Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Seed Treatment

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih memegang peranan

penting untuk produktivitas suatu tanaman.

Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Akan tetapi benih
seringkali mengalami gangguan dari Organisme pengganggu tanaman (OPT), yang
menyebabkan menurunnya hasil. Gangguan tersebut terdapat di gudang penyimpanan
dan di lapangan pada saat penanaman, maka dari itu perlu dilakukan perlakuan benih.
Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah benih dipanen
dan diproses, benih biasanya diberikan perlakuan (seed treatment) untuk berbagai
tujuan. Tujuan perlakuan benih adalah (1) menghilangkan sumber infeksi benih
(disinfeksi) untuk melawan patogen tular benih dan hama, (2) perlindungan terhadap
bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah, (3) meningkatkan perkecambahan atau
melindungi benih dari patogen dan hama.
Setelah dilakukan seed treatment benih harus dikemas agar dapat disimpan
dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan lamanya penyimpanan. Pengemasan benih
bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik, mempertahankan
kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam
penyimpanan dan pengangkutan.
Penyimpanan benih jagung pada ruang terbuka akan mengakibatkan benih cepat
mengalami kemunduran atau daya simpannya menjadi singkat akibat fluktuasi suhu dan
kelembapan. Hal ini karena ruang simpan terbuka berhubungan langsung dengan
lingkungan di luar ruangan atau melalui jendela dan ventilasi. Oleh karena itu, benih
yang disimpan dalam ruang terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat
agar viabilitas dan vigor benih dapat dipertahankan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui perlakuan benih apa
yang sesuai untuk benih jagung dan bahan pengemas apa yang dapat mempertahankan
kualitas benih selama dipenyimpanan.

BAB II
TEKNOLOGI PERBENIHAN III
Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

PEMBAHASAN
2.1 Perlakuan Benih Jagung (Seed Treatment)
Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah benih
dipanen dan diproses, benih biasanya diberi perlakuan (seed treatment) untuk berbagai
tujuan. Tujuan perlakuan benih yaitu :
1. Menghilangkan sumber infeksi benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular
benih dan hama
2. Mengendalikan penyakit tular benih (seed borne) pada saat benih berkecambah
dan mencegah terjadinya mati muda (damping off).
3. Perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah.
Ditinjau dari ilmu penyakit tanaman, perlakuan benih memiliki tujuan untuk
menghilangkan sumber infeksi (disinfeksi) dan disinfestasi dari benih akibat berbagai
organisme patogen tular benih (seedborne) dan tular tanah (soilborne) serta hama
gudang. Disinfeksi bertujuan melakukan eradikasi patogen yang berada di kulit benih
atau di dalam jaringan benih. Sedangkan disinfestasi ditujukan untuk mematikan
cendawan, bakteri, atau serangga yang berada dipermukaan benih (surface organism)
tetapi belum menginfeksi permukaan benih (Desai et al. 1997).
Menurut Agrawal & Sinclair (1996), beberapa kondisi benih yang perlu diberi
perlakuan benih, yaitu :
Luka pada kulit benih yang dapat menstimulasi cendawan untuk memasuki benih

sehingga dapat mematikan benih atau melemahkan kecambah.


Benih mengalami luka selama pemanenan dan pascapanen yang dapat memudahkan

benih terserang patogen.


Benih yang terinfestasi oleh patogen pada saat panen dan saat benih diolah.
Benih yang ditanam pada keadaan lingkungan yang tidak sesuai seperti tanah lembab
atau sangat kering sehingga menstimulir pertumbuhan dan perkecambahan spora

cendawan yang dapat menyerang dan merusak benih.


Melindungi masa-masa perkecambahan dan awal pertumbuhan tanaman dari
organisme tular tanah.
Penyakit

tular

benih

pada

tanaman

jagung

yaitu

penyakit

bulai

(Peronosclerospora sp.), penyakit Fusarium sp. Dan penyakit Aspergillus sp. Perlakuan
benih secara kimiawi untuk mencegah patogen tular benih dan tular tanah dapat
dilakukan dengan cara pemberian pestisida khusunya fungisida. Senyawa yang akan

TEKNOLOGI PERBENIHAN III


Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

diberikan pada benih sebagai seed treatment harus memenuhi kriteria, yaitu efektif
terhadap organisme pengganggu tanaman, relatif tidak toksik terhadap benih dan
tanaman, kurang beracun bagi manusia dan hewan, bersifat stabil selama penyimpanan
dan mudah penggunaannya serta ekonomis.
Penggunaan bahan kimia sebagai seed treatment dapat effektif dengan 3 cara
yaitu 1) pencelupan/perendaman dalam larutan pestisida (steeping in liquid), 2)
Percampuran benih dengan tepung pestisida (dry seed treatment) sehingga tepung
pestisida tersebut dapat menyelimuti benih, dan 3) perlakuan basah (slurry treatment)
yaitu pestisida dicampur dengan sedikit air kemudian dicampurkan dengan benih yang
kering, sehingga benih tersebut diliputi cairan insektisida.Fungisida yang biasa dipakai
untuk perlakuan benih jagung yaitu fungisida berbahan aktif metaliksil.
Metaliksil merupakan fungisida sistemik untuk mengendalikan penyakit yang
disebabkan oleh Oomycetes. Fungisida ini tersedia dalam berbagai merek dan formulasi seperti
Apron 35WS, Ridomil, Saromil 35SD, untuk perlakuan benih (seed treatment), Ridomil 5G
untuk diaplikasikan ditanah, Ridomil 25WP yang dapat disemprotkan pada tanaman (Reddy et
al., 1990 dalam Tandiabang, 2011).

Hasil penelitian Fisher (1981) dalam Tandiabang (2011) menunjukkan bahwa


cara bekerja (mode of action) dari Metalaksil yaitu dengan menghambat biosintesa
RNA sehingga mitosis (pembelahan sel) dari jamur tidak terjadi, yang selanjutnya
menghambat pertumbuhan dari jamur. Metalaksil ini tidak berpengaruh terhadap
germinasi dari spora jamur yang menyerang tanaman.
Metalaksil ini bersifat sistemik pada tanaman dan ada hubungan antara
akumulasi fungisida dalam tanaman dan daya proteksi terhadap jamur. Translokasi
metalaksil dalam tanaman hanya terjadi jika fungisida ini diberikan sebagai perlakuan
benih. Metalaksil hanya bertahan selama 29 hari dalam tanaman sesudah diberikan
secara perlakuan benih (Reddy et al., 1990dalam Tandiabang, 2011). Dosis yang
dianjurkan pada tanaman bulai adalah (1,5 2,5 gram) Saromil 35SD per kg benih.
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif metalaksil sebagai perlakuan benih
(seeds treatment) pada jagung hibrida sejak dulu merupakan paket utama dalam
penjualan benih dipasaran. Hal ini disebabkan karena selama ini benih jagung yang

TEKNOLOGI PERBENIHAN III


Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

ditanam tanpa dilakukan seeds treatment dengan fungisida, maka kemungkinan besar
akan terserang penyakit bulai (Talancha et.al, 2011).
Akibat dari penggunaan fungisida metalaksil secara terus menerus dalam jangka
waktu lama untuk perlakuan benih jagung, maka kecenderungan terjadinya resistensi di
beberapa sentra produksi jagung di Indonesia sudah mulai nampak yaitu tidak
efektifnya metalaksil melindungi tanaman jagung dari serangan bulai. Hal ini terbukti di
Kalimantan Barat, Kab. Bengkayang dan beberapa daerah di Jawa Timur (Kab. Kediri)
fungisida ini sudah tidak efektif lagi, walaupun dengan pemberian dosis yang tinggi
(Wakman et al., 2009; Burhanuddin, 2011 ; Talancha et.al, 2011).
Intensifnya penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung erat kaitannya
dengan pembentukan atau perakitan varietas jagung hibrida selama ini belum mengarah
kepada pembentukan jagung varietas tahan penyakit bulai, akan tetapi prioritas
pembentukan jagung hibrida bertumpu pada potensi hasil tinggi, tingkat keragaman dan
tinggi tanaman, sehingga varietas jagung yang dirilis atau dihasilkan kemungkinannya
rentan terhadap penyakit bulai.
2.2 Pengemasan Benih Jagung
Pengemasan benih merupakan kegiatan untuk mempertahankan kualitas benih
selama dalam penyimpanan dan pemasaran, sehingga pada saat benih ditanam tetap
terjamin daya tumbuh dan daya kecambahnya secara normal. Adapun tujuan
pengemasan benih secara umum untuk:

Memudahkan Pengelolaan benih.


Memudahkan transportasi benih waktu pemasaran
Memudahkan penyimpanan benih dengan kondisi yang memadai.
Mempertahankan persentase viabilitas benih
Mengurangi deraan (tekanan/pengaruh) alam
Mempertahankan kadar air benih
Bahan pengemas benih yang digunakan dipilih dari bahan yang dapat mencegah

terjadinya peningkatan kadar air benih. Peningkatan kadar air benih merupakan salah
satu faktor yang dapat meningkatkan laju deteriorasi (kemunduran benih) dalam
penyimpanan sehingga diperlukan bahan pengemas benih yang dapat menghambat
perubahan kadar air benih (Kuswanto, 2003). Penggunaan bahan kemasan yang tepat
dapat melindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembapan
TEKNOLOGI PERBENIHAN III
Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

nisbi dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang
simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama (Robiinn,
2007). Menurut Kuswanto (2003) bahan pengemas benih yang digunakan juga harus
memenuhi beberapa persyaratan lain, yaitu :

Mampu menahan masuknya uap air di dalam kemasan


Mampu menahan masuknya air di dalam kemasan
Mampu menahan pertukaran gas-gas
Mudah didapat, bahannya cukup kuat, dan tidak beracun
Harga memadai, tidak terlalu mahal
Mudah/dapat dicetak untuk logo, merk, atau keterangan lain
Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan

vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih. Menurut Barton dalam
Justice dan Bass (1979)dalam Robiinn (2007), kadar air merupakan faktor yang paling
mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran benih
meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih.
Di daerah tropis, benih jagung minimal disimpan 3 bulan hingga musim tanam
berikutnya. Benih jagung memiliki sifat agak mudah menyerap dan menahan uap air
(higroskopis) sehingga perlu dikemas bila disimpan dalam ruangan terbuka. Bahan
kemasan yang baik adalah yang memiliki kekuatan tekanan, tahan terhadap kerusakan
serta tidak mudah sobek (Rineka Cipta 1986dalam Robiinn 2007). Bahan untuk
kemasan banyak macamnya dan masing-masing memiliki sifat yang berbeda. Bahan
kemasan benih di daerah tropika basah umumnya memiliki sifat impermeabilitas
terhadap uap air. Sifat lain yang penting adalah mempunyai daya rekat (sealibility),
kuat, elastis, mudah diperoleh, murah, dan tahan lama.

Macam-macam bahan kemasan benih


Bahan pengemas yang digunakan untuk mengemas benih mempunyai banyak
macam. Bahan pengemas benih secara umum dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan
sifatnya, yaitu bahan pengemas benih yang porous dan bahan pengemas benih yang
kedap uap air. Bahan pengemas benih yang porous biasanya digunakan untuk
mengemas benih yang masa simpannya pendek atau disimpan pada kondisi dingin dan
kering. Bahan pengemas benih yang kedap uap air digunakan untuk mengemas benih
yang masa simpannya lama atau panjang (sampai musim tanam berikutnya) dan
TEKNOLOGI PERBENIHAN III
Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

memerlukan perlindungan dari pengaruh kelembaban yang tinggi agar viabilitas dan
vigor benihnya dapat dipertahankan tetap tinggi(Kuswanto, 2003).Sedangkan
berdasarkan jenisnya bahan pengemas benih yang biasa dipakai, antara lain :

Bahan pengemas kertas


Kertas yang digunakan secara meluas untuk pengemasan benih berasal dari
bahan kertas sulfit atau kertas kraft yang diputihkan. Pemutihan kertas tersebut
dengan cara dilapisi tanah liat yang sangat putih agar dapat dicetak. Kantong
kertas ini dirancang untuk menyimpan sejumlah benih tertentu bukan untuk
melindungi viabilitas benihnya. Bahan pengemas kertas termasuk dalam
golongan bahan pengemas benih yang porous(Kuswanto, 2003).
Menurut penelitian Robiin (2007) kemasan kertas mampu mempertahankan
kadar air benih jagung sebesar 12,39% pada periode simpan 2 minggu. Sifat
kertas yang mudah basah pada kondisi lembap diduga sebagai penyebab

meningkatnya kadar air benih pada periode simpan selanjutnya.


Bahan pengemas plastik
Menurut Kuswanto (2003) plastik yang digunakan untuk bahan pengemas benih
kebanyakan berasal dari bahan polyethylene. Bahan polyethylene termasuk
bahan pengemas benih yang kedap uap air. Bahan polyethylene dipilih yang
memiliki daya rentang tinggi sehingga memiliki ketahanan yang sangat besar
terhadap kebocoran. Bahan polyethylene yang bening dan putih mudah ditembus
cahaya sehingga lama-kelamaan mudah menjadi rusak jika terkena sinar
matahari langsung atau radiasi sinar ultraviolet. Kerusakan tersebut dapat
diperlambat dengan mencampurkan dalam lapisan karbon hitam atau pigmen
lain yang mudah menyerap sinar ultraviolet. Bahan pengemas plastik
polyethylene termasuk bahan pengemas yang kedap air/uap air.
Kemasan plastik dapat mempertahankan kadar air sebesar 11,73% pada periode
simpan 4 minggu dan dianggaptidak berbeda dengan kemasan kertas dengan
periode simpan2 minggu dengan kadar air 12,39%. Tetapi kemasan plastik
dinilai lebih baik karena mempunyai periode simpan yang lebih panjang (2

minggu) dibanding kemasan kertas.


Bahan pengemas aluminium foil
Aluminium foil sering digunakan pada lapisan gabungan dan lapisan terpisah
dalam pengemasan benih. Lapisan aluminium foil sendiri dapat digabung
dengan bahan lain untuk pengemasan benih sehingga menghasilkan kombinasi

TEKNOLOGI PERBENIHAN III


Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

bahan pengemas yang memiliki hampir semua sifat bahan pengemas yang
diinginkan. Penggabungan aluminium foil dengan berbagai bahan pengemas
lain, seperti kertas atau lapisan plastik akan memberikan hambatan yang efektif
terhadap pertukaran uap air dan gas. Bahan pengemas aluminium foil termasuk
bahan pengemas yang kedap air/uap air.
Diantara kedua kemasan diatas aluminium foil merupakan bahan kemasan yang
paling baik, karena pada periode simpan 4 minggu kadar air hanya 10,90%.
Tetapi dari hasil penelitian Robiin (2007) pada periode simpan berikutnya
menunjukan peningkatan kadar air menjadi 17,97 pada minggu ke 6 dan 20,14%
pada minggu ke 8 lebih buruk dibandingkan dengan benih yang dikemas dengan
plastik. Dari segi sifat kekedapan udara maupun uap air, aluminum foillebih baik
dibanding plastik, tetapi dari segi kekuatan dankeelastisan, aluminum foilmudah
sobek. Hal inilah yangmenyebabkan kadar air benih yang disimpan dalam
kemasanaluminum foilmeningkat selama periode simpan 6 dan 8minggu.
Menyiapkan bahan pengemas benih
Penyiapan bahan pengemas benih yang akan digunakan untuk mengemas benih
dilakukan terutama untuk benih yang siap untuk dipasarkan. Selain itu dengan
penyiapan bahan pengemas benih yang benar, kemasan benih yang dihasilkan juga
sesuai standar yang diinginkan serta dapat melindungi benih dari pengaruh lingkungan
yang kurang mendukung daya simpan benih selama periode penyimpanan ataupun
sampai benih siap untuk digunakan.
Kegiatan penyiapan bahan pengemas benih dimulai dengan pemilihan bahan
pengemasnya. Bahan pengemas yang kurang atau tidak kedap terhadap air, uap air, dan
gas-gas seperti bahan pengemas karung goni atau plastik dan kertas kraft atau sulfit
biasanya digunakan untuk mengemas benih yang akan disimpan dalam ruang
penyimpanan benih terutama dalam jumlah yang banyak (Kuswanto, 2003). Bahan
pengemas yang relatif kedap terhadap air, uap air, dan gas-gas seperti bahan pengemas
plastik polyethylene dan aluminium foil digunakan untuk pengemasan benih yang siap
untuk dipasarkan (Kuswanto, 2003).
Kegiatan penyiapan bahan pengemas benih yang siap untuk dipasarkan
dilanjutkan dengan perekatan bahan pengemas berbentuk kantong segi empat sesuai
ukuran yang diinginkan. Perekatan dilakukan dengan memanaskan alat perekat/sealer
TEKNOLOGI PERBENIHAN III
Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

(plastik ataupun aluminium foil) terlebih dahulu. Kemudian bahan pengemas tersebut
direkatkan ketiga sisinya dengan sealer sampai diperoleh kemasan benih yang berbentuk
kantong segi empat. Selain itu dilakukan pula pengecekan terhadap hasil perekatan
bahan pengemasnya sampai benar-benar sempurna dan dipastikan tidak terjadi
kebocoran pada bahan pengemas sampai siap digunakan untuk pengemasan benihnya.
Menurut Robiin (2007) aluminium foildapat digunakan sebagai bahan
kemasanbenih jagung. Namun, dalam aplikasinya harus dikombinasikandengan bahan
kemasan lain dan tetap mengacu padasifat-sifat bahan kemasan yang ada, seperti
impermeabilitas,kekuatan, ketebalan, dan keuletan. Bahan kemasan plastikdapat
disarankan sebagai alternatif kedua, dan mungkin akanmenjadi lebih baik jika ketebalan
plastik diperhatikan.
Menimbang benih
Alat untuk menimbang benih sebelum dilakukan pengemasan biasanya
menggunakan timbangan tepat atau timbangan analitik. Timbangan tepat biasanya
berupa neraca Ohauss dengan tingkat ketelitian hasil penimbangan mencapai 10
miligram. Sedangkan timbangan analitik mempunyai tingkat ketelitian hasil
penimbangan mencapai 0,1 miligram. Timbangan tepat biasanya digunakan untuk
menimbang jenis-jenis benih berukuran besar seperti kedelai, kacang hijau, jagung, dan
lain-lain.dan timbangan analitik digunakan untuk menimbang benih yang berukuran
kecil seperti benih sawi, tembakau, bayam, dan lain-lain. Penimbangan benih ini
bertujuan untuk menentukan berat bersih benih yang akan dikemas sesuai dengan
ukuran kemasannya dan ukuran yang dikehendaki oleh konsumen.
Ukuran berat benih tanaman yang tergolong benih besar terutama untuk benihbenih tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan dipasarkan dalam
ukuran berat 0,5 kg, 1 kg, dan 5 kg dalam kemasan plastik polyethylene maupun
aluminium foil.
Pengisian benih
Setelah berat bersih benih yang akan dikemas ditentukan, benih lalu dimasukkan dalam
bahan pengemas yang telah disiapkan. Pengisian benih dapat dilakukan secara manual
dengan cara membuka ujung bahan pengemas dan benih yang telah diketahui berat
bersihnya dimasukan ke dalam bahan pengemas secara hati-hati (jangan sampai
tumpah). Hal ini akan mengurangi berat bersih benih yang akan dikemas. Selain itu
TEKNOLOGI PERBENIHAN III
Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

pengisian bahan pengemas dapat dilakukan secara otomatis menggunakan alat khusus
untuk mengisi kemasan benih.
Penutupan bahan kemasan benih
Penutupan kemasan benih bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan masih
adanya uap air dan udara yang dapat masuk. Penutupan bahan pengemas yang kedap
uap air dan udara sebaiknya menggunakan alat pemanas (sealer) atau untuk bahan
plastik polyethylene dapat memakai api lilin atau flat iron. Akan tetapi, penutupan
dengan menggunakan api lilin atau flat iron sulit mrnrntukan apakah kemasan sudah
tertutup rapat atau masih ada yang bocor.
Penutupan bahan pengemas benih menggunakan sealer harus memperhatikan
bahan pengemas benih yang digunakan. Karena setiap bahan pengemas mempunyai
derajat panas yang berbeda untuk dapat direkatkan. Oleh karena itu sealer yang
digunakan juga harus disesuaikan apakah dipergunakan untuk merekatkan bahan
aluminium foil atau plastik polyethylene.
Sealing tidak boleh terlalu sempit ataupun lebar. Karena jika terlalu sempit akan
menyebabkan proses perekatan bahan pengemas tidak sempurna atau dimungkinkan
terjadi kebocoran kemasan. Sedangkan sealing yang terlalu lebar menyebabkan hasil
kemasan tidak ekonomis dari segi biaya bahan pengemas terutama untuk bahan
pengemas yang harganya mahal seperti aluminium foil.
Setelah benih selesai dikemas, perlu dilakukan pelabelan terhadap benih yang
akan disimpan atau dipasarkan. Informasi yang perlu dicantumkan dalam label kemasan
benih antara lain :

Nama species atau kultivar benih


Nomor kelompok benih
Berat bersih benih
Tanggal selesai pengujian
Tanggal kadaluarsa
Kadar air benih
Daya tumbuh benih, dan lain-lain
Pemberian label dapat dilakukan dengan mencetak informasi yang diperlukan

tersebut pada kartu yang ditempelkan pada karung kain/serat goni atau mencap
informasi tersebut secara langsung pada wadahnya.
Pengaruh pengemasan benih terhadap mutu benih

TEKNOLOGI PERBENIHAN III


Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

Benih dengan mutu tinggi sangat diperlukan karena merupakan salah satu sarana untuk
dapat menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal. Menurut Kuswanto (2003)
engemasan benih yang baik akan berpengaruh terhadap mutu benih selama
penyimpanan, antara lain :
Mutu fisik benih
Mutu fisik benih yang dipengaruhi oleh kemasan benih yaitu kemurnian benih,
kerusakan mekanis, berat benih, dan kadar air benih. Pengemasan benih akan
menjaga kemurnian benih dari benih varietas lain, benih gulma, dan bahan
lain/kotoran. Pengemasan benih juga akan menghindarkan benih dari kerusakan
mekanis akibat serangan hama penyakit benih dalam penyimpanan. Pengemasan
benih akan menjaga berat benih dalam kondisi tetap artinya tidak terjadi
penurunan kandungan cadangan makanan dalam benih akibat pengaruh
lingkungan penyimpanan maupun serangan hama penyakit dalam penyimpanan.
Selain itu pengemasan benih akan mempertahankan kadar air selama
penyimpanan dalam kondisi konstan sehingga kemunduran benih dapat
dihindari/dihambat. Hal ini disebabkan perubahan kadar air benih merupakan
faktor yang menyebabkan terjadinya kemunduran benih dalam penyimpanan.
Mutu fisiologis benih
Mutu fisiologis benih yang dipengaruhi kemasan benih yaitu daya kecambah dan
kekuatan tumbuh (vigor) benih. Pengemasan benih yang baik dan benar akan
mempertahankan daya kecambah dan kekuatan tumbuh (vigor) benih dalam
kondisi yang baik. Hal ini disebabkan pengaruh lingkungan yang dapat
mempercepat proses kemunduran benih dapat dikurangi atau dihambat seperti
pengaruh suhu tinggi, gas oksigen yang mempercepat respirasibenih, dan
pengaruh kelembaban yang tinggi.

TEKNOLOGI PERBENIHAN III


Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perlakuan benih bertujuan untuk menjaga benih pada saat masa penyimpanan
dugudang dari gangguan OPT dan menjaga benih dari penyakit tular benih dan tular
tanah. Perlakuan benih yang biasa digunakan untuk benih jagung yaitu dengan cara
kimiawi dengan menggunakan fungisida, khusunya fungisida berbahan aktif
metaliksil.Akibat dari penggunaan fungisida metalaksil secara terus menerus dalam
jangka waktu lama untuk perlakuan benih jagung, maka kecenderungan terjadinya
resistensi di beberapa sentra produksi jagung di Indonesia sudah mulai nampak yaitu
tidak efektifnya metalaksil melindungi tanaman jagung dari serangan bulai. Hal ini
terbukti di Kalimantan Barat, Kab. Bengkayang dan beberapa daerah di Jawa Timur

TEKNOLOGI PERBENIHAN III


Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

(Kab. Kediri) fungisida ini sudah tidak efektif lagi, walaupun dengan pemberian dosis
yang tinggi(Wakman et al., 2009; Burhanuddin, 2011 ; Talancha et.al, 2011).
Pengemasan benih merupakan kegiatan untuk mempertahankan kualitas benih
selama dalam penyimpanan dan pemasaran, sehingga pada saat benih ditanam tetap
terjamin daya tumbuh dan daya kecambahnya secara normal. Bahan pengemas yang
baik untuk benih jagung menurut Robiin (2007) adalah aluminium foil. Namun, dalam
aplikasinya harus dikombinasikan dengan bahan kemasan lain dan tetap mengacu pada
sifat-sifat bahan kemasan yang ada, seperti impermeabilitas, kekuatan, ketebalan, dan
keuletan. Bahan kemasan plastik dapat disarankan sebagai alternatif kedua, dan
mungkin akan menjadi lebih baik jika ketebalan plastik diperhatikan.

DAFTAR PUSTAKA
A.Haris Talanca, Burhanuddin, dan A. Tenriwae. 2011. Uji Resistensi Cendawan
(Peronosclerospora maydis)Terhadap Fungisida Saromil 35 SD (b.a Metalaksil).
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Seminar dan Pertemuan Tahunan
XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar.
Diakses

online

pada

http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-

content/uploads/2012/04/21-Haris-Talanca-Uji-resistensi-fungisida-saromil.pdf
Burhanudin. 2009. Fungisida Metalaksil Tidak Efektif Menekan Penyakit Bulai
(Peronosclerospora

maydis)

Di

Kalimantan

Barat

Dan

Alternatif

Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Prosiding Seminar

TEKNOLOGI PERBENIHAN III


Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

Nasional

Serealia

2009.

Diakses

online

pada

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/58.pdf
Johanis Tandibiang. 2011. Kajian Penggunaan Metaliksil Dalam Pengendalian penyakit
Bulai Pada Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Diakses online
pada

http://www.peipfi-komdasulsel.org/jurnal-perlindungan/kajian-

penggunaan-metalaksil-dalam-pengendalian-penyakit-bulai-pada-jagung.htm
Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih.
Kanisius. Yogyakarta.
Robiin. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan Dan Periode Simpan Dan Pengaruhnya
Terhadap Kadar Air Benih Jagung Dalam Ruang Simpan Terbuka. Buletin
Teknik

Pertanian

Vol.

12

No.

1,

2007.

Diakses

online

pada

http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt121073.pdf

TEKNOLOGI PERBENIHAN III


Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung

Page

Anda mungkin juga menyukai