Refarat ASD
Refarat ASD
Refarat ASD
AUTISM SPECTRUM DISORDER & GANGGUAN PSIKOTIK AKUT DAN SEMENTARA LAINNYA (F23.8)
Oleh : Andi Fajar Apriani 110 209 0106 Pembimbing : Dr. Myra Supervisor : Dr. Irma Santy, Sp. KJ
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR 2013
HALAMAN PENGESAHAN
: Andi Fajar Apriani : 110 209 0106 : Gangguan Psikotik Akut dan Sementara Lainnya (F23.8)
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Konsulen,
Pembimbing,
(dr.Myra)
BAB I PENDAHULUAN
Gangguan perkembangan psikologis anak merupakan gangguan-gangguan yang umumnya mempunyai gambaran seperti onset yang bervariasi selama bayi atau anakanak, adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat, dan berlangsung secara terus menerus tanpa adanya remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa. Pada sebagian besar kasus, fungsi-fungsi yang dipengaruhi termasuk bahasa, keterampilan visuospasial dan/atau koordinasi motorik. Yang khas dari gangguan ini adalah hendayanya berkurang secara progresif dengan bertambahnya usia anak. Salah satu contoh yang termasuk gangguan perkembangan psikologis anak adalah gangguan perkembangan pervasif 1. Gangguan Perkembangan Pervasif (GPP) mencakup sekelompok keadaan berupa terdapatnya keterlambatan dan penyimpangan perkembangan keterampilan sosial, bahasa, dan komunikasi, serta kumpulan perilaku. Anak dengan gangguan perkembangan pervasif sering menunjukkan minat keanehan yang intens dalam kisaran sempit aktivitas, menolak perubahan, dan tidak berespon sesuai terhadap lingkungan sosial 2,3. GPP ditentukan oleh adanya ketidakmampuan pervasif berat dalam beberapa perkembangan, termasuk ketrampilan interaksi sosial timbal-balik, terampilan berkomunikasi, atau adanya perilaku, minat, dan aktivitas yang stereotipik 4. Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) dari American Psychiatric Association mengkategorikan 5 gangguan yang berbeda dalam cakupan Gangguan Perkembangan Pervasif (GPP), yaitu gangguan autistik, gangguan Asperger, gangguan perkembangan pervasif yang tidak tergolongkan, sindrom Rett, dan gangguan disintegratif masa anak-anak
5,6,7
keparahan gejala, ketrampilan, dan disabilitas yang timbul pada setiap anak dapat berbeda-beda, cakupan istilah Autism Spectrum Disorder (ASD) yang disarankan mencakup autisme, autisme tidak khas atau gangguan perkembangan pervasif yang tidak tergolongkan, dan sindrom Asperger 4,5,6,7,8,9 . Dua gangguan lainnya yang tercakup dalam GPP lebih jarang dan memiliki gambaran diagnosis yang lebih spesifik 5.
BAB II PEMBAHASAN
Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah sekumpulan gangguan perkembangan yang sering terdiagnosis selama masa anak-anak awal dan dapat menyebabkan perubahan yang signifikan dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku selama hidupnya. Kumpulan gangguan perkembangan ini dikatakan gangguan spektrum . hal ini dimaksudkan karena ASD mempengaruhi setiap orang dalam cara yang berbeda, dan gejalanya bisa bervariasi dari yang ringan hingga berat
5,6,7,8,9
memiliki gejala yang mirip, seperti adanya masalah dalam interaksi sosial, komunikasi, dan memiliki fokus perhatian yang tinggi atau aktivitas yang berulang-ulang bagaimana gejala-gejala ini mempengaruhi fungsi seseorang 10, 11. Diperkirakan bahwa sekitar 1 % populasi mungkin dapat didiagnosis sebagai autistic spectrum disorder. Jumlah anak-anak yang terdiagnosis ASD ini telah meningkat secara cepat dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini, kemungkinan oleh meningkatnya pendeteksian dari bentuk kasus yang lebih ringan dari gangguan ini, seperti kemungkinan genetik yang potensial dan faktor-faktor lingkungan. Prevalensinya lebih tinggi pada anak laki-laki (kecuali gangguan Rett). Anak perempuan dengan gangguan ni cenderung meemiliki gejala yang lebih berat. Prevalensi ASD umumnya rata pada semua ras, etnik, dan bangsa 12. . Namun
ada beberapa perbedaan ketika gejala-gejala mulai atau pertama kali tampak dan
II.1
DEFINISI Gangguan autistik (dahulu disebut autisme infantil dini, autisme masa anak-anak,
atau autisme Kanner) ditandai dengan 3 kategori gejala, kadang disebutkan sebagai Triad Autistik, dimana gejala harus sudah muncul sebelum berusia 3 tahun : penyimpangan kualitatif dalam interaksi sosial, penyimpangan kualitatif dalam berkomunikasi, dan perilaku, ketertarikan, serta aktivitas yang terbatas dan berulang 2,3,13.
II.2 1.
EPIDEMIOLOGI Prevalensi Gangguan autistik diyakini terjadi dengan angka kira-kira 5 kasus per 10.000
anak (0.05 %). Laporan mengenai angka gangguan autistik berkisar antara 2 hingga 20 kasus per 10.000
2,3
menyebabkan beberapa ciri-ciri autisme, rata-rata meningkat menjadi 20/10.000 kasus 14. 2. Jenis kelamin Autisme lebih sering ditemukan pada anak laki-laki daripada wanita, sebanyak 35 kali
5,14
. Bila wanita yang mengalami autisme, maka gejala tersebut cenderung lebih
serius dan kemungkinan terdapat riwayat keluarga yang memiliki hendaya dalam proses berpikir 14. 3. Status sosial ekonomi
Pada studi awal diduga bahwa anak autisme terdapat di dalam keluarga sosioekonomi meningkat, namun kenyataannya hal tersebut meleset karena dugaan itu didapat berdasarkan penemuan rujukan. Lebih dari 25 tahun yang lalu kasus ini meningkat pada kelopok sosioekonomi rendah. Penemuan ini mungkin bertambah baik oleh karena meningkatnya kesadaran terhadap autisme tersebut dan tersedianya pekertja-pekerja kesehatan mental anak bagi keluarga miskin 14.
II.3
ETIOLOGI DAN PATOGENESIS Karena autisme merupakan sindrom klinis, gangguan ini bisa berkaitan dengan
gangguan medis yang lain. Perkiraan sekarang ini bahwa 10-15 % kasus GPP secara etiologi mungkin berkaitan dengan beberapa penyakit-penyakit neurologi atau genetik yang telah dikenal dan 3-9 % diperkirakan mempunyai abnormalitas sitogenik yang terdeteksi 5. 1. Faktor Psikososial dan Keluarga Anak dengan autisme, seperti anak dengan gangguan lain, dapat berespon melaalui gejala yang memburuk pada stressor psikososial termasuk perselisihan keluarga, kelahiran saudara kandung, atau pindahnya keluarga. Beberapa anak dengan gangguan
autistik dapat sangat sensitif bahkan terhadap perubahan kecil di dalam keluarga serta lingkungan sekitarnya 2,3. 2. Faktor Biologis Tingginya angka retardasi mental pada anak dengan gangguan autistik dan angka gangguan bangkitan yang lebih tinggi dari yang diharapkan menunjukkan adanya dasar biologis untuk gangguan autistik. Kira-kira 75 % anak dengan gangguan autistik memiliki retardasi mental, 1/3 anak-anak ini memiliki retardasi mental ringan hingga sedang, dan hampir 1/2 dari anak-anak ini mengalamiretardasi mental berat hingga sangat berat 2,3. Empat-32 % orang dengan autisme memiliki bangkitan grand mal pada suatu waktu, dan kira-kira 20-25 % menunjukkan pembesaran ventrikel pada pemindaian CT
2,3,5,13
. Baru-baru ini, salah satu studi MRI mengungkapkan adanya hipoplasia lobulus
vermis cerebelli VI dan VII, serta studi yang lain menunjukkan adanya kelainan korteks, terutama polimikrogilia pada beberapa pasien autistik
2,3,12
mengungkapkan adanya penurunan jumlah sel Purkinje dan studi lain menemukan peningkatan metabolisme korteks difus selama pemindaian PET 2,3. Gangguan autistik juga dikaitkan dengan keadaan neurologis, khususnya rubella kongenital, fenilketonuria (PKU), sklerosis tuberosa, dan gangguan Rett. Temuan bahwa anak autistik memiliki lebih banyak anomali fisik kongenital minor yang signifikan dibandingkan yang diperkirakan menunjukkan adanya perkembangan abnormal dalam trimeter pertama kehamilan 2,3,8,13 . 3. Faktor Genetik Pada beberapa survei, antara 2 dan 4 % saudara kandung anak autistik juga mengalami gangguan autistik, suatu angka yang 50 % lebih besar dibandingkan populasi umum. Angka konkordans gangguan autistik pada studi kembar adalah 40-90 % dana pada kembar monozigot dan hingga 25 % pada kembar dizigot
2,3,12
. Kira-kira 1 % anak
2,3,5,13
dengan gangguan autistik juga memiliki gangguan sindrom X rapuh anak dengan gangguan autistik juga memiliki sklerosis tuberosa
2,3
. Hingga 2 %
Baru-baru ini, peneliti menapis lebih dari 150 pasang DNA milik saudara kandung anak dengan autisme. Mereka menemukan bukti yang sangat kuat bahwa 2 regio pada kromosom 2 dan 7 mengandung gen yang terlibat dalam autisme. Lokasi yang lainjuga ditemukan pada kromosom 16 dan 17, meskipun kekuatan hubungan ini lebih lemah 2,3.
4.
Faktor Imunologis Terdapat beberapa laporan yang mengesankan bahwa ketidakcocokan imunologis
(antibodi maternal yang ditujukan pada janin) dapat turut berperan di dalam gangguan autistik. Limfosit beberapa anak autistik bereaksi dengan antibodi maternal, suatu fakta yang meningkatkan kemungkinan jaringan saraf embrionik atau ekstraembrionik rusak selama gestasi 2,3. 5. Faktor Perinatal Pendarahan ibu selama trimester pertama dan mekonium di dalam cairan amnion dilaporkan lebih sering di dalam riwayat anak dengan gangguan autistik dibandingkan populasi umum. Pada periode neonatus, anak autistik memiliki insiden sindrom gawat napas serta anemia neonatus yang tinggi 2,3. 6. Faktor Neuroanatomis Studi MRI membandingkan orang autistik dengan kontrol normal menunjukkan bahwa volume total otak meningkat pada orang dengan autisme, meskipun anak dengan autistik dengan retardasi mental berat umumnya memiliki kepala yang lebih kecil. Peningkatan presentasi rerata ukuran terbesar terdapat pada lobus oksipitalis, lobus parietalis, dan lobus temporalis. Lobus temporalis diyakini merupakan area yang penting pada kelainan otak di dalam gangguan autistik, hal ini didasarkan pada laporan mengenai sindrom mirip autistik pada beberapa orang dengan kerusakan lobus temporalis 2,3,. 7. Faktor Biokimia Pada beberapa anak autistik, meningkatnya asam homovanilat (metabolit dopamin utama) di dalam cairan cerebrospinal menyebabkan peningkatan stereotipe dan penarikan diri. Beberapa bukti menunjukkan bahwa keparahan gejala berkurang ketika terjadi peningkatan rasio asam 5-hidroksi-indolasetat CSF (5-HIAA, metabolit serotonin) terhadap asam homovanilat CSF. CSF 5-HIAA dapat berbanding terbalik dengan kadar serotonin darah; kadar ini meningkat pada 1/3 pasien gangguan autitik, temuan nonspesifik yang juga terdapat pada orang dengan retardasi mental 2,3.
II.4
Gangguan Perkembangan Pervasif, yaitu5 : 1. Gangguan Autistik 2. Gangguan Asperger 3. Gangguan Disintegratif yang Tidak Tergolongkan
4. Gangguan Rett, dan 5. Gangguan Disintegratif Masa Anak-Anak Karena beragamnya derajat keparahan dari gejala-gejala yang dapat timbul pada masing-masing individu, cakupan istilah Autism Spectrum Disorder (ASD)
direkomendasikan termasuk gangguan autistik, autisme atipikal atau gangguan disintegratif masa anak-anak yang tidak tergolongkan, dan gangguan Asperger. Masingmasing gangguan dibedakan satu sama lainnya terutama oleh lebih ringannya dan kurangnya kesulitan-kesulita yang komprehensif (autisme atipikal) atau oleh tidak adanya keterlambatan berbahasa dan retardasi mental (gangguan Asperger)5. Dua gangguan lainnya dalam yang masih termasuk dalam cakupan Gangguan Perkembangan Pervasif lebih jarang dan mempunyai gambaran diagnostik yang lebih spesifik. Adanya regresi alamiah pada gangguan Rett adalah kunci dalam membedakan gangguan ini dari ASD. Sedangkan pada gangguan disintegratif masa anak-anak, terdapat regresi yang tidak hanya mempengaruhi komunikasi sosial, tetapi juga dalam hal lain, seperti ketrampilan motorik anak5.
II.5
1.
Sejumlah 6 hal atau lebih dari (1), (2), dan (3), paling sedikit 2 dari (1), dan masing-masing dari (2) dan (3) : (1) Secara kualitatif, terdapat hendaya dalam interaksi sosial, sebagai manifestasi paling sedikit 2 dari yang berikut ini : a. Hendaya didalam perilaku nonverbal seperti pandangan mata ke mata, ekspresi wajah, sikap tubuh dan gerak terhadap rutinitas dalam interaksi sosial b. Kegagalan dalam membentuk hubungan dengan kawan-kawan sesuai tingkat perkembangannya c. Kurang kespontanan dalam membagi kesenangan, daya pikat atau pencapaian akan orang lain seperti kurang memperlihatkan, mengatakan atau menunjukkan objek yang menarik. d. Kurang sosialisasi atau emosi yang labil (2) Secara kualitatif, terdapat hendaya dalam komunikasi sebagai
a. Keterlambatan dalam, atau berkurangnya perkembangan berbicara (tidak menyertai usaha mengimbangi cara komunikasi melalui alternatifseperti gerak isyarat atau meniru-niru) b. Individu bicara cukup adekuat, hendaya dalam memulai atau meneruskan pembicaraan dengan orang lain c. Mengguanakan kata berulang kali dan stereotip atau kata-kata aneh d. Kurang memvariasikan gerakan spontan yang seolah-olah atau purapura bermain sesuai tingkat perkembangan (3) Perilaku berulang dan terbatas, tertarik, dan aktif sebagai manifestasi paling sedikit 1 dari yaang berikut ini : a. Keasyikan yang meliputi 1 atau lebih stereotip dan kelainan dalam intensitas maupun fokus ketertaikan akan suatu yang tebatas b. Ketaatan terhadap hal tertentu tampak kaku, rutinitas atau ritual pun tidak fungsional c. Gerakan stereotip dan berulang, misalnya memukul atau memutar arah jari dan tangannya, meruwetkan gerakan seluruh tubuhnya d. Keasyikan terhadap bagian-bagian objek yang menetap 2. Keterlambatan atau kelainan fungsi paling sedikit 1 dari yang berikut ini, dengan serangan sebelum sampai usia 3 tahun : (1) interaksi sosial. (2) bahasa yang dipergunakan dalam komunikasi sosial atau (3) bermain simbol atau berkhayal 3. Gangguan ini tidak lebih baik dari gangguan Rett atau gangguan disintegrasi masa anak-anak. Anak-anak dengan gangguan Asperger memiliki kesulitan yang signifikan dalam interaksi sosial dan pola perilaku, minat, dan aktivitas yang terbatas, repetitif, dan stereotipik. Tidak seperti gangguan autistik, anak-anak dengan gangguan ini tidak menunjukkan keterlambatan yang signifikan dalam hal berbahasa, meskipun mungkin ada defisit dalam hal ketrampilan penggunaan bahasa dan komunikasi sosial. Anak-anak ini juga tidak menunjukkan keterlambatan kognitif dalam 3 tahun pertama kehidupan mereka4. Kategori anak-anak dengan gangguan perkembangan pervasif yang tidak tergolongkan digunakan ketika anak tidak memenuhi kriteria gangguan lainnya, tetapi
tetap ada gejala keterlambatan perkembangan dalam ha interaksi sosial dan ketrampilan berkomunikasi yang berat dan pervasif, atau munculnya pola perilaku, minta, dan aktivitas yang terbatas, repetitif, dan stereotipik4.
II.6 1.
GAMBARAN KLINIS Ciri khas fisik Anak dengan gangguan autistik sering digambarkan sebagai anak yang atraktif, pada pandangan pertama tidak menunjukkan adanya tanda fisik yang menunjukkan gangguan autistik. Mereka memiliki angka kelainan fisik minor yang tinggi, seperti malformasi telinga. Anak autistik juga memilki insiden yang lebih tinggi untuk mengalami dermatoglifik (contoh:sidik jari) yang abnormal dibandingkan populasi umum 2,3.
2.
Ciri khas perilaku a. Hendaya kualitatif dalam interaksi sosial Anak autistik tidak dapat menunjukan tanda samar keterkaitan sosial dengan orang tua dan orang lain. Kontak mata lebih jarang atau buruk adalah temuan yang lazim. Anak autistik sering tidak memahami atau membedakan orangorang yang penting di dalam hidupnya: orang tua, saudara kandung, dan guru, serta dapat menunjukkan ansietas berat ketika rutinitasnya biasanya terganggu, tetapi mereka dapat tidak bereaksi secara terbuka ketika ditinggalkan dengan orang asing. Terdapat defisit yang jelas di dalam kemampuannya di untuk bermain dengan teman sebaya dan berteman, perilaku sosialnya aneh dan dapat tidak sesuai. Secara kognitif, anak dengan gangguan autistik lebih terampil di dalam tugas visual-spasial, tidak demikian dengan tugas yang memerlukan ketrampilan di dalam pemberian alasan secara verbal 2,3. Satu dekskripsi gaya kognitif anak dengan autisme adalah bahwa mereka tidak mampu menghubungkan motivasi atau tujuan orang lain, sehingga tidak dapat memberika empati. Tidak adanya teori pikiran ini membuat mereka tidak dapat menginterpretasikan perilaku sosial orang lain dan menghasilkan tidak adanya timbal-balik sosial 2,3.
10
b.
Hendaya komunikasi dan bahasa Defisit perkembangan bahasa dan kesulitan menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan gagasan adalah kriteria utama untuk mendiagnosis gangguan autistik. Berlawanan dengan anak normal dan anak yang mengalami retardasi mental,anak autistik mengalami kesulitan yang signifikan di dalam menggabungkan kalimat yang bermakna meskipun mereka memilki kosakata yang luas 2,3.
c.
Perilaku stereotipik Pada tahun-tahun pertama kehidupan anak autistik, tidak terjadi permainan eksplorasi spontan yang diharapkan. Mainan dan objek sering dimainkan dengan cara ritualistik, dengan sedikit gejala simbolik. Anak autistik umumnya tidak menunjukkan permainan pura-pura atau menggunakan pantonim abstrak. Aktivitas dan permainan anak ini sering kaku, berulang, dan monoton. Banyak anak autistik, terutama terutama mereka dengan retrdasi mental berat menunjukkan kelainan gerakan. Manerisme,
stereotipik, dan menyeringai paling sering jika seorang anak ditinggalkan sendiri dan dapat berkurang pada situasi yang terstruktur. Anak autistik umumnya menolak transisi dan perubahan 2,3. d. Gejala perilaku terkait Hiperkinesis adalah masalah perilaku yang lazim pada anak autistik yang masih kecil. Hipokinesis lebih jarang. Jika ada, hipokinesis sering bergantian dengan hiperaktivitas. Agresi dan ledakan kemarahan dapat diamati, sering disebabkan oleh perubahan atau tuntutan. Perilaku menciderai diri termasuk membenturkan kepala, menggigit , menggaruk, dan menarik rambut. Rentang perhatian yang pendek, kemampuan yang buruk untuk berfokus pada tugas, insomnia, masalah makan, dan enuresis juga lazim ditemukan pada anak dengan autisme 2,3. e. Penyakit fisik terkait Anak kecil dengan gangguan autistik memiliki insiden infeksi saluran napas atas dan infeksi ringan lain yang lebih tinggi daripada yang diperkirakan. Gejala gastrointestinal lazim ditemukan pada anak dengan gangguan autistik mencakup bersendawa, konstipasi, dan hilangnya gerakan usus . juga dapat meningkatnya insiden kejang demam pada anak dengan gangguan autistik.
11
Juga terdapat meningkatnya insiden kejang demam pada anak dengan gangguan autistik 2,3. f. Fungsi intelektual Kemampuan visuomotor atau kognitif yang tidak biasa atau prekoks terjadi pada beberapa anak autistik. Kemampuan prekoks lain pada anak autistik yang masih kecil mencakup hiperleksia, kemampuan awal untuk membaca dengan baik (meskipun mereka tidak mengerti apa yang mereka baca), mengingat dan menceritakan kembali, serta kemampuan musikal 2,3,9.
II.7
DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding utama adalah skizofrenia dengan onset masa anak-anak,
retardasi mental dengan gejala perilaku, gangguan campuran reseptif-ekspresif, tuli kongenital atau gangguan pendengaran berat, ketidakadekuatan psikososial, serta psikosis disintegratif (regresif) 2,3.
II.8
PERJALANAN GANGGUAN DAN PROGNOSIS Gangguan autistik umumnya merupakan gangguan seumur hidup dengan
prognosis yang terbatas. Anak autistik dengan IQ diatas 70 dan mereka yang menggunakan bahasa komunikatif saat usia 5-7 tahun cenderung memilki prognosis terbaik. Area gejala yang tidak tampak membaik seiring waktu adalah gejala yang terkait dengan perilaku berulang atau ritualistik 2,3.
II.9
TERAPI Tujuan terapi adalah untuk meningkatkan perilaku prososial dan prilaku secara
sosial dapat diterima, untuk mengurangi gejala prilaku aneh, dan untuk memperbaiki komunikasi verbal serta nonverbal 2,3. Menurut Rutter, 4 tujuan dasar dalam terapi autistik adalah memelihara perkembangan sosial dan komunikasi, meningkatkan kemampuan belajar dan pemecahan masalah pada anak tanpa membebankan mereka, menurunkan perilaku yang merugikan diri sendiri dengan belajar dan berkesempatan merasakan pengalaman yang normal, dan mengaatasi masalah keluarga 9 . Perbaikan bahasa dan akademik sering diperlukan. Anak dengan retardasi mental memerlukan intervensi perilaku yang dapat diterima secara sosial dan mendorong keterampilan perawatan diri. Disamping itu, orang tua, yang sering putus asa,
12
membutuhkan dukungan dan konseling dianggap terapi pilihan banyak anak autistik 2,3.
8,12,13
2,3
dikombinasikan dengan metode perilaku adalah metode terapi yang paling efektif untuk
Pelatihan yang teliti pada orang tua mengenai konsep dan keterampilan modifikasi perilaku serta resolusi perhatian orang tua dapat menghasilkan cukup keuntungan di dalam bahasa, kognitif, dan area perilaku sosial anak 2,3. Tidak ada pengobatan spesifik untuk mengobati gejala inti gangguan auistik; meskipun demikian, psikofarmakoterapi merupakan terapi tambahan yang bernilai untuk mengurangi gejala perilaku terkait. Obat-obat telah dilaporkan memperbaiki gejala berikut yang mencakup agresi, ledakan kemarahan hebat, perilaku menciderai diri sendiri, hiperaktivitas, dan perilaku obsesif-kompulsif serta stereotipik
2,3
psikotik dapat mengurangi agresi atau perilaku menciderai diri sendiri 2,3,7,12. Agonis serotonin-dopamin (SDA) memiliki resiko rendah dalam menimbulkan efek samping ekstrapiramidal, mekipun beberapa individu yang sensitif tidak dapat menoleransi efek samping ekstrapiramidal atau antikolinergik dari agen antipsikotik atipikal. SDA mencakup resperidone (Respiral), olanzapin (Zyprexa), quetiapine (Seroquel), clonzapin (Clozaril), dan ziprasidone (Geodon) 2,
13
KESIMPULAN
Gangguan perkembangan psikologis anak merupakan gangguan-gangguan yang umumnya mempunyai gambaran seperti onset yang bervariasi selama bayi atau anakanak, adanya hendaya atau keterlambatan perkembangan fungsi-fungsi yang berhubungan erat dengan kematangan biologis dari susunan saraf pusat, dan berlangsung secara terus menerus tanpa adanya remisi dan kekambuhan yang khas bagi banyak gangguan jiwa. Salah satu gangguan yang tergolong dalam gangguan perkembangan psikologis anak adalah Gangguan Perkembanga Pervasif. Diagnostic and Statistical Manual (DSM-IV) dari the American Psychiatric Association mengkategorikan 5 gangguan yang berbeda dalam cakupan Gangguan Perkembangan Pervasif (GPP), yaitu gangguan autistik, gangguan Asperger, gangguan perkembangan pervasif yang tidak tergolongkan, dan sindrom Rett, dan gangguan disintegratif masa anak-anak Gangguan Perkembangan Pervasif (GPP) mencakup sekelompok keadaan berupa terdapatnya keterlambatan dan penyimpangan perkembangan keterampilan sosial, bahasa, dan komunikasi, serta kumpulan perilaku. Anak dengan gangguan perkembangan pervasif sering menunjukkan minat keanehan yang intens dalam kisaran sempit aktivitas, menolak perubahan, dan tidak berespon sesuai terhadap lingkungan sosial. Penyebab gangguan perkembangan pervasif ini multifaktorial, seperti faktor biologis, genetik, dan perinatal. Untuk menegakkan diagnosis ganggaun-gangguan ini, perlu diperhatikan onset pada awal munculnya gejala, jenis kelamin, dan ciri khas perilaku yang tampak pada anak yang menderita gangguan ini. Gejala-gejala yang timbul pada gangguan-gangguan ini dapat diminimalkan dengan intervensi perilaku dan edukasi, pelatihan, hingga psikofarmakologi sebagai terapi tambahan untuk menekan gejala perilaku terkait, seperti pemberian obat anti psikotik yang dapat mengurangi agresi atau perilaku menciderai diri sendiri.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim R. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa. Edisi III. 2001. Jakarta : PT. Nuh Jaya. p.123,131 2. Gangguan Perkembangan Pervasif dalam Sadock B.J., Sadock V.A. Eds. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. 2010. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. p. 588-596 3. Campbell M., Shay J. Pervasive Developmental Disorders in Sadock, B.J., Sadock, V.A. eds. Kaplan & Saddocks Synopsis of Psychiatry : Behavioral Science/Clinical Psychiatry, 10th ed. William Wilkins, Baltimore, 2007. 4. CDC. The Educational Aspects of Autism Spectrum Disorders : Revised. US : 2008. Di dapat dari URL :
diakses pada 10
5. Lord C., Spence S.J. Autism Spectrum Disorder : Phenotype and Diagnosis in Moldi, S.O., Rubenstein J.L.R. Understanding Autism : From Neuroscience to Treatment. 2006, Florida : Taylor & Francis Group, CRC Press, p.1-2 6. National Insitute of Mental Health. Autism Spectrum Disorder : Pervasive Development Disorder with Addendum January 2007. US Departement of Health and Human Service : 2007. Di dapat dari URL :
http://www.autismgateway.com/downloads/toolkit/nimhautismspectrum.pdf diakses pada 10 Maret 2013, p. 1-2 7. National Institute of Mental Health. A Parents Guide to Autism Spectrum Disorder. US: 2011. US Department of Health and Human Service di dapat dari URL : http://www.nimh.nih.gov/health/publications/a-parents-guide-to-autismspectrum-disorder/parent-guide-to-autism.pdf diakses pada 10 Maret 2013, p. 14 8. Volkmar F.R., Lord C., Bailey A., Schultz R.T., Klin A., 2004, Autism and Pervasive Developmental Disorders. Journal of Child Psychology and Psychiatry. 45:135-139 9. Lask B., Taylor S., Nunn K.P., Autistic Spectrum Disorder in Practical Child Psychiatry : The Clinician's Guide, 2003, London : BMJ Publishing Group, p.175-183
15
10. Centers of Disease Control. ADDM : Autism and Developmental Disabilities Monitoring. USA : 2012. US National Center on Birth Defect and Developmental Disabilities di dapat dari URL :
http://www.cdc.gov/ncbddd/autism/documents/addm-2012-community-report.pdf diakses 10 Maret 2013 p.2 11. Centers of Disease Control. Prevalence of the Autism Spectrum Disorders
(ASDs) in Multiple Areas of the United States, 2000 and 2002. USA : 2007. US Departement of Health and Human Services di dapat dari URL :
http://www.cdc.gov/ncbddd/autism/documents/autismcommunityreport.pdf diakses 10 Maret 2013 p.3 12. Stubbe D., Pervasive Developmental Disorders: The Autism Spectrum Disorders, in Practical Guide in Psychiatry : Child and Adolescent Psychiatry, 2007, Baltimore : Lippincott Williams & Wilkins, p.47-53 13. Campbell J.M., Morgan S.B., Jackson J.M., Autism Spectrum Disorders and Mental Retardation in Brown, R.T. Handbook of Pediatric Psychology in School Settings, 2004, Mahwah, New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, p.431-433 14. Edi T.M.S.O., Diagnosis Dini Autisme, dalam Sutadi R., Bawazir L.A., Tanjung N., Adeline R. Penatalaksanaan Holistik Autisme, 2003, Jakarta : Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI, halaman 9-12 15. Wilmshurst L., Mental Retardation and Pervasive Developmental Disorders in Essentials of Child Psychopathology, 2005, Hoboken, New Jersey : John Wiley & Sons, Inc p. 200-207 16. Association, American Pschyatric. 2004. Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR). Fourth Edition. Text Revision. Arlington, VA: American Pschyatric Association.
16
LAPORAN KASUS
: Tn. D : Pria
Oktober 1988 Tempat/Tanggal Lahir : Makassar, 20
: Islam : Bugis
Nama, Alamat, dan No. Telp. Keluarga Terdekat : Ny. Hj. S. / Jln. Baji Rupa 1 / 081354807117 Dikirim Oleh : Tante pasien
Dokter Yang Mengobati : dr. S.S, Sp.Kj Diagnosis Sementara Gejala-gejala Utama : Skizofrenia Paranoid : Mengamuk dan gelisah
LAPORAN PSIKIATRIK I. RIWAYAT PSIKIATRIK A. Keluhan Utama dan Alasan MSRJ / Terapi B. Riwayat Gangguan Sekarang, perhatikan 1. Keluhan dan gejala : : mengamuk dan gelisah :
Pasien di bawa ke UGD RSKD untuk yang pertama kalinya, dengan keluhan mengamuk dan sering gelisah. Keluhan dialami 3 minggu yang
17
lalu. Pasien dilaporkan pernah memukuli neneknya. Pasien mengaku bahwa dirinya tidak sakit, sering memilah-milih barang karena menganggap barang-barang bewarna hitam dan merah memiliki jin, selalu membunyikan Ayat Qursi dan Surah Yasin kemana saja dia pergi, dan menempeli dinding kamarnya dengan gambar wayang untuk mengusir setan. Keluhan pertama kali dialami 2 tahun yang lalu, saat pasien masih berkuliah di Unismuh (jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia). Awalnya, pasien mengirim pesan singkat (SMS) ke keluarganya dengan nada marah, berisi kata-kata kasar. Beberapa hari kemudian, pasien mengamuk kepada sepupunya, marah-marah dan ingin merusak motor sepupunya. 6 bulan lalu, pasien hanya dibawa ke Poli RSKD untuk berobat jalan. Pasien berobat selama 6 bulan ini tetapi hanya rajin kontrol selama 3 bulan pertama karena pasien tidak mau minum obat, dengan alasan pasien tidak merasa sakit. Sejak saat itu, pasien sering menghilang dan keluar rumah karena merasa ada yang mengajaknya (memanggilnya) untuk keluar rumah, sering merasa ketakutan karena merasa ada yang mau mengeroyokinya, dan merasa diancam oleh orang lain. Terakhir kali, pasien telah 2 kali keluar rumah dan pernah ditemukan di Masjid AlMarkaz, mengaku bahwa tubuhnya dirasuki oleh roh para wali. 2. Hendaya / disfungsi a. Hendaya dalam bidang sosial b. Hendaya dalam bidang pekerjaan c. Hendaya dalam waktu senggang 3. Faktor stressor psikososial Tidak diketahui secara pasti 4. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik : Tidak ada C. Riwayat Gangguan Sebelumnya 1. Riwayat gangguan psikiatri Pasien pernah dibawa berobat jalan di Poli RSKD dengan keluhan yang sama 6 bulan yang lalu. Pasien hanya rajin kontrol 3 bulan pertama pengobatan, dan tidak mau minum obat lagi karena merasa dirinya tidak sakit. 2. Riwayat penyakit terdahulu : (+) : (+) : (+) :
18
a. Trauma b. Infeksi c. Kejang 3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif a. Alkohol b. Rokok sakit c. NAPZA D. Riwayat Kehidupan Pribadi
: (-)
1. Riwayat prenatal dan perinatal (usia 0-1 tahun) Pasien lahir prematur (7 bulan) di Rumah Sakit, dan dibantu oleh dokter. Selama masa kehamilan, ibu pasien dalam keadaan sehat. 2. Riwayat masa kanak-kanak awal (usia 1-3 tahun) Pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai dengan anak-anak seusianya. 3. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (usia 4-11 tahun) Pasien bersekolah SD di Rappokalelen, Kec. Bontonompo, Kab. Gowa. Selama sekolah pasien bergaul dengan teman sebayanya dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Pasien temasuk anak yang berprestasi. 4. Riwayat masa remaja (usia 12-17 tahun) Pasien melanjutkan sekolah SMP Bontonompo, dan melanjutkan pendidikan di SMAN 1 Bontonompo. Sekarang pasien berkuliah di Unismuh mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (semester 5). Pasien dikenal sebagai orang yang pendiam dan tidak banyak mengeluh. 5. Riwayat masa dewasa a. Riwayat pekerjaan Pasien pernah bekerja 1 tahun setelah tamat SMA dan sebelum melanjutkan pendidikan di bangku kuliah, yaitu bekerja di Wisma sebagai cleaning service. b. Riwayat pernikahan Pasien belum menikah. 6. Riwayat kehidupan beragama Pasien beragama Islam. Pasien merupakan seorang yang rajin beribadah (religius).
19
E. Riwayat kehidupan Keluarga Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara ( , ). Dahulu
pasien tinggal bersama keluarganya (orang tuanya) di Gowa, tetapi sekarang pasien tinggal bersama dengan tantenya di Jln. Baji Rupa saat selesai SMA dan bekerja di Wisma, hingga sekarang. Hubungan pasien dengan keluarga pasien cukup baik. Riwayat keluarga dengan gejala yang sama dengan pasien (+) yaitu paman pasien ( dari pihak ayah) dengan keluhan mengamuk. F. Situasi Sekarang Pasien tinggal bersama tantenya di rumah tante pasien. G. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya Pasien kebingungan dengan alasan keluarganya yang membawa pasien ke RSKD, karena pasien merasa dirinya tidak sakit, tetapi ayahnya lah yang sedang sakit.
20
AUTOANAMNESIS Tanggal Tempat Ket : 28 Maret 2013 : UGD RSKD Dadi (08.30 09. 15 WITA) : DM (Dokter Muda) P (Pasien) DM P DM : Assalamualakimun, selamat siang Pak. : Walaikumsalam. : perkenalkan pak, saya Fajar, dokter muda yang bertugas hari ini di sini. Saya ingin bertanya- tanya seputar keadaan bapak sekarang. Bagaimana pak, bisa? P DM P DM P DM P DM P DM P DM P DM : Oh, iya. : iya. Terima kasih pak. Maaf, namanya bapak siapa? : D. : Oh, pak D. Kapan datang ke sini? Diantar siapa ke sini pak? : Tadi malam. Diantar tanteku, bapak ku, sama tetanggaku. : Oh...ada berapa orang itu? : lebih dari 5 orang. (sambil memalingkan muka ke arah pasien lainnya) : oh iya,, kalo boleh tau, masih ingat tanggal lahirnya? berapa umurnya sekarang? : tanggal 22 Oktober tahun 88.... 24 tahun lebih sekarang umurku. : Oh, masih muda ya... kegiatannya sekarang ini? Masih sekolah atau kerja? : kuliah di Unismuh, tapi cuti sekarang.... semester 5. : ambil jurusan apa? : Bahasa dan Sastra Indonesia. : tinggal dimana disini, pak?
21
P DM P DM P
: di Baji Rupa, di belakangnya Rumah Sakit Haji. : hm.... bapak tau ada dimana sekarang? : di rumah sakit jiwa kalau saya nda salah ingat : kenapa bapak dibawa ke sini sama keluarganya? : (berpaling ke arah DM) itu yang nda saya tau...kenapa saya yang dibawa ke sini, padahal nda sakit saya... seharusnya bapak ku yang dibawa ke rumah sakit, karena sakit perutnya tadi malam....! (bermuka masam sambil mengerutkan kening, lalu berpaling kembali ke arah pasien lainnya)
DM P DM P DM
: iya pak... bagaimana tidurnya semalam? : tidak tidur saya semalam : kenapa bisa? : berzikir. : oh, begitu... kenapa pak? Apa ada yang mengganggu pikiran bapak? Atau ada bapak rasa sakit di badannya?
P DM P DM P DM P
: tidak ada.... Cuma pernah saja saya kerasukan. : kerasukan? Kapan itu? : dulu, waktu masih dikampungku, di Bontonompo. : kerasukan bagaimana maskudnya, pak? Siapa yang rasuki? : Raja Buda....disuruh bertobat semua keluargaku...disuruh solat, pakai jilbab. : Raja Buda? Siapa itu? : (pasien terdiam dan tidak menjawab pertanyaan sambil tetap melihat ke arah pasien lain)
DM
22
: dia bicara lewat mulutku, dia suruh bertobat semuanya....(pasien terdiam) Wali....
DM P DM P
: Wali? Siapa itu? Bapak lihat orangnya? : para wali, pake baju putih. Ku rasakan di badanku. : wali itu ada di badan bapak? : iya...! (pasien tampak sedikit bersemangat) Dia masuk ke badanku, dia gerakgerakkan ini kakiku, tanganku (pasien berbicara sambil memeragakan anggota tubuhnya yang seolah-olah digerakkan oleh wali)
DM P
: dia gerakkan kemana itu badannya bapak? : ke Takalar, ke masjid juga. (pasien kembali menatap pasien lain di dalam ruangan)
DM P DM P
: kapan awalnya bapak rasa ada wali di badannya bapak? : (tampak berpikir) bulan 2, tahun 2013... pernah dulu ke rumah sakit. : pernah dulu ke rumah sakit? Maksudnya pak? : pernah dulu juga saya ke rumah sakit.....sakit kepala ku. kayak begini juga rumah sakitnya (sambil memandang ke sekeliling ruangan)
DM P DM P DM P DM P
: kapan itu bapak sakit kepala? : itu tadi, bulan 2 tahun ini. : bapak pernah dirawat di rumah sakit karena sakit kepala? : ah, itu sebenarnya karena saya disantet. : disantet? Siapa yang santet bapak? : saya nda mau suuzon sama orang. : bapak yakin kalau bapak disantet? : iya. saya kenal orangnya.
23
DM
: oh, iya... selain wali yang tadi, apa bapak pernah melihat bayangan atau mendengar suara yang tidak ada orangnya?
P DM P
: ada dulu, waktu ku dulu kerja di Wisma : oh, bapak pernah kerja? Kerja apa? Kapan itu? : iya, waktunya lulus SMA dulu, sebelumnya saya kuliah, kurang lebih 1 tahun. Sempat kerja di Wisma di Jln. Andi Mappaodang sana... bantu-bantu menyapu, mengepel, cuci piring.
DM P
: apa dulu yang sempat bapak lihat di Wisma? : ada itu bayangan malaikat pencabut nyawa, pakai baju hitam berkerudung, bawa itu tongkat panjang seperti celurit besar. Dua kali saya lihat.
DM P DM P DM P
: malaikat itu bicara sama bapak? : tidak, diam saja itu di atas lemari. : Kalau suara-suara, pernah bapak dengar? : (tampak berpikir) pernah, waktu di Wisma juga. : suara siapa? Apa bapak kenal suara siapa itu? Apa dia bilang? : nda ku tau suara siapa itu, tidak ada orangnya ku liat. Suara perempuan, dia bilang halo....halo...halo... itu dia bilang. Terus, pernah itu ada juga suara bilang kalo tahun 2006 meninggal nenekku, tahun 2009 meninggal sepupuku, kalau 2012 meninggal saya. (pasien tampak melamun)
DM P
: suara siapa itu yang bilang meninggal? : (pasien tampak berpikir) suara nenek ku (sambil mengerutkan kening, lalu terdiam lama)
DM P DM
: kalau wali yang rasuki bapak, pernah dia bicara-bicara dengan bapak? : itu...dia suruh keluargaku bertobat, disuruh solat, menutup aurat....nenekku. : kenapa neneknya?
24
: nenekku itu dimasuki jin. Jin itu suruh nenekku pakai baju dalam saja...! para wali tidak suka....tidak bisa dikasih tau....! (mengomel dengan nada jengkel)
DM P
: oh, jadi bapak marahi neneknya? : (melihat DM) bukan saya itu, tapi waliku ! dia yang suruh nenekku tutup aurat. Tidak mau mendengar...jadi begitu, marah itu wali...! (mengomel dengan jengkel sambil memalingkan muka)
DM P
: oh, begitu? Selain itu, apa wali itu pernah menyuruh bapak berbuat yang lain? : ya itu...disuruh keluargaku bertobat. (pasien pergi ke tempat tidur salah seorang pasien untuk membantu pasien lain minum, lalu kembali ke tempatnya).
DM P DM P DM P
: Pak D? Apa lagi yang para wali lakukan di rumah bapak? : Ada itu kamar kosong untuk sesajen dirumahku. : kenapa itu kamar? : kamarnya gelap, tidak ada cahaya...dipakai untuk sesajen. : jadi, kamarnya diapain? : buka jendelanya supaya terang, karena kalau gelap ada setan tempati itu. Tidak boleh ada celah kosong karena nanti dimasuki setan.
DM P
: terus, ada lagi yang harus dilakukan supaya setan tidak masuk rumah? : harus ditutup semua lubang pakai kertas putih. Tidak boleh ada barang merah sama hitam.....(pasien terdiam) Wayang....
DM P
: kenapa memangnya pak? : ya kan merah itu warna darah...warna setan, hitam itu lambang kegelapan. Para wali tidak suka. (pasien menjawab dengan acuh tak acuh)
DM P DM
: kalau wayang? : itu juga untuk penangkal setan. : selain itu, apa masih ada cara untuk mencegah setan masuk?
25
P DM
: iya. Al Fatihah, Surah Yasin sama Ayat Qursi....di WC sama di tempat angker. : begitu ya? Jadi, bapak singkirkan semua itu barang-barang merah, hitam, sama tempeli gambar wayang di rumah?
: bukan saya, tapi waliku ! di gerakkan itu badanku ! (pasien menjawab dengan jengkel)
DM
: kalau menurut bapak, kenapa para wali memilih bapak untuk dirasuki? Kenapa bukan orang lain saja? Seperti sepupu bapak misalnya?
P DM P DM P
: (mengerutkan kening) itu keluargaku musyrik ! saya rajin solat ! : jadi, bapak dipilih para wali sebagai utusannya karena bapak rajin beribadah? : hm.....iya....(pasien tampak termenung) : pernah ada suara-suara lain yang bapak dengar, seperti ditakut-takuti? : iya....! pernah saya dengar ada orang bilang saya mau dibunuh, lagi diburu ini saya dok !
DM P DM P DM P DM P DM
: apa dia bilang? : pokoknya saya diburu-buru..ada orang mau bunuh saya : bapak kenal suara siapa itu? : (terdiam agak lama) suara tetanggaku. : begitu ya? Jadi bukan bapak yang lakukan semuanya? : iya. waliku itu rasuki badanku, ya dia gerak-gerakkan itu badanku sama kakiku. : Oh iya, saya lupa. Tinggal dimana tadi? : Baji Rupa. : saya tinggal di Antang. Kalau dari rumahnya bapak ke tempatku, kira-kira berapa lama waktunya?
26
DM P DM P DM
: Oke. Sekarang ini pagi, siang, atau malam ya pak? : (melihat ke arah luar) masih pagi ini. : bapak tau hari apa atau bulan berapa sekarang? : bulan 2....eh, bulan tiga ini ! (pasien kembali menatap DM) : tadi katanya bapak sempat kerja di Wisma bantu-bantu membersihkan ya? Berapa lama biasanya waktunya untuk membersihkan?
: ada hampir 100 piring itu disana. Ada sekitar 1 jam lah saya cuci piring. Kalau mengepel sampai 2 jam lebih baru selesai.
DM P DM P
: Wisma nya luas ya pak? : seperti bangunan sekolah SD lah luasnya. : Oh iya. bapak masih ingat namaku tadi? : (melihat ke arah DM) Dokter Fajar, bukan? (lalu kembali memandang pasien lain). Masih ada lagi saya mau ditanya-tanya kah dok?
DM
: Iya, sudah cukup pak. Terima kasih ya. Silakan bapak istirahat, jangan lupa makan dan minum obatnya.
27
II.
Seorang pria, berambut pendek, kulit sawo matang, memakai baju kaos lengan pendek putih ( memakai baju terbalik) dan celana training biru, perawakan agak kurus, tinggi sedang, wajah sesuai umur, perawatan diri cukup. 2. Kesadaran 3. Perilaku dan aktivitas psikomotor 4. Pembicaraan 5. Sikap terhadap pemeriksa : berubah : tenang : spontan, lancar, intonasi tinggi : kooperatif
B. Keadaan Afektif (Mood), Perasaan, Empati, dan Keserasian 1. Mood 2. Afek 3. Empati 4. Keserasian C. Fungsi Intelektual (Kognitif) 1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan 2. Daya konsentrasi 3. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) 4. Daya ingat a. Jangka segera b. Jangka pendek c. Jangka sedang d. Jangka panjang 5. Pikiran abstrak 6. Bakat kreatif 7. Kemampuan menolong diri sendiri D. Gangguan Persepsi 1. Halusinasi a. Halusinasi audiotorik (+) berupa suara-suara yang mengancam pasien bahwa pasien sedang di buru dan akan dibunuh, suara seorang wanita dan suara neneknya yang meramalkan anggota keluarga dan dirinya : cukup : cukup : cukup : cukup : terganggu : tidak ada : cukup : sesuai : cukup : cukup : sulit dinilai : hostile : tidak dapat dirabarasakan : tidak serasi
28
yang meninggal, serta suara-suara para wali yang menyuruh pasien untuk menyebarkan kebaikan, yaitu mengajak solat, menutup aurat, dan ibadah-ibadah lainnya. b. Halusinasi visual (+) yaitu berupa sosk wali yang memakai baju putih, berjanggut, serta pernah melihat sesosok bayangan seperti sosok malaikat pencabut nyawa memakai jubah berkerudung hitam, membawa celurit besar berada di atas lemari. 2. Ilusi 3. Depersonalisasi 4. Derealisasi E. Proses Berpikir 1. Arus pikiran a. Produktivitas b. Kontinuitas c. Hendaya berbahasa 2. Isi pikiran a. b. Preokupasi Gangguan isi pikiran Waham kejaran (+) karena pasien merasa diburu dan ingin dibunuh, serta pasien merasa pernah disantet oleh orang yang dikenalnya, dan santet ini merupakan penyebab pasien menderita nyeri kepalanya dulu. Delusion of control (+) karena pasien merasa badannya dirasuki oleh roh para wali dan merasa tubuhnya dikendalikan oleh roh tersebut Waham kebesaran (+) karena pasien merasa dirinya terpilih sebagai orang yang diutus oleh para wali tersebut, karena pasien adalah orang yang taat beragama, dan pasien mengaku para wali tersebut menyuruh pasien untuk mengajarkan kebaikan kepada orang lain (perintah beribadah). F. Pengendalian Impuls G. Daya nilai 1. Normo sosial 2. Uji daya nilai : terganggu : terganggu : cukup : Tidak diketahui secara pasti : cukup : relevan, assosiasi longgar : tidak ada : tidak ada : tidak ada : tidak ada
29
III.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT A. Pemeriksaan Fisik 1. Status internus a. TTV TD N P S : 120 / 80 mmHg : 80 x /menit : 20 x /menit : 36,5 oC : pucat (-) : ikterus (-)
b. Pupil Isokor, bulat, 2,5 mm ki-ka Refleks cahaya langsung +/+ Refleks cahaya tidak langsung +/+
IV.
IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA (Tuliskan hanya yang ada gangguan secara singkat) Tn. D, 25 tahun, di bawa ke UGD RSKD dengan keluhan utama mengamuk dan gelisah. Pasien di bawa ke UGD RSKD untuk yang pertama kalinya. Keluhan dialami 3 minggu yang lalu. Pasien dilaporkan pernah memukuli neneknya. Pasien mengaku bahwa dirinya tidak sakit, sering memilah-milih barang karena menganggap barang-barang bewarna hitam dan merah memiliki jin, selalu membunyikan Ayat Qursi dan Surah Yasin kemana saja dia pergi, dan menempeli dinding kamarnya dengan gambar wayang untuk mengusir setan. Pasien mengaku
30
bahwa dirinya dirasuki roh para wali, dan para wali itulah yang melakukan hal tersebut diatas, bukan dirinya. Keluhan pertama kali dialami 2 tahun yang lalu, saat pasien masih berkuliah di Unismuh (jurusan Sastra dan Bahasa Indonesia). Awalnya, pasien mengirim pesan singkat (SMS) ke keluarganya dengan nada marah, berisi kata-kata kasar. Beberapa hari kemudian, pasien mengamuk kepada sepupunya, marah-marah dan ingin merusak motor sepupunya. Pasien pernah dibawa ke Poli RSKD untuk berobat jalan. Pasien berobat selama 6 bulan, tetapi hanya rajin kontrol selama 3 bulan pertama karena pasien tidak mau minum obat, dengan alasan pasien tidak merasa sakit. Sejak saat itu, pasien sering menghilang dan keluar rumah karena merasa ada yang mengajaknya (memanggilnya) untuk keluar rumah, sering merasa ketakutan karena merasa ada yang mau mengeroyokinya, dan merasa diancam oleh orang lain. Terakhir kali, pasien telah 2 kali keluar rumah dan pernah ditemukan di Masjid Al-Markaz, mengaku bahwa tubuhnya digerakkan oleh roh para wali tersebut. Dari hasil pemeriksaan fisis status internus dan neurologis didapatkan dalam batas normal. Dari pemeriksaan status mental ditemukan seorang pria dengan perawatan diri cukup. Kesadaran berubah, perilaku dan aktivitas psikomotor tenang. Pada saat wawancara, pembicaraan spontan, lancar, intonasi tinggi, dan sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Mood pasien sulit dinilai, afek hostile, empati tidak dapat dirabarasakan, dan keserasian tidak serasi. Taraf pendidikan,
pengetahuan umum, dan kecerdasan sesuai. Daya konsentrasi cukup, orientasi orang, waktu, dan tempat cukup. Daya ingat jangka segera, pendek, sedang, dan panjang cukup, pikiran abstrak terganggu, tidak ada bakat kreatif, kemampuan menolong diri sendiri cukup. Gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik berupa suara-suara yang mengancam pasien bahwa pasien sedang diburu dan hendak dibunuh, suara seorang wanita dan suara neneknya yang meramalkan anggota keluarga dan dirinya yang meninggal serta suara-suara wali yang menyuruh pasien menyebarkan kebaikan, yaitu solat, menutup aurat, dan melaksanakan ibadah lainnya, dan halusinasi visual yaitu sosok wali yang berpakaian putih, berjanggut serta pernah melihat bayangan sesosok malaikat pencabut nyawa memakai jubah hitam dan berkerudung, membawa celurit besar sedang berada di atas lemari. Produktivitas cukup, kontinuitas relevan dan assosiasi longgar. Gangguan isi pikir berupa waham kejaran yaitu pasien merasa diburu dan ingin dibunuh, serta pasien merasa pernah disantet oleh orang yang dikenalnya, dan santet ini merupakan
31
penyebab pasien menderita nyeri kepalanya dulu. Delusion of control karena pasien merasa tubuhnya digerakkan oleh roh para wali yang merasuki dirinya. Waham kebesaran yaitu pasien merasa dirinya terpilih sebagai orang yang diutus oleh para wali tersebut, karena pasien adalah orang yang taat beragama, dan pasien mengaku para wali tersebut menyuruh pasien untuk mengajarkan kebaikan kepada orang lain (perintah beribadah). Pengendalian impuls cukup dan daya nilai terganggu. Tilikan derajat I,
V.
EVALUASI MULTIAKSIAL (Sesuai PPDGJ-III) A. Aksis I Berdasarkan alloanamnesis dan autoanamnesis, didapatkan gejala klinis yang bermakna berupa perubahan pola tingkah laku yaitu mengamuk dan sering gelisah, memukuli neneknya, memilah-milih barang yang bewarna hitam dan merah karena beranggapan barang tersebut dimasuki oleh jin, membunyikan ayat suci kemanapun pasien pergi, dan menempeli dinding kamarnya dengan gambar wayang untuk mengusir setan, dan sering pergi keluar rumah karena beranggapan tubuhnya dikendalikan oleh roh para wali. Hal ini menimbulkan penderitaan (distress) pada pasien dan keluarganya serta menimbulkan disabilitas dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, terutama hendaya sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami Gangguan Jiwa. Pada pasien ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realitas berupa halusinasi auditorik dimana pasien mendengarkan adanya suara-suara yang mengancam pasien bahwa pasien sedang diburu dan akan dibunuh, suara seorang wanita dan suara neneknya yang meramalkan anggota keluarga dan dirinya yang meninggal, dan suara para wali yang menyuruh pasien untuk menyebarkan kebaikan kepada orang lain, halusinasi visual dimana pasien mengaku pernah melihat sosok wali berbaju putih berjanggut dan malaikat pencabut nyawa yang memakai jubah hitam, serta ditemui adanya waham kejaran karen pasien merasa sedang diburu dan akan dibunuh, dan pasien merasa dirinya pernah disantet oleh orang yang dikenalnya dan menyebabkan pasien menderita nyeri kepala, delusion of control karena pasien merasa
tubuhnya dikendalikan oleh roh para wali, serta waham kebesaran karena
32
pasien merasa dirinya terpilih untuk menyebarkan kebaikan karena pasien merupakan orang yang taat beribadah dan pasien mengaku roh tersebut menyuruh pasien untuk menyebarkan kebaikan, sehingga digolongkan ke dalam Gangguan Jiwa Psikotik. Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan organobiologik, sehingga kemungkinan gangguan mental organik dapat disingkirkan dan pasien digolongkan kedalam Gangguan Psikotik Non Organik. Dari anamnesis pasien tersebut, pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan mengamuk. Pasien sering menghilang dan keluar rumah karena merasa ada yang mengajaknya (memanggilnya) untuk keluar rumah, dan mengaku bahwa tubuhnya dirasuki dan dikendalikan oleh roh para wali. Pasien dilaporkan pernah memukuli neneknya, sering memilah-milih barang karena menganggap barang-barang bewarna hitam dan merah memiliki jin, selalu membunyikan Ayat Qursi dan Surah Yasin kemana saja dia pergi, dan menempeli dinding kamarnya dengan gambar wayang untuk mengusir setan, karena pasien mengaku bahwa para wali yang merasuki tubuh pasien lah yang melakukannya. Pasien juga mengaku menjadi orang terpilih sebagai orang yang diutus oleh para wali karena pasien merupakan yang yang rajin beribadah. Perubahan perilaku pertama kali dialami 2 tahun yang lalu. Pasien pernah dibawa ke Poli RSKD untuk berobat jalan. Pasien berobat selama 6 bulan, tetapi hanya rajin kontrol selama 3 bulan pertama karena pasien tidak mau minum obat, dengan alasan pasien tidak merasa sakit. Keluhan memberat 3 minggu yang lalu dan pasien dibawa ke UGD RSKD, serta tidak ditemukan adanya penyebab organik. Berdasarkan PPDGJ III, pasien didiagnosis sebagai Skizofrenia (F20) Disamping itu, pasien mengalami halusinasi dan waham yang sangat menonjol, yaitu halusinasi auditorik berupa suara-suara yang mengancam pasien bahwa pasien sedang diburu dan hendak dibunuh, suara seorang wanita dan suara neneknya yang meramalkan anggota keluarga dan dirinya yang meninggal, serta suara-suara wali yang menyuruh pasien menyebarkan kebaikan, yaitu solat, menutup aurat, dan melaksanakan ibadah lainnya, dan halusinasi visual yaitu sosok wali yang berpakaian putih, berjanggut serta pernah melihat bayangan sesosok malaikat pencabut nyawa memakai jubah
33
hitam dan berkerudung, membawa celurit besar sedang berada di atas lemari, serta adanya waham kejaran yaitu pasien merasa sedang diburu dan ingin dibunuh, dan pasien merasa ada yang menyantet dirinya sehingga menyebabkan pasien pernah mengalami sakit kepala, delusion of control
karena pasien merasa tubuhnya digerakkan oleh roh para wali yang merasuki dirinya, waham kebesaran karena pasien merasa dirinya terpilih sebagai utusan para wali tersebut karena pasien adalah seorang yang rajin beribadah dan menyuruh pasien untuk menyebarkan kebaikan kepada orang lain, sehingga berdasarkan PPDGJ III diagnosis diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F20.0) B. Aksis II Ciri kepribadian tidak khas C. Aksis III Tidak ditemukan diagnosis D. Aksis IV Faktor stessor psikososial tidak diketahui secara pasti E. Aksis V GAF Score 50-41 : gejala berat (serious), disabilitas berat
VI.
DAFTAR PROBLEM A. Organobiologik Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna. Namun diduga terdapat ketidakseimbangan farmakoterapi. B. Psikologik Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita sehingga pasien memerlukan psikoterapi C. Sosiologik Ditemukan adanya hendaya berat dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang sehingga memerlukan sosioterapi neurotransmitter sehingga pasien memerlukan
34
Dukungan keluarga
Faktor penghambat Ketidakpatuhan minum obat Riwayat keluarga dengan gejala yang sama yaitu paman pasien ) dari pihak ayah)
VIII. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA Berdasarkan kasus diatas, pasien tersebut baru pertama kali masuk ke UGD RSKD dengan keluhan ini. Pasien datang dengan keluhan tersebut diatas dialami sejak 3 minggu yang lalu. Namun, perubahan perilaku pasien sudah terlihat 2 tahun yang lalu. Pasien pernah diajak berobat ke Poli Jiwa RSKD dengan keluhan yang sama 6 bulan yang lalu, tetapi pasien hanya rajin kontrol 3 bulan pertama saja karena pasien merasa dirinya tidak sakit, serta tidak ditemukan adanya penyebab organik. Hal tersebut sesuai dengan PPDGJ III, yaitu: Skizofrenia Paranoid (F20.0) :
Harus ada sedikitnya 1 gejala berikut ini amat jelas (dan biasanya 2 gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) : (a) - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau - thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan - thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;
35
(b) - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau - delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau - delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya tubuh/anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau pengindraan khusus); - delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat; (c) halusinasi auditorik - suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku pasien, atau - mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantata berbagai suara yang berbicara), atau - jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh. (d) waham-waham yang menetap jenis lainnya,yang menurut budaya setempat tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,atau kekuatan dan = secara jelas menjurus kepergerakan
kemampuan diatas manusia biasa( misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain). Atau paling sedikit dua gejalah dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas : (e) halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja,apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun stengah berbentuk
36
tanpa kandungan afektif yang jelas,ataupun disertai ole hide-ide berlebihan yang menetap,atau apabila terjadi saetiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus; (f) arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme; (g) perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu (posturing) atau fleksibilitas cerea, negativitasme,
mutisme,dan stupor (h) gejala-gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasa mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika, Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurung waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase non psikotik prodromal); Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakana dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanisfestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (selfabsorbed attitude), dan penarikan secara sosial.
Disamping itu, pasien juga memenuhi kriteria dibawah ini : Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia Sebagai tambahan : (a) Halusinasi dan/atau waham harus menonjol : - Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, ata halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa
(laughing);
37
- Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol; - Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengarhi (delusion of influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas; (b) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol. Sehingga berdasarkan PPDGJ-III, diagnosis diarahkan pada Skizofrenia Paranoid (F20.0)
IX.
RENCANA TERAPI A. Farmakoterapi 1. Risperidone 2 mg 2x1 tab B. Psikoterapi Supportif 1. Ventilasi : memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan keinginannya sehingga pasien merasa lega 2. Konseling : memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien tentang penyakitnya agar pasien memahami kondisi dirinya, dan memahami cara menghadapinya, serta memotivasi pasien agar tetap minum obat secara teratur C. Sosioterapi Memberikan penjelasan kepada keluarga dan orang-orang terdekat pasien tentang gangguan yang dialami pasien, sehingga tercipta dukungan sosial dalam lingkungan yang kondusif sehingga membantu proses penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan berkala.
X.
FOLLOW UP Memantau keadaan umum pasien, perkembangan penyakitnya, dan efektivitas terapi serta kemungkinan terjadinya efek samping dari terapi farmakologi yang diberikan.
38