Laporan Resmi Praktikum p1
Laporan Resmi Praktikum p1
Laporan Resmi Praktikum p1
TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan melakukan pencucian dan sterilisasi
karet, ampul, vial, dan botol infuse.
Ampul 10 mL ( 9 buah )
Vial 10 mL ( 9 buah )
Pipet tetes
Gelas pengaduk
Sendok plastik
Autoclave
Oven
Neraca analitik
Panci
Kompor gas
Kantong plastik
Bahan
Tepol 1%
Aquadest
Aquabidest
HCl 0,1 N
III.CARA KERJA
A. Cara mencuci tutup botol karet
Tutup karet direndam dalam larutan HCl 2% selama 2 hari (tidak dilakukan)
Lalu direndam dalam larutan (teepol 1% dan Na Carbonat 0,5% selama 1 hari)
lalu didihkan (pada praktiknya direndam selama 15 menit)
Karet dididihkan lagi dengan larutan (teepol 1% dan Na Carbonat 0,5% yang baru)
Dilakukan secara berulang-ulang sampai larutan jernih bersih
Ditambahkan aquabidest pada karet kemudian di autoclave 110o C 20 menit (1x atau 2x melihat
jernih tidaknya aquabidest rendaman setelah di autoclave 1x)
Ditambah spiritus dilutus dan aquabidest sama banyak 1x atau 2x tergantung jernih tidaknya
cairan rendaman setelah di autoclave 1x (untuk membilas karet)
Diautoclave 1x lagi dalam kantong plastik tanpa air untuk mensterilkan
: 150 mL
Volume Na-Karbonat
: 150 mL
: cairan jernih
: cairan jernih
Autoclave 110oC 20 menit dengan aquabidest dan spirt.dil 1 kali : cairan bersih
Hasil autoclave terakhir
: 200 mL
: 9 buah
: 9 buah
: 9 buah
: 9 buah
: 9 buah
setelah 3 hari
setelah 1 minggu
Carbonat
aquabidest
tanpa air
Pengambilan larutan
dan Na Carbonat
Na Carbonat
vial
V. PEMBAHASAN
Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami dan melakukan pencucian
dan sterilisasi karet, ampul, vial dan botol infus. Akan tetapi, pada percobaan hanya
dilakukan pencucian dan sterilisasi karet, ampul, dan vial. Pencucian dan sterilisasi
sangat penting dilakukan karena merupakan salah satu elemen penting dalam suatu
rangkaian proses pembuatan sediaan steril.
Sterilisasi merupakan pemusnahan atau pengusiran bentuk hidup mikroorganisme
yang terdapat dalam bahan, sediaan dan barang-barang. Sediaan dan barang dinyatakan
steril jika semuanya bebas dari bentuk hidup mikroorganisme, yang dapat dibuktikan
melalui persyaratan pada pengujian terhadap sterilitas.
Terdapat beberapa macam metode sterilisasi, yaitu :
panas kering.
Sterilisasi filtrasi,
yaitu
menggunakan
suatu
filter
untuk
menyaring
Ampul adalah wadah berbentuk silindris terbuat dari gelas, yang memiliki ujung
runcing (leher) dan bidang dasar datar ukuran normalnya adalah 1, 2, 5, 10, 20,
kadang kadang juga 25 atau 30 ml. Ampul adalah wadah takaran tunggal, oleh
karena total jumlah cairannya ditentukan pemakainannya untuk satu kali injeksi
(Voight, 1995).
2. Vial
Vial adalah salah satu wadah dari bentuk sediaan steril yang umumnya digunakan
pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5-100 ml. Vial dapat
berupa takaran tunggal atau ganda. Digunakan untuk mewadahi serbuk bahan
obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 mL atau lebih besar. Bila
diperdagangan, botol ini ditutup dengan sejenis logam yang dapat dirobek atau
ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi. (Voight, 1995).
3. Botol infus , keduanya merupakan wadah takaran tunggal ataupun takaran ganda.
4. Disposable syringe
Keempat bahan diatas dapat terbuat dari 3 bahan yaitu:
1. Gelas
Merupakan wadah parenteral yang sudah lama dikenal penggunaannya.
Dimana gelas masih dianggap sebagai pengemas yang paling baik dan ideal
sampai saat ini. dimana wadah ini memberikan beberapa keuntungan antara lain :
a.
bersifat impermeable
b.
c.
d.
e.
b.
c.
d.
2. Plastik
Plastik merupakan polimer dengan BM tinggi dan berbentuk padat yang
dibuat dari monomer melalui proses polimerisasi, baik rantai lurus maupun
bercabang. Bahan plastik banyak digunakan karena memiliki beberapa
keuntungan antara lain :
o relatif murah
6
o ringan
o tahan terhadap benturan mekanis
o fleksibel
o ada yang bersifat transparan
o mudah dihancurkan dengan incenerasi
o dapat disterisasikan dengan autoclave
Sedangkan kerugiannya antaralain :
Titik lebur rendah, hal ini berpengaruh pada sterilisasi.
Dapat ditembus oksigen dan uap air, berpengaruh pada isinya dan bisa
menyebabkan oksidasi
Ada beberapa zat yang dapat diadsobsi oleh plastik, seperti insulin, zat
pengawet dll.
Ada beberapa plastik yang dapat meleleh pada proses incenerasi.
3. Karet
Penutup untuk wadah sediaan steril pada umumnya menggunakan karet.
Penutup karet akan memberikan kemudahan untuk pengambilan isinya serta
tetap dapat memberi perlindungan isinya dari pengaruh luar. Ada beberapa
persyaratan karet sebagai penutup antara lain :
a.
b.
c.
Sediaan farmasi steril adalah sediaan farmasi yang memenuhi syarat bebas dari
mikroorganisme disamping syarat fisika dan kimia. Pencucian bertujuan untuk
membersihkan pengemas atau wadah dari lemak, partikel, bakteri, dan pirogen. Bahan
yang dapat digunakan dalam pencucian antara lain alkali, detergen, purified water (PW),
aqua demineralisasi (DI) yang disaring, non-pyrogen water, dan air untuk injeksi (WFI).
Sterilisasi adalah suatu proses untuk menghilangkan, mematikan, atau menghancurkan
semua bentuk mikroorganisme hidup baik yang pathogen maupun tidak, bahkan dalam
bentuk vegetatif (spora) dari suatu objek atau bahan. Dengan sterilisasi akan diperoleh
objek atau bahan yang steril. Pada umumnya suatu proses yang dapat menghancurkan zat
hidup juga mampu menyebabkan beberapa kerusakan pada obyek yang disterilkan. Dalam
pembuatan sediaan parenteral maka metode sterilisasi apa yang akan digunakan tergantung
apakah obat tahan panas atau tidak.
Pada praktikum ini dilakukan sterilisasi panas basah dengan autoklaf untuk sterlilisasi
tutup karet, dan sterilisasi panas kering dengan oven untuk sterilisasi ampul dan vial.
Metode sterilisasi yang dipilih untuk tutup karet botol infus adalah sterilisasi uap
menggunakan autoklaf. Sterilisasi uap merupakan proses sterilisasi termal menggunakan
uap jenuh di bawah tekanan berlangsung di suatu bejana yang disebut autoklaf. Metode ini
paling banyak digunakan. Suatu siklus autoklaf yang ditetapkan dalam farmakope untuk
media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 121oC kecuali dinyatakan lain.
Autoklaf dapat mempertahankan suhu 121oC 2,0oC dilengkapi dengan termometer,
pengukur tekanan, lubang ventilasi, rak yang cukup untuk menampung wadah uji di atas
permukaan air dan sistem pendingin air yang akan mendinginkan wadah uji sampai suhu
lebih kurang 20oC tetapi tidak di bawah suhu 20oC segera setelah siklus pemanasan.
Prinsip dasar dari autoklaf adalah udara di dalam bejana sterilisasi diganti dengan uap
jenuh dan hal ini dicapai dengan menggunakan alat pembuka atau penutup khusus.
Sterilisasi tekanan uap sederhana dan kecil umumnya berdinding tunggal. Air yang berada
di bagian bawah dipisahkan dari ruang sterilisassi oleh sebuah lempeng ayakan yang
sekaligus menjadi bidang dasar bahan yang disterilkan. Campuran uap-udara yang
terbentuk, yang mula-mula melintasi kamar sterilisassi kemudian dibiarkan keluar melalui
ventil yang terpasang di bagian atas sampai 2 menit lamanya aliran uap air muncul lebih
kuat. Dengan demikian dapat diperhitungkan adanya pengusiran udara selanjutnya. Setelah
itu ventil baru ditutup, dimana tekanan dan suhu akan meninggi.
Adapun langkah kerja sterilisassi dengan autoklaf untuk tutup karet botol infus adalah
sebagai berikut:
Pertama kali rendam tutup karet dalam larutan HCl 2% selama 2 hari dengan tujuan
untuk menetralkan kondisi alkalis dari tutup karet. Selanjutnya rendam tutup karet dengan
larutan (tepol 1% dan Na Carbonat 0,5%) selama 1 hari dengan tujuan supaya penyerapan
tepol dan Na Carbonat lebih efektif. Tepol berfungsi sebagai surfaktan, bisa juga
digunakan untuk mengurangi lemak. Keuntungan tepol adalah tidak menimbulkan noda
putih. Hal ini karena tepol tidak mengandung asam stearat. Kedua langkah ini dilakukan
untuk karet berkualitas jelek. Bila digunakan karet kualitas baik maka langkah-langkah
tersebut tidak harus dilakukan.
Selanjutnya adalah mendidihkan karet dalam larutan (tepol 1% dan Na Carbonat
0,5%). Pada kesempatan kali ini pencucian dengan menggunakan tepol 1% dan Na
Carbonat 0,5% cukup sekali dengan volume masing-masing sebanyak 250 mL hal ini
disebabkan cairan sudah bersih atau jernih. Tepol 1% berfungsi sebagai surfaktan yang
akan mengikat lemak pada gelas yang akan terikat pada gugus lipofil dari surfaktan. Selain
berfungsi untuk menetralkan sisa asam akibat HCl encer. Prosedur di atas dapat diulangi
hingga larutan tetap jernih (maksimal 3x). Tetapi pada praktikum kali ini pencucian
dengan tepol 1% dan Na Carbonat 0,5% hanya dilakukan 1 kali hal ini disebabkan karena
hanya dengan pencucian 1 kali sudah didapatkan hasil yang baik dalam artian cairan sudah
bersih dan jernih.
Setelah itu, dilakukan pencucian dengan akuades. Tahap akhir adalah atur container
dengan teratur dan rapi dalam oven dan disterilkan pada temperatur 200oC selama 1 jam.
Setelah wadah-wadah tersebut disterilkan maka sebaiknya langsung diisi dengan larutan
obat. Namun, bila tidak maka harus disimpan di dalam tempat yang dapat menjamin
sterilitasnya.
Bahan pengemas yang berupa gelas bisa dilakukan sterilisasi kering karena tahan
terhadap pemanasan yang tinggi (170oC). Bahan pengemas juga dapat melepaskan alkali
gelas dalam jumlah yang banyak dan hal ini sangat merugikan. Hal ini terjadi karena gelas
diperoleh melalui leburan bersama dari soda, batu kapur, kuarsa. Tipe gelas tertentu (gelas
kapur natrium) dapat melepaskan Na+ ke dalam air dan mengambil ion H+ dari air, maka
dari itu ampul, vial dan botol infus perlu dicuci dengan HCl encer mengingat kondisi dari
gelas sangat bermacam-macam.
Sterilisasi panas kering dilakukan untuk alat-alat yang tahan pemanasan tinggi tetapi
tidak dapat ditembus oleh uap air dengan mudah. Pada sterilisasi panas kering,
pemusnahan mikroba berdasarkan proses oksidasi dan dehidrasi terhadap sel mikroba.
Dalam sterilisasi ini perlu diperhatikan penyusunan alat gelas dalam oven. sebaiknya alat
gelas disusun agak renggang sehingga aliran udara dapat menembus dan terdispersi
keseluruh permukaan gelas. Keuntungan menggunakan metode sterilisasi panas kering
adalah alat-alat yang disterilkan akan tetap kering.
Secara keseluruhan, metode panas basah lebih efektif dibandingkan panas kering.
Kelebihan panas basah :
1. uap air mempunyai daya bakterisida yang lebih besar daripada panas kering sehingga
sterilisasi dapat dilakukan pada suhu yang lebih rendah dan waktu yang lebih singkat.
1. Kapasitas kalor uap air lebih besar dibandingkan kapasitas kalor udara kering,
sehingga pemindahan kalor dapat terjadi dengan lebih cepat.
2. uap air dapat menempati seluruh ruangan dengan merata.
Hasil percobaan ini didapatkan alat gelas (ampul dan vial) serta karet penutup yang
kering, bersih dan bebas dari partikel asing.
VI. KESIMPULAN
1. Bahan pengemas harus diperhatikan kontrol kualitas dan sterilitasnya sebagai
pendukung pembuatan sediaan steril.
10
2. Bahan pengemas yang tidak tahan panas seperti tutup karet disterilisasi dengan
sterilisasi basah menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit. Pada metode
ini uap air akan menembus dinding sel mikroba dan mengakibatkan koagulasi protein
sehingga spora bakteri akan mati dan tercapai keadaan steril.
3. Bahan pengemas yang tahan panas seperti ampul, vial dan botol infus (glassware)
disterilisasi dengan sterilisasi kering menggunakan oven pada suhu 200 oC selama 1 jam.
Pada sterilisasi panas kering, pemusnahan mikroba berdasarkan proses oksidasi dan
dehidrasi terhadap sel mikroba.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV, UI Press, Jakarta.
Lachman, L, et al, Teori dan Praktek Farmasi Industri, Jilid 3, UI Press, Jakarta.
Pratiwi, Sylvia T., 2008, Mikrobiologi Farmasi, Erlangga, Jakarta.
Voight, R, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, UGM Press, Yogyakarta.
VIII.
JAWABAN PERTANYAAN
13