Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Lukisan dinding gereja di Swedia

Lukisan dinding gereja di Swedia adalah lukisan dekoratif tertentu di dinding-dinding gereja Abad Pertengahan yang ada di Swedia, di mana semuanya menghiasi langit-langit atau dinding bangunan. Di Swedia semua kadang-kadang disebut sebagai kalkmålningar, secara harfiah "lukisan kapur", karena lukisan dinding ini sering dicat menggunakan kapur sebagai media pengikat cat. Lukisan dinding gereja paling awal di Swedia berasal dari dasawarsa pertama abad ke-12 dan bergaya Romawi. Mayoritas dari ini ditemukan di bagian selatan Swedia, di mana mereka ditugaskan oleh anggota keluarga kerajaan dan bangsawan saat itu. Mereka semua memiliki kesamaan ikonografi tertentu, dan sebagian besar menunjukkan pengaruh gaya dari seni kontemporer di negara yang sekarang merupakan wilayah Jerman. Meskipun diasumsikan bahwa para seniman yang melukis lukisan dinding berpendidikan baik, dan yang pertama adalah orang asing, hampir tidak ada yang diketahui tentang identitas mereka. Sekitar tahun 1250, ada perubahan gaya menuju gaya Gotik . Komposisi lukisan dinding menjadi lebih ringan dan lebih lapang, sementara beberapa perubahan ikonografis dapat diamati. Tema Maria dan mistisisme Kristen menjadi lebih populer. Lukisan dinding Gotik awal dan tinggi dipertahankan, terutama di Pulau Gotland, di mana banyak gereja baru dibangun pada saat itu, dan di Skania, di mana banyak gereja tua dilengkapi dengan langit-langit baru yang kemudian didekorasi. Nama-nama seniman yang paling awal diketahui berasal dari masa ini.

Nabi Yunus dibuang ke laut, sebuah lukisan dari akhir abad ke-15 oleh Albertus Pictor di Gereja Härkeberga. Sebagian besar lukisan dinding gereja di Swedia berasal dari masa ini, dan Albertus Pictor adalah seniman yang paling terkenal pada masanya.

Sebagian besar lukisan dinding berasal dari abad ke-15 dan awal abad ke-16, ketika banyak gereja baru dibangun atau gereja lama dibangun kembali, khususnya di provinsi-provinsi di sekitar Danau Mälaren. Lukisan dinding Gotik Akhir ini lebih beraneka ragam daripada lukisan-lukisan Gotik sebelumnya, dan hiasanya lebih berlimpah ruah. Itu semua cenderung menutupi seluruh permukaan yang dicat. Ada juga pergeseran menuju lukisan naratif yang lebih banyak, dengan lebih sering memasukkan tema didaktis dan bermoral. Ikonografi secara keseluruhan lebih terpecah-pecah dan lukisan-lukisan sering dilengkapi dengan jauh lebih sedikit prinsip menyeluruh. Sejumlah seniman dan bengkel seni dari akhir Abad Pertengahan dikenal namanya, terutama Albertus Pictor. Bengkel seni biasanya terdiri dari tiga orang, termasuk master; pekerjaan melukis hanya dilakukan selama bulan-bulan musim panas. Mereka menggunakan berbagai pigmen, dan palet para seniman meluas seiring Abad Pertengahan berlanjut.

Setelah Reformasi, kadangkala lukisan dinding gereja baru masih diciptakan, tetapi semasa akhir abad ke-17, dan terutama selama abad ke-18 dan awal abad ke-19, sebagian besar lukisan dinding ini ditutup dengan cat putih. Banyak yang lalu ditemukan kembali dan dipugar, terutama pada abad ke-20. Sekarang ada banyak lukisan dinding gereja di Swedia, apalagi jika dibandingkan dengan negara Eropa lainnya. Statens historiska museum (Museum Sejarah Swedia) mendeskripsikannya sebagai "khazanah unik".

Sejarah

sunting

Lukisan dinding bergaya Romanesque

sunting
 
Lukisan dinding Romanesque di Gereja Bjäresjö, salah satu yang tertua di Swedia (awal abad ke-13). Penggunaan warna biru yang berlebihan dilakukan pada saat pemugaran tahun 1892, tetapi secara keseluruhan lukisan dinding di gereja ini masih mewakili bentuk aslinya.

Lukisan dinding gereja tertua di Swedia berasal dari dasawarsa awal abad ke-12.[1] Semuanya berbentuk gaya Romanesque, yang merupakan gaya dominan sampai pertengahan abad ke-13.[2] Tidak ada rangkaian lukisan dinding bergaya Romanesque yang terlestarikan secara sempurna, beberapa sudah diubah atau dipugar pada masa kemudian, sementara beberapa sudah pudar secara signifikan.[1] Dalam banyak kasus, hanya fragmennya saja yang masih ada.[1][3] Jumlah lukisan dinding Romanesque terbanyak berasal dari provinsi selatan. Ada beberapa yang tersisa di sekitar 50 gereja di Scania, yang membuatnya menjadi provinsi utama di mana lukisan dinding Romanesque yang masih lestari ada. Sebagian besar lukisan dinding lainnya tersebar di seluruh Götaland. Satu-satunya lukisan dinding Romanesque yang dikenal di utara Danau Mälaren adalah di Gereja Romfartuna di Västmanland. Biaya yang terkait dengan mendekorasi sebuah gereja dengan lukisan dinding, dan munculnya potret sang donor di banyak set lukisan yang diawetkan, telah menyebabkan asumsi bahwa lukisan dinding paling awal ditugaskan oleh kaum elit. Lukisan-lukisan di Gereja Vä berisi potret donor yang menggambarkan seorang raja dan ratu Denmark, mungkin Raja Niels dan Ratu Margaret Fredkulla, hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan pembangunan gereja ditugaskan oleh pasangan suami istri kerajaan. Demikian pula, Gereja Stehag berisi potret sang donor Raja Canute VI dan seorang uskup agung, sementara Gereja Gualöv berisi potret donor seorang ksatria bernama Uticus dan istrinya Hialmswith. Lukisan dinding romantik di gereja-gereja Swedia telah digambarkan secara umum berkualitas tinggi dan sebanding dengan lukisan dinding semasa di Eropa daratan.

Lukisan dinding bergaya Romanesque di Swedia selalu dibuat dengan cara yang mirip . Apsis gereja dihiasi dengan penggambaran Kristus Yang Megah tanpa pengecualian yang dikelilingi dengan mandorla. Contoh-contoh yang terlestarikan secara baik ada di Gereja Hästveda, Lackalänga, dan Övraby. Kristus dikelilingi oleh simbol-simbol Keempat Penginjil. Penggambaran Kain dan Abel kadang-kadang dilukiskan di busur apsis, kadang-kadang di busur panti imam (depan panti umat), atau di bawah busur panti imam. Busur panti imam juga bisa memuat gambar-gambar santo atau portret orang yang memberi donasi, dan kadangkala gambar Kisah Sengsara Yesus digambarkan di atas busur. Tembok selatan langit-langit kadang-kadang dilukisi dengan adegan-adegan dari Perjanjian Lama, sementara tembok utara dengan adegan-adegan dari Perjanjian Baru.

Lukisan-lukisan dinding pertama dilukis oleh seniman asing, tetapi dengan berselangnya waktu seniman-seniman setempat juga mulai memproduksinya.[4] Yang berada di Vä mungkin adalah yang tertua (sekitar 1120-1130), dan juga termasuk salah satu yang terbanyak dan paling terlestarikan daripada lukisan dinding Romanesque di Swedia. Gayanya termasuk Italia-Bizantium, mirip dengan lukisan dinding Eropa lainnya dari paruh pertama abad ke-12, terutama dari Gereja Sigwards dekat Hannover di Jerman barat-laut. Untuk sebagian besar, lukisan dinding yang paling baik terlestarikan ada di Gereja Bjäresjö, sementara pengaruh gayanya berasal dari Jerman. Dalam beberapa kasus, bisa ditengarai berasal dari Prancis (Gereja Knislinge dan Gereja Höör), seperti pula kemungkinan dari Lombardia (Gereja Vinslöv). Beberapa lukisan dinding awal di Gotland memiliki gaya Rusia-Bizantium; di antaranya lukisan di Gereja Garde adalah yang terlestarikan paling baik.

Lukisan dinding bergaya Gotik awal dan tinggi

sunting

Sebuah perubahan gaya dari apa yang umum dikenal sebagai gaya Romanesque ke gaya Gotik muncul pada sekitar tahun 1250 di Swedia.[2] Masa antara sekitar tahun 1250 sampai 1300 seringkali dirujuk sebagai Masa Gotik Awal, sementara dari sekitar tahun 1300 sampai 1380 sebagai Masa Gotik Tinggi. Secara umum, ikonografi lukisan dinding tetap mirip. Walau demikian beberapa perubahan terjadi dalam wujud bahan yang dipilih.

Selama abad ke-13, ketika pemujaan terhadap Maria semakin kuat, maka tema Maria menjadi bahan yang semakin populer. Misalnya, Pemahkotaan Sang Perawan menjadi lebih sering. Selama abad ke-14, daya tarik terhadap mistik dalam agama Kristen juga bisa dilihat dalam tema yang dipilih (misalnya Misa Santo Gregorius), digandengkan dengan pergeseran fokus dalam mewakili Kristus sepakai representasi kemenangannya akan penderitaannya selama Masa Sengsaranya. Lukisan yang secara murni dekorasi juga muncul pada masa ini.

Secara gaya, Masa Gotik Awal dan Tinggi menandai pergeseran menuju ke pilihan warna yang lebih muda. Lukisan-lukisan ini tidak lagi menutupi tempat yang luas, seperti pada Masa Romanesque, tetapi mencolok di atas latar belakang putih dinding. Beberapa kesempatan untuk membuat dekorasi menjadi muncul ketika langit-langit kayu gereja dan kubah barel diganti dengan kubah berpalang yang dibuat dari batu atau batu bata. Contoh-contoh terawalnya murni dekoratif, tanpa penggambaran figur apa pun. Pengaruh gaya muncul, sebagian besar, dari Westfalen dan Sachsen, seringkali ditransfer melalui Lübeck. Sejumlah besar lukisan dinding gereja baik dari masa Gotik Awal dan Tinggi bisa ditemukan di gereja-gereja di Gotland, yang mengalami pertumbuhan ekonomi antara tahun 1250-1350, dan di Skania, di mana terdapat beberapa lama yang dibangun ulang dan diberi kubah bata pada abad ke-14. Pada banyak lukisan dinding di Gotlan, misalnya di Gereja Vamlingbo, pengaruh kuat bisa diperhatikan yang secara khusus muncul dari seni kontemporer Westfalen, yang bergaya Bizantium. Meskipun baik gaya lukisan dinding Gotik Awal atau pun Tinggi di Skania tetap konservatif dan masih dekat dengan seni Romanesque, beberapa tema baru seperti Roda Keberuntungan diperkenalkan. Para manusia direpresentasikan sebagai makhluk yang panjang dan bergoyang, dengan lipatan yang berlekuk-lekuk di pakaian mereka, berbeda dengan figur-figur Romanesque yang 'keramat'. Gaya lukisan dinding Gotik Tinggi itu secara umum mirip dengan masa Gotik Awal, tetapi lebih kasar dan berat pada penerapannya, seperti kita lihat pada contoh di Gereja Gothem, di Gotland.

Lukisan dinding bergaya Gotik Akhir

sunting
 
Interior Gereja Rasbokil. Mirip banyak gereja di daerah sekitar Danau Mälaren, keseluruhan interior gereja dihiasi dengan lukisan dinding para akhir abad pertengahan; ini berasal dari sekitar tahun 1520. Setelah ditutupi kapur, semuanya dibuka kembali pada abad ke-20.

Sebagian besar, mungkin sampai 75 persen, dari semua lukisan dinding gereja Abad Pertengahan di Swedia berasal dari abad ke-15 dan awal abad ke-16. Beberapa contoh terawal gaya Gotik Akhir ini bisa ditemukan di rumah pertemuan di Biara Vadstena. Lukisan-lukisan dinding ini kemungkinan besar digambar pada dasawarsa kemudian pada abad ke-14 dan menunjukkan pengaruh ikonografis dari Jerman Utara, terutama dari pelukis Master Bertram. Namun terutama daerah di sekitar Danau Mälaren, secara khusus Uppland dan Västmanland, yang menunjukkan peningkatan tajam produksi lukisan dinding antara sekitar tahun 1435 dan 1500. Perkembangan ekonomi memungkinkan dibangunnya banyak gereja baru dan yang lama lalu dipugar; hampir semua gereja di daerah ini lalu diberi kubah dari batu bata, yang kemudian diberi dekorasi. Uskup Agung Jakob Ulvsson (1430-an-1521) juga memberi semangat akan perkembangan ini dan lambangnya dilukiskan di beberapa gereja. Kecepatan di mana gereja-gereja di dekat Stockholm semasa abad ke-15 didekorasi dengan lukisan-lukisan telah ditulis sebagai "epidemi". Sejumlah besar lukisan dinding gereja dari periode ini bisa ditemukan di Väster- dan Östergötland, serta di Scania. Lukisan dinding Gotik akhir yang mirip dari kawasan Mälaren bisa pula ditemukan di Dalarna, Norrland, dan juga Finlandia. Gereja paling utara dengan lukisan dinding Gotik Akhir adalah Gereja Nederluleå di Norrbotten.

Pada masa ini tema-tema yang berhubungan dengan Maria menjadi lebih populer dan lebih bervariasi (termasuk penggambaran Wanita Apokalips dan pemburuan Unikorn). Pada waktu itu ada peningkatan jumlah lukisan para santo dan legenda mereka. Proyek lukisan gereja menjadi lebih terfragmentasi, kemudian tema dan motif menjadi lebih sering dicampur tanpa prinsip menyeluruh yang kuat. Namun, beberapa kecenderungan umum dapat diamati, setidaknya di gereja-gereja di Uppland. Ruangan koor gereja sering berisi adegan-adegan dari kehidupan Kristus, atau tema-tema Maria. Panti umat seringkali didekorasi dengan ilustrasi dari Perjanjian Lama, dan serambi-serambi gereja yang luas seringkali memuat tema-tema yang lebih profan. Seni didaktik menjadi lebih umum, beserta tema-tema moralistik - termasuk penggambaran iblis sebagai seni di lukisan dinding.

Secara keseluruhan, lukisan bergaya Gotik Akir lebih naratif dan kurang dekoratif daripada masa Gotik sebelumnya. Manusia digambarkan lebih linier, dengan garis bentuk yang lebih tajam dan volume yang lebih padat, dan hiasannya lebih bervariasi, mendetail, dan lebih kaya. Seluruh gereja, termasuk dinding dan langit-langit, biasanya didekorasi. Seluruh gereja, termasuk dinding dan panti umat, biasanya didekorasi. Palet warna diperluas dan ada kecenderungan ke arah kegembiraan atau gaya kampungan. Ukiran dan Alkitab bergambar digunakan sebagai contoh oleh para seniman (meskipun salinan murni jarang terjadi). Selama masa ini, pengaruh lukisan Belanda awal, termasuk upaya realisme dan perspektif, dapat dilihat di beberapa lukisan dinding; hal ini sekalu lagi mungkin terjadi melalui transfer budaya dari Jerman (beberapa seniman seperti Albertus Pictor dan Johannes Rosenrod adalah orang Jerman sendiri). Secara keseluruhan, bagaimana pun juga, lukisan dinding gereja terus mengikuti gaya rakyat setempat, dekoratif dengan beberapa unsur muncul dari Renaisans yang baru lahir di seluruh Eropa.

Hiasan kemudian, ketidakterurusan dan pemugaran

sunting

Berbeda dengan beberapa negara lainnya di Eropa, Reformasi di Swedia pada abad ke-16 tidak diiringi dengan ikonoklasme yang tersebar luas. Sebagian besar lukisan dinding gereja tetap tidak terjamah, dan bahkan kadang-kadang dipugar, bahkan setelah Reformasi. Tidak adanya perang besar di tanah Swedia sejak Abad Pertengahan dan seterusnya berkontribusi untuk melestarikan banyak lukisan dinding. Beberapa lukisan dinding gereja yang sama sekali baru juga diciptakan selama abad ke-17 dan ke-18, seringkali dengan gaya konservatif, hampir mirip dengan gaya abad pertengahan. Namun, menjelang akhir abad ke-17, lukisan dinding gereja mulai ditutupi dengan kapur di beberapa gereja. Ada yang menduga bahwa penekanan yang semakin besar pada ajaran Ortodoksi Protestan di dalam Gereja Swedia menyebabkan sikap yang kurang toleran terhadap lukisan dinding. Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, terjadi penutupan lukisan dinding yang lebih sistematis, berdasarkan gaya daripada alasan teologis: idealisme Neoklasik pada masa itu menghargai interior gereja putih yang tidak dihias, hal in lebih dihargai tinggi daripada lukisan dinding bersejarah. Hanya beberapa fragmen lukisan dinding gereja di Swedia yang bertahan secara tak tersentuh hingga hari ini; kebanyakan dari semuanya pada suatu saat ditutupi dengan kapur. Dari akhir abad ke-19, dan khususnya selama abad ke-20, lukisan dinding ditemukan dan dipugar. Kadang-kadang "pemugaran" ini pada justru menyebabkan kerusakan lebih lanjut atau bahkan kehancuran. Secara umum, biar bagaimanapun, masih ada sejumlah besar lukisan dinding di Swedia, dibandingkan dengan yang lain di Eropa. Museum Sejarah Swedia menyebut semuanya sebagai "harta karun yang unik".

Teknik

sunting

Selama Masa Abad Pertengahan lukisan-lukisan dibuat di atas kayu dan batu, tetapi sebagian besar ditemukan di batu-batu gereja. Lukisan dinding gereja yang tertua, dari Masa Romanesque, dilukis menggunakan kombinasi teknik affresco dan secco. Dinding yang masih kosong dilapisi dengan lapisan plester tebal yang lalu ditutupi dengan kapur dan ditusuk, sebagai dasar daripada lapisan halus plester rata. Ketika masih lembap, kontur dicat pada lapisan ini menggunakan oker merah. Warna-warna yang didasarkan pada pigmen tanah, karbon hitam dan timah putih juga diterapkan dalam bentuk affresco. Namun beberapa warna didasarkan pada pigmen yang hancur jika diterapkan pada permukaan yang basah. Karena itu semuanya diterapkan pada tahap kedua di dinding kering, atau secco. Termasuk warna hijau (pigmen berbasis tembaga atau malasit), biru laut (pigmen yang terbuat dari lapis lazuli, jarang digunakan dalam lukisan dinding gereja Swedia), dan merah (pigmen berdasarkan sinabar). Pigmen lainnya yang ditemukan pada lukisan dinding gereja dari abad ke-12 sampai ke-13 adalah terre verte, atakamit, minium, masikot, dan azurit, meskipun pigmen umum dan sederhana mendominasi. Menghias sebuah gereja Romanesque dengan lukisan dinding biar bagaimana pun merupakan pekerjaan yang mahal, karena bahan-bahan mahal yang digunakan sebagai pigmen. Selain itu, lukisan dinding Romanesque kadangkala ditambah dengan elemen-elemen yang diukir dengan ringan: lingkaran cahaya orang-orang kudus dapat diukir dalam plesteran dan disepuh emas, atau dihiasi dengan bola-bola kecil cat putih yang dimaksudkan untuk meniru mutiara. Terkadang pelat tembaga berlapis emas dipasang untuk menyoroti elemen tertentu. Dalam beberapa kasus, lukisan dinding dihiasi dengan kristal batu. Sepanjang Abad Pertengahan, kapur digunakan sebagai media pengikat cat, tetapi terkadang kasein, asam erukat, dan minyak pengering digunakan.

Dari sekitar tahun 1200, ada perubahan teknik yang muncul. Daripada mengerjakan lapisan plester yang halus, para pelukis sekarang melukis langsung pada lapisan plester yang lebih kasar dan tidak merata. Beberapa elemen masih dicat affresco tetapi secco mendominasi.

Kontur diukirkan ke permukaan basah bukannya dicat, seperti sebelumnya. Menjelang akhir Abad Pertengahan, tekniknya berubah lagi: sekarang kontur biasanya digambar menggunakan arang atau kadang-kadang pigmen yang didasarkan pada oksida besi. Setelah garis luar dibuat, maka cat dilukiskan, dan terakhir teks (dalam bentuk "gulungan suara") dan detail stensil serta pola ditambahkan. Palet pigmen meluas dan berubah seiring Abad Pertengahan berkembang. Albertus Pictor, yang bekerja pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, misalnya, menggunakan timbal-timah-kuning, orpimen dan kuning Napoli sebagai tambahan pigmen yang telah disebutkan di atas ini. Bengkelnya juga mengimpor beberapa pigmen, mungkin dari Jerman. Albertus Pictor juga menggunakan glasir pada beberapa detail.

Banyak dari warna ini telah pudar atau berubah seiring dengan jalannya waktu.[5][6] Beberapa pigmen berbasis timbal yang ringan cenderung teroksidasi menjadi plattnerit, yang lebih gelap ketika dicat, seperti biasanya, pada latar belakang kapur (tetapi tidak ketika dilukis di atas kayu).[7] Demikian pula, sinabar merah terkadang berubah menjadi metasinabar. Selain itu, pigmen organik seperti brazilin telah memudar karena terpapar sinar matahari.[7] Dalam lukisan dinding gaya Romanesque, pigmen yang digunakan dalam lukisan a secco- biasanya detail, seperti mata, dan warna-warna yang paling cerah - belum diserap dengan baik oleh bahan yang mendasarinya, dan karenanya memiliki kecenderungan untuk lepas dengan lebih mudah dengan hanya menyisakan lapisan' 'affresco' 'pada lukisan dinding yang terlihat. Ini khususnya benar dalam kasus-kasus di mana lukisan-lukisan itu ditutupi dengan kapur di kemudian hari. Jika dan ketika kapur dihilangkan, lapisan a secco sering juga terkelupas.[8]

Seniman

sunting
 
Potret diri oleh Albertus Pictor di Gereja Lid

Pelaksanaan teknis dan juga ikonografi lukisan dinding bergaya Romanesque menunjukkan bahwa para seniman yang membuatnya terdidik dengan baik.[9] Walau demikian, secara umum kita tidak mengetahui banyak tentang para seniman dan bengkel-bengkel yang membuat lukisan dinding terawal di gereja-gereja Swedia.[10]

Beberapa mural dari abad ke-13 ditandatangani, dua dalam alfabet rune (Gereja Tua Dädesjö, oleh Sigmund, dan Gereja Anga, oleh Halvard) dan satu dalam huruf majuskul (Gereja Veta oleh Magnus). Catatan yang lebih rinci tentang seniman dan bengkel mereka ada dalam beberapa kasus dari pertengahan abad ke-15. Nama-nama beberapa seniman ini telah dilestarikan, baik dengan tanda tangan dan prasasti di gereja-gereja, atau di arsip kota seperti yang ada di Stockholm dan Arboga. Albertus Pictor adalah yang paling terkenal dari para seniman Gotik Akhir ini, yang telah mendapatkan pengakuan dan pengikut dalam hidupnya. Tanda tangannya dikenal dari enam gereja, sementara Gereja Lid juga memuat potret dirinya. Namanya juga disebutkan dalam arsip kota Stockholm. Dalam kasus-kasus lain, di mana tidak ada sumber tertulis, sejarawan seni telah memberi nama pada kelompok-kelompok karya yang diasumsikan dibuat oleh bengkel yang sama atau secara lebih longgar untuk karya-karya yang menunjukkan kesamaan gaya-gaya tertentu satu sama lainnya.

Para seniman yang aktif selama Abad Pertengahan akhir biasanya berasal dari bengkel yang terdiri dari guru dan satu atau dua pekerja harian dan/atau pemagang. Mereka sering berkarya dari kota dan menghias gereja-gereja di sekitarnya. Selain lukisan dinding, karya mereka mungkin juga mencakup lukisan hiasan altar, tekstil dan benda-benda keagamaan lainnya. Banyak seniman tampaknya telah menggelar jenis karya seni lainnya; beberapa dicatat dalam arsip sebagai seniman kaca dan tukang kayu, selain pelukis.

Lukisan dinding dilukis selama musim panas, biasanya dari awal April hingga pertengahan Agustus. Jika pekerjaan tidak dapat diselesaikan selama bulan-bulan musim panas, maka akan dilanjutkan pada musim semi berikutnya.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b c Lindgren 1995, hlm. 299.
  2. ^ a b Lindgren 1996, hlm. 309.
  3. ^ "Kalkmålningarna i Sverige". Medeltidens bildvärld (dalam bahasa Swedish). Swedish History Museum. Diakses tanggal 31 March 2020. 
  4. ^ "Vem målade bilderna?". Medeltidens bildvärld (dalam bahasa Swedish). Swedish History Museum. Diakses tanggal 29 March 2020. 
  5. ^ Lindgren 1996, hlm. 317.
  6. ^ Nord & Tronner 2011, hlm. 338–339.
  7. ^ a b Nord & Tronner 2011, hlm. 338.
  8. ^ Lindgren 1995, hlm. 303.
  9. ^ Nilsson 2015, hlm. 139.
  10. ^ Lindgren 1996, hlm. 310.

Pranala luar

sunting