Aljir
Aljir (bahasa Arab: ولاية الجزائر El-Jazair; bahasa Prancis: Alger; bahasa Inggris: Algiers ) adalah ibu kota Aljazair dan kota terbesar dari Aljazair yang terletak di Afrika Utara. Kota ini juga merupakan pelabuhan laut utama, pusat politik dan basis kebudayaan, juga "rumah" bagi para perompak Berber yang termasyhur dari abad ke-16 sampai abad ke-19.
Algiers
| |
---|---|
Julukan: Algiers the White ; Algiers the Dazzling | |
Negara | Aljazair |
Wilaya | Provinsi Aljir |
Didirikan kembali | Tahun 944 |
Pemerintahan | |
• Wali (Gubernur) | Khalida Toumi |
Ketinggian | 0,9 m (3 ft) |
Populasi | |
• Kota | 1.519.570 |
• Metropolitan | 3.354.000 |
Zona waktu | UTC+1 (CET) |
Kode pos | 16000–16132 |
Situs web | Roadhouse |
Menurut sensus pada tahun 1998, populasi kota ini adalah 1.519.570 jiwa, sementara total penduduk adalah 2,135,630.
Penamaan
suntingPada awalnya, wilayah ini diberi nama "Ikosim" oleh bangsa Fenisia yang berarti "pulau burung camar". Namanya kemudian berubah menjadi "Ikosium" di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi. Pada sekitar 960 M, Pangeran Bologhine Ibn Ziri Ben Menad merestorasi kota dan mengganti nama kota menjadi Al Djazair Beni Mezghenna. Al Djazair berasal dari bahasa Arab yang berarti "kepulauan karang" karena kota ini berada di pesisir yang menghadap ke kepulauan karang di Laut Mediterania.[3] Al Djazair berubah menjadi Alger ketika Aljazair menjadi koloni Prancis. Pada 1962, kota ini resmi menjadi ibu kota Aljazair.[3]
Julukan kota ini adalah "Algiers Putih" ( Bahasa arab: El-Bahdja (البهجة) atau Alger la Blanche ("Algiers the White"), karena pancaran gedung-gedung putihnya yang merefleksikan sinar matahari saat terlihat dari lautan. Gedung-gedung ini terdapat di bagian barat Laut Mediterania.
Nama kota ini didapat dari lokasinya yang terletak di lembah perbukitan "Sahel", rantai bukit yang terletak sejajar dengan kawasan pesisir. Kordinat georgrafisnya adalah: 36°47′N 3°4′E
Sejarah
suntingKhairuddin Barbarossa, seorang panglima Turki yang menaklukkan Algiers untuk Kesultanan Utsmaniyah pada 1529, membebaskan pula Penon dari orang Spanyol, sesuai permintaan Emir Algiers. Lalu ia mengumpulkan bangsa Moor-yang telah diusir dari Spanyol-dan menjadikannya pasukan perompak penguasa samudra dan menakutkan bagi pedagang Eropa di Laut Tengah. Pada 1830, Prancis menaklukkan Algiers dan melumpuhkan pasukan perompak, mengubah Turki menjadi pangkalan militer untuk mengendalikan Afrika Barat dan Utara. Namun, selama 300 tahun sebelumnya, Aljir telah berkembang di bawah pemerintahan Barbarossa. Walau kekezaman Barbarossa terkenal di Eropa, ia adalah pemimpin baik. Para tawanan dibebaskan dalam kota, di mana mereka diperlakukan hampir sama dengan warga Algiers. Merekalah komoditas utama perompak Turki, sebab karenanyalah berhasil dibangun gedung-gedung putih yang menghadap ke Laut Tengah. Kota ini tumbuh dari asalnya yang tak dikenal sebagai koloni orang Funisia di Afrika Utara dan melebar sampai lereng Perbukitan Sahel serta pulau lepas pantai (direklamasi). Banyak usaha sia-sia untuk menghancurkan perompak itu, termasuk ekspedisi kelautan Kaisar Romawi Suci, Charles V pada 1541 dan oleh Inggris, Belanda, dan AS awal 1800-an. Serangan ini melemahkan dominasi Aljir, tetapi gagal menghancurkannya sampai serangan akhir Prancis pada 1830, yang mengakhiri pasukan perompak yang kuat dan hampir jadi mitos itu.
Algiers modern
suntingAljazair bangkit menentang Prancis pada 1950-an dan merdeka 1962. Banyak orang Eropa keluar dari sana selama beberapa dekade. Kini Algiers terus tumbuh dengan populasi 1,7 juta pada 1990.
Bagian tertua kota itu-yang dibangun di lereng bukit bagian atas-masih menampakkan karakter awalnya, yang teridentifikasi dari rumah tinggi berdinding putih serta jalan sempit dan berliku. Kasbah yang terkenal masih mendominasi kota itu dan merupakan kediaman dua penguasa Turki trakhir di sana. Masjid Ketchaoua, dulu Katedral Saint Philip antara 1845-1962-pun masih jadi lambang menawan kota, sementara Museum Seni Populer dan Tradisi bertempat di salah satu istana Turki terindah yang pernah dibangun.
Geografi
suntingIklim
suntingData iklim Algiers (Bandar Udara Houari Boumediene) | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rekor tertinggi °C (°F) | 27.6 (81.7) |
31.4 (88.5) |
36.3 (97.3) |
36.5 (97.7) |
41.1 (106) |
44.6 (112.3) |
45.2 (113.4) |
47.5 (117.5) |
44.4 (111.9) |
39.5 (103.1) |
34.4 (93.9) |
30.4 (86.7) |
47.5 (117.5) |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 16.7 (62.1) |
17.4 (63.3) |
19.3 (66.7) |
20.9 (69.6) |
23.9 (75) |
28.2 (82.8) |
31.2 (88.2) |
32.2 (90) |
29.6 (85.3) |
25.9 (78.6) |
20.8 (69.4) |
17.9 (64.2) |
23.7 (74.7) |
Rata-rata harian °C (°F) | 11.1 (52) |
11.7 (53.1) |
13.2 (55.8) |
14.9 (58.8) |
18.1 (64.6) |
22.2 (72) |
25.1 (77.2) |
26.0 (78.8) |
23.6 (74.5) |
20.1 (68.2) |
15.3 (59.5) |
12.6 (54.7) |
17.8 (64) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 5.5 (41.9) |
5.9 (42.6) |
7.1 (44.8) |
8.8 (47.8) |
12.3 (54.1) |
16.1 (61) |
18.9 (66) |
19.8 (67.6) |
17.6 (63.7) |
14.2 (57.6) |
9.8 (49.6) |
7.2 (45) |
11.9 (53.4) |
Rekor terendah °C (°F) | −3.3 (26.1) |
−1.9 (28.6) |
−1.0 (30.2) |
−0.8 (30.6) |
2.6 (36.7) |
5.5 (41.9) |
9.0 (48.2) |
9.5 (49.1) |
8.2 (46.8) |
4.1 (39.4) |
−0.1 (31.8) |
−2.3 (27.9) |
−3.3 (26.1) |
Presipitasi mm (inci) | 81.4 (3.205) |
72.7 (2.862) |
55.0 (2.165) |
58.4 (2.299) |
41.9 (1.65) |
8.5 (0.335) |
4.5 (0.177) |
8.2 (0.323) |
28.3 (1.114) |
58.8 (2.315) |
89.6 (3.528) |
91.0 (3.583) |
598.3 (23.555) |
Rata-rata hari hujan atau bersalju (≥ 0.1 mm) | 11.4 | 10.6 | 9.7 | 9.1 | 7.3 | 2.5 | 1.5 | 2.5 | 5.3 | 8.6 | 11.1 | 12.1 | 91.7 |
% kelembapan | 71 | 66 | 65 | 62 | 66 | 66 | 67 | 65 | 68 | 66 | 68 | 68 | 67 |
Rata-rata sinar matahari bulanan | 139.5 | 158.2 | 207.7 | 228.0 | 300.7 | 300.0 | 353.4 | 325.5 | 267.0 | 198.4 | 153.0 | 145.7 | 2.777,1 |
Rata-rata sinar matahari harian | 4.5 | 5.6 | 6.7 | 7.6 | 9.7 | 10.0 | 11.4 | 10.5 | 8.9 | 6.4 | 5.1 | 4.7 | 7.6 |
Sumber #1: Organisasi Meteorologi Dunia (rerata suhu dan curah hujan, 1976–2005)[4] | |||||||||||||
Sumber #2: Kitab Meteorologi Arab (kelembapan dan penyinaran matahari),[5] Meteo Climat (rekor suhu terendah dan tertinggi)[6] |
Olahraga
suntingAlgiers akan menjadi tuan rumah All-Africa Games 2007 (ke-9) dari 11-23 Juli 2007. Sebelumnya Algiers pernah menjadi tuan rumah All-Africa Games 1978 (ke-3).
Galeri
sunting-
Pelabuhan Algiers
-
Kawasan pesisir
-
Pemandangan kota Algiers
-
Monumen Algiers
-
Basilika Notre-Dame d'Afrique
-
Kantor Pos Utama Algiers
Hubungan internasional
suntingKota kembar
suntingAljir memiliki Kota kembar sebagai berikut:
- Cairo, Mesir
- Amman, Yordania
- Beijing, Republik Rakyat Tiongkok
- Berlin, Jerman
- Tunis, Tunisia
- Paris, Prancis
- Montreal, Kanada[7]
- London, Britania Raya
- Izmir, Turki
- Tyre, Lebanon
- Santiago, Chile
- Sofia, Bulgaria
- Moscow, Rusia
- Bordeaux, Prancis
- Barcelona, Spanyol
- Jenewa, Swiss
- Washington, D.C, Amerika Serikat
- Rome, Italia
- Amsterdam, Belanda
- Dubai, United Arab Emirates
- São Paulo, Brasil
- Buenos Aires, Argentina
- Shanghai, Republik Rakyat Tiongkok
- Tripoli, Libya
- Dakar, Senegal
- Bosaso, Somalia
- Rabat, Maroko
Referensi
sunting- ^ "Population of the city proper accoding to the 1998 census (via". Citypopulation.de. Diakses tanggal 2010-06-27.
- ^ "UN World Urbanization Prospects". Esa.un.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-17. Diakses tanggal 2010-06-27.
- ^ a b "Algiers". Euromed (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-06-12.
- ^ "World Weather Information Service–Algiers". World Meteorological Organization. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 Oktober 2016. Diakses tanggal 16 Oktober 2016.
- ^ "Appendix I: Meteorological Data" (PDF). Springer. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 4 Maret 2016. Diakses tanggal 16 Oktober 2016.
- ^ "Station Alger" (dalam bahasa Prancis). Meteo Climat. Diakses tanggal 16 Oktober 2016.
- ^ "Sherlock, banque d'information de la Ville de Montréal". 1.ville.montreal.qc.ca. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-02-23. Diakses tanggal 2010-06-27.
Bibiliografi
sunting- Beckner, Chrisanne dan Soetrisno, Eddy. 2001. Buku Pintar 100 Kota Besar Bersejarah di Dunia. Jakarta: Ladang Pustaka dan Intimedia