Kubah (novel)
Kubah adalah sebuah novel Indonesia yang ditulis oleh Ahmad Tohari. Novel ini berkisah tentang seorang pria miskin bernama Karman yang menjadi anggota Partai Komunis Indonesia sekaligus korban pergolakan politik Indonesia pada tahun 1950-an. Setelah Partai bubar, ia menghabiskan 12 tahun selanjutnya sebagai tahanan di Pulau Buru sebelum pulang ke kampung halamannya dan menjadi seorang Muslim yang taat.
Pengarang | Ahmad Tohari |
---|---|
Negara | Indonesia |
Bahasa | Indonesia |
Genre | Novel |
Penerbit |
|
Tanggal terbit | 1980 |
Jenis media | Cetak |
Halaman | 184 |
OCLC | 7561241 |
Novel kedua Tohari, Kubah, ditulis dalam waktu dua bulan dan didasarkan pada berbagai peristiwa yang melibatkan Partai Komunis dan Gerakan 30 September 1965. Diterbitkan tahun 1980 oleh Pustaka Jaya, Kubah terbit saat karya sastra bertema serupa – menyindir anggota Partai Komunis – jarang ditemukan. Novel ini juga dicirikan sebagai dakwah. Penerimaan publik terhadap Kubah bercampur; para kritikus memuji subjek novelnya dan mengkritik alurnya yang mudah diprediksi. Novel ini memenangkan penghargaan sastra tahun 1981 dan diterjemahkan ke bahasa Jepang pada tahun 1986.
Tema
suntingKubah merupakan contoh awal karya sastra yang membahas G30S dan PKI, biar ada beberapa karya yang diterbitkan sebelumnya.[1] Mantan presiden Indonesia Abdurrahman Wahid mencatat Kubah sebagai novel pertama yang mengangkat masalah perbaikan hubungan antara eks-anggota PKI dengan masyarakat Indonesia pada umumnya,[2] sebuah masalah yang "sangat sensitif" pada saat itu.[3] Sejarawan Anna-Greta Nilsson Hoadley menyatakan bahwa Kubah mendalami alasan seseorang untuk menjadi anggota PKI, dengan tekanan pada kemiskinan, ketekanan budaya, dan propaganda aktif oleh Partai.[4] Akhirnya, Karman hanyalah "korban tak berdosa",[3] yang hanya bergabung dengan PKI untuk meningkatkan derajatnya.[5] Bahkan setelah dibebaskan Karman merasa takut, "dinodai oleh vulnerabilitas tahanan"[6] Kritikus sastra Maman S. Mahayana, Oyon Sofyan, dan Achmad Dian menulis bahwa, dalam pengertian ini Karman mewakili semua anggota PKI yang ditahan setelah G30S.[7]
Mahayana, menulis dalam karya lain, beranggapan bahwa Karman menjalani suatu petualangan eksistential untuk mencari identitasnya. Ia seakan menemukan suatu jawaban di PKI, tetapi ternyata terjebak. Mahayana menemukan suatu pesan religius dalam Kubah yang dapat mulai di awal cerita, ketika Tohari menyediakan kutipan empat baris dari suatu teks Jawa mengenai kepercayaan. Semakin lama pesan ini menjadi semakin eksplisit, sehingga Karman bertemu dengan tukang rakit Kastagethek saat melarikan diri. Adegan yang paling eksplisit ini, menurut Mahayana, membandingkan Karman dengan Kastagethek yang saleh tetapi sederhana, yang bahagia dalam kemiskinan, sehingga Karman harus mempertanyakan pengertiannya sendiri dan akhirnya menemukan suatu identitas dalam agama Islam. Karena itu, Mahayana berpendapat bahwa Kubah merupakan suatu usaha dakwah, dengan pesan bahwa manusia harus mengakui keberadaannya sebagai makhluk Allah disampaikan melalui dialog dan perilaku tokoh.[8]
Catatan kaki
sunting- ^ Hoadley 2005, hlm. 4.
- ^ Tohari 2009, hlm. 122.
- ^ a b Hoadley 2005, hlm. vii.
- ^ Hoadley 2005, hlm. 19–20.
- ^ Hoadley 2005, hlm. 20.
- ^ Hoadley 2005, hlm. 28.
- ^ Mahayana, Sofyan & Dian 1995, hlm. 231.
- ^ Mahayana 2007, hlm. 269–274.
Referensi
sunting- "Buku Utama, Hadiah". Encyclopedia of Jakarta (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Government. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-15. Diakses tanggal 15 December 2012.
- Crouch, Harold (2007). The Army and Politics in Indonesia (edisi ke-Revised). Jakarta: Equinox. ISBN 978-979-3780-50-4.
- Hoadley, Anna-Greta Nilsson (2005). Indonesian Literature Vs New Order Orthodoxy: The Aftermath of 1965-1966. Copenhagen: NIAS Press. ISBN 978-87-91114-61-8.
- Mahayana, Maman S. (2007). Ekstrinsikalitas Sastra Indonesia (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: RajaGrafindo Persada. ISBN 978-979-769-115-8.
- Mahayana, Maman S.; Sofyan, Oyon; Dian, Achmad (1995). Ringkasan dan Ulasan Novel Indonesia Modern (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Grasindo. ISBN 978-979-553-123-4.
- Maryono, Agus (21 June 2009). "Ahmad Tohari: 'If only our leaders read literary works'". The Jakarta Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-15. Diakses tanggal 15 December 2012.
- McGlynn, John H; Sulistyo, Hermawan (2007). Indonesia in the Soeharto Years: Issues, Incidents and Images. Jakarta: Lontar Foundation. ISBN 978-9971-69-358-9.
- Ricklefs, M. C. (1993). A History of Modern Indonesia since c.1300 (edisi ke-2nd). MacMillan. ISBN 978-0-333-57689-2.
- Tohari, Ahmad (2012). Kubah (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Gramedia. ISBN 978-979-22-8774-5.
- Tohari, Ahmad (2009). "Tanpa Dicitakan, Saya Jadi Pengarang". Dalam Eneste, Pamusuk. Proses Kreatif: Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang (dalam bahasa Indonesian). 4. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 113–126. ISBN 978-979-91-0208-9.