Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

EMulsi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

EMULSIFIKASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Emulsi berasal dari kata emulsion yang artinya menyerupai milk, warna
emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang
lemak, protein dan air. Emulsi ini biasa disebut dengan emulsi vera atau
emusli alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam biji
tersebut.
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi
dalam cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil. Stabilitas emulsi dapat
dipertahankan dengan penambahan zat yang ketiga yang disebut dengan
emulgator.
Emulgator adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk menstabilkan
emulsi, emulgator alam yaitu emulgator yang diperoleh dari alam tanpa
menggunakan proses yang rumit. Sediaan emulsi selain dikenal sebagai
sediaan cair, juga dapat berupa sediaan setengah padat. Penggunaan
sediaan ini pada saat ini makin populer karena dapat digunakan untuk
pemakaian dalam maupun untuk pemakaian luar.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Metode yang dapat
digunakan

untuk

menilai

efisiensi

emulgator

yang

ditambahkan

adalah metode HLB (Hydrophilic-Lipophilic Balance.


Akan tetapi dalam kenyataannya, jarang sekali ditemukan HLB dengan
harga yang persis dibutuhkan oleh suatu emulsi. Oleh karena itu sering
digunakan emulgator kombinasi dengan harga HLB rendah dan harga HLB
tinggi.
B. Maksud Praktikum
Adapun maksud praktikum ini adalah untuk mengetahui dan memahami
hal-hal yang berperan dalam pembuatan dan kestabilan dari suatu emulsi
C. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum ini adalah menghitung jumlah emulgator
golongan surfaktan yang digunakan dalam pembuatan emulsi,membuat
emulsi dengan emulgator golongan surfaktan,mengevaluasi ketidakstabilan
suatu emulsi, dan menentukan HLB butuh minyak yang digunakan untuk
pembuatan emulsi

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang
mengandung dua cairan immiscible yang satu terdispersi secara seragam
sebagai tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan emulsi merupakan golongan
penting dalam sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang
dapat diterima dan bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak
yang tidak diinginkan oleh pasien (Jenkins, 1957).
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.
Berdasarkan fasa terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu(Ansel, 1989) :
1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam fasa
air.
2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa
minyak.
Tipe

emulsi

yang

umum

dari

emulsi

farmasetik

dan

kosmetik

mengandung air sebagai salah satu fase dan minyak atau lemak sebagai
fase lainnya, jika tetesan minyak didispersikan dalam fase kontinu berair
emulsi diistilahkan minyak dalam air (o/w). Jika minyak adalah fase kontinu,
emulsi adalah tipe air dalam minyak (w/o). telah diamati bahwa emulsi o/w

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
kadang-kadang berubah menjadi emulsi w/o dan sebaliknya. Perubahan tipe
emulsi

ini

disebut

inversi.

emulsi ditambahkan, diklasifikasikan

Sejak
sebagai

tahun

1978,dua tipe

emulsi ganda. Perhatian

diterima dari permukaan kimia. Ini secara keseluruhan untuk menyiapkan


emulsi ganda dengan sifat minyak dalam air dalam minyak o/w/o, atau air
dalam minyak dalam air w/o/w. beberapa emulsi juga dapat berubah,
meskipun selama perubahan itu biasanya membentuk emulsi yang
sederhana. Jadi emulsi w/o/w normalnya berubah menjadi emulsi o/w
(Lachman, 1994).
Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal
ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu
(Martin, 1971):
1. Emulsi tipe M/A (minyak dalam air).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar kedalam air.
Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.
2. Emulsi tipe A/M (air dalam minyak).
Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam minyak.
Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai fase eksternal.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan faktor
yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan kestabilan suatu emulsi
banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator
yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme
DEWI ANDRIANI MUNIR
150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
kerjanya adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak
serta

membentuk

lapisan

film

pada

permukaan

globul-globul

fasa

terdispersinya (Ansel, 1989).


Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah
koslesensi, yaitu penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase
tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan
cara menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal dan
dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi.
Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan
membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan
juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase, hingga meninggalkan
proses emulsifikasi selama pencampuran (Jenkins, 1957).
HLB adalah nomor yang diberikan bagi tiap-tiap surfaktan. Daftar di
bawah ini menunjukkan hubungan nilai HLB dengan bermacam-macam tipe
system(Anief, 2005).:
Nilai HLB

Tipe system

3-6

A/M emulgator

7-9

Zat pembawah 9wetting agent)

8-18

M/A emulgator

13-15

Zat pembersih (detergent)

15-18

Zat penambah pelarutan (Solubilizer)

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
Makin rendah nilai HLB suatu surfaktan maka akan makin lipofil surfaktan
tersebut, sedang makin tinggi nilai HLB surfaktan akan makin hidrofil Cara
menentukan HLB ideal dan tipe kimi surfaktan dilakukan dengan eksperimen
yang prosedurnya sederhana, ini dilakukan jika kebutuhan HLB bagi zat yang
diemulsi tidak diketahui. Ada 3 fase yaitu (Anief, 2005):
1. Fase I
Dibuat 5 macam atau lebih emulsi suatu zat cair dengan sembarang
campuran surfaktam, dengan klas kimi yang sama, misalnya campuran
Span 80 20 dan Tween 20. Dari hasil emulsi dibedakan salah satu yang
terbaik diperoleh HLB kira-kira. Bila semua emulsi baik atau jelek maka
percobaan diulang dengan mengurangi atau menambah emulgator.
2. Fase II
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB di sekitar HLB yang
diperoleh dari fase I. dari kelima emulsi tersebut dipilih emulsi yang
terbaik maka diperoleh nilai HLB yang ideal.
3. Fase III
Membuat 5 macam emulsi lagi dengan nilai HLB yang ideal dengan
menggunakan bermacam-macam surfaktan atau campuran surfaktan.dari
emulsi yang paling baik, dapat diperoleh campuran surfaktan mana yang
paling baik (ideal).

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
Umumnya masing-masing zat pengemulsi mempunyai masing-masing
suatu bagian hidropilik dan lipofilik, suatu metode telah difikirkan di mana zat
pengemulsi dan zat aktif permukaan dapat digolongkan susunan kimianya
sebagai keseimbangan hidropilik-hidropilik atau HLBnya. Umumnya zat aktif
permukaan itu mempunyai harga HLB yang ditetapkan antara 3 sampai 6 dan
menghasilkan emulsi air dan minyak. Sedangkan zat-zat yang mempunyai
harga HLB antara 8 sampai 18 menghasilkan emulsi minyak dalam air
(Lachman, 1994).
Kestabilan

termodinamika

emulsi

berbeda

dari

kestabilan

yang

didefenisikan oleh pembuat formula atau pemakai berdasarkan pertimbangan


subjektif secara menyeluruh. Kestabilan yang dapat diterima dalam bentuk
sediaan farmasi tidak

membutuhkan

kestabilan

termodinamika.

Jika

suatu emulsi membentuk creaming diatas atau dibwah, emulsi bisa tetap
dapat

diterima

secara farmasetik

selama

emulsi tersebut dapat

dibentuk kembali dengan pengocokan biasa. Pertimbangan serupa dapat


digunakan untuk emulsi kosmetik tetapi dalam kosmetik pembentukan krim
biasanya tidak dapat diterima, karena tiap pemisahan yang tidak bagus
dipandang membuat produk tidak elegan secara kosmetik. Oleh karena itu
penting

untuk

mengingat

bahwa

standar kestabilan

sebagian

besar

tergantung pada pengamat, karena pengamatan subjektif atau opini dengan


sendirinya tidak mencukupi untuk menentukan aturan seperti kestabilan tang
dapat diterima. Kestabilan harus didefnisikan dalam arti yang diberikan oleh
DEWI ANDRIANI MUNIR
150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
barret, yaitu berdasarkan tujuan objektif murni. Shelf life(umur sediaan)
adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan evaluasi
kestabilan subjektif (Lachman,1994).
Ada beberapa kriteria yang ditemui dalam pembuatan emulsi. Mungkin
yang paling penting dan nyata adalah emulsi yang memiliki stabilitas
fisik adequate, tanpa ini, emulsi akan segera kembali menjadi dua bagian
fase. Sebagai tambahan, jika produk emulsifikasi mempunyai aktivitas
antimikroba (seperti lotio pengobatan), harus dijamin bahwa formulasi
memiliki derajat aktivitas. Sering bahan menunjukkan aktivitas antimokroba
rendah dalam emulsi daripada dalam larutan. Umumnya ini karena
pembagian efek antara fase minyak dan fase air yang mana menyebabkan
penurunan konsentrasi efektif dari bahan aktif. Pembagian juga diambil
kedalam jumlah dimana pengawet dipertimbangkan untuk mencegah
mikrobiologi yang mengganggu pada emulsi. Akhirnya stabilitas kimia dari
bahan bervariasi pada emulsi seharusnya diterim

dengan beberapa

perhatian, seperti bahan mungkin mudah mengalami degradasi pada tahap


emulsifikasi daripada ketika berada pada fase baik. Pada diskusi,
pertimbangan detail akan batasan pertanyaan dari stabilitas fisik diulang
pada topik ini setelah dipublikasikan oleh Garret dan Kitchnrer dan
Musseilwhite. Untuk informasi pada pengaruh bahwa emulsifikasi dapat
mempunyai aktivitas biologi dan kimia dari material dalam emulsi (Gennaro,
1990).
DEWI ANDRIANI MUNIR
150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
Teori dari stabilitas emulsi telah didiskusikan oleh Eccleston dalam
percobaan untuk situasi yang dimengerti pada kedua emulsi sederhana o/w
danw/o, dan sistem komersial kompleks.Tiga fenomena besar dengan
stabilitas fisik, adalah (Gennaro, 1990):
1. Perpindahan keatas atau kebawah dari tetesan terdispersi relatif
pada fase kontinyu, diistilahkan dengan kriming atau sedimentasi.
2. Agregat dan koalesens, dispersi tetesan untuk pemisahan kembali
menjadi fase massa.
3. Inversi, perubahan emulsi o/w menjadi emulsi w/o dan sebaliknya
Semua cairan mempunyai kecenderungan menerima suatu bentuk yang
mempunyai luas permukaan terbuka dalam jumlah yang paling kecil. Untuk
semua tetesan cairan, dalam tetetasan cairan yang bulat ada tenaga dalam
yang cenderung meningkatkan hubungan dari molekul-molekul zat untuk
menahan distori dari tetesan menjadi suatu bentuk yang kurang bulat (Martin,
1993).
B. Uraian Bahan
1. Air suling (Ditjen POM, 1979 :96)
Nama resmi

: AQUA DESTILATA

Nama lain

: Air suling

RM/BM

: H2O / 18,02

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa.

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan

: Sebagai fase air

2. Minyak kelapa (Ditjen POM, 1979:456)


Nama resmi

: OLEUM COCOS

Nama lain

: Minyak Kelapa

Bobot jenis

: 0,845 0,905

Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwara atau kuning pucat, bau


khas, tidak tengik.

Kelarutan

: Larut dalam 2 bagian etanol (95 %) P pada suhu 60 0C,


sangat mudah larut dalam kloroform P dan juga mudah
larut dalam eter P.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, di


tempat sejuk.

Kegunaan

: Sebagai fase minyak.

3. Span 80 80 (Ditjen POM, 1979 hal:567)


Nama resmi

: SORBITAN MONOOLEAT

Nama lain

: Sorbitan atau span 80 80

RM

: C3O6H27Cl17

Pemerian

: Larutan berminyak, tidak berwarna, bau karakteristik


dari asam lemak.

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
Kelarutan

: Praktis

tidak

larut

tetapi

terdispersi dalam air

dan dapat bercampur dengan alkohol sedikit larut


dalam minyak biji kapas.
Kegunaan

: Sebagai emulgator dalam fase minyak

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

HLB Butuh

: 4,3

4. Tween 80 (Ditjen POM 1979, hal :509)


Nama resmi

: POLYSORBATUM 80

Nama lain

: Polisorbat 80, tween

Pemerian

: Cairan kental, transparan, tidak berwarna, hampir tidak


mempunyai rasa.

Kelarutan

: Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P dalam etil


asetat P dan dalam methanol P,

sukar larut dalam

parafin cair P dan dalam biji kapas P.


Kegunaan

: Sebagai emulgator fase air

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup rapat

HLB Butuh

: 15
C. Prosedur Kerja (Anonim,2014)

1) Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB lebar


R/

Minyak

20%

Emulgator 3%
Air ad
DEWI ANDRIANI MUNIR
150 2013 0109

100%
AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
Buat satu seri emulsi dengan HLB butuh masing-masing adalah 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11, dan 12.
1. Hitung jumlah tween dan span 80 yang dibutuhkan untuk setiap
nilai HLB butuh.
2. Timbang masing-masing bahan yang dibutuhkan.
3. Campurkan minyak dengan span 80 , campuran air dengan tween
lalu panaskan di atas penangas air sampai suhu 60oC.
4. Tambahkan campuran minyak ke dalam campuran air dan segera
diaduk dengan menggunakan pengaduk elektrik selama lima menit
5. Masukkan emulsi ke dalam tabung sedimentasi dan beri label
untuk masing-masing HLB.
6. Tinggi emulsi dalam tabung diusahakan sama dan catat waktu
mulai memasukkan emulsi ke dalam tabung.
7. Amati jenis ketidakstabilan emulsi yang terjadi selama 6 hari. Bila
terjadi kriming ukur tinggi emulsi yang membentuk cream.
8. Tentukan pada nilai HLB berapa emulsi tampak relative paling
stabil.
2) Penentuan HLB butuh minyak dengan jarak HLB sempit
Dari hasil percobaan diatas diperoleh nilai HLB butuh berdasar atas
emulsi yang tampak relative paling stabil, misalnya HLB butuhnya 9.
Untuk memperoleh nilai HLB butuh yang lebih akurat, perlu dibuat satu

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
seri emulsi lagi dengan nilai HLB 8 sampai 10 dengan jarak HLB masingmasing 0,25. Prosedur kerjanya sama dengan percobaan di atas.

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh.2005., Ilmu Meracik Obat, cetakan XII, Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.143, 147.
Anonim, 2014. Penuntun Praktikum Farmasi Fisika. Universitas Muslim
Indonesia, Makassar.
Ansel, H.C.,1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV,
Terjemahan Farida Ibrahim, UI Press, Jakarta.
Ditjen POM, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Ditjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Gennaro, A, R. 1990. Reumingtons Pharmacetical Science 18th. Mack
Pubishing Company, Easton.
Jenkins, G.L., 1957, Scovilles ; The Art Of Compounding, Ninth Edition,
McGraw-Hill Book Company,Inc., New York, Toronto, 314, 315.
Lachman, dkk, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri, Universitas
Indonesia, Jakarta
Martin, Alfred, 1993. Farmasi Kimia, Universitas Indonesia, Jakarta
Martin, W, Erick. 1971. Dispensing Of Medication. Mack Publishing
Company, Easton.
Parrot, L.E., 1970, Pharmaceutical technology, Burgess Publishing
Company. Mineneapolis, 335.

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
BAB III

CARA KERJA
A. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang
pengaduk, cawan porselin, gelas kimia 100 ml, gelas ukur 50 ml, mixer,
kompor Listrik, pipet tetes, sendok tanduk, termometer, gelas arloji,
stopwatch, gegep kay, kalkulator, lap kasar, dan timbangan.
B. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aluminium
foil, aquadest, parafin cair, span 80 dan tween 80.
C. Cara Kerja
Disiapkan alat dan bahan dan dihitung jumlah parafin, Span 80 dan
Tween 80 yang dibutuhkan untuk masing-masing HLB butuh (HLB
7,8,9,10,11,12,13 dan 14). Ditimbang parafin, Span 80 dan Tween 80 sesuai
dengan jumlah yang dibutuhkan. Lalu dicampur Parafin dengan Span 80 dan
Air dengan Tween 80, dipanaskan di atas penangas air dengan suhu 70 oC
untuk sampel parafin dengan span 80 dan suhu 75oC untuk sampel tween 80
dengan air sambil diaduk. Diangkat dan dicampurkan minyak ke dalam
campuran air dan segera diaduk dengan menggunakan mixer dengan
kecepatan yang konstan selama 5 menit.Kemudian masukkan kedalam gelas

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
ukur sesuai dengan HLB masing-masing, dibiarkan beberapa hari dan amati
perubahan yang terjadi pada masing-masing HLB (melihat pemisahan dari
emulsi) dan dicatat hasilnya.

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tabel Hasil Pengamatan
a. HLB lebar

Nilai HLB

Hari Pertama

Hari Kedua

Hari Ketiga

(Pemisahan air

(Pemisahan air

(Pemisahan air

dengan minyak)

dengan minyak)

dengan minyak)

31 ml
29 ml
40 ml
34 ml
0 ml
0 ml
33 ml
36 ml

33 ml
30 ml
43 ml
37 ml
0 ml
0 ml
36 ml
39 ml

HLB 7
HLB 8
HLB 9
HLB 10
HLB 11
HLB 12
HLB 13
HLB 14

Nilai HLB

Hari Pertama
(Pemisahan air
dengan minyak)

Hari Kedua
(Pemisahan air
dengan minyak)

Hari Ketiga
(Pemisahan air
dengan minyak)

b. HLB Sempit

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
HLB 10,75
HLB 11
HLB 11,25
HLB 11,5
HLB 11,75
HLB 12

15 ml
10 ml
10 ml
0 ml
9 ml
0 ml

18 ml
12 ml
11 ml
0 ml
12 ml
0 ml

B. Perhitungan
1. HLB lebar
R/

minyak

20%

Emulgator

5%

Air add

100%

Dik : Emulgator = 5% x 100 gram = 5 gram


Misalnya : Tween 80 = a gram, maka Span 80 = (5-a) gram
Tween 80 = HLB 15 dan Span 80 = HLB 4,3
a. HLB 7
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 7
15 a + 21,5 4,3a = 35
10,7 a = 13,5
a = 1,26 g (tween 80)
jadi , span 80 = 5 1,26 g = 3,74 g
b. HLB 8
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 8
15 a + 21,5 4,3a = 40

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
10,7 a = 18,5
a = 1,72 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5 1,72 g = 3,28 g
c. HLB 9
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 9
15 a + 21,5 4,3a = 45
10,7 a = 23,5
a = 2,19 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5 2,19 g = 2,81 g
d. HLB 10
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 10
15 a + 21,5 4,3a = 50
10,7 a = 28,5
a = 2,66 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5 2,66 g = 2,34 g
e. HLB 11
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 11
15 a + 21,5 4,3a = 55
10,7 a = 33,5
a = 3,13 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5 3,13 g = 1,87 g
f. HLB 12
DEWI ANDRIANI MUNIR
150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 12
15 a + 21,5 4,3a = 60
10,7 a = 38,5
a = 3,59 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5 3,59 g = 1,41 g
g. HLB 13
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 13
15 a + 21,5 4,3a = 65
10,7 a = 43,5
a = 4,06 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5 4,06 g = 0,94 g
h. HLB 14
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 14
15 a + 21,5 4,3a = 70
10,7 a = 48,5
a = 4,53 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5- 4,53 g = 0,47 g
2. HLB sempit
a. HLB 10,75
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 10,75
15 a + 21,5 4,3a = 53,75
10,7 a = 32,25
DEWI ANDRIANI MUNIR
150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
a = 3,01 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5- 3,01 g = 1,99 g
b. HLB 11
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 11
15 a + 21,5 4,3a = 55
10,7 a = 33,5
a = 3,13 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5- 3,13 g = 1,87 g
c. HLB 11,25
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 11,25
15 a + 21,5 4,3a = 56,25
10,7 a = 34,75
a = 3,24 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5- 3,24 g = 1,76 g
d. HLB 11,5
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 11,5
15 a + 21,5 4,3a = 57,5
10,7 a = 2,67
a = 0,24 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5- 0,24 g = 4,76 g
e. HLB 11,75
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 11,75
DEWI ANDRIANI MUNIR
150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
15 a + 21,5 4,3a = 58,75
10,7 a = 37,25
a = 3,48 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5 3,48 g = 1,52 g

f. HLB 12
(a x 15) + [ (5-a) x 4,3 ] = 5 x 12
15 a + 21,5 4,3a = 60
10,7 a = 38,5
a = 3,59 g (tween 80)
jadi, span 80 = 5 3,59 g = 1,41 g

C. Pembahasan
Emulsi adalah suatu sistem yang tidak stabil secara termodinamika
yang mengandung paling sedikit dua fase cair yang tidak bercampur, di mana
satu diantaranya didispersikan sebagai bola-bola dalam fase cair lain. Sistem
dibuat stabil dengan adanya suatu zat pengemulsi atau emugator.
Pembuatan emulsi dalam percobaan ini menggunakan tween 80 dan
span 80 dimana penggunaan tween 80 untuk menurukan tegangan
permukaan dan antarmuka pada fase air, sedangkan digunakan span 80
untuk menurunkan tegangan permukaan dan antarmuka pada fase parafin.

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
Emulgator

adalah

bagian

dari

emulsi

yang

berfungsi

untuk

menstabilkan emulsi, emulgator dalam yaitu emulgator yang diperoleh dari


alam tanpa proses yang rumit dan emulsi buatan adalah emulsi yang
terbentuk dari proses sintetik, misalnya mentega.
Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan emulgator merupakan
faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu kestabilan suatu emulsi
banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan, mekanisme kerja
emulgator adalah menurunkan tegangan antar permukaan air dan minyak
serta

membentuk

lapisan

film

pada

permukaan

globul-globul

fase

terdispersinya.
Surfaktan terdri dari gugus polar dan non polar apabila surfaktan
dimasukkan ke dalam sistem yang terdiri dari air dan minyak, maka gugus
polar akan terarah ke fase air sedangkan gugus non polar ke fase minyak.
Surfaktan yang mempunyai gugus polar lebih kuat akan cenderung
membentuk emulsi minyak dalam air, sedangkan bila gugus non polar dalam
minyak, oleh karena itu diperlukan ketelitian dalam menentukan kekuatan
gugus polar dan non polar dari sulfaktan dan metode yang dapat digunakan
dalam menilai efisiensi emulgator yang ditambahkan yaitu metode HLB.
Berdasarkan fase terdispersinya emulsi dapat dibedakan menjadi dua
jenis yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) yaitu bila fase minyak terdispersi di
dalam fase air, emulsi air dalam minyak (A/M) yaitu bila fase air terdispersi di
dalam fase minyak.
DEWI ANDRIANI MUNIR
150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
Emulsi dikatakan suatu sistem yang tidak stabil karena adanya energi
bebas permukaan yang besar. Hal ini terjadi karena pada proses
pembuatannya, fase dalam atau fase terdispersinya cenderung untuk
membuat agregat atau globul-globul, jika globul-globul atau agregat naik ke
permukaan atau turun ke dasar, emulsi tersebut akan membentuk suatu
lapisan pekat dari fase dalam.
Dalam percobaan ini digunakan kombinasi emulgator tipe air (Tween
80) dan emulgator tipe minyak (span 80

, meskipun kadang-kadang

ditemukan bahwa suatu pengemulsi tunggal dapat menghasilkan jenis emulsi


yang dikehendaki pada viskositas yang diinginkan, namun karena jarang
ditemukan emulgator tunggal yang memiliki nilai HLB sesuai dengan yang
dibutuhkan maka digunakan emulgator kombinasi yaiu tween 80 dan span 80
.
Setelah masing-masing bahan ditimbang berdasarkan perhitungan
kemudian dipanaskan di atas penangas hingga suhunya mencapai 70 oC
(fase minyak) 75oC (fase air)sambil diaduk dengan tujuan agar diperoleh
emulsi yang baik karena dengan pemanasan akan mengurangi tegangan
antar muka dan viskositasnya. Pemanasan juga akan meningkatkan energi
kinetik dari tetesan-tetesan sehingga pemanasan tidak boleh terlalu
tinggi.Alasannya, pada umumnya kedua fase tersebut memiliki suhu lebur
yang sama yaitu pada suhu 70oC sehingga dapat diperoleh emulsi yang baik
dan tidak pecah (stabil). Akan tetapi pada fase air dilakukan pengaturan
DEWI ANDRIANI MUNIR
150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
suhu, yaitu suhu dilebihkan sedikit (75oC) dari suhu rata-rata kedua fase
minyak dan air (70oC). Sebab pada fase airitu dapat terjadi penurunan suhu
yang cepat sehingga harus dilebihkan sedikit sedangkan untuk minyak
penurunan suhunya tidak mudah mengalami penurunan (lama).
Selanjutnya kedua fase dicampur yaitu fase minyak dimasukkan ke
dalam fase air, kemudian diaduk dengan batang pengaduk. Pengadukan
dilakukan dengan menggunakan mixer selama 5 menit agar emulsi yang
terbentuk lebih homogen. Selain itu Pengocokan dilakukan juga untuk
memberikan kesempatan pada minyak untuk terdispersi ke dalam air dengan
baik serta emulgator dapat membentuk lapisan film pada permukaan fase
terdispersi.Pengadukan ini juga memberikan kesempatan pada molekulmolekul cepat berikatan dan yang paling banyak adalah fase pendispersinya
sehingga pembentukan emulsi yang lebih cepat.
Dari HLB yang digunakan yaitu 7,8,9,10,11,12,13 dan 14 tidak ada
yang mengalami kestabilan kecuali HLB 11 dan 12. Kemudian dilakukan
pengerjaan kembali untuk mengukur HLB sempitnya dengan mengunakan
HLB 10,75;11; 11,5;11,25; 11,75; dan 12 dari hasil pengamatan yang
mengalami kestabilan hanya pada HLB 11,5 dan 12.
Dari hasil percobaan dapat diperoleh perhitungan jumlah tween 80 dan
span 80 untuk HLB lebar yaitu untuk HLB 7 adalah 1,26 g dan 3,74 g, untuk
HLB butuh 8 adalah 1,72 g dan 3,28 g,untuk HLB butuh 9 adalah 2,19 g dan
2,81g, untuk HLB butuh 10 adalah 2,66 g dan 2,34 g, untuk HLB butuh 11
DEWI ANDRIANI MUNIR
150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
adalah 3,13 g dan 1,87 g, untuk HLB butuh 12 adalah 3,59 g dan 1,41 g,
untuk HLB butuh 13 adalah 4,06 g dan 0,94 g ,dan untuk HLB butuh 14
adalah 4,53 g dan 0,47 g,
Dari hasil percobaan dapat diperoleh perhitungan jumlah tween 80 dan
span 80 untuk HLB sempitnya yaitu untuk HLB 10,75 adalah 3,01 g dan 1,99
g, untuk HLB butuh 11 adalah 3,13 g dan 1,87 g,untuk HLB butuh 11,25
adalah 3,24 g dan 1,76 g, untuk HLB butuh 11,5 adalah 0,24 g dan 4,76 g,
untuk HLB butuh 11,75 adalah 3,48 g dan 1,52 g, dan untuk HLB butuh 12
adalah 3,59 g dan 1,41 g.
Aplikasinya dalam

bidang farmasi yakni emulsi digunakan sebagai

bentuk sediaan obat yang dapat digunakan oral, topikal, parental. Emulsi
yang digunakan secara oral biasanya emulsi yang bertipe A/M, emulsi
semisolid biasanya digunakan secara topikal, dan emulsi yang digunakan
secara parental adalah lotio-lotio, krim, salep dan sebagainya.
Dikenal beberapa ketidakstabilan emulsi yaitu flukolasi, creaming,
koalesen, dan demulsifikasi. Flukolasi adalah terjadinya kelompok-kelompok
globul yang letaknya tidak beraturan dalam suatu emulsi. Creaming adalah
terjadinya lapisan-lapisan dengan konsentrasi yang berbeda dalam emulsi.
Koalesen adalah terjadinya penggabungan globul-globul menjadi lebih besar.
Deemulsifikasi adalah merupakan proses lebih lanjut dari koalesen di mana
kedua fase terpisah kembali menjadi dua cairan yang tidak bercampur.

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
Di dalam suatu percobaan biasanya dikenal dengan yang namanya
faktor kesalahan. Dimana faktor kesalahan yang mungkin terjadi dalam
percobaan kestabilan emulsi ini yaitu:
a. Kesalahan dalam menghitung jumlah tween dan span 80 sesuai dengan
HLB butuhnya.
b. Kesalahan dalam penimbangan bahan.
c. Kesalahan dalam mencampur bahan.
d. Kesalahan dalam memanaskan ataupun
e. Kesalahan dalam mengaduk campuran.

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

EMULSIFIKASI
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan yaitu:
1. Emulgator yang digunakan adalah Tween 80 dan Span 40
2. HLB yang digunakan adalah HLB 7, 8 , 9 , 10, 11, 12 ,13 dan 14 dan dari
hasil yang dilakukan yang mengalami kestabilan adalah HLB 11 dan 12.
3. Pada pengukuran HLB sempitnya pada HLB 10,75; 11; 11,25;11,5;11,75
dan 12. HLB yang stabil adalah HLB 11,5 dan HLB 12.

B.

Saran

Sebaiknya para praktikan mempersiapkan segala sesuatu yang


berhubungan dengan praktikum (alat, bahan, dan atribut) dengan baik dan
tidak membuat keributan saat berada di dalam laboratorium.

DEWI ANDRIANI MUNIR


150 2013 0109

AULIA FACHRAZI

Anda mungkin juga menyukai