Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Penyangkalan Holokaus

(Dialihkan dari Penyangkalan Holocaust)

Penyangkalan Holokaus (holocaust denial) adalah sebuah kepercayaan dan teori konspirasi yang menyatakan bahwa Holokaus tidak pernah terjadi, atau jauh lebih sedikit dari 6 juta orang Yahudi yang dimusnahkam oleh rezim Jerman Nazi; bahwa tidak pernah ada rencana terpusat untuk memusnahkan bangsa Yahudi; atau bahwa tidak ada pembunuhan massal di kamp-kamp konsentrasi. Mereka yang percaya akan hal ini biasanya menuduh bangsa Yahudi atau kaum Zionis mengetahui hal ini dan mengadakan konspirasi untuk mendukung agenda politik mereka. Karena Holocaust dianggap ahli-ahli sejarah sebagai salah satu kejadian paling banyak didokumentasikan dalam sejarah, pandangan-pandangan ini tidak dianggap kredibel, dengan organisasi-organisasi seperti American Historical Association mengatakan bahwa Holocaust denial sebagai "at best, a form of academic fraud."[1] Pernyataan holocaust denial di muka umum adalah pelanggaran hukum di sepuluh negara Eropa, termasuk Prancis, Polandia, Austria, Swiss, Belgia, Romania, dan Jerman.

Para penyangkal Holokaus lebih suka disebut "revisionis Holokaus". Kebanyakan ahli sejarah mengatakan bahwa istilah ini menyesatkan. Revisionisme sejarah adalah bagian dari ilmu sejarah; yaitu penyelidikan ulang dari sejarah yang sudah diterima secara umum dengan tujuan untuk lebih memperjelas peristiwa tersebut. Sebaliknya, negasionis dapat secara sengaja menggunakan catatan sejarah yang salah; seperti ditulis Gordon McFee: "Revisionists depart from the conclusion that the Holocaust did not occur and work backwards through the facts to adapt them to that preordained conclusion. Put another way, they reverse the proper methodology ... thus turning the proper historical method of investigation and analysis on its head." [2]

Public Opinion Quarterly juga menyimpulkan: "Tidak ada ahli sejarah terkemuka yang mempertanyakan kenyataan Holokaus, dan mereka yang mendukung penyangkalan Holokaus kebanyakan adalah anti-Semit dan/atau neo-Nazi."

Penyangkalan Holokaus sangat populer dalam penentang-penentang Israel dari kaum Muslim karena memang banyak bukti yang dikeluarkan oleh ilmuwan barat sendiri yang menjelaskan kebohongan holokaus ini. Disertasi doktor Mahmoud Abbas, Presiden Palestina, meragukan bahwa kamar gas digunakan untuk membunuh orang-orang Yahudi dan mengatakan bahwa jumlah orang Yahudi yang dibunuh dalam Holokaus kurang dari 1 juta jiwa.[3][4] Abbas belum pernah menyatakan pandangan ini sejak ditunjuk menjadi Perdana Menteri Palestina pada tahun 2003, dan telah membantah bahwa ia adalah seorang penyangkal Holokaus. Pada akhir 2005, presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad menggambarkan Holokaus sebagai "mitos pembantaian orang Yahudi." [5][6]

Sebenarnya dari kalangan ilmuwan barat sendiri ada beberapa yang menyangkal adanya Holokaus, di antaranya: Pengarang Prancis Roger Garaudy, Professor Robert Maurisson, Ernst Zundel, David Irving, dll. tetapi hampir semuanya dinyatakan bersalah dan dijebloskan kedalam penjara termasuk Pada 15 Feb 2007, Ernst Zundel seorang penyangkal Holokaus dihukum 5 tahun penjara [1]. Seorang pengacaranya, Herbert Schaller, berhujah bahwa semua bukti tentang adanya Holokaus hanya berdasarkan pengakuan korban-korbannya saja, bukan berdasarkan fakta-fakta yang jelas. Ernst Zundel ini juga pernah ditahan pada tahun 1985, dan 1988 dalam kasus yang sama.

Lihat pula

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Donald L. Niewyk, ed. The Holocaust: Problems and Perspectives of Interpretation, D.C. Heath and Company, 1992.
  2. ^ Gord McFee, "why 'Revisionism' isn't Diarsipkan 2010-04-28 di Wayback Machine.," The Holocaust History Project (accessed June 8, 2005).
  3. ^ Was Abu Mazen a Holocaust Denier? By Brynn Malone (History News Network)
  4. ^ Abu Mazen: A Political Profile. Zionism and Holocaust Denial by Yael Yehoshua (MEMRI) April 29, 2003
  5. ^ Iranian Leader Denies Holocaust BBC News 14 Desember 2005
  6. ^ Tom Smith, "The Polls--A Review: The Holocaust Denial Controversy." Public Opinion Quarterly 59 (Summer 1995): 269-295.