Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Teicoplanin

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
Teicoplanin merupakan antibiotic golongan glikopeptida yang aktif melawan
bakteri baik gram positif aerob maupun anaerob, termasuk methicillin-resistant
staphylococci, yang menjadi semakin penting dalam praktek klinis. Efektifitas dan
keamanan teicoplanin sedang dipelajari di banyak negara di Eropa dan Amerika Serikat
dan beberapa hasil penelitian pendahulunya sudah dikeluarkan.1
Penelitian farmakokinetik pada sukarelawan menunjukan profil kinetic eksponen 3
dengan half life yang lama dan berkisar antara 34,2 sampai 70 jam setelah dosis tunggal
dengan ekresi renal sebagai rute utama eliminasi dari metabolik obat.1,2
Teicoplanin merupakan suatu glikopeptida

dengan aktivitas bakterisidal

melawan bakteri gram positif, termasuk MRSA. Antibiotik ini biasanya dipakai untuk
mengobati infeksi pada saluran nafas atas termasuk MRSA juga didalamnya. Antibiotik
ini sangat lumrah dipakai di Eropa.2
Namun ada antibiotik yang kinerjanya lebih superior dibandingkan dengan
teicoplanin. Linezolid merupakan salah satu antibiotik yang lebih superior dibandingkan
dengan teicoplanin dalam hal membunuh kuman gram positif (infeksi kulit, pneumonia
dan bakteremia) dan sangat efektif dalam melawan kuman gram positif pada pasien
kritis.2
Walaupun terdapat bukti bahwa penetrasi jaringan dari teicoplanin lebih baik
dibandingkan vancomisin tetapi penetrasi teicoplanin ke dalam jaringan paru ternyata
suboptimal. Penelitian menunjukan pada pasien yang menjalani perawatan kritis
menunuukan bahwa konsentrasi yang tinggi dari teicoplanin dibutuhkan untuk mencapai
jaringan paru.3
Karena teicoplanin bekerja pada dinding sel bakteri sama dengan vancomisin
maka akan sangat mudah terjadi kerentanan akan timbulnya resistensi terhadap agen ini.
1

Teicoplanin

memiliki

keunggulan

dibandingkan

dengan

vankomisin.

Dibandingkan dengan vancomisin maka teicoplanin lebih sedikit efek samping terhadap
ginjal(nefrotoxic) dan reaksi karena pelepasan histamine menjadi lebih kecil. Namun
trombositopenia lebih sering ditemukan pada pasien yang menggunakan teicoplanin
terutama pada pemakaian dengan dosis melebihi dosis lazim.3

BAB II
TEICOPLANIN

2.1

Teicoplanin

Teicoplanin merupakan antibiotik yang dapat digunakan sebagai propilaksis maupun


terapi pada infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri gram positif, termasuk
diantaranya Methicilin-resistant Saphylococcus aureus dan Enteroccocus faecalis. Obat
ini merupakan antibiotik glikopeptida semisintetik dengan spektrum aktivitas antibakteri
yang mirip dengan antibiotik vancomisin. Mekanisme kerjanya adalah dengan
menghambat sintesis dinding sel bakteri. Teicoplanin dipasarkan oleh pabrikan Sanofiaventis dengan nama dagang Targocid.3
Teicolanin oral memiliki efektifitas terapi yang efektif mengobati pseudomembranous
colitis dan Clostridium difficille yang biasanya menyebabkan diare, dan efeknya bisa
dibandingkan dengan vancomisin.4
Efektifitas teicoplanin dihubungkan dengan panjang rantai hidrokarbon pada susunan
kimia yang dimilikinya4.
2.2 Data Efektifitas
Target kerja dari teicoplanin adalah sintesis peptidoglikan sehingga obat ini merupakan
antibiotik yang efektif untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri gram
positif termasuk didalamnya adalah Staphylococci dan Clostridium spp.4 Berikut adalah
perwakilan data rentang dosis yang dapat dipakai acuan dalam membunuh beberapa jenis
bakteri:
a. Clostridium difficile: 0,06 microgram/ml-0,5 micogram/ml
b. Staphylococcus aureus: kurang dari 0,06 microgram/ml sampai dengan lebih
dari atau sama dengan 128 microgram/ml.

c. Staphylococcus

epidermidis:

kurang

dari

atau

sama

dengan

0,06

microgram/ml-32 microgrm/ml

2.3 Struktur Kimia

Obat ini memiliki struktur formula C88H97Cl2N9O33 dengan berat molekul mencapai
1877,7,yang berasal dari Actinoplanes sp. Warna obat ini putih pekat dengan kemurnian
lebih dari 95%, dan dapat disimpan dalam suhu -200 C. Obat ini larut dala air, etanol dan
methanol.4
Teicoplanin sebenarnya merupakan campuran dari beberapa komponen, yaitu 5
komponen mayor (dinamakan Teicoplanin A2-1 sampai A2-5) dan 4 minor (dinamakan
teicoplanin RS-1 sampai RS-4). Semua teicoplanin memiliki inti glikopeptida yang
disebut dengan teicoplanin A3-1 yang merupakan struktur cincin yang menyatu dimana 2
karbohidrat (mannose dan N-acetylglucosamin) dilekatkan. Komponen mayor dan minor
juga terdiri dari komponen karbohidrat yang ketiga yang dinamakan moiety-b dglucosamine-dimana yang berbeda hanyalah panjang dan konformasi dari rantai samping
yang melekat padanya.5

2.4 Biosintesis
Teicoplanin merupakan hasil fermentasi dari Actinoplanes Teicomyceticus yang terdiri
dari 5 struktur. Struktur ini possess aglycone yang biasa, atau inti, yang terdiri dari7 asam
amino yang diikat oleh peptide dan ether untuk membentuk sistem 4 cincin. Kelima
struktur ini dibedakan berdasarkan rantai samping fatty acyl yang melekat pada gulanya.
Asal muasal dari ketujuh asam amino ini dalam peranannya dalam biosintesa teicoplanin
dipelajari dengan magnetik resonansi nuklir H dan C. Penelitian itu menunjukan bahwa
asam amino AA1, AA2, AA4, AA5, dan AA6 berasal dari asam amino tyrosine, dan asam
amino AA3 dan AA7 berasal dari asetat. Lebih spesifik lagi, teicoplanin terdiri dari residu
4-hydroxyphenylglycine , atom klorin yang melekat pada tiap tiap residu tyrosin dan 3
moieties gula, N-fatty acyl B-D-Glucossamine dan mannose.5
2.5 Farmakodinamik
Teicoplanin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh infeksi bakteri
gram positif yang tidak bisa diobati dengan golongan antibiotik yang lain yaitu penisilin
maupun cephalosporin. Teicoplanin juga dapat digunakan pada infeksi stapylokokus berat
yang tidak bisa diobati dengan penisilin maupun cephalosporin atau pada pasien dengan
infeksi stapylokokus yang resisten terhadap antibiotik yang lain.6,7
Teicoplanin bersifat bakterisidal, antibiotik glikopeptida, yang diproduksi dari fermentasi
Actinoplanes teicomyceticus. Obat ini aktif mengatasi bakteri gram positif aerob maupun
anaerob.
Spesies spesies yang sensitive antara lain (MIC kurang atau sama dengan 16 mg/l):
Staphylococcus auresus dan saphylococus koagulase negative(yang resisten atau yang
sensitive meticilin), streptococci, enterococi, Listeria monocitogenes, micrococi,
eikenella corrodens, group JK corinebacteria dan gram positif anaerob termasuk
clostridium difficile dan peptococi.6,7

Spesiaes yang biasanya resisten (MIC diatas 16mg/l):


Nocardia asteroids, Lactobacillus Spp, Leuconostoc dan semua bakteri gram negative.
Efek bakterisidal terlihat sinergis jika dipakai bersamaan dengan aminoglikosida dalam
melawan streptococcus group D dan staphylococcus. Teicoplanin dipakai bersamaan
dengan rifamficin atau florokuinolon menunjukan efek additive secara invitro dan kadang
kadang sinergis. Teicoplanin tidak menujukan resistensi silang dengan antibiotik yang
lainnya.8
Penggunaan teicoplanin dapat menyebabkan pertumbuhan kuman yang resisten. Jika
terdapat pertumbuhan kuman atau jamur pada saat pengobatan dengan teicoplanin maka
harus dievaluasi kembali.9
Tes sensitivitas dapat dilakukan dengan menggunakan piringan sensitive. Piringan
sensitive ditambahkan dengan 30 microgram teicoplanin. Strain yang menunjukan
inhibisi lebih dari 14 mm merupakan strai yang sensitive sedangkan strain dengan
inhibisi hanya 10 mm merupakan strain yang resisten.9
2.6 Farmakokinetik
Setelah dilakukan injeksi maka teicoplanin dengan cepat masuk jaringan termasuk kulit,
lemak dan tulang dan mencapai konsentrasi tertinggi pada ginjal dan adrenal, trakea dan
paru paru. Teicoplanin tidak dapat menembus masuk ke CSF.9
Pada manusia profil konsentrasi plasma menunjukan konsentrasi bifasik (dengan
konsentrasi tercepat dapat tercapai dengan half life 0,3 jam dan paling lama dengan half
life 3 jam) dan dengan eliminasi(dengan half life eliminasi 150 jam ). Konsentrasi serum
10 mg/l dapat tercapai pada hari ke 4 jika diberikan dengn dosis 6 mg/kgBB intravena
pada hari ke 0, jam ke 12, jam ke 24, dan setiap 24 jam setelahnya dengan infusan yang
habis dalam 30 menit. Volume distribusi yang tetap dapat mencapai 0,94 l/kg sampai 1,4
l/kg setelah diberikan teicoplanin dengan dosis 3-6 mg/kgBB secara intravena. Volume
distribusi pada anak anak tidak berbeda antara anak anak dengan dewasa.10
6

Sekitar 90-95% teicoplanin terikat dengan daya ikat lemah pada protein plasma.
Teicoplanin dapat masuk ke exudat dank e sendi , masuk melalui neutropil dan
meningkatkan daya bakterisidalnya namun tidak dapat menembus sel darah merah.11
Tidak ada metabolit yang merupakan hasil metabolit teicoplanin. Sekitar 97% teikoplanin
yang masuk ke tubuh akan diekskresikan dalam bentuk yang sama. Teicoplanin
diekskrsikan utamanya lewat urin. Eliminasi teicoplanin dari plasama diperpanjang
dengan half life eliminasi 150 jam.12
2.6.1 Posology
Dosis dan durasi terapi seharusnya disesuaikan dengan tipe dan derajat keparahan infeksi
serta respon klinik pasien dan faktor pasien seperti usia dan fungsi ginjal.11
2.6.2 Pengukuran konsentrasi serum
Konsentrasi serum teicoplanin seharusnya dimonitoring berkala setelah diberikan loading
dose untuk meyakinkan bahwa konsentrasi serum minimal sudah tercapai. Untuk infeksi
bakteri gram positif, kebutuhan teicoplanin serum minimal adalah10mg/L yang diukur
dengan High Performance Liquid Chromatografi atau paling sedikit 15 mg/L yang diukur
dengan Fluorescence Polarization Imunoassay. Untuk endokarditis dan infeksi berat
lainnya dibutuhkan konsentrasi serum minimal 15-30 mg/L diukur dengan HPLC ata 3040 mg/L jika diukur dengan FPIA. Untuk terapi pemeliharaan, konsentrasi Teicoplanin
harus diukur sekali seminggu untuk meyakinkan konsentrasi teicoplani dalam darah
stabil.11
Durasi terapi ditentukan berdasarkan respon klinik pasien. Untuk infektif
endokarditis diperlukan minimum selama 21 hari. Namun tidak boleh lebih dari 14 hari.
Teicoplanin pengunaannya terbatas pada untuk antiinfeksi yang disebabkan oleh bakteri
gram positif.merupakan hal yang tidak logis jika memerikan terapi hanya satu jenis
antibiotic teicoplanin saja karena teicoplanin hanya efektif untuk bakteri gram positif. 11

2.7 Indikasi
Teicoplanin diindikasikan untuk dewasa dan anak anak dari lahir untuk terapi parenteral
pada kasus kasus infeksi sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

Infeksi jaringn lunak dan kulit yng mengalami komplikasi.


Infeksi sendi dan tulang
Hospitalized acquired pneumonia(HAP)
Community acquired pneumonia (CAP)
Infeksi saluran kencing
Endokarditis infeksi
Peritonitis yang berkaitan dengan CAPD
Bakteremia yang dihubungkan dengan kondisi diatas.
Diindikasikan sebagai terapi oral clostridium difficile untuk diare dan colitis.

2.8 Populasi Khusus dan Kontraindikasi


Teicoplanin harus diberikan secara hati hati pada pasien yang memiliki riwayat
hipersensitifitas terhadap vancomisin karena reaksi hipersensitivitas silang dapat terjadi.
Akan tetapi riwayat Red Man Syndrome yang dapat terjadi pada pemakaian vancomisin
bukan merupakan kontra indikasi pemberian teicoplanin.11
Trombositopena dapat terjadin pada pemakaian teicoplanin yang melebihi dosis
normal yang dipakai. Disarankan dilakukan monitoring darah kengkap secara berkala
saat penggunaan teicoplanin. Dilakukan juga monitoring fungsi ginjal dan fungsi renal.
Tes fungsi renal dan auditoriperlu dilakukan secara berkala pada pasien dengan
penggunaan teicoplanin dalam jangka waktu yang lama khususnya pada pasien dengan
insufisiensi renal, penggunaan secara bersama sama dengan obat obatan yang toksik pada
ginjal dan siste saraf seperti aminoglikosida, colistin, ampotericin b, ciclosporin,
cisplatin, furosemid, dan etacrinic acid. Namun belum ada bukti yang menunjukan
toksisitas sinergis obat obatan tersebut diatas denganpemnggunaan teicoplanin. Dosis
harus disesuaikan pada penggunaan pasien dengan gangguan ginjal.

Pada penggunaan teicoplanin dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan
terjadinya pertumbuhan kuman yang resisten dengan tecoplanin. Diperlukan evaluasi
ulang pada pasien pasien ini. Jika terjadi superinfeksi makadiperlukan langkah yang tepat
untuk

menghadapinya.

Pada

pemakaian

dengan

intraventrikuler

maka

dapat

menyebabkan terjadi kejang.11


2.6 Interaksi
Sampai saat ini belum ada interaksi spesifik yang pernah dilaporkan. Teicoplanin dan
amnoglikosida merupakan campuran yang tidak cocok, dan tidak boleh dicampur dalam
injeksi. Obat-obatan ini bisa diberikan dalam cairan dialysis dan bisa diberikan secara
bebas untuk peritonitis yang berkaitan dengan CAPD. Teicoplanin harus digunakan
secara lebih hati hati dengan obat obatan yang diketahui dapat menyebabkan nefrotoxic
atau yang berpotensi menyebabkan ototoxic. Obat obatan ini mencakup aminoglikosida,
kolistin, amphotericin B, ciclosporin, cisplatin, furosemid, dan asam ethacrinic. Namun
belum ada data yang menunjukan toksisitas sinergis jika dikombinasikan dengan
teikoplanin. Pada penelitian klinis, teicoplanin telah diberikan kepada banyak pasien yang
telah menerima berbagai antibiotik, antihipertensi, agen analgetik, produk obat jantung,
agen antidiabetik, namun belum ada laporan tentang reaksi sampingan yang terjadi.11
Teicoplanin seharusnya dipakai secara berhati hati jika ddipakai secara bersama sama
dengan obat obatan yang lain atau jikadiikuti dengan pemakaian obat obatan yang
nefrotoxic atau ototoxic. Obat obatan jenis ini termasuk aminoglikosida, amphotericin B,
ciclosporin, dan furosemid. Perhatian khusus jika digunakan bersamaan dengan
streptomisin, neomisin, kanamisin, gentamisin, amikasin, tobramisin, chepaloridine, dan
colistin.
Pada penelitian klinik dimana teicoplanin dipakai pada pasien yang pernah atau sedang
memakai banyak obat obatan seperti antibiotic, antihipertensi, agen anestesi, obat jantung
dan obat antidiabetes tidak terbukti adanya efek samping11.

Penelitian pada hewan menunjukan kurangnya interaksi dengan pemakaian diazepam,


thiopental, morphin, neuromuscular blocking agent atau halotan
2.10 Dosis dan Sediaan
Dipasarkan dengan merek dagang Targocid(sanofi) dengan sediaan 400 mg. berbentuk
vial berisi serbuk untuk injeksi ataupun oral dimana 1 vial terdiri dari 400 mg setara
dengan tidak kurang dari 40.000 IU.

BAB III
RINGKASAN

10

Teikoplanin yang merupakan antibiotic glikopeptida semakin popular akhir decade ini
seiring dengan peningkatan infeksi methiciline resistance Staphyloccocua aureus.
Teicoplanin memiliki 6 komponen mayor dan 4 komponen minor. Sebagian besar
molekul teicoplanin berikatan dengan plasma protein di darah(90%). Ada beberapa
metode yang dapatdigunakan untuk mengukur kadar obat dalam serum namun yang
paling sering dugunakan adalah flourescen polarization yang memiliki reliabilitas dan
spesifisitas yang tinggi. Teicoplanin tidak dapat diserap dalam bentuk oral namun diserap
baik dengan injeksi intravena atau injeksi intramuskuler. Teicoplanin dieliminasi
melewati ginjal dan hanya 2-3% yang dimetabolisme didalam tubuh. Total bersihan
adalah 11 ml/jam/kg. dosis tetap tercapai dalam waktu 14 hari setelah pemberian
berulang. Eliminasinya bersifat trieksponensial, dengan half life 0,4-1.0, 9.7-15.4, 83-168
jam. Volume distribusinya 0.07-0.11(fase awal), 1,3-1,5(fase distribusi), 0.9-1.6(steady
state)l/kg. Regimen dosis standar 6mg/kgBB setiap 12 jam selama 3 hari disusul dengan
sekali sehari akan dapat menghasilkan konsentrasi serum >10 mg/L pada sebagian besar
pasien. Dosis yang lebih besar ,umgkin dibutuhkan oleh pasien, seperti misalnya pasien
yang luka bakar atau dengan riwayat pemakaian obat-obatan intravena, karena tidak bisa
dinilai bersihannya. Konsentrasi dalam tulang akan tercapai 7mg/Ldalam 12 jam setelah
diberikan dosis teicoplanin 6mg/kgBB namun hanya mencapai 3,5 mg/L di dalam tulang
rawan. Dosis 10mg/Kg BB dibutuhkan untuk mendapatkan dosis yang cukup ditulang.
Hanya sedikit yang dapat menembus cairan serebrospinal dan vitreus humor. Di dalam
lemak, konsentrasi mungkin bersifat subterapeutik (0,5-5mg/L) setelah dosis 400 mg.
dosis tunggal sebesar 12 mg/kgBB cukup untuk mempertahankan konsentrasi terapi saat
dilakukan operasi bypass atau luka bakar. Loading dosis tinggi dapat mengurangi
terjadinya perlambatan tercapainya dosis terapi. Neonates premature membutuhkan dosis
loading sebesar 15mg/KgBB untuk mendapatkan dosis 8 mg/kg sehari agar meyakinkan
dosis terapeutik. Anak anak memerlukan loading dosis 10 mg/kgBB setiap 12 jam selama
3 dosis diikuti dengan pemeliharaan dengan dosis 10 mg/kgBB/hari. Bersihannya
berkurang pada pasie gagal ginjal, sehingga dosis penyesuaian biasa didapatkan dengan
berdasarkan rasio bersihan pada gagal ginjal dan berihan pada orang dengan ginjal yang

11

normal. Pada pasien cuci darah, dosis 6mg/kg setiap 12 jam selama 3 dosis diikuti dengan
dosis pemeliharaan setiap 72 jam dapat menghasilkan konsentrasi plasma sebesar 8mg/l
pada 48 jam. Monitoring konsentrasi serum tidak dibutuhkan untuk menghindari
keracunanakan tetapi dapat membantu pasien untuk melihat konsentrasi terapi apakah
sudah tercapai atau tidak khususnya pada pasien yang tidak memberikan respon terhadap
pengobatan.

12

DAFTAR PUSTAKA
1. de Lalla F, Nicolin R, Rinaldi E, Scarpellini P, Rigoli R, Manfrin V, Tramarin A
(1992)."Prospective study of oral teicoplanin versus oral vancomycin for therapy
of

pseudomembranous

diarrhea". Antimicrob

colitis

and

Agents

Clostridium

difficile-associated

Chemother 36 (10):

2192

6. doi:10.1128/AAC.36.10.2192. PMC 245474.PMID 1444298.


2. Gilpin M, Milner P (1997). "Resisting changes -- Over the past 40 years the
glycopeptide antibiotics have played a crucial role in treating bacterial infections.
But how long can it continue ?". Royal Society of Chemistry. Retrieved 2006-1015. - includes picture of Teicoplanin's structure.
3. http://www.toku-e.com/Assets/MIC/Teicoplanin.pdf
4. Bernareggi A, Borghi A, Borgonovi M, Cavenaghi L, Ferrari P, Vkey K, Zanol
M, Zerilli L (1 August 1992). "Teicoplanin metabolism in humans". Antimicrob
Agents

Chemother 36(8):

1744

9. doi:10.1128/AAC.36.8.1744. PMC 192040. PMID 1416858.


5. Jung HM, Jeya M, Kim SY, Moon HJ, Kumar Singh R, Zhang YW, Lee JK. Appl
Microbiol Biotechnol. 2009 Sep;84(3):417-28
6. Heydorn, A.; Peterson, B. O.; Duus, J.; Bergmann, S.; Suhr-Jessen, T.; Nielson, J.
Journal of Biological Chemistry. 2000, 275, 6201-6206.
7. Li, T-L.; Huang, F.; Haydock, S. F.; Mironenko, T.; Leadlay, P. F.; Spencer, J. B.
Chemistry & Biology. 2004, 11, 107-119.
8. Kahne, D.; Leimkuhler, C.; Lu, W.; Walsh, C. Chem. Rev. 2005, 105, 425-448.
9. Hadatsch, B.; Butz, D.; Schmiederer, T.; Steudle, J.; Wohlleben, W.; Sussmuth,
R.; Stegmann, E. Chemistry & Biology. 2007, 14, 1078-1089.
10.Kaplan, J.; Korty, B.D.; Axelsen, P.H., Loll; P. J. J. Med. Chem. 2001, 44, 18371840.
11.Ho, J-Y.; Huang, Y-T.; Wu, C-J.; Li, Y-S.; Tsai, M-D.; Li, T-L. J. Am. Chem. Soc.
2006, 128, 13694-13695.

13

14

Anda mungkin juga menyukai