Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Adi Pramudya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

ADI PRAMUDYA, SUKSES DENGAN BISNIS

YANG TAK DILIRIK ANAK MUDA

CECEP SUPRIADIAUG 05, 2015 1

Adi Pramudia bersama para petani


Kegagalan demi kegagalan dalam berwirausaha tak membuat Adi
Pramudya patah semangat. Sampai akhirnya anak muda ini
membangun kesuksesan lewat bidang bisnis yang tak banyak dilirik
anak muda.
Berbisnis sudah menjadi dunianya sejak berusia 17 tahun. Meskipun
Adi mendapatkan beasiswa dari salah satu kampus ternama di
Bandung, namun ia memutuskan untuk hijrah ke Jakarta ikut sang
abang memulai usaha dan kuliah.
Saat itu abang saya melihat peluang menjadi pegawai tuh sulit karena
ada sistem outsourcing. Nah abang saya melihat peluangnya tuh
berwirausaha. Jadi, saya mulai tertarik usaha saat itu, kata Adi yang
ditemui Marketingcoid di salah satu mal di Jakarta.
Adi mengakui bahwa latar belakang kedua orang tuanya sebagai
pedagang memberikannya pengaruh dan bekal mental seorang
pengusaha. Dari SD saya sudah bantuin mereka. Dari nimbang beras,
nimbang kemiri. Jadi, basic itu ada di saya, makanya saya
bersyukur banget, ujarnya

Meski begitu, keputusannya menjadi seorang pengusaha kala itu bukan


tanpa penolakan dari keluarga. Sang ibu pada awalnya tak setuju
anaknya menjadi pengusaha. Hal tersebut dianggap wajar oleh Adi.
Namun, Adi tetap pada pendiriannya dan membuktikan bahwa menjadi
pengusaha memiliki masa depan cerah.
Pada tahun 2010 Adi mulai berbisnis. Bisnis pertamanya adalah pisang
coklat yang cukup sukses memiliki empat gerai. Kuliah dan bisnis
dilakoninya saat itu. Dari bisnisnya tersebut pria asal Pati, Jawa Tengah
ini mampu membayar uang kuliahnya.
Namun, seiring waktu terjadi masalah internal dalam bisnisnya. Adi
harus menelan pil pahit bisnis pisang coklatnya gulung tikar. Tak
menyerah, Adi mencoba bisnis kuliner lainnya dan harus kecewa
dengan kegagalannya lagi.
Merasa terpukul dengan kegagalan-kegagalannya, Adi berhenti
berwirausaha selama tiga bulan. Sampai akhirnya ia menemukan
peluang bisnis di bidang pertanian.
Dulang sukses dengan bisnis pertanian

Bagi sebagian besar anak muda, pertanian bukan bisnis seksi yang
layak dilirik. Fakta tersebut justru dilihat Adi sebagai sebuah peluang
besar. Apa lagi Indonesia pada dasarnya adalah negara agraris yang
tanahnya subur dengan sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian sebagai petani.
Terjun ke bisnis pertanian untuk pertama kalinya, Adi memilih
berbisnis komoditas singkong. Sarjana teknik industri ini memang tak
tahu menahu tentang pertanian pada awalnya. Dengan tekad dan niat,
ia belajar langsung budidaya singkong kepada petaninya selama tujuh
bulan.
Bisnis pertanian tuh kalau bisa belajar sama gurunya pertanian, yaitu
ya petaninya. Jangan belajar dari buku karena buku dibikin kan supaya

laku. Kalau buku nyeritain rugi siapa yang mau beli, ujarnya sambil
berkelakar.
Diakuinya rasa takut gagal kerap muncul saat itu. Tapi, lantaran sudah
mengalami beberapa kegagalan besar sebelumnya, Adi merasa tak
mengapa apabila mengalaminya lagi. Baginya kegagalan adalah ketika
ia berhenti mencoba. Kegagalan-kegagalan sebelumnya dijadikannya
sebuah pelajaran berharga. Jangan menyerah sebelum mencoba
karena semua indah pada waktunya, katanya lagi.
Usahanya tak sia-sia, ia mendulang untung besar pada panen pertama
dan seterusnya. Pada tahun kedua bisnisnya berjalan, ia memperluas
lahan budidaya singkongnya dari setengah hektare menjadi dua
hektare. Sayangnya, pada panen kedua harga singkong mengalami
anjlok meskipun Adi tak sampai mengalami kerugian.
Singkat cerita, saat itu ia melihat peluang yang lebih menggiurkan
dengan berbisnis rempah. Waktu itu lihat petani nanem lengkuas. Dia
cuma nanem 1.000 meter, tapi bisa menghasilkan uang Rp 5 juta sekali
panen. Modal sejuta, berarti untung Rp 4 juta. Untungnya 400%.
Akhirnya saya belajar dari dia, ceritanya.
Awal tahun 2013 Adi pun memutuskan untuk beralih ke komoditas
lengkuas. Uang dari bisnis singkong, ia alihkan untuk modal berbisnis
komoditas bumbu dapur tersebut. Dengan modal 40 juta untuk satu
hektare lahan lengkuas, Adi bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 90
juta tiap kali panen.
Sejak saat itu perusahaannya, C.V. Anugrah Adi Jaya terus
berkembang. Kini, tak hanya lengkuas saja, beberapa komoditas
rempah lainnya sudah ditanamnya.
Jatuh bangun yang membuahkan hasil
Menjadi pengusaha muda yang sukses bukanlah jalan yang mudah bagi
Adi Pramudya. Pada akhirnya, jatuh bangun dan usahanya
membuahkan hasil. Ia pun berpesan kepada anak-anak muda yang
ingin berbisnis bahwa penting untuk bermimpi, berkomitmen, fokus
dan tak menyerah.
Bagi anak-anak muda hal yang penting tuh komitmen. Banyak anak
muda yang ingin usaha tapi ga punya komitmen. Contohnya aja banyak
yang berpindah-pindah usaha. Kalau kita pindah-pindah nih, kita
belajar dari nol lagi, ujarnya.
Hal yang sangat penting lagi orang kan bilangnya kerja keras, kalau
menurut saya kita harus kerja cerdas. Kalau kita kerja cerdas, kita ga
harus kerja keras terus. Hal penting berikutnya adalah fokus. Memang
kalau kuliah sambil berusaha, pasti ada yang nggak maksimal. Itu
sudah hukum alam karena itu harus ada yang dikorbankan, lanjutnya.
Bagi Adi bisnis yang digelutinya ini tak hanya memberikan profit
finansial bagi dirinya, tapi juga memberikan kontribusi bagi lingkungan
sosialnya karena itulah ia mencintai bisnis ini. Ada buruh tani yang
udah berumur 60 tahun bekerja di tempat saya bilang kami sangat
berterima kasih Bapak sudah datang ke sini. Hal yang membuat saya
terharu adalah dia setiap malam berdoa untuk saya. Dari situ saya
benar-benar mencintai bisnis ini, ujarnya.

Kini komoditas rempah-rempahnya sudah mencapai benua Eropa. Ke


depannya, Adi berencana untuk memperluas pasar ekspornya. Selain
bisnisnya yang kini beromzet ratusan juta rupiah, ia juga mendapatkan
penghargaan Wirausaha Muda Berprestasi pada tahun 2014 dari
Kemenpora. (Putri Sekar/CS)
http://www.marketing.co.id/adi-pramudya-sukses-dengan-bisnis-yang-tak-dilirikanak-muda/

Anda mungkin juga menyukai