Sistem han
Han (藩 ) adalah istilah sejarah Jepang untuk sistem pemerintahan dan wilayah dengan potensi produksi beras di atas 10.000 koku yang diperintah oleh daimyo yang juga tuan tanah feodal. Istilah han mulai dipakai pada pertengahan zaman Edo dan berlanjut beberapa tahun hingga zaman Meiji sebelum sistem han dihapus pada tahun 1871. Namun sistem han bukanlah nama resmi yang dipakai oleh Keshogunan Edo. Istilah ini baru dipakai secara luas sebagai istilah resmi pada awal zaman Meiji.
Pada zaman Edo, Keshogunan Edo menyebut wilayah kekuasaan daimyo sebagai ryōbun (領分 , teritori/domain). Namun buku sejarah zaman sekarang di Jepang, wilayah kekuasaan seorang daimyo serta sistem pemerintahan wilayahnya disebut han. Penguasa han disebut hanshu (藩主 , tuan tanah feodal), dan samurai yang bekerja untuk daimyo disebut hanshi (藩士 , samurai han). Selain han yang diperintah seorang daimyo, Keshogunan Edo juga memiliki wilayah dalam kendali langsung keshogunan yang disebut tenryō (天領 ).
Sejarah
suntingPada awalnya, istilah han hanya dipakai oleh kalangan terbatas di Jepang, dan baru terlihat pada buku-buku yang diterbitkan mulai pertengahan zaman Edo, misalnya buku silsilah dan kronologi daimyo berjudul Hankanfu karya Arai Hakuseki dari tahun 1702 dan Tokugawa Jikki oleh Taikei Kokushi dari paruh pertama abad ke-19. Penulisan Hankanfu diperintahkan oleh Tokugawa Tsunatoyo yang kemudian terpilih sebagai shogun ke-6 dengan nama Tokugawa Ienobu. Dalam buku tersebut ditulis bahwa judul Hankanfu (藩翰譜 ) merupakan hasil pemikiran Tokugawa Tsunatoyo. Setelah diterbitkannya Hankanfu, pemakaian istilah han meluas di kalangan daimyo hingga periode Bakumatsu. Meskipun demikian, istilah han bukan merupakan istilah resmi Keshogunan Edo.
Istilah han berasal dari Tiongkok kuno, di antaranya sudah dipakai buku sejarah Chunqiu Zuo Zhuan. Di Dinasti Zhou, tanah di dalam negeri dibagi-bagikan kepada keluarga kerajaan yang kemudian memerintah wilayah tersebut sebagai tuan tanah feodal.[1] Ahli Konfusianisme zaman Edo membandingkan keadaan di Tiongkok dengan wilayah kekuasan yang dibagi-bagikan oleh shogun kepada anggota Keluarga Shogun Tokugawa. Bila Keluarga Shogun Tokugawa adalah kaisar, maka daimyo adalah tuan tanah feodal, dan wilayah kekuasaannya disebut han. Meskipun demikian, istilah han pada zaman Edo hanya dipakai dalam literatur Konfusianisme dan belum dipakai sebagai nama sistem resmi. Pada zaman Edo, beberapa istilah dipakai untuk menyebut wilayah kekuasaan daimyo. Istilah yang paling banyak dipakai adalah kuni (国 ) (negara atau provinsi) seperti dipakai dalam Buke shohatto untuk menyebut semua wilayah kekuasaan daimyo, dan daimyo disebut sebagai kokushu (国主 , kepala negara). Istilah han juga ditukarpakaikan dengan ie (家 , keluarga/klan). Wilayah kekuasaan seorang daimyo bagaikan sebuah rumah (家 , ie). Kelompok pengikut daimyo (kashin 家臣) yang bekerja untuk daimyo disebut kachū (家中 ). Hukum yang mengatur wilayah kekuasaan daimyo disebut kahō (家法 , undang-undang han), dan pejabat administrasi yang bekerja untuk daimyo disebut karō (家老 , pembantu senior).[1]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b Takemitsu, Makoto (1999). 藩と日本人: 現代に生きる〈お国柄〉. PHP研究所. hlm. 13–14. ISBN 4569607977.