Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Senen, Jakarta Pusat

kecamatan di Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta


Kecamatan Senen terletak di Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia. Kecamatan ini dinamakan menurut Pasar Senen. Di kecamatan ini terletak Stasiun Pasar Senen. Planet Senen (yang meliputi Pasar Senen, Stasiun Senen, Gelanggang Remaja Senen, dan Bioskop Grand) merupakan tempat berkumpulnya para seniman yang dikenal dengan sebutan Seniman Senen.

Senen
Pasar Senen tahun 1970-an
Letak kecamatan Senen di Jakarta Pusat
Letak kecamatan Senen di Jakarta Pusat
Peta lokasi Kecamatan Senen
Senen di Jakarta
Senen
Senen
Peta lokasi Kecamatan Senen
Senen di Jawa
Senen
Senen
Senen (Jawa)
Senen di Indonesia
Senen
Senen
Senen (Indonesia)
Koordinat: 6°11′S 106°51′E / 6.18°S 106.85°E / -6.18; 106.85
Negara Indonesia
ProvinsiDKI Jakarta
Kota AdministrasiJakarta Pusat
Pemerintahan
 • CamatRonny Jarpiko[1]
Populasi
 • Total129.303 jiwa
 • Kepadatan29.320/km2 (75,900/sq mi)
Kode pos
10410-10460
Kode Kemendagri31.71.04 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3173030 Edit nilai pada Wikidata
Desa/kelurahan6 kelurahan
Peta
PetaKoordinat: 6°11′16.44″S 106°50′47.40″E / 6.1879000°S 106.8465000°E / -6.1879000; 106.8465000

Sejarah

sunting

Sejarah Senen diawali dengan dibukanya Pasar Senen oleh Yustinus Vinck pada tahun 1733. Selain Pasar Senen, Vinck juga membuka Pasar Tanah Abang. Dua tahun berikutnya ia menghubungkan kedua pasar tersebut dengan sebuah jalan, yang sekarang disebut Jl. Prapatan dan Jl. Kebon Sirih yang juga merupakan jalur penghubung timur-barat pertama di Jakarta Pusat kini. Setelah zaman kemerdekaan hingga tahun 1975, Senen menjadi pusat perdagangan terkemuka di Jakarta. Pada tahun 1974 terjadi tragedi Malari yang memporakporandakan Pasar Senen. Mahasiswa pada saat itu, marah atas kebijakan ekonomi Indonesia yang bergantung pada Jepang. Dan Pasar Senen merupakan simbol dari penjualan produk-produk Jepang.

Wilayah administrasi

sunting

Kecamatan Senen terdiri dari enam kelurahan, yakni;

  1. Senen, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10410
  2. Kwitang, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10420
  3. Kenari, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10430
  4. Paseban, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10440
  5. Kramat, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10450
  6. Bungur, Senen, Jakarta Pusat dengan kode pos 10460

Pusat perdagangan ibu kota

sunting

Pada awal abad ke-20, Senen telah menjadi jantung ibu kota dengan denyut perdagangan yang tak pernah berhenti. Beberapa toko besar dan terkenal, banyak berdiri di sepanjang Jalan Kramat Bunder, Jalan Kramat Raya, Jalan Kwitang, dan Jalan Senen Raya. "Apotik Rathkamp" yang setelah kemerdekaan menjadi Kimia Farma, berdiri di seberang Segi Tiga Senen. Di Gang Kenanga terdapat toko sepeda "Tjong & Co". Di Jalan Kramat Bunder terdapat rumah makan terkenal "Padangsche Buffet".[3] Di Jalan Kwitang terdapat toko buku Gunung Agung. Serta dua bioskop terkenal, Rex Theater (kini Bioskop Grand) dan Rivoli Theater di Jalan Kramat Raya. Di Pasar Senen terdapat toko Djohan-Djohor asal Minangkabau (yakni Djohan Soetan Soelaiman dan Djohor Soetan Perpatih), yang terkenal karena sering memberikan potongan harga.

Pada periode 1960-1970, beberapa toko di atas telah lenyap atau berubah kepemilikan. Pada masa kepemimpinan Ali Sadikin, pemerintah melakukan revitalisasi kawasan Senen, dengan membangun Pusat Perdagangan Senen atau yang lebih dikenal dengan Proyek Senen[4] Pembangunan Proyek Senen diikuti dengan pasar inpres dan Terminal Senen. Melengkapi Proyek Senen, pada tahun 1990 dibangun pula super blok modern, Atrium Senen. Atrium Senen diisi sejumlah tenant internasional, seperti Yaohan dan Mark & Spencer, yang pada akhirnya menarik diri karena krisis ekonomi.

Selain proyek Senen dan Atrium Senen, Senen makin dipadati oleh pedagang informal atau biasa disebut dengan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan disepanjang jalan Kramat dan Kwitang. Jika di sisi Jalan Kramat dipenuhi oleh pedagang-pedagang Minangkabau yang menjual aneka penganan, maka Jalan Kwitang merupakan bursa buku terbesar di Jakarta.

Demografi

sunting

Pada tahun 2021, penduduk kecamatan Senen sebanyak 129.303 jiwa, dengan kepadatan 29.320 jiwa/km².[2] Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021 mencatat bahwa mayoritas penduduk kecamatan ini memeluk agama Islam. Adapun persentasi penduduk menurut agama yang dianut ialah Islam sebanyak 81,05%, kemudian Kristen sebanyak 16,26%, di mana Protestan 11,41% dan Katolik 4,85%. Kemudian sebagian lagi memeluk agama Buddha yakni 2,40%, Hindu 0,27%, Konghucu dan kepercayaan sebanyak 0,02%.[2] Untuk sarana rumah ibadah di Senen, terdapat 50 masjid, 39 musala, 15 gereja Protestan, 6 gereja Katolik dan 1 vihara.[5]

Seniman Senen

sunting

Pada akhir dekade 1930-an, kawasan Senen mulai didatangi oleh anak-anak muda dari seantero Nusantara. Kebanyakan di antara mereka adalah mahasiswa, aktivis, dan pejuang bawah tanah. Di samping itu terdapat pula para pemain sandiwara, pemain musik, pembuat puisi, dan penulis cerita, yang kemudian hari lebih dikenal dengan sebutan "Seniman Senen". Di antara para seniman itu adalah Chairil Anwar. Dia kerap mondar-mandir, mencari inspirasi dan menulis sajak di pinggiran Stasiun Senen.[6] Djamaluddin Malik juga merupakan seniman Indonesia yang tumbuh dan besar di kawasan Senen. Di antara para seniman Senen, Djamaluddin dikenal sebagai seorang yang dermawan. Dia menjadi bos atau raja seniman Senen.[7] Selain nama-nama di atas, para seniman Senen yang kelak menjadi orang-orang sukses antara lain Usmar Ismail, Misbach Yusa Biran, Delsy Syamsumar, Sobron Aidit, Soekarno M. Noer, Wim Umboh, dan Wolly Sutinah.

Dipilihnya Pasar Senen menjadi tempat berkumpulnya para seniman, dikarenakan dekatnya kawasan tersebut dengan Gedung Kesenian Jakarta dan studio film Golden Arrow. Dan dari sini juga, orang bisa mencapai segala penjuru Jakarta dengan biaya amat murah. Pada era 1950-an, tempat kumpul paling ternama adalah kedai Masakan Padang "Ismail Merapi". Di tempat ini, tak hanya para seniman saja yang berkumpul, tetapi juga para pencatut, preman, dan gelandangan. di sini mereka berbaur, hidup dengan penuh kedamaian, dan harmonis.[8]

Pada tahun 1968, gubernur Jakarta Ali Sadikin meresmikan Taman Ismail Marzuki dan kemudian mendirikan Institut Kesenian Jakarta. Selain sebagai objek wisata, tempat ini juga diperuntukkan bagi para seniman yang hendak mengembangkan bakat dan kemampuannya. Sejak saat itu, maka mereduplah nama besar Seniman Senen. Kini Cikini dengan Taman Ismail Marzuki-nya, telah menggantikan Planet Senen sebagai tempat pembiakan para seniman muda.

Rute Transportasi Umum di Senen

sunting
 
Stasiun Pasar Senen.

Beberapa rute transportasi kereta api dengan melayani berbagai kota di pulau Jawa (Barat, Tengah, Timur) yang ada Stasiun Pasar Senen di kecamatan Senen:

  1. Bangunkarta tujuan Jombang
  2. Jayabaya tujuan Malang
  3. Jayakarta tujuan Surabaya Gubeng
  4. Dharmawangsa tujuan Surabaya Pasarturi
  5. Cikuray tujuan Garut
  6. Tegal Bahari tujuan Tegal
  7. Serayu tujuan Purwokerto
  8. Fajar dan Senja Utama Yogya tujuan Yogyakarta
  9. Gajahwong tujuan Lempuyangan
  10. Fajar dan Senja Utama Solo tujuan Solo Balapan
  11. Bengawan tujuan Purwosari
  12. Mataram tujuan Solo Balapan
  13. Kutojaya Utara tujuan Kutoarjo
  14. Gayabaru Malam Selatan tujuan Surabaya Gubeng
  15. Kertajaya tujuan Surabaya Pasarturi
  16. Bogowonto tujuan Lempuyangan
  17. Gumarang tujuan Surabaya Pasarturi
  18. Sawunggalih tujuan Kutoarjo
  19. Jaka Tingkir tujuan Purwosari
  20. Matarmaja tujuan Malang
  21. Menoreh tujuan Semarang Tawang
  22. Majapahit tujuan Malang
  23. Tawang Jaya tujuan Semarang Poncol
  24. Singasari tujuan Blitar
  25. Tawang Jaya Premium tujuan Semarang Tawang
  26. Brantas tujuan Blitar
  27. Airlangga tujuan Surabaya Pasarturi
  28. Progo tujuan Lempuyangan

Bebebrapa rute transportasi umum yang melintas di kecamatan Senen:

  1. Mikrolet M01 ke Terminal Kampung Melayu
  2. Mikrolet M12 ke Stasiun Jakarta Kota
  3. Mikrolet M37 ke Terminal Pulo Gadung (via Boulevard Barat Kelapa Gading)
  4. Metromini P03 ke Terminal Rawamangun
  5. Metromini P07 ke Semper Barat
  6. Metromini P10 ke Sumur Batu
  7. Metromini P11 ke Utan Panjang
  8. Metromini P15 ke Bendungan Hilir
  9. Metromini P17 ke Terminal Manggarai
  10. Metromini U24 ke Terminal Tanjung Priok
  11. Metromini T47 ke Stasiun Klender Baru
  12. Kopaja P20 ke Terminal Lebak Bulus
  13. Kopaja U27 ke Mall Kelapa Gading
  14. TransJabodetabek AC122 ke Terminal Cikarang
  15. TransJabodetabek P9A ke Terminal Bekasi (via Bekasi Timur)
  16. TransJabodetabek P17A ke Terminal Kampung Rambutan
  17. TransJabodetabek AC106 ke Poris Plawad (via Tomang Raya)
  18. TransJabodetabek P157 ke Poris Plawad (via Letjen S. Parman)
  19. Transjakarta 1P Senen - Blok M
  20. Transjakarta 1R Senen - Tanah Abang
  21. Transjakarta 6H Senen - Lebak Bulus
  22. Transjakarta 10K Senen - Tanjung Priok
  23. Transjakarta 12B Senen - Pluit
  24. Transjakarta Mikrotrans JAK17 Senen - Pulogadung via Cempaka Putih
  25. Transjakarta Mikrotrans JAK24 Senen - Pulogadung via Kelapa Gading
Stasiun sebelumnya   Transjakarta   Stasiun berikutnya
Koridor 2
Koridor 5

Referensi

sunting
  1. ^ "Daftar Pejabat Kecamatan Pemerintahan Kota Administrasi Jakarta Pusat". www.pusat.jakarta.go.id. Diakses tanggal 9 Januari 2022. 
  2. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 9 Januari 2022. 
  3. ^ Alwi Shahab, Kramat-Pasar Senen 1935, Republika, 9 Oktober 2007
  4. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-07. Diakses tanggal 2009-05-01. 
  5. ^ "Kecamatan Senen dalam Angka 2021" (pdf). Badan Pusat Statistik Indonesia. 2021. hlm. 49. Diakses tanggal 9 Januari 2022. 
  6. ^ Aulia A. Muhammad, Bayang baur sejarah: sketsa hidup penulis-penulis besar dunia, Chairil Anwar: Potret Lusuh Seorang Sastrawan, 2003
  7. ^ Republika.co.id http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/khazanah/08/09/21/7629-h-djamaluddin-malik-tokoh-sineas-dari-nahdlatul-ulama
  8. ^ Misbach Yusa Biran, Keajaiban di Pasar Senen, 2008

Pranala luar

sunting