Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Sistem Susunan roda AAR adalah cara untuk mengklasifikasi susunan lokomotif (atau unit) yang dikembangkan oleh Asosiasi Perkeretaapian Amerika, dalam Bahasa Inggris yang berarti Association of American Railroads. Pada dasarnya merupakan penyederhanaan Klasifikasi UIC Eropa, dan secara luas digunakan di Amerika Utara untuk menerangkan diesel dan listrik. Sistem ini tidak digunakan pada Lokomotif uap, melainkan Notasi Whyte yang digunakan. Sistem ini tidak menghitung jumlah roda, melainkan jumlah gandar (as roda lokomotif atau unit). Huruf-huruf mengacu pada gandar penggerak, dan angka pada gandar "idle" (tidak berpenggerak). "A" mengacu pada satu gandar roda penggerak dalam satu deret, "B" pada dua gandar penggerak dalam satu deret, "C" pada tiga gandar penggerak dalam satu deret, and "D" pada empat gandar penggerak dalam satu deret. "1" mengacu pada satu gandar tidak berpenggerak dalam satu deret, dan "2" pada dua gandar tidak berpenggerak dalam satu deret. Tanda garis mendatar ("–") mengacu pada bogie, atau rangkaian roda yang terpisah. Tanda plus ("+") mengacu pada artikulasi (sambungan).

Susunan roda 2-4-4-2 pada lokomotif listrik ESS 3200.
Susunan roda 1-B-B-1 pada lokomotif listrik ESS 3200.

"1A-A1" berarti ada dua bogie (atau rangkaian roda) di bawah unit. Setiap bogie mempunyai satu gandar penggerak dan satu gandar tidak berpenggerak (idle), dengan gandar idle berada di sisi luar.

"1-D" berarti ada 2 bogie. Bogie pertama berada di bagian bawah-depan unit, dan mempunyai 1 gandar idle. Bogie kedua terdiri dari 4 gandar penggerak dirangkai pada rangka di belakang bogie idle yang berada di depan.

"2-A1A" berarti ada 2 bogie. Bogie pertama terletak di bagian bawah-depan unit, dan mempunyai 2 gandar idle dalam 1 deret. Bogie "A1A" terletak di bagian belakang unit, mempunyai 2 gandar idle dan 1 gandar penggerak dengan gandar idle berada di tengah bogie (di antara kedua gandar penggerak).

"2-B" berarti ada 2 bogie. Bogie pertama terletak di bagian depan dan mempunyai 2 gandar idle, sedangkan bogie yang kedua terletak di bagian belakang dan mempunyai 2 gandar penggerak. Contohnya adalah unit Kereta Rel Diesel (KRD) Shinko-Shinko buatan Jepang tahun 1976 yang berkode MCW 301 yang sekarang telah dimodifikasi menjadi KRD Cummins (MCW 302), beberapa unit lainnya juga dimodifikasi menjadi kereta ekonomi lokal eks KRD yang tidak berpenggerak. Kini seluruh unit KRD Shinko-Shinko telah dimodifikasi menjadi KRD Cummins atau kereta ekonomi eks KRD. Kereta ekonomi eks KRD ini hanya dapat ditemui di Daerah Operasi I Jakarta dan Daerah Operasi II Bandung dan Divisi Regional I Sumatera Utara dan NAD.

"3-A1A" berarti ada 2 bogie. Bogie pertama terletak di bagian depan dan memiliki 3 gandar idle, sedangkan bogie kedua terletak di bagian belakang dan memiliki 2 gandar penggerak dan 1 gandar idle dengan kedua gandar penggerak mengapit gandar idle (gandar idle berada di antara kedua gandar penggerak).

"A1-1A" merupakan kebalikan dari "1A-A1", yang berarti ada 2 bogie. Setiap bogie mempunyai satu gandar penggerak dan satu gandar idle dengan gandar idle berada di sisi dalam.

"A1A-2" merupakan kebalikan dari "2-A1A" yang berarti ada 2 bogie. Bogie pertama terletak di bagian depan dan mempunyai 2 gandar penggerak dan 1 gandar idle dengan gandar idle berada di antara kedua gandar penggerak. Bogie yang kedua berada di belakang dan memiliki 2 gandar idle.

"A1A-3"merupakan kebalikan dari "3-A1A" yang berarti ada 2 bogie. Bogie pertama terletak di bagian depan, dan mempunyai 2 gandar penggerak dan 1 gandar idle dengan gandar idle berada di antara kedua gandar penggerak. Bogie yang kedua berada di belakang dan memiliki 3 gandar idle.

A1A-A1A

sunting

"A1A-A1A" berarti ada 2 bogie. Setiap bogie memiliki 2 gandar penggerak dan 1 gandar idle dengan gandar idle diapit oleh kedua gandar penggerak. Contoh lokomotif yang menggunakan susunan roda "A1A-A1A" adalah lokomotif BB 200, BB 201, BB 202 dan BB 203. Susunan ini digunakan pada lokomotif-lokomotif tersebut agar dapat melewati jalur rel dengan kekuatan tekanan gandar yang masih rendah, yaitu di bawah 14 ton yang masih menggunakan rel ukuran R25 dan tidak dapat dilalui lokomotif kelas CC yang tekanan gandarnya 14 ton ke atas.

A1A-B+B

sunting

"A1A-B+B" Berarti ada tiga bogie, bogie yang pertama memiliki 2 gandar penggerak dan 1 gandar idle dengan gandar idle diapit oleh kedua gandar penggerak, sedangkan bogie kedua dan ketiga masing-masing memiliki 2 gandar penggerak, pasangan antara bogie kedua dan ketiga dihubungkan oleh batang rentang. Lokomotif yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif EMD SDP45 milik Burlington Northern bernomor 6599.

"B" berarti ada dua gandar penggerak, namun tidak terartikulasi dengan bagian lokomotif lainnya. Contoh lokomotif uap di Indonesia yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif kelas B seperti B12, B23 dan B52. Susunan roda ini sering diacu sebagai 0-4-0 dalam penyetaraan Notasi Whyte.

"B-1" berarti ada 2 gandar penggerak dan 1 gandar idle. 2 gandar penggerak terangkai pada satu bogie di bagian depan, sedangkan 1 gandar idle berada di bagian belakang. Lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif seri B 25 yang berada di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah.

"B-2" Berarti ada 2 gandar penggerak dan 2 gandar idle. 2 gandar penggerak terangkai pada satu bogie di bagian depan, sedangkan 2 gandar idle terangkai pada satu bogie di bagian belakang.

"B-A1A" Berarti ada 2 bogie. Bogie pertama berada di bagian depan dan mempunyai 2 gandar penggerak, sedangkan bogie kedua di bagian belakang mempunyai 2 gandar penggerak dan 1 gandar idle dengan gandar idle berada di antara kedua gandar penggerak.

"B-B" berarti ada 2 bogie identik, masing-masing mempunyai 2 gandar penggerak. Contoh lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif-lokomotif kelas diesel hidraulik seperti BB 300, BB 301, BB 302, BB 303, BB 304, BB 305 dan BB 306. Di Amerika, lokomotif seperti ini lebih diarahkan untuk menarik kereta penumpang baik jarak jauh maupun komuter, seperti GE Genesis, EMD F40PH, atau MPI MPXpress. Contoh populer lainnya adalah beberapa jenis lokomotif listrik buatan Eropa daratan, terutama Jerman, antara lain Eurosprinter dan Bombardier Traxx. Kereta kecepatan tinggi seperti Shinkansen dan Intercity-Express (ICE) juga pada umumnya menggunakan susunan roda ini.

1-B-B-1

sunting

"1-B-B-1" berarti ada 2 bogie identik, masing-masing mempunyai 2 gandar penggerak. Kedua bogie tersebut diapit oleh gandar idle di bagian paling depan dan belakang, masing-masing 1 gandar. Contoh lokomotif yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif listrik ESS 3201 buatan Werkspoor-heemaf yang dijuluki "Si Bonbon".

"B-2-B" berarti ada 3 bogie. Dengan bogie yang mempunyai 2 gandar idle diapit oleh 2 bogie yang mempunyai 2 gandar penggerak. Contoh lokomotif yang menggunakan susunan roda "B-2-B" adalah lokomotif BB 204 yang hanya dapat ditemui di Sumatera Barat. Alasan ditambahkannya bogie idle di bagian tengah bertujuan agar lokomotif BB 204 dapat berjalan di jalur KA yang tekanan gandarnya masih kecil, terutama karena berat lokomotif BB 204 adalah 55 ton, sedangkan jalur KA di Sumbar (Sumatera Barat) ketahanan tekanan gandarnya hanya 11 ton. Bila tekanan gandar lokomotif BB 204 adalah 55 ton dibagi 4 gandar maka sama dengan 13,75 ton, maka tekanan gandar lokomotif BB 204 dengan 4 gandar masih terlalu berat dan berbahaya bila melintasi rel di Sumbar. Maka ditambahkanlah bogie dengan 2 gandar idle di bagian tengah lokomotif. Dengan demikian, tekanan gandar lokomotif BB 204 dari perhitungan 55 ton dibagi 6 gandar menjadi sama dengan 9,16 ton. Sehingga lokomotif BB 204 dapat melintasi jalur KA di Sumbar yang daya tekanan gandarnya masih kecil tersebut dengan aman.

"B-B-B" berarti ada 3 bogie identik masing-masing memiliki 2 gandar penggerak. Frame lokomtif harus diartikulasikan atau ada ruang disediakan untuk bogie tengah. Lihat juga Bo-Bo-Bo.

"B+B+B" berarti ada 3 set artikulasi dengan 2 gandar penggerak di bawah tiap set. bagian tengah lokomotif harus ada ruangan disediakan untuk set tengah, begitu pula dengan set yang berada di ujung.

2-B+B-2

sunting

"2-B+B-2" berarti ada 2 set gandar artikulasi di bawah unit. Di setiap set ada bogie dengan 2 gandar idle di bagian luar/ujung, dan di bagian dalam/tengah terdapat 2 gandar penggerak. Kedua set artikulasi ini dirangkai dengan sisi belakang terhubung dengan sisi belakang set satunya dan terhubung oleh sebuah perangkai.

2-B+B+B+B-2

sunting

"2-B+B+B+B-2" Berarti ada 2 set artikulasi tiap unit. Dalam setiap set ini, ada bogie dengan gandar idle, dan di sisi dalamnya ada 2 gandar penggerak, terhubung dengan set dua gandar penggerak lainnya. Dua dari set artikulasi ini dipasang dengan sisi belakang terhubung dengan bagian belakang set lainnya dan terhubung dengan perangkai.

B+B-B+B

sunting

"B+B-B+B" berarti ada empat bogie di bawah unit. Dalam setiap bogie, ada dua gandar penggerak, setiap pasang bogie dihubungkan oleh batang rentang. Lokomotif yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif diesel BB40-9W, ALCO Century 855.

B-B+B-B

sunting

"B-B+B-B" berarti terdapat empat bogie pada lokomotif. Setiap bogie mempunyai 2 gandar penggerak. Pasangan dua bogie di tengah dihubungkan oleh batang rentang.

B-B-B-B

sunting

"B-B-B-B" berarti ada empat bogie. Setiap bogie mempunyai 2 gandar penggerak. Frame (bodi) lokomotif harus menyediakan ruang untuk 2 bogie yang berada di bagian tengah.

B-B+B-B+B-B

sunting

"B-B+B-B+B-B" berarti lokomotif tersebut mempunyai 6 bogie. Setiap bogie mempunyai 2 gandar penggerak. Dengan pasangan bogie ke-2 dengan bogie ke-3 dan bogie ke-4 dengan bogie ke-5 terhubung dengan batang rentang.

"C" berarti ada 3 gandar penggerak. 3 gandar tersebut tidak terartikulasi dengan bagian lokomotif lainnya. Lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif diesel seri C 300 dan C 301 dan lokomotif uap seri C 11 dan C 12.Susunan roda ini setara dengan 0-6-0 dalam Notasi Whyte.

"C-B" berarti ada 2 bogie, bogie pertama di bagian depan mempunyai 3 gandar penggerak, sedangkan bogie kedua di bagian belakang hanya mempunyai 2 gandar penggerak.

"C-C" berarti ada 2 bogie identik masing-masing memilki 3 gandar penggerak. Susunan roda ini adalah yang paling populer di kalangan lokomotif diesel elektrik di Amerika Utara seperti di Amerika Serikat sebagai lokomotif angkutan barang berat, sebagai contoh adalah GE Evolution dan EMD SD70. Di Indonesia, lokomotif yang menggunakan susunan gandar ini jumlahnya sangat banyak dan digunakan secara serbaguna baik sebagai lokomotif kereta api penumpang maupun kereta api barang. Lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan gandar "C-C" ini di antaranya adalah seri CC 201, CC 202, CC 203, CC 204, CC 205, CC 206 dan CC 300.

"1-C-C" berarti ada 1 gandar dan 2 bogie. Bogie pertama dan kedua mempunyai 3 gandar penggerak, sedangkan bagian paling depan lokomotif terdapat 1 gandar idle yang berfungsi sebagai pemandu. Contoh lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan gandar ini adalah lokomotif uap seri CC 50.

 
Lokomotif uap bersusunan 2-C-1 pada masa Hindia Belanda

"2-C-1" berarti ada 2 gandar idle di bagian depan, 3 gandar penggerak di bagian tengah dan 1 gandar idle di bagian belakang, contohnya lokomotif mallard locomotive Di Indonesia,contohnya adalah C 50 dan C 53

"2-C-2" berarti ada 3 bogie. Bogie yang berada di bagian tengah mempunyai 3 gandar penggerak dan diapit oleh sepasang bogie dengan 2 gandar idle. Lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif uap seri C 27 dan C 28 yang berada di Museum Kereta api Ambarawa.

"C-2-C" berarti ada 3 bogie. Bogie di bagian depan dan belakang adalah bogie dengan 3 gandar penggerak pada setiap bogie, sedangkan di bagian tengah terdapat bogie dengan 2 gandar idle. Lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif diesel seri CC 200, lokomotif diesel pertama di Indonesia yang mulai dinas tahun 1953. Alasan ditambahkannya bogie idle di bagian tengah bertujuan agar lokomotif CC 200 dapat berjalan di jalur KA yang tekanan gandarnya masih kecil, terutama karena berat lokomotif CC 200 terlalu berat, yaitu 96 ton, sedangkan mayoritas jalur KA di Pulau Jawa saat itu masih menggunakan rel ukuran R25 yang hanya tahan tekanan gandar sebesar 12 ton. Bila tekanan gandar lokomotif CC 200 adalah 96 ton dibagi 6 gandar maka sama dengan 16 ton, maka tekanan gandar lokomotif CC 200 dengan 6 gandar masih terlalu berat dan berbahaya bila melintasi rel di Jawa. Maka ditambahkanlah bogie dengan 2 gandar idle di bagian tengah lokomotif. Dengan demikian, tekanan gandar lokomotif CC 200 dari perhitungan 96 ton dibagi 8 gandar menjadi sama dengan 12 ton. Sehingga lokomotif CC 200 dapat melintasi jalur yang daya tekanan gandarnya masih kecil tersebut dengan aman.

1-C+C-1

sunting

"1-C+C-1" berarti ada 2 set artikulasi gandar pada lokomotif. Dalam setiap set, di sisi luar ada satu gandar idle dan di sisi dalam ada bogie dengan 3 gandar penggerak. Kedua set artikulasi ini dirangkai saling membelakangi (belakang ke belakang) oleh sebuah perangkai.

2-C+C-2

sunting

"2-C+C-2" berarti ada 2 set artikulasi gandar pada lokomotif. Dalam setiap set, di sisi luar ada bogie dengan 2 gandar idle dan di sisi dalam ada bogie dengan 3 gandar penggerak. Kedua set artikulasi ini dihubungkan saling membelakangi (belakang ke belakang) oleh sebuah perangkai.

2+C-C+2

sunting

"2+C-C+2" berarti ada dua set gandar di bawah unit. Dalam setiap set ini, di bagian luar ada sebuah bogie pemandu dengan 2 gandar idle, di sisi dalamnya, terhubung dengan bogie dengan 3 gandar penggerak.

2-C1+2-C1-B

sunting

"2-C1+2-C1-B" berarti ada lima bogie. Pada bogie kedua dan keempat, hanya tiga gandar pertama dari empat gandar dalam satu bogie yang berpenggerak, bogie terakhir memilki 2 gandar penggerak. Bogie pertama dan ketiga masing-masing memiliki 2 gandar idle. Lokomotif yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif turbin uap Chesapeake & Ohio Class M1.

C-C+C-C

sunting

"C-C+C-C" berarti ada empat bogie pada lokomotif. Setiap bogie memiliki tiga gandar penggerak.

C+C-C+C

sunting

"C+C-C+C" berarti ada 4 bogie. setiap bogie mempunyai 3 gandar penggerak dan setiap pasang bogie terhubung dengan batang rentang.

"D" berarti lokomotif yang berkode tersebut mempunyai 4 gandar atau 4 pasang roda yang semuanya merupakan gandar penggerak. Lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif diesel hidraulik khusus langsir seri D 300 dan D 301.

"1-D-1" berarti ada 1 bogie yang mempunyai 4 gandar penggerak yang diapit 1 gandar idle di bagian depan dan belakang. Lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif uap seri D14 dan D52 yang dapat dilihat di Museum Kereta api Ambarawa.

"2-D-2" berarti ada 3 bogie. Di bagian tengah lokomotif terdapat bogie dengan 4 gandar penggerak yang diapit oleh bogie dengan 2 gandar idle di bagian depan dan belakangnya.

"D-D" berarti ada 2 bogie identik masing-masing mempunyai 4 gandar penggerak. Contoh Lokomotif yang menggunakan susunan Gandar "D-D" EMD DD35, EMD DD35A, EMD DDA40X.

"1-D-D" berarti ada 1 gandar dan 2 bogie. 1 gandar idle berada di depan sebagai pemandu, sedangkan di belakangnya terdapat 2 bogie identik masing-masing mempunyai 4 gandar penggerak. Contoh lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan gandar ini adalah lokomotif uap seri DD 52 yang dijuluki "Indonesian Big Boy".

2-D+D-2

sunting

"2-D+D-2" berarti ada 2 set artikulasi gandar pada unit. Dalam setiap set, di sisi luar ada bogie dengan 2 gandar idle, dan di sisi dalam ada bogie dengan 4 gandar penggerak. Kedua set tersebut dirangkai saling membelakangi (belakang ke belakang) oleh sebuah perangkai.

B-D+D-B

sunting

"B-D+D-B" berarti ada 2 set artikulasi gandar pada unit. Dalam setiap set, di sisi luar ada bogie dengan 2 gandar penggerak, dan di sisi dalam ada bogie dengan 4 gandar penggerak. Kedua set tersebut dirangkai saling membelakangi (belakang ke belakang) oleh sebuah perangkai. Lokomotif yang menggunakan susunan gandar ini adalah lokomotif listrik GN W-1.

1B+D+D+B1

sunting

"1B+D+D+B1" berarti ada empat set artikulasi gandar pada unit. Di setiap ujung set ada satu gandar idle dan dua gandar penggerak, terhubung pada set yang terdiri dari empat gandar penggerak. Kedua set tersebut dirangkai saling membelakangi (belakang ke belakang) oleh sebuah perangkai.

(B+B-B+B)+(B+B-B+B)

sunting

"(B+B-B+B)+(B+B-B+B)" berarti ada 2 unit yang saling terartikulasi, masing-masing dengan 4 bogie dalam susunan roda B+B-B+B.

"E" berarti pada lokomotif hanya terdapat 5 gandar penggerak. Lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif uap seri E 10 yang berada di Sumatera Barat yang dijuluki "Mak Itam" dalam Bahasa Minangkabau yang berarti "Paman Hitam".

"1-F-1" berarti lokomotif tersebut mempunyai bogie atau set gandar yang terdiri dari 6 pasang roda atau 6 gandar, yang diapit gandar idle masing-masing satu buah di bagian depan dan belakang. Lokomotif di Indonesia yang menggunakan susunan roda ini adalah lokomotif uap seri F 10 yang dijuluki lokomotif "Javanic".

Lihat Pula

sunting

Referensi

sunting
  • (Inggris) Pinkepank, Jerry A. (1973). The Second Diesel Spotter's Guide. Milwaukee, WI: Kalmbach Publishing. ISBN 0-89024-026-4.