Ikebana Sazali
Ikebana Sazali
Ikebana Sazali
TEMA : ETERNAL IVY Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Botani Ekonomi
Disusun Oleh
140410100078 140410100049
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2013
IKEBANA
1. Pengertian Ikebana Ikebana berasal dari kosakata jepang, Ike berasal dari kata kerja ikeru yang artinya dapat hidup' dan bana berasal dari kata hana yang berarti bunga', Ikebana berarti bunga yang dapat hidup' atau juga merangkai bunga. Dalam bahasa Jepang, Ikebana juga dikenal dengan istilah kad (), ka, bunga; do, jalan kehidupan) yang lebih menekankan pada aspek seni untuk mencapai kesempurnaan dalam merangkai bunga. Seni ini muncul pada abad ke-15. Seni merangkai bunga atau yang sering disebut sebagai ikebana adalah seni tradisional bangsa Jepang yang menggambarkan keharmonisan hidup, keharmonisan alam dengan alam dan alam dengan manusia. Rangkaian bunga berasal dari beberapa tangkai bunga atau daun hidup yang disusun hingga memiliki filosofi baru. Makna bunga yang dapat hidup' berarti bahwa rangkaian bunga yang meskipun berasal dari berbagai jenis bunga tapi memunculkan keharmonisan dan keseimbangan alam menjadi fokus perasaan. Seni merangkai bunga yang memanfaatkan bunga-bunga,rumput-rumputan dan tanaman di Jepang biasa dikenal dengan ikebana.Ikebana sendiri dibuat dengan maksud untuk dinikmati keindahannya.Walaupun Ikebana berasal dari negara Jepang,tetapi penggunaanya telah menyebar ke berbagai belahan dunia.Dalam istilah atau bahasa Jepang sendiri,ikebana biasa juga di sebut dengan kado yang bisa berarti ka:bunga dan do:jalan kehidupan. Ikebana atau kado sendiri digunakan untuk mencapai kesempurnaan dalam merangkai bunga yang menekankan aspek keindahan atau seni. Di dalam ikebana sendiri terdapat berbagai macam aliran contohnya yaitu secara tiga dimensi dan dua dimensi. Pada umumnya teknik merangkai bunga (ikebana) dirangkai dengan menggunakan teknik merangkai yang berasal dari barat atau flower arrangement. Walaupun dari barat teknik ini umum di pakai di dalam pengerjaannya karena mempunyai kelebihan terlihat sama indahnya dari berbagai sudut pandang tiga dimensi dan tidak perlu harus melihat dari depan. Jika dari barat sendiri lebih di tuntut bersifat dekoratif,tetapi dalam ikebana berusaha menciptakan harmoni dalam bentu linier,ritme,dan warna. Bentuk-bentk dalam ikebana sesungguhnya mewakili dari langit,bumi dan manusia yang biasa disebut dengan tiga titik.
Keharmonisan alam yang selalu ditanamkan dalam setiap diri orang Jepang dewasa ini pun melahirkan hasil karya yang khas. Produk-produk Jepang yang khas ini membuat daya tarik sendiri dalam persaingan pasar. Semangat keharmonisan hidup direflesikan produk unik yang selain mengutamakan kualitas tetapi juga fungsi dan estetikanya. Ambil contoh produk motor yang banyak ditemukan di Indonesia dengan berbagai kegunaan dan fungsinya yang senantiasa berubah dan lebih atraktif, tetapi juga tidak meninggalkan nilai estetika dan fungsi emisi yang tinggi terhadap keseimbangan alam.
2. Estetika Ikebana Menurut ensiklopedia Kodansha yang dikutip oleh Danandjaja (1997:293),Seni merangkai bunga Jepang terkenal dengan istilah Ikebana (secara harfiah berarti bunga-bunga yang dipelihara agar hidup). Ikebana berarti membawa kehidupan tumbuhan itu sendiri. Pada dasarnya adalah penciptaan kembali tumbuhan dan bunga ke dalam sebuah mikrokosmos dengan latar belakang alam yang dimiliki sebelumnya. Dalam sebuah susunan yang sederhana, dan hanya dengan sedikit garis seorang senimanIkebana mencoba menghadirkan keseluruhan dunia. Bentuk Ikebana merupakan pemindahan lukisan alam ke dalam bentuk rangkaian bunga dengan bahan yang diambil dari alam sendiri. Dengan rasa kekaguman terhadap keindahan warna dan bentuk alam, seorang seniman Ikebana berusaha merangkai bunga seindah keberadaan alam yang dilukiskan. Untuk membuat rangkaian Ikebana terkesan hidup, seniman Jepang menggunakan dasar penyusunan dengan mengikuti bentuk dari alam. Selain itu untuk mendapatkan bentuk keindahan yang alami, seniman Ikebana juga memperhatikan dan mengikuti unsur-unsur alam yang ada dan seimbang. Perkembangan Ikebana diawali dengan tradisi kuge (sesajian bunga untuk Buddha). Tiga unsur penting dalam sesajian ( mitsugusoku) di hadapan patung Buddha terdiri atas anglo pembakaran kemenyan dengan tempat pemasangan lilin dan dua jambangan bunga yang mengapitnya. Sesajian bunga ini diatur sedemikian rupa hingga tinggi tangkai bunga mencapai satu setengah kali tinggi jambangan dan ditancapkan tegak lurus ditengah jambangan dan dua tangkai tambahan yang ditancapkan secara simetris di kedua sisinya. Bermula dari konsep religius, bentuk mitsugusoku secara perlahan-lahan berubah sampai kemudian dirangkai menjadi kekaguman orang. Sejak itu mitsugusoku berkembang menjadi suatu seni (Ohi,1978:11-15).
Keseimbangan' termasuk unsur terpenting dalam keindahan Ikebana. Arti keseimbangan secara umum adalah keseimbangan dari tumbuhan itu sendiri atau didukung dengan yang lain untuk menjaga agar tidak jatuh atau roboh di dalam vas. Keseimbangan dalam arti khusus yang menjadi ciri khas dari bentuk Ikebana adalah keseimbangan antara unsur-unsur yang ada di alam. Unsur alam positif ( yo)dan negative ( in) . Dua sifat alam ini seperti dua kutub yang memiliki perbedaan dalam kesatuan. Seperti kehidupan yang tidak dapat berpisah dari kematian, apa yang normal diambil dari sebuah kekurangan, ketidaksempurnaan menjadi dirinya sendiri dari bentuk sempurna. Seniman-seniman Jepang memiliki satu pemahaman dalam menciptakan sebuah karya seni, bahwa kecantikan tidak diperlukan dalam bentuk sempurna' (Suzuki,1940). Menurut Ikenobo, bentuk dasar dari pola Ikebana yang khas lainnya yaitu menampilkan susunan cabang surga ( soe), manusia ( tai) , dan bumi ( shin ). Penentuan cabang ini ditunjukkan dengan arah, panjang dan urutan cabang yang dirangkai. Peletakan cabang-cabang ini ditentukan dalam keseimbangan yo dan in. Cabang bumi mempunyai pembawaan negative ( in) ,
mengambil bentuk aktif dengan penyebarannya pada bagian yang lebih rendah. Cabang manusia mempunyai pembawaan positif ( yo) , cabang ini menempati ruang yang menentukan yang disebut shin (pusat) yang menjadi titik pusat dari rangkaian Ikebana . Dan cabang surga memiliki pembawaan positif (yo) , menempati ruang di sekitar cabang manusia sebagai pelengkap ( soe). Selain itu, keindahan bentuk Ikebana juga ditentukan oleh jenis keindahan yang dipunyai si perangkai sendiri. Hal ini terlihat pada permulaan penentuan unsure yo dan in. Setiap seniman berbeda dalam menemukan suatu keindahan. Dari perbedaan-perbedaan ini kemudian memunculkan berbagai bentukIkebana, yaitu Ikebana gaya rikka, nagaire dan shoka. Fungsi dari Ikebana sendiri adalah sebagai gambaran atau penuangan lukisan alam yang dikaitkan dengan pengalaman si seniman. Sedangkan seniman sendiri adalah seorang manusia yang selalu berkembang dan menginginkan perubahan-perubahan dalam kehidupannya. Hal inilah yang mempengaruhi perkembangan dan perubahan-perubahan
dalam Ikebana (Ikenobo,1978:46). Seni ikebana atau merangkai bunga gaya Jepang merupakan upaya agar tercipta suatu keselarasan antar konstruksi linear, irama dan warna. Kalau orang Barat cenderung mengutamakan jumlah dan warna bunga, dan menaruh perhatian terutama pada keindahan kembangnya, maka orang Jepang memberi perhatian utamaa kepada aspek garis dalam rangkaiannya, dan mengembangkan seni ini sedemikian rupa sehingga meliputi jambangan,
tangkai, daun dan ranting maupun bunganya. Seluruh struktur rangkaian bunga Jepang didasarkan pada tiga garis utama yang melambangkan surga, bumi dan umat manusia. Asal mula Ikebana dapat ditelusuri sampai ke upacara persembahan bunga di kuil-kuil Buddha yang dimulai pada abad keenam. Dalam rangkaian yang agak kasar, bunganya maupun rantingnya disusun demikian rupa sehingga menunjuk ke surga sebagai tanda iman. Gaya merangkai bunga yang lebih canggih muncul pada abad kelimabelas, dan disebut rikka (bunga tegak). Gaya rikka yang berupaya mencerminkan kebesaran alam, menentukan bahwa bunga harus disusun sedemikian rupa agar menggambarkan gunung Sumeru, gunung mistik dalam ilmu alam semesta agama Buddha dan lambang semesta alam. Gaya ini mengandung banyak simbolisme. Misalnya ranting cemara melambangkan karang dan batu. Bunga krisan melambangkan sungai atau anak sungai. Gaya Rikka mengalami masa jayanya pada abad ketujuhbelas. Masa kini rikka dianggap bentuk dianggap bentuk rangkaian bunga yang sudah daluwarsa. Dahulu dianggap hiasan yang cocok untuk upacara dan pesta, sekarang gaya rikka sudah tidak lagi berpengaruh dan jarang dipraktekan (International Information,1989:140).
3. Aliran dalam Ikebana Di dalam Ikebana terdapat berbagai macam aliran yang masing-masing mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga. Aliran tertentumengharuskan orang melihat rangkaian bunga tepat dari bagian depan, sedangkanaliran lain mengharuskan orang melihat rangkaian bunga yang berbentuk tigadimensi sebagai benda dua dimensi saja. Ada 3 gaya dalam Ikebana, yaitu : rikka, shoka dan jiyuka. 1. Rikka (Standing Flower)adalah ikebana gaya tradisional yang banyak dipergunakan untuk perayaan keagamaan. Gaya ini menampilkan keindahan landscape tanaman. Gaya ini berkembang sekitar awal abad 16. Ada 7 keutamaan dalam rangkaian gaya Rikka, yaitu : shin, shin-kakushi, soe, soe-uke, mikoshi, nagashi dan maeoki 2. Shoka adalah rangkaian ikebana yang tidak terlalu formal tapi masih tradisional. Gaya ini difokuskan pada bentuk asli tumbuhan. Ada 3 unsur utama dalam gaya Shoka yaitu : shin, soe, dan tai. Sesuai dengan perkembangan zaman, sesudah Restorasi Meiji 1868, gaya ini lebih berkembang karena adanya pengaruh Eropa Nageire arti bebasnya dimasukan (rangkaian dengan vas tinggi dengan rangkaian hampir bebas)dan Moribana. rangkaian menggunakan wadah rendah dan mulut lebar). Lalu
pada tahun 1977 lahir gaya baru yaitu Shoka Shimputai, yang lebih modern, terdiri dari 2 unsur utama yaitu shu dan yo, dan unsur pelengkapnya, ashirai. 3. Jiyuka adalah rangkaian Ikebana bersifat bebas dimana rangkaiannya berdasarkan kreativitas serta imaginasi. Gaya ini berkembang setelah perang dunia ke-2. Dalam rangkaian ini kita dapat mempergunakan kawat,logam dan batu secara menonjol.
Ikebana memiliki perbedaan pada seni merangkai bunga pada umumnya yang menekan pada komposisi warna yang menarik dari kelopak kelopak bunga dengan bentuk yang juga beragam. Ikebana justru menekankan pada bagian tangkai dan daun bunga dengan jumlah bunga dalam satu rangkaian diminimalkan. Struktur yang digunakan dalam merangkai bunga adalah geometri dari scalene triangle, atau yang kita kenal dengan segitiga sembarang. Struktur segitiga sembarang ini memiliki filosofi mengenai unsur unsur pembentuk kehidupan: surga, bumi, dan manusia, atau menggambarkan matahari, bulan, dan bumi. Dari komposisi dan metode yang diterapkan pada seni ikebana, sebenarnya terkandung beberapa filosofi yang mengajarkan berbagai makna hidup. Dari proses pembuatannya, ikebana mengajarkan ketenangan bagi perangkainya dengan penghayatan terhadap benda alam sebagai sumber ketenangan hidup. Konsep kata Ma, merupakan konsep mengenai kekosongan yang diterapkan pada ikebana. Ma, berarti kosong, ruang void. Kekosongan dalam hal ini menajdi poin utama, hal yang ditonjolkan sebagai sumber energi. Ruang kosong yang terbentuk di dalam rangkaian meemberikan kehidupan bagi bunga bunga yang dirangkai karena dengan demikian ada ruang ruang untuk bernafas. Dalam kehidupan, ruang kosong dalam jiwa dan pikiran dibutuhkan untuk menjauhkan diri dari tekanan dan kondisi stres. Ruang kosong pada rangkaian ikebana menjadi penghubung elemen elemen penyusun yang digunakan dan menciptakan keutuhan. Komposisi asimetris dalam ikebana justru menciptakan keseimbangan dan menggambarkan keasimetrisan sebagai hal yang terjadi secara natural pada benda benda alam. Ikebana memang bentuk kesenian yang sangat berkaitan dengan penenangan jiwa baik bagi perangkai, maupun bagi orang yang melihat hasil karya ikebana melalui komposisi garis dan keseluruhan elemen rangkaian.
4. Perlengkapan merangkai Ikebana Peralatan yang diperlukan dalam ikebana hampir sama dengan peralatan merangkai bunga gaya eropa. Dalam Ikebana perangkai memerlukan berbagai macam bunga yang indah yang bisa ditemui disekitar pekarangan kampus atau dimana saja beserta potongan daun sebagai hiasan , bunga yang dipilih adalah bunga yang berwarna indah dan mencolok. selain bunga perangkai juga memerlukan gunting ( untuk memotong tangkai bunga ), selotip, sterofom dan kawat ( untuk membantu menyokong ), Vas bunga ( dapat dipakai botol bekas sebagai medianya ), dan air sebagai nutrisi pertumbuhannya.
Tema : Eternal Ivy ( hidup kekal ) Aliran : Jiyuka Konsep warna : - merah ( keberanian ) - Kuning ( Kepercayaaan ) - Pink( Keharmonisan ) - Ungu ( kesetiaan ) - Hijau tua ( ketangguhan ) - Hijau muda ( Kekuasaan ) Element Unsur : - Pencipta - Manusia - Bumi
Filosofi Rangkaian Teknik merangkai dalam ikebana hanya menggunakan bunga atau tanaman segar, tanaman yang dirangkai diharapkan nantinya mampu akan bertahan tetap hidup dalam beberapa waktu tertentu. Tanaman yang digunakan dalam rangkaian ini merupakan tanaman yang mudah ditemukan disekitar pekarangan. Sedangkan alat yang dipakai untuk merangkai bunga hanya membutuhkan botol bekas sebagai wadah, selotip, sterofoam, guntung dan air saja yang kesemuanya dapat ditemukan secara mudah. Komponen bunga yang dipakai diantaranya adalah Nerium oleander ( pink ), Pachystachys lutea atau bunga lolipop ( kuning ), Bougenvilia ( ungu ), dan Erythrina crista-galli ( merah ). Rangkaian ikebana ini memiliki tema Eternal Ivy yang artinya kehidupan abadi atau hidup yang abadi. Tema ini diambil berdasarkan komponen bunga yang dipakai yaitu banyak, berwarna dan beragam sehingga mewakili keseimbangan kehidupan dimuka bumi ini. Tidak lupa pula dalam rangkaian ikebana ini tetap menekankan pada tiga titik yaitu pencipta, manusia dan alam. Penekanan pada tiga unsur ini diwakilkan oleh tanaman yang menjulang keatas sebagai Pencipta atau penguasa, tanaman yang berada ditengah merupakan perwakilan dari manusia dan segala aktifitasnya dan tanaman yang paling dasar mewakili bumi sebagai penyokong kehidupan. Aliran yang dipilih dalam rangkaian ini adalah rangkaian bebas atau dikenal dalam istilah Jiyuka. Gaya aliran Jiyuka berdasarkan kreativitas dan Imaginasi dari sang perangkai. Walaupun termasuk gaya aliran bebas, tetapi dalam perangkaiannya harus memiliki filosofi tersendiri dan makna dibalik ikebana yang dirangkai. Karena memiliki banyak macam bunga dan warna yang beragam maka rangkaian ini cocok dipakai sebagai suatu persembahan. Untuk rangkaian persembahan, sebenarnya pemilihan wadah yang memiliki uukuran yang tinggi sedikit kurang cocok, akan tetapi hal ini dapat ditutupi dengan penempatan beberapa helai daun untuk menghiasi seluruh permukaan wadahnya sehingga rangkaian terlihat sedikit pendek. Dengan demikian maka rangkaian bunga akan terlihat semarak dan ramai sehingga cocok dipakai dalam acara persembahan. Rangkaian ini mempunyai kelemahan yaitu hanya dapat dari dua arah saja, yaitu dari depan dan belakang maka dalam penempatannya nanti harus dapat dilihat dari dua arah tersebut. Maka dari itu rangkaian ini sangatlah cocok ditempatkan pada sudut sudut ruangan atau
dibawah tiang tiang. Selain menggunakan tanaman yang akan ditumbuhkan didalam wadah, rangkaian ini menggunakan daun yang sengaja hanya ditempelkan pada sisi sisi luar tabung dengan tujuan untuk memperindah penampilan dan membuat penampilan ikebana terkesan semarak. Walaupun nantinya dau ini akan mengering karena tidak mendapatkan nutrisi, namun hal itu bukan menjadi masalah karena daun yang mengering tersebut akan memberikan efek yang bagus, dapat diibaratkan sebagai penopang dan penjaga tanaman lain didalamnya dari gangguan dari luar. Ikebana yang dirangkai menggunakan banyak jenis bunga, walaupun banyak tetapi pemilihan bunga tidak sembarangan. Bunga bunga yang dipilih merupakan bunga bunga yang dapat mewakili suatu arti tertentu. Dilihat dari bawah, komponen bunga yang digunakan adalah daun dari tanaman Nerium oleander, pemilihan ini didasarkan pada struktur daun yang tegak, runcing, dan kecil dapat dipakai sebagai hiasan disekitar sisi luar wadah. Selain itu tiga helai daun yang berjejer di empat sisi luar bawah wadah, melambangkan penjagaan atau perlindungan dan kesiagaan. Filosofi ini diambil dari lingkungan kerajaan sehingga daun ini dapat diartikan sebagai seorang prajurit yang selalu saiap siaga menjaga istana raja dan isinya. Dibagian tengah terdapat bunga Erythrina crista-galli yang berwarna merah dapat diibaratkan sebagai seorang Panglima perang. Penempatan 1 bunga Erythrina crista-galli pada 4 sisi yang bersilangan melambangkan bahwa 1 panglima perang mengkomandokan 3 orang prajurit dibawahnya. Bunga Bougenvillea ( ungu ) melambangkan dayang dayang istana, sementara Bunga kuning Pachystachys lutea atau bunga lolipop, melambangkan seorang penasehat raja. Penempatan bunga lolipop ini dibelakang daun yang panjang dapat diibaratkan sebagai
penasihat kerajaan, sehingga mempunyai makna bahwa segala sesuatu keputusan raja tak terlepas dari bantuannya. Sedangkan daun yang panjang menjulang diibaratkan sebagai seorang raja. Keberadaannya yang condong keluar menjauhi tempat tumbuhnya mengibaratkan bahwa identitasnya sebagai seorang raja tetapi pikirannya atau hatinya tetap dekat kepada alam ( masyarakat ). Hal yang menarik dari rangkaian ini adalah pemakaian Bunga Nerium oleander yang diketahui adalah tanaman beracun yang sangat berbahaya. Tak terlepas dari sifat nya yang beracun, pemakaian bunga ini mengibaratkan seroang ratu yang jahat ( beracun ). Dimana disetiap kehidupan tak terlepas dari unsur baik dan jahat. Keberadaan bunga Nerium oleander ini disokong oleh bunga yang berwarna orange yang diibaratkan sebagai pengaruh jahat yang selalu membantu dalam kejahatan. Karena sifatnya yang sama sama besar ( Raja dan Ratu ) maka
kedua tanama ini mempunyai ukuran tinggi yang hampir sama. Ini juga
melambangkan
kehidupan dimuka bumi ini dimana antara kejahatn sama kebaikan itu besarnya hampir sama, sehingga yang dikorbankan adalah rakyat kecil disekitarnya. Pemilihan Nerium oleander disini sangat cocok sebagai pengibaratan karakter pemimpin didunia, yaitu terlihat manis dan menawan tetapi sifatnya sangat beracun dan mematikan.\ Demikianlah filosofi dari rangkaian ikebana ini, meskipun terkesan urakan dan terlalu ramai tetapi mempunyai makna yang sangat luas yang dapat menggambarkan kehidupan dimuka bumi ini.