Six Sigma
Six Sigma
Six Sigma
Oleh :
Hendra Setiawan
hendra_stw@telkom.net
MateriKuliah.Com
Lisensi Pemakaian Artikel: Seluruh artikel di MateriKuliah.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut Penulis. Hak Atas Kekayaan Intelektual setiap artikel di MateriKuliah.Com adalah milik Penulis masing-masing, dan mereka bersedia membagikan karya mereka semata-mata untuk perkembangan pendidikan di Indonesia. MateriKuliah.Com sangat berterima kasih untuk setiap artikel yang sudah Penulis kirimkan.
METODE SIX SIGMA DAN KEPUASAN PELANGGAN Six sigma adalah suatu cara untuk mengukur kemungkinan perusahaan dapat membuat atau menghasilkan berbagai jumlah unit yang ditentukan dari suatu produk atau jasa dengan jumlah cacat nol ( zero defects ). Tujuannya tidak hanya mengurangi produksi jumlah cacat pada barang tetapi juga menghilangkan cacat pada organisasi itu. Six Sigma merupakan penilaian yang menandakan terbaik di kelasnya, dengan hanya 3.4 cacat per juta unit atau produksi. Penggunaan utama Six Sigma dalam mengukur nol cacat telah digunakan dalam industri pabrik. Kebanyakan perusahaan pabrik AS rata-rata tingkatannya di bawah empat sigma. Di tahun 1990, IBM pada tingkat rata-rata tiga sigma, sedangkan Motorola pada tingkat empat sigma. Secara komparatif dapat dikatakan, industri apa pun, kebanyakan perusahaan rata-rata terletak pada tingkat empat sigma pada awal 1990, dengan pengecualian tingkat kecelakaan perusahaan penerbangan domestik terletak pada lima sigma. Sebagai contoh, penanganan bagasi oleh perusahaan penerbangan, penulisan resep dokter, pemrosesan gaji, tagihan rumah makan, dan voucher jurnal semua pada tingkat empat sigma. Walaupun Six Sigma adalah suatu ukuran umum jumlah cacat nol di pabrik, beberapa perusahaan sudah memperluas konsep nol cacat ini, diukur oleh Six Sigma, kepada kepuasan pelanggan.
single-stage (one-step) proses dengan suatu variasi dari rata-rata untuk membuat suatu produk
di mana rata-rata nilainya adalah spesifikasi ideal produk itu. Selanjutnya spesifikasi disain itu berada pada wilayah tingkat empat sigma variasi dari nilai rata-rata ideal ini. Sekitar 99.9937 persen dari produk berada pada wilayah empat sigma. Hal ini berarti ada 0.0063 persen di luar cakupan itu . Ini menjelaskan bahwa jumlah dari 63 komponen per juta (cacat) yang akan berada di luar spesifikasi. cakupan yang ditetapkan itu , kedua-duanya di atas dan di bawah batas
63 komponen cacat yang diproduksi per juta produk tidak boleh terlalu besar jumlah cacat (meskipun itu bukan nol). Tetapi, sebagai tambahan variasi alami dari suatu proses, telah ditemukan rata-rata nilai itu peka terhadap suatu pergeseran sampa mencapai satu dan setengah sigma (Gambar 2). Ketika hal ini terjadi, untuk single stage di atas, 99.379 persen produk berada pada cakupan empat sigma.
Kenyataannya produksi menggunakan proses multi-stage dan produk terdiri dari banyak komponen. Setiap langkah dari keseluruhan proses dan masing-masing komponen menyangkut tingkat kesalahan yang telah diuraikan di atas. Hasil independen statistik tiap langkah dikalikan untuk mendapatkan hasil secara keseluruhan.. Selanjutnya dengan pertimbangan proses 100-stages, di mana masing-masing langkah memiliki cakupan spesifikasi desain empat sigma. Keseluruhan hasil adalah 53.64 persen di dalam batas spesifikasi. Hal itu akan meninggalkan 46.36 per sen di luar batas itu , atau 463,600 komponen cacat per juta produk. Kebanyakan pabrikan menggunakan proses tiga sigma untuk mencapai spesifikasi empat sigma, menghasilkan sejumlah barang yang cacat. Bagaimanapun, ketika spesifikasi ditetapkan pada tingkat enam sigma, mendekati hasil nol cacat. Ini dapat terjadi bahkan ketika rata-rata proses bergeser dan proses multi-stage diikutsertakan. Keseluruhan hasil pada tingkat sigma yang berbeda (batas spesifikasi), dengan proses multi-stage atau komponen beragam ditunjukkan pad Tabel I. Jika suatu disain dapat menerima proses variasi enam sigma, yaitu. dua kali nya variasi proses normal, kemudian 99.99966 persen produk akan berada di dalam spesifikasi atau tidak akan ada lebih dari 3.4 komponen cacat per juta yang dihasilkan (Gambar 2). Ini adalah
proses single-stage. Bahkan ketika ada 100-stage dalam proses pabrikasi produk, tingkat kecacatan hanya berjumlah 3,390 komponen per juta. Tabel II menunjukkan tiap tingkat kecacatan berhubungan dengan tiap tingkat sigma. Studi banding Motorola di seluruh dunia pada tahun 1986 menemukan bahwa perusahaan yang terbaik di kelasnya menggunakan enam sigma (Six Sigma), sementara Motorola hanya mempunyai kualitas empat sigma mutu. Banyak perusahaan beroperasi pada tiga sigma dan sudah hampir tidak ada kesempatan memproduksi produk bebas cacat. Untuk membandingkan tingkatan sigma ini dapat dilihat contoh berikut ini. Ketika adanya kesalahan dalam pengejaan kata, tiga sigma menulis kesalahan 7.6 kata-kata per halaman di dalam satu buku. Tetapi, empat sigma menulis kesalahan hanya satu kata per bab dalam satu buku., sedangkan enam sigma menghasilkan kesalahan satu kata dalam semua buku yang ada di suatu perpustakaan kecil. Hubungan yang logaritmis ini antar jumlah sigma dan kesalahan menandakan bahwa semakin tinggi sigma semakin baik kualitas produknya
Gambar 3. Perusahaan Manufakturing High-Tech tahun 1991 dan 1992 Analisis Six Sigma
Berdasarkan analisis six sigma yang ditemukan dalam kepuasan pelanggan, perusahaan klien nampak sesuai dengan tingkat sigma yang dikembangkan Walaupun perusahaan klien terus meningkatkan tingkat kepuasan pelanggannyai, tingkat six sigma mungkin sulit untuk dicapai karena apa yang diharapkan konsumen secara terus menerus berubah (pada umumnya meningkat).
Tabel IV. Tingkat Kepuasan Konsumen dan Tingkat Sigma pada Perusahaan Manufakturing High-Tech
kepuasan pelanggan dapat diperoleh sekalipun tingkat six sigma belum tercapai.
Hubungan
antara kepuasan pelanggan dan tingkat performa sigma dapat dilihat pada gambat 6 dan 7.
harus berada pada suatu tingkat sigma yang sangat tinggi. Tingkat signifikan dari atribut mungkin perlu untuk diuji lebih lanjut pada kasus ini. Hubungan antara harapan pelanggan, tingkat performa (sigma), dan nilai kepuasan pelanggan untuk atribut yang berbeda perlu diteliti lebih lanjut seperti yang telah diuraikan di atas. Analisa seperti itu bisa digunakan dalam pengembangan dari suatu strategi untuk peningkatan yang terfokus.
customer defections. Nilai dari suatu pelanggan yang setia dan biaya pelanggan yang hilang
adalah dua hal yang mendorong untuk mencapai zero customer defections. Sebagai contoh, suatu Home Depot toko yang menyediakan perlengkapan rumah tidak boleh kehilangan pembeli karena telah memberikan kesetiannya selama setahun dalam berbelanja di toko tersebut dan tentunya menaikkan profit toko tersebut.
Six sigma tidak berakhir pada penanganan zero-defect. Seperti Motorola, kini mengembangkan penggunaan Six Sigma ke area non teknis perusahaan itu. Kemajuan pendekatan berkelanjutan Six Sigma pada Motorola telah menuju Six Sigma centred , atau dengan tujuan dua cacat per milyar. Tiga spesifik area menekankan pada proses administratif,
customer-defined dan pengukuran mutu, serta peningkatan putaran waktu untuk pengenalan
dan perkembangan produk baru. Sebagai contoh, prosedur waktu penutupan pada laporan keuangan tiap akhir bulan telah diperpendek dari waktu seminggu menjadi tiga hari. Usaha peningkatan seperti itu akan berdampak positif terhadap kepuasan pelanggan
Daftar pustaka
Ravi S. Behara ,Gwen F. Fontenot dan Alicia Gresham , Customer Satisfaction Measurement and
Hendra Setiawan, Lahir di Bandung 11 Februari 1973, Entrepreneur , Staff pengajar , Praktisi, Alumni SMA 2 Padang (1990), DPA Makopalhi Stmik Bandung. e-mail : Hendra_stw@telkom.net