Seed Treatment
Seed Treatment
Seed Treatment
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benih memegang peranan
Benih yang baik akan menghasilkan tanaman yang baik pula. Akan tetapi benih
seringkali mengalami gangguan dari Organisme pengganggu tanaman (OPT), yang
menyebabkan menurunnya hasil. Gangguan tersebut terdapat di gudang penyimpanan
dan di lapangan pada saat penanaman, maka dari itu perlu dilakukan perlakuan benih.
Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah benih dipanen
dan diproses, benih biasanya diberikan perlakuan (seed treatment) untuk berbagai
tujuan. Tujuan perlakuan benih adalah (1) menghilangkan sumber infeksi benih
(disinfeksi) untuk melawan patogen tular benih dan hama, (2) perlindungan terhadap
bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah, (3) meningkatkan perkecambahan atau
melindungi benih dari patogen dan hama.
Setelah dilakukan seed treatment benih harus dikemas agar dapat disimpan
dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan lamanya penyimpanan. Pengemasan benih
bertujuan untuk melindungi benih dari faktor-faktor biotik dan abiotik, mempertahankan
kemurnian benih baik secara fisik maupun genetik, serta memudahkan dalam
penyimpanan dan pengangkutan.
Penyimpanan benih jagung pada ruang terbuka akan mengakibatkan benih cepat
mengalami kemunduran atau daya simpannya menjadi singkat akibat fluktuasi suhu dan
kelembapan. Hal ini karena ruang simpan terbuka berhubungan langsung dengan
lingkungan di luar ruangan atau melalui jendela dan ventilasi. Oleh karena itu, benih
yang disimpan dalam ruang terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat
agar viabilitas dan vigor benih dapat dipertahankan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui perlakuan benih apa
yang sesuai untuk benih jagung dan bahan pengemas apa yang dapat mempertahankan
kualitas benih selama dipenyimpanan.
BAB II
TEKNOLOGI PERBENIHAN III
Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung
Page
PEMBAHASAN
2.1 Perlakuan Benih Jagung (Seed Treatment)
Perlakuan benih merupakan bagian dari sistem produksi benih. Setelah benih
dipanen dan diproses, benih biasanya diberi perlakuan (seed treatment) untuk berbagai
tujuan. Tujuan perlakuan benih yaitu :
1. Menghilangkan sumber infeksi benih (disinfeksi) untuk melawan patogen tular
benih dan hama
2. Mengendalikan penyakit tular benih (seed borne) pada saat benih berkecambah
dan mencegah terjadinya mati muda (damping off).
3. Perlindungan terhadap bibit ketika bibit muncul di permukaan tanah.
Ditinjau dari ilmu penyakit tanaman, perlakuan benih memiliki tujuan untuk
menghilangkan sumber infeksi (disinfeksi) dan disinfestasi dari benih akibat berbagai
organisme patogen tular benih (seedborne) dan tular tanah (soilborne) serta hama
gudang. Disinfeksi bertujuan melakukan eradikasi patogen yang berada di kulit benih
atau di dalam jaringan benih. Sedangkan disinfestasi ditujukan untuk mematikan
cendawan, bakteri, atau serangga yang berada dipermukaan benih (surface organism)
tetapi belum menginfeksi permukaan benih (Desai et al. 1997).
Menurut Agrawal & Sinclair (1996), beberapa kondisi benih yang perlu diberi
perlakuan benih, yaitu :
Luka pada kulit benih yang dapat menstimulasi cendawan untuk memasuki benih
tular
benih
pada
tanaman
jagung
yaitu
penyakit
bulai
(Peronosclerospora sp.), penyakit Fusarium sp. Dan penyakit Aspergillus sp. Perlakuan
benih secara kimiawi untuk mencegah patogen tular benih dan tular tanah dapat
dilakukan dengan cara pemberian pestisida khusunya fungisida. Senyawa yang akan
Page
diberikan pada benih sebagai seed treatment harus memenuhi kriteria, yaitu efektif
terhadap organisme pengganggu tanaman, relatif tidak toksik terhadap benih dan
tanaman, kurang beracun bagi manusia dan hewan, bersifat stabil selama penyimpanan
dan mudah penggunaannya serta ekonomis.
Penggunaan bahan kimia sebagai seed treatment dapat effektif dengan 3 cara
yaitu 1) pencelupan/perendaman dalam larutan pestisida (steeping in liquid), 2)
Percampuran benih dengan tepung pestisida (dry seed treatment) sehingga tepung
pestisida tersebut dapat menyelimuti benih, dan 3) perlakuan basah (slurry treatment)
yaitu pestisida dicampur dengan sedikit air kemudian dicampurkan dengan benih yang
kering, sehingga benih tersebut diliputi cairan insektisida.Fungisida yang biasa dipakai
untuk perlakuan benih jagung yaitu fungisida berbahan aktif metaliksil.
Metaliksil merupakan fungisida sistemik untuk mengendalikan penyakit yang
disebabkan oleh Oomycetes. Fungisida ini tersedia dalam berbagai merek dan formulasi seperti
Apron 35WS, Ridomil, Saromil 35SD, untuk perlakuan benih (seed treatment), Ridomil 5G
untuk diaplikasikan ditanah, Ridomil 25WP yang dapat disemprotkan pada tanaman (Reddy et
al., 1990 dalam Tandiabang, 2011).
Page
ditanam tanpa dilakukan seeds treatment dengan fungisida, maka kemungkinan besar
akan terserang penyakit bulai (Talancha et.al, 2011).
Akibat dari penggunaan fungisida metalaksil secara terus menerus dalam jangka
waktu lama untuk perlakuan benih jagung, maka kecenderungan terjadinya resistensi di
beberapa sentra produksi jagung di Indonesia sudah mulai nampak yaitu tidak
efektifnya metalaksil melindungi tanaman jagung dari serangan bulai. Hal ini terbukti di
Kalimantan Barat, Kab. Bengkayang dan beberapa daerah di Jawa Timur (Kab. Kediri)
fungisida ini sudah tidak efektif lagi, walaupun dengan pemberian dosis yang tinggi
(Wakman et al., 2009; Burhanuddin, 2011 ; Talancha et.al, 2011).
Intensifnya penggunaan fungisida metalaksil pada benih jagung erat kaitannya
dengan pembentukan atau perakitan varietas jagung hibrida selama ini belum mengarah
kepada pembentukan jagung varietas tahan penyakit bulai, akan tetapi prioritas
pembentukan jagung hibrida bertumpu pada potensi hasil tinggi, tingkat keragaman dan
tinggi tanaman, sehingga varietas jagung yang dirilis atau dihasilkan kemungkinannya
rentan terhadap penyakit bulai.
2.2 Pengemasan Benih Jagung
Pengemasan benih merupakan kegiatan untuk mempertahankan kualitas benih
selama dalam penyimpanan dan pemasaran, sehingga pada saat benih ditanam tetap
terjamin daya tumbuh dan daya kecambahnya secara normal. Adapun tujuan
pengemasan benih secara umum untuk:
terjadinya peningkatan kadar air benih. Peningkatan kadar air benih merupakan salah
satu faktor yang dapat meningkatkan laju deteriorasi (kemunduran benih) dalam
penyimpanan sehingga diperlukan bahan pengemas benih yang dapat menghambat
perubahan kadar air benih (Kuswanto, 2003). Penggunaan bahan kemasan yang tepat
dapat melindungi benih dari perubahan kondisi lingkungan simpan yaitu kelembapan
TEKNOLOGI PERBENIHAN III
Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung
Page
nisbi dan suhu. Kemasan yang baik dan tepat dapat menciptakan ekosistem ruang
simpan yang baik bagi benih sehingga benih dapat disimpan lebih lama (Robiinn,
2007). Menurut Kuswanto (2003) bahan pengemas benih yang digunakan juga harus
memenuhi beberapa persyaratan lain, yaitu :
vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih. Menurut Barton dalam
Justice dan Bass (1979)dalam Robiinn (2007), kadar air merupakan faktor yang paling
mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran benih
meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih.
Di daerah tropis, benih jagung minimal disimpan 3 bulan hingga musim tanam
berikutnya. Benih jagung memiliki sifat agak mudah menyerap dan menahan uap air
(higroskopis) sehingga perlu dikemas bila disimpan dalam ruangan terbuka. Bahan
kemasan yang baik adalah yang memiliki kekuatan tekanan, tahan terhadap kerusakan
serta tidak mudah sobek (Rineka Cipta 1986dalam Robiinn 2007). Bahan untuk
kemasan banyak macamnya dan masing-masing memiliki sifat yang berbeda. Bahan
kemasan benih di daerah tropika basah umumnya memiliki sifat impermeabilitas
terhadap uap air. Sifat lain yang penting adalah mempunyai daya rekat (sealibility),
kuat, elastis, mudah diperoleh, murah, dan tahan lama.
Page
memerlukan perlindungan dari pengaruh kelembaban yang tinggi agar viabilitas dan
vigor benihnya dapat dipertahankan tetap tinggi(Kuswanto, 2003).Sedangkan
berdasarkan jenisnya bahan pengemas benih yang biasa dipakai, antara lain :
Page
bahan pengemas yang memiliki hampir semua sifat bahan pengemas yang
diinginkan. Penggabungan aluminium foil dengan berbagai bahan pengemas
lain, seperti kertas atau lapisan plastik akan memberikan hambatan yang efektif
terhadap pertukaran uap air dan gas. Bahan pengemas aluminium foil termasuk
bahan pengemas yang kedap air/uap air.
Diantara kedua kemasan diatas aluminium foil merupakan bahan kemasan yang
paling baik, karena pada periode simpan 4 minggu kadar air hanya 10,90%.
Tetapi dari hasil penelitian Robiin (2007) pada periode simpan berikutnya
menunjukan peningkatan kadar air menjadi 17,97 pada minggu ke 6 dan 20,14%
pada minggu ke 8 lebih buruk dibandingkan dengan benih yang dikemas dengan
plastik. Dari segi sifat kekedapan udara maupun uap air, aluminum foillebih baik
dibanding plastik, tetapi dari segi kekuatan dankeelastisan, aluminum foilmudah
sobek. Hal inilah yangmenyebabkan kadar air benih yang disimpan dalam
kemasanaluminum foilmeningkat selama periode simpan 6 dan 8minggu.
Menyiapkan bahan pengemas benih
Penyiapan bahan pengemas benih yang akan digunakan untuk mengemas benih
dilakukan terutama untuk benih yang siap untuk dipasarkan. Selain itu dengan
penyiapan bahan pengemas benih yang benar, kemasan benih yang dihasilkan juga
sesuai standar yang diinginkan serta dapat melindungi benih dari pengaruh lingkungan
yang kurang mendukung daya simpan benih selama periode penyimpanan ataupun
sampai benih siap untuk digunakan.
Kegiatan penyiapan bahan pengemas benih dimulai dengan pemilihan bahan
pengemasnya. Bahan pengemas yang kurang atau tidak kedap terhadap air, uap air, dan
gas-gas seperti bahan pengemas karung goni atau plastik dan kertas kraft atau sulfit
biasanya digunakan untuk mengemas benih yang akan disimpan dalam ruang
penyimpanan benih terutama dalam jumlah yang banyak (Kuswanto, 2003). Bahan
pengemas yang relatif kedap terhadap air, uap air, dan gas-gas seperti bahan pengemas
plastik polyethylene dan aluminium foil digunakan untuk pengemasan benih yang siap
untuk dipasarkan (Kuswanto, 2003).
Kegiatan penyiapan bahan pengemas benih yang siap untuk dipasarkan
dilanjutkan dengan perekatan bahan pengemas berbentuk kantong segi empat sesuai
ukuran yang diinginkan. Perekatan dilakukan dengan memanaskan alat perekat/sealer
TEKNOLOGI PERBENIHAN III
Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung
Page
(plastik ataupun aluminium foil) terlebih dahulu. Kemudian bahan pengemas tersebut
direkatkan ketiga sisinya dengan sealer sampai diperoleh kemasan benih yang berbentuk
kantong segi empat. Selain itu dilakukan pula pengecekan terhadap hasil perekatan
bahan pengemasnya sampai benar-benar sempurna dan dipastikan tidak terjadi
kebocoran pada bahan pengemas sampai siap digunakan untuk pengemasan benihnya.
Menurut Robiin (2007) aluminium foildapat digunakan sebagai bahan
kemasanbenih jagung. Namun, dalam aplikasinya harus dikombinasikandengan bahan
kemasan lain dan tetap mengacu padasifat-sifat bahan kemasan yang ada, seperti
impermeabilitas,kekuatan, ketebalan, dan keuletan. Bahan kemasan plastikdapat
disarankan sebagai alternatif kedua, dan mungkin akanmenjadi lebih baik jika ketebalan
plastik diperhatikan.
Menimbang benih
Alat untuk menimbang benih sebelum dilakukan pengemasan biasanya
menggunakan timbangan tepat atau timbangan analitik. Timbangan tepat biasanya
berupa neraca Ohauss dengan tingkat ketelitian hasil penimbangan mencapai 10
miligram. Sedangkan timbangan analitik mempunyai tingkat ketelitian hasil
penimbangan mencapai 0,1 miligram. Timbangan tepat biasanya digunakan untuk
menimbang jenis-jenis benih berukuran besar seperti kedelai, kacang hijau, jagung, dan
lain-lain.dan timbangan analitik digunakan untuk menimbang benih yang berukuran
kecil seperti benih sawi, tembakau, bayam, dan lain-lain. Penimbangan benih ini
bertujuan untuk menentukan berat bersih benih yang akan dikemas sesuai dengan
ukuran kemasannya dan ukuran yang dikehendaki oleh konsumen.
Ukuran berat benih tanaman yang tergolong benih besar terutama untuk benihbenih tanaman pangan seperti padi, jagung, dan kacang-kacangan dipasarkan dalam
ukuran berat 0,5 kg, 1 kg, dan 5 kg dalam kemasan plastik polyethylene maupun
aluminium foil.
Pengisian benih
Setelah berat bersih benih yang akan dikemas ditentukan, benih lalu dimasukkan dalam
bahan pengemas yang telah disiapkan. Pengisian benih dapat dilakukan secara manual
dengan cara membuka ujung bahan pengemas dan benih yang telah diketahui berat
bersihnya dimasukan ke dalam bahan pengemas secara hati-hati (jangan sampai
tumpah). Hal ini akan mengurangi berat bersih benih yang akan dikemas. Selain itu
TEKNOLOGI PERBENIHAN III
Perlakuan Benih dan Pengemasan Benih Jagung
Page
pengisian bahan pengemas dapat dilakukan secara otomatis menggunakan alat khusus
untuk mengisi kemasan benih.
Penutupan bahan kemasan benih
Penutupan kemasan benih bertujuan untuk meminimalisir kemungkinan masih
adanya uap air dan udara yang dapat masuk. Penutupan bahan pengemas yang kedap
uap air dan udara sebaiknya menggunakan alat pemanas (sealer) atau untuk bahan
plastik polyethylene dapat memakai api lilin atau flat iron. Akan tetapi, penutupan
dengan menggunakan api lilin atau flat iron sulit mrnrntukan apakah kemasan sudah
tertutup rapat atau masih ada yang bocor.
Penutupan bahan pengemas benih menggunakan sealer harus memperhatikan
bahan pengemas benih yang digunakan. Karena setiap bahan pengemas mempunyai
derajat panas yang berbeda untuk dapat direkatkan. Oleh karena itu sealer yang
digunakan juga harus disesuaikan apakah dipergunakan untuk merekatkan bahan
aluminium foil atau plastik polyethylene.
Sealing tidak boleh terlalu sempit ataupun lebar. Karena jika terlalu sempit akan
menyebabkan proses perekatan bahan pengemas tidak sempurna atau dimungkinkan
terjadi kebocoran kemasan. Sedangkan sealing yang terlalu lebar menyebabkan hasil
kemasan tidak ekonomis dari segi biaya bahan pengemas terutama untuk bahan
pengemas yang harganya mahal seperti aluminium foil.
Setelah benih selesai dikemas, perlu dilakukan pelabelan terhadap benih yang
akan disimpan atau dipasarkan. Informasi yang perlu dicantumkan dalam label kemasan
benih antara lain :
tersebut pada kartu yang ditempelkan pada karung kain/serat goni atau mencap
informasi tersebut secara langsung pada wadahnya.
Pengaruh pengemasan benih terhadap mutu benih
Page
Benih dengan mutu tinggi sangat diperlukan karena merupakan salah satu sarana untuk
dapat menghasilkan tanaman yang berproduksi maksimal. Menurut Kuswanto (2003)
engemasan benih yang baik akan berpengaruh terhadap mutu benih selama
penyimpanan, antara lain :
Mutu fisik benih
Mutu fisik benih yang dipengaruhi oleh kemasan benih yaitu kemurnian benih,
kerusakan mekanis, berat benih, dan kadar air benih. Pengemasan benih akan
menjaga kemurnian benih dari benih varietas lain, benih gulma, dan bahan
lain/kotoran. Pengemasan benih juga akan menghindarkan benih dari kerusakan
mekanis akibat serangan hama penyakit benih dalam penyimpanan. Pengemasan
benih akan menjaga berat benih dalam kondisi tetap artinya tidak terjadi
penurunan kandungan cadangan makanan dalam benih akibat pengaruh
lingkungan penyimpanan maupun serangan hama penyakit dalam penyimpanan.
Selain itu pengemasan benih akan mempertahankan kadar air selama
penyimpanan dalam kondisi konstan sehingga kemunduran benih dapat
dihindari/dihambat. Hal ini disebabkan perubahan kadar air benih merupakan
faktor yang menyebabkan terjadinya kemunduran benih dalam penyimpanan.
Mutu fisiologis benih
Mutu fisiologis benih yang dipengaruhi kemasan benih yaitu daya kecambah dan
kekuatan tumbuh (vigor) benih. Pengemasan benih yang baik dan benar akan
mempertahankan daya kecambah dan kekuatan tumbuh (vigor) benih dalam
kondisi yang baik. Hal ini disebabkan pengaruh lingkungan yang dapat
mempercepat proses kemunduran benih dapat dikurangi atau dihambat seperti
pengaruh suhu tinggi, gas oksigen yang mempercepat respirasibenih, dan
pengaruh kelembaban yang tinggi.
Page
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perlakuan benih bertujuan untuk menjaga benih pada saat masa penyimpanan
dugudang dari gangguan OPT dan menjaga benih dari penyakit tular benih dan tular
tanah. Perlakuan benih yang biasa digunakan untuk benih jagung yaitu dengan cara
kimiawi dengan menggunakan fungisida, khusunya fungisida berbahan aktif
metaliksil.Akibat dari penggunaan fungisida metalaksil secara terus menerus dalam
jangka waktu lama untuk perlakuan benih jagung, maka kecenderungan terjadinya
resistensi di beberapa sentra produksi jagung di Indonesia sudah mulai nampak yaitu
tidak efektifnya metalaksil melindungi tanaman jagung dari serangan bulai. Hal ini
terbukti di Kalimantan Barat, Kab. Bengkayang dan beberapa daerah di Jawa Timur
Page
(Kab. Kediri) fungisida ini sudah tidak efektif lagi, walaupun dengan pemberian dosis
yang tinggi(Wakman et al., 2009; Burhanuddin, 2011 ; Talancha et.al, 2011).
Pengemasan benih merupakan kegiatan untuk mempertahankan kualitas benih
selama dalam penyimpanan dan pemasaran, sehingga pada saat benih ditanam tetap
terjamin daya tumbuh dan daya kecambahnya secara normal. Bahan pengemas yang
baik untuk benih jagung menurut Robiin (2007) adalah aluminium foil. Namun, dalam
aplikasinya harus dikombinasikan dengan bahan kemasan lain dan tetap mengacu pada
sifat-sifat bahan kemasan yang ada, seperti impermeabilitas, kekuatan, ketebalan, dan
keuletan. Bahan kemasan plastik dapat disarankan sebagai alternatif kedua, dan
mungkin akan menjadi lebih baik jika ketebalan plastik diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA
A.Haris Talanca, Burhanuddin, dan A. Tenriwae. 2011. Uji Resistensi Cendawan
(Peronosclerospora maydis)Terhadap Fungisida Saromil 35 SD (b.a Metalaksil).
Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Seminar dan Pertemuan Tahunan
XXI PEI, PFI Komda Sulawesi Selatan dan Dinas Perkebunan Pemerintah
Provinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Juni 2011 di Hotel Singgasana Makassar.
Diakses
online
pada
http://www.peipfi-komdasulsel.org/wp-
content/uploads/2012/04/21-Haris-Talanca-Uji-resistensi-fungisida-saromil.pdf
Burhanudin. 2009. Fungisida Metalaksil Tidak Efektif Menekan Penyakit Bulai
(Peronosclerospora
maydis)
Di
Kalimantan
Barat
Dan
Alternatif
Page
Nasional
Serealia
2009.
Diakses
online
pada
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/images/stories/58.pdf
Johanis Tandibiang. 2011. Kajian Penggunaan Metaliksil Dalam Pengendalian penyakit
Bulai Pada Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Diakses online
pada
http://www.peipfi-komdasulsel.org/jurnal-perlindungan/kajian-
penggunaan-metalaksil-dalam-pengendalian-penyakit-bulai-pada-jagung.htm
Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih.
Kanisius. Yogyakarta.
Robiin. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan Dan Periode Simpan Dan Pengaruhnya
Terhadap Kadar Air Benih Jagung Dalam Ruang Simpan Terbuka. Buletin
Teknik
Pertanian
Vol.
12
No.
1,
2007.
Diakses
online
pada
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt121073.pdf
Page