it with some relevant sources can be concluded that the term Liberal Islam is meant by Binder are those which believed that no textual interpretation of the Qur'an, but the interpretation is based on the essence of the meanings, not what is written in the text. Search essential meaning, not textual that is considered to be able to adapt with the times. Meanwhile, according Kurzman Liberal Islam is that which has the first character, critical of Islam customs and Islamic traditions Revivalists which causes backwardness of Muslims. Second, the desire for progress by promoting the values of Islam which is in line with the values of Western liberalism such as democracy, economic progress, human rights, gender equality, and so on.
Istilah Islam Liberal telah lama berkembang. Akan tetapi, dalam mendefinisikannya banyak yang simpang siur. Oleh sebab itu, penting untuk menggali istilah ini dari sumber istilah asalnya, yaitu dari para penulis Barat. Tulisan ini akan mendeskripsikan dua sumber utama wacana Islam Liberal yang sering menjadi rujukan dan dianggap sebagai pengusung istilah Islam Liberal, yaitu buku Leonard Binder, Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies dan buku Liberal Islam: A Source Book karya Charles Kurzman dkk. Melalui penelusuran kedua sumber utama di atas dan membandingkannya dengan beberapa sumber yang relevan dapat disimpulkan bahwa istilah Islam Liberal yang dimaksud oleh Binder adalah mereka yang menganut paham penafsiran yang tidak tekstual terhadap Al-Qur’an, melainkan penafsiran yang didasarkan pada pencarian esensi makna ayat, bukan apa yang tersurat dalam teksnya. Pencarian makna esensial, bukan tekstual itulah yang dianggap dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sementara menurut Kurzman Islam Liberal adalah yang memiliki karakter pertama, kritis terhadap tradisi Islam adat dan Islam Revivalis yang menyebabkan keterbelakangan umat Islam. Kedua, berkeinginan meraih kemajuan dengan mengedepankan nilai-nilai Islam yang sejalan dengan nilai-nilai liberalisme Barat seperti demokrasi, kemajuan ekonomi, hak-hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan sebagainya.
Keywords:
Liberal Islam; Charles Kurzman; Leonard Binder; Modernist Islam; Fundamentalist Islam; Costumary Islam; Revivalist Islam.
This article describes on the neccesity of renewal Islamic theology within context of pluralism a... more This article describes on the neccesity of renewal Islamic theology within context of pluralism and multiculturalism society. One of the contemporary Muslim scholars, Fethullah Gulen, could be considered among the most influential Muslim theologians of our time. His work focus on redefining the nature of Islamic discourse in the contemporary world by doing interreligious and intercultural dialogue. Nowdays, we need to shift our paradigm from classical kalam which dogmatic, abstract, and exclusive to more practical theology based on contemporary life needs, which is called " social theology ". Gulen's theological discourse distinguished for his support of democracy, humanism, openness to globalization, progressiveness in integrating tradition with modernity, and to make sense of pluralistic-piety. Artikel ini menjelaskan tentang kebutuhan pada pembaharuan teoloi Islam dalam konteks masyarakat plural dan multikulturalisme. Salah seorang cendekiawan Muslim kontemporer, Fethullah Gulen, dapat dipertimbangkan satu diantara banyak teologian Muslim berpengaruh di era saat ini. Karyanya berfokus pada upaya pendefinisian ulang wacana keislaman di dunia kontemporer dengan melakukan dialog antaragama dan antarkebudayaan. Hari ini kita membutuhkan perubahan paradigma kita dari teologi klasik yang dogmatik, abstrak dan eksklusif, kepada teologi praktis yang berbasis pada kebutuhan hidup kontemporer, atau yang biasa disebut " teologi sosial " .Wacana teologi Gulen berbeda dengan yang lainnya karena dia mendukung demokrasi, humanisme, keterbukaan pada globalisasi, progresivitas dalam mengintegrasikan tradisi dengan modernitas, dan pemahaman pada kesalehan yan plural.
Indonesia is a pluralistic and multicultural nation. Mutliculturalism in Indonesia is characteriz... more Indonesia is a pluralistic and multicultural nation. Mutliculturalism in Indonesia is characterized by the recognition of religious diversity. Therefore, differences are owned by Indonesia is a realistic conception that should continue in the wake and be empowered, as a reinforcement to the life and well-being for the people of Indonesia are harmonious and dynamic. The purpose of this study was to describe the strengthening of the values of pluralism and describe and understand the relationship pattern social conducted by the government, religious and community leaders in the prevention of the onset of horizontal conflict. This research was conducted with qualitative research using describtive approach, which describes the results of research appropriate to the purpose of research and followed by data analysis to obtain relevant and accurate data. Techniques of data collection are done by using literature review that support in answering this research problem. Horizontal conflict handling quite restrained and well. Aspects of tolerance have an important role of cooperation between the government and the religious leaders to support the acceleration of meaning and substance tolerance transformed into social life, so that conflicts can be avoided with a pattern horizontally comprehensively realization. Indonesia adalah bangsa yang majemuk dan multikultural. Mutlikulturalisme bangsa Indonesia ditandai oleh diakuinya keberagaman agama di Indonesia. Oleh karena itu, berbagai perbedaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia merupakan konsepsi realistis yang harus terus dibangun dan diberdayakan, sebagai penguatan terhadap kehidupan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia yang harmonis dan dinamis. Tujuan artikel ini adalah untuk mendeskripsikan penguatan nilai-nilai pluralisme dan mendeskripsikan serta memahami pola relasi sosial yang dilakukan oleh pemerintah, tokoh agama dan 90
Uploads
Papers by jurnal farabi
Istilah Islam Liberal telah lama berkembang. Akan tetapi, dalam mendefinisikannya banyak yang simpang siur. Oleh sebab itu, penting untuk menggali istilah ini dari sumber istilah asalnya, yaitu dari para penulis Barat. Tulisan ini akan mendeskripsikan dua sumber utama wacana Islam Liberal yang sering menjadi rujukan dan dianggap sebagai pengusung istilah Islam Liberal, yaitu buku Leonard Binder, Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies dan buku Liberal Islam: A Source Book karya Charles Kurzman dkk. Melalui penelusuran kedua sumber utama di atas dan membandingkannya dengan beberapa sumber yang relevan dapat disimpulkan bahwa istilah Islam Liberal yang dimaksud oleh Binder adalah mereka yang menganut paham penafsiran yang tidak tekstual terhadap Al-Qur’an, melainkan penafsiran yang didasarkan pada pencarian esensi makna ayat, bukan apa yang tersurat dalam teksnya. Pencarian makna esensial, bukan tekstual itulah yang dianggap dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sementara menurut Kurzman Islam Liberal adalah yang memiliki karakter pertama, kritis terhadap tradisi Islam adat dan Islam Revivalis yang menyebabkan keterbelakangan umat Islam. Kedua, berkeinginan meraih kemajuan dengan mengedepankan nilai-nilai Islam yang sejalan dengan nilai-nilai liberalisme Barat seperti demokrasi, kemajuan ekonomi, hak-hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan sebagainya.
Keywords:
Liberal Islam; Charles Kurzman; Leonard Binder; Modernist Islam; Fundamentalist Islam; Costumary Islam; Revivalist Islam.
Istilah Islam Liberal telah lama berkembang. Akan tetapi, dalam mendefinisikannya banyak yang simpang siur. Oleh sebab itu, penting untuk menggali istilah ini dari sumber istilah asalnya, yaitu dari para penulis Barat. Tulisan ini akan mendeskripsikan dua sumber utama wacana Islam Liberal yang sering menjadi rujukan dan dianggap sebagai pengusung istilah Islam Liberal, yaitu buku Leonard Binder, Islamic Liberalism: A Critique of Development Ideologies dan buku Liberal Islam: A Source Book karya Charles Kurzman dkk. Melalui penelusuran kedua sumber utama di atas dan membandingkannya dengan beberapa sumber yang relevan dapat disimpulkan bahwa istilah Islam Liberal yang dimaksud oleh Binder adalah mereka yang menganut paham penafsiran yang tidak tekstual terhadap Al-Qur’an, melainkan penafsiran yang didasarkan pada pencarian esensi makna ayat, bukan apa yang tersurat dalam teksnya. Pencarian makna esensial, bukan tekstual itulah yang dianggap dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Sementara menurut Kurzman Islam Liberal adalah yang memiliki karakter pertama, kritis terhadap tradisi Islam adat dan Islam Revivalis yang menyebabkan keterbelakangan umat Islam. Kedua, berkeinginan meraih kemajuan dengan mengedepankan nilai-nilai Islam yang sejalan dengan nilai-nilai liberalisme Barat seperti demokrasi, kemajuan ekonomi, hak-hak asasi manusia, kesetaraan gender, dan sebagainya.
Keywords:
Liberal Islam; Charles Kurzman; Leonard Binder; Modernist Islam; Fundamentalist Islam; Costumary Islam; Revivalist Islam.