Skenario Kasus Patient Safety
Skenario Kasus Patient Safety
Skenario Kasus Patient Safety
Disusun Oleh :
Emilia Fania
Iqbal Zain Kurniadi
Rizka Dewi Rahmiati
Kiki Pamela
Marisha Christin
G1A215035
G1A215036
G1A215039
G1A215047
G1A215066
sarung tangan non steril (sarung tangan untuk pemeriksaan).Setelah ekstirpasi, luka
pasien dijahit dan kemudian ditutup kasa dan diberi salep oksitetrasiklin. Pasien
kemudian diberikan obat minum yaitu amoxicillin 500 mg 3x sehari, dan asam
mefenamat 500mg 3x sehari. Di apotek, amoxicillin habis sehingga petugas
memberikan sulfadiazine pada pasien.
Keesokan harinya, pasien datang kembali dengan keluhan bengkak pada
bekas operasi.Kemudian dokter menjelaskan bahwa bengkak tersebut wajar karena
sedang terjadi reaksi inflamasi.Pasien kemudian pulang.
Hari ke-7 setelah operasi (janji untuk pembukaan jahitan luka), luka pasien
mengalami infeksi dan bernanah.Dokter melakukan hecting up dan perawatan luka
(permbersihan pus). Kemudian pasien diberi obat minum cefotaxim tab 2x sehari
untuk 5 hari. Tetapi keesokan harinya, pasien datang lagi dengan kulit
melepuh.Dokter mendiagnosa sebagai Steven Johnson Syndrome dan akhirnya pasien
dirujuk.
Topic 2 :What is human factors and why is it important to patient safety? (Apa itu
faktor manusia dan mengapa itu penting untuk keselamatan pasien?)
Faktor manusia adalah hubungan antara manusia dengan sistem tempat
mereka berinteraksi. Fokus dari prinsip human factors adalah peningkatan efisiensi,
Kesadaran bahwa faktor manusia sebagai salah satu kontributor yang sangat
penting dalam terjadinya kejadian tidak diinginkan di setting pelayanan
kesehatan.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan
dalamnya.
Sistem pelayanan kesehatan yang menerapkan prinsip patient safety perlu
meminimalkan kejadian tidak diinginkan namun tetap memerhatikan faktor
kelebihan dan kekurangan faktor manusia sebagai penyedia pelayanan
kesehatan.
To err is human
Error adalah kegagalan untuk melaksanakan suatu hal yang direncanakan
dijelaskan bahwa ada perawat atau tenaga medis lain yang membantu dokter untuk
melakukan tindakan. Dalam melakukan tindakan medis yang bersifat invasif
sebaiknya dokter dibantu oleh perawat atau tenaga medis lain untuk mempersiapkan
alat dan membantu dokter dalam melaksanakan tindakan, hal ini akan meningkatkan
efisiensi dari pekerjaan yang dilakukan karena dokter dapat fokus untuk melakukan
tindakan secara optimal. Selain itu apabila melakukan sebuah prosedur yang banyak
seorang diri kecenderungan akan terjadinya kesalahan semakin besar karena sifat
manusia yang lumrah untuk mengalami kesalahan.
kesalahan.
Pendekatan tradisional fokus pada individu/perorangan (naming, blaming,
shaming, retraining) bila terjadi kejadian tidak diinginkan atau kesalahan
dalampelayanan.
Untuk mencegah terjadinya kejadian tidak diinginkan atau kesalahan perlu
dilakukan pendekatan sistem yaitu dengan memahami secara keseluruhan
ini akan menyebabkan informasi yang diberikan oleh dokter nantinya hanya diketahui
oleh pasien secara spesifik, walaupun nanti diceritakan ke keluarganya akan dapat
terjadi kesalahan dalam penyampaian konten dari informasi tersebut atau hal yang
harus ditekankan untuk pengawasan dan perawatan sang pasien. Selain itu seperti
yang dijelaskan pada topik sebelumnya dokter melakukan tindakan dari awal hingga
akhir seorang diri sebagai hasilnya dokter harus mempersiapkan segala hal mulai dari
persiapan alat sampai dengan penjahitan dan pemberian obat pasien.Hal ini tentu saja
memberikan beban yang lebih kepada dokter sehingga menurunkan efisiensi dari
pekerjaan yang dilakukannya.
Semakin besar dan kompleks suatu sistem memang akan cenderung
menyebabkan terjadinya kesalahan tetapi suatu pekerjaan atau tindakan yang
kompleks apabila tidak ditangani dengan sistem yang memadai juga dapat berakibat
terjadinya kesalahan. Seperti pada skenario ini tidak adanya petugas medis lain untuk
membantu dokter menyebabkan tidak adanya pengawasan terhadap alat-alat yang
akan digunakan dokter pada saat melakukan tindakan.
Topic 4 :Being an effective team player (Menjadi pemain tim yang efektif)
Kerja tim yang efektif dalam penyediaan layanan kesehatan dapat memiliki
dampaklangsung dan positif terhadap keselamatan pasien. Pentingnya tim yang
efektif dalampelayanan kesehatan semakin meningkat akibat faktor-faktor seperti:
Meningkatnya kompleksitas dan spesialisasi perawatan
Peningkatan komorbiditas
Peningkatan penyakit kronis
Kurangnya tenaga kerja global
Inisiatif jam kerja yang aman.
Poin Penting :
1. Pengertian tim sebagai satu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individuyang berinteraksi secara dinamis, memiliki tujuan/misi yang sama,
mendapatkantugas spesifik yang sama dan memiliki keahlian khusus yang
saling melengkapi.
2. Macam-macam tim pelayanan kesehatan (TeamSTEPPS):
Tim inti (core teams) yang bertugas langsung menyediakan
pelayanankesehatan pasien.
4
team.
Ancillary team yang bertugas menyediakan pendukung untuk
pelayananpasien, dan biasanya tidak berhubungan langsung dengan
pasien.
3. Tahapan pembentukan tim: forming, storming, norming, performing
4. Pentingnya kepemimpinan dalam tim yang efektif.
5. Komunikasi antar anggota tim pelayanan kesehatan sangat diperlukan:
SBAR(situation-background-assessment-recommendation), call out, check
back,handover/hand off (I pass the button)
6. M
anajemen konflik dalam tim pelayanan kesehatan
CUS: I am Concerned, I am Uncomfortable, this is Safety issue
DESC: Describe the specific situation or behaviour and provide
concreteevidence or data, Express how the situation makes you feel
and what yourconcerns are, Suggest other alternatives and seek
agreement, Consequencesshould be stated in terms of impact on
established team goals or patientsafety. The goal is to reach consensus
Kerja tim yang efektif dalam penyediaan layanan kesehatan dapat memiliki
dampaklangsung dan positif terhadap keselamatan pasien. Pada kasus ini, kerja sama
di Puskesmas ini dapat dinilai kurang efektif. Hal ini dapat dilihat dari koordinasi
antara dokter, perawat dan petugas apoteker yang masih kurang seperti :
a. Saat melakukan tindakan aseptik pada pasien dengan menggunakan alcohol
dikarenakan betadin habis, seharusnya perawat ataupun petugas kesehatan
dapat menyediakan betadin kembali jika sudah habis.
Topic 5 : Understanding and learning from errors. (Memahami dan belajar dari
kesalahan)
Mahasiswa kedokteran perlu memiliki pemahaman dasar tentang hakikat dari
kesalahan.Semua petugas kesehatan diharapkan memahami berbagai jenis kesalahan
dan bagaimanamereka dapat terjadi.Hal ini penting untuk merumuskan strategi untuk
mencegah ataumengintervensikesalahan sebelum membahayakan pasien. Hal lain
yang sama pentingnya adalah kemampuan untuk belajar dari kesalahan diri sendiri
maupun orang lain.Penyelidikan terhadap kesalahan dan kondisi yang menyebabkan
kesalahan dapatmemfasilitasi perbaikan dalam desain sistem dengan harapan
mengurangi frekuensi dandampak dari kesalahan tersebut.
Poin Penting :
Error: aktifitas mental yang sudah direncanakan tapi gagal mencapai hasil
Memahami dan belajar dari kesalahan tersebut sangat penting agar dapat
merumuskan strategi untuk mencegah atau mengintervensi kesalahan sebelum
membahayakan pasien.
Hal lain yang sama pentingnya adalah kemampuan untuk belajar dari kesalahan
diri sendiri maupun orang lain seperti yang dilakukan petugas apotek yang mengganti
obat pasien tanpa konfirmasi terlebih dahulu kepada dokter yang bersangkutan.
Penyelidikan terhadap kesalahan dan kondisi yang menyebabkan kesalahan
dapat memfasilitasi perbaikan dalam desain sistem dengan harapan mengurangi
frekuensi dan dampak dari kesalahan tersebut.
Topic 6 :Understanding and managing clinical risk. (Memahami dan mengelola
risiko klinis)
Manajemen risiko merupakan hal yang rutin di sebagian besar industri dan
secara tradisional dikaitkan dengan efisiensi biaya.Rumah sakit dan organisasi
kesehatan menggunakan berbagai metode untuk mengelola risiko. Namun
keberhasilan dari program manajemen risiko tergantung pada pembuatan dan
pemeliharaan system pelayanan kesehatan yang aman, yang dirancang untuk
mengurangi kejadian yang tidak diinginkan dan meningkatkan kinerja manusia
Poin Penting
menggunakan scapel yang sudah ada pada tangkainya dan dokter juga menggunakan
sarung tangan non-steril.Dari scenario tersebut dapat dilihat bahwa pengelolaan
8
resiko dokter terhadap pasien tidak diperhatikan, sehingga hal tersebut dapat
mengakibatkan kerugian pada pasien yaitu dapat terjadi infeksi dikarenakan tindakan
dokter yang tidak steril.
Pasien kembali lagi ke puskesmas karena kakinya membengkak, lalu dokter
mengatakan hal tersebut wajar karena sedang terjadi inflamasi. Dari scenario tersebut
bahwa dokter tidak memberi tahu kepada pasien hal apa saja yang mungkin dapat
terjadi pada pasien, dan membuat pasien khawatir dengan keadaan kesehatannya.
Saat dokter memberikan resep obat amoxicillin 500gr pada pasien, dan dari pihak
apotek tidak memberikan obat yang telah diresepkan dokter dan mengganti obat
tersebut dengan sulfadiazid.Dari scenario tersebut bahwa tidak ada manajemen yang
baik antara aotek dan dokter, apotek juga tidak melaporkan ketidaktersedianya obat
yang telah diresepkan dokter. Hal tersebut merugikan pasien dari sisi kesehatannya
terhadap resiko yang diterima pasien dan biaya yang dikeluarkan pasien karen
lanjutan resiko yang diterima pasien.
Beberapa solusi yang dapat diterapkan adalah:
-
Dokter sebaiknya memberi tahu efek yang terjadi pada pasien setelah
melakukan bedah minor, apa-apa saja reaksi yang mungkin terjadi pada
pasien.
Dokter dan pihak apotek harus memiliki hubungan komunikasi yang baik,
sehingga dalam pemberian resep yang tidak tersedia obat di apotek data
segera dilaporkan kembali kepada dokter.
metode
peningkatan kualitas)
10
Topic 8 :Engaging with patients and carers. (Melibatkan pasien dan pelaku
rawat)
Salah satu ciri pelayanan kesehatan modern adalah berpusat pada pasien
(patient centered). Setiap pasien berhak menerima informasi yang berguna mengenai
kualitas perawatan yang akan mereka terima terutama jika mereka akan menjalani
suatu tindakan medis atau bedah. Informed consentmemungkinkan mereka, dalam
kolaborasi dengan profesional kesehatan, untuk membuat keputusan mengenai
tindakan dan mengetahui risiko yang terkait dengan tindakan tersebut.
Poin penting :
dengan pasien dapat berupa informed consent dan atau Open disclosure
Keterlibatan pasien, keluarga, dan pelaku rawat dalam pelayanan kesehatan
11
Dijelaskan apa resiko atau kemungkinan yang bisa terjadi saat dan setelah tindakan,
seperti infeksi atau perdarahan, pembengkakan setelah tindakan, dan lainnya.
Sehingga tidak akan terjadi seperti di skenario, keesokanharinya, pasien datang
kembali dengan keluhan bengkak pada bekas operasi... Bila dokter menjelaskan
sebelumnya bahwa setelah tindakan pembedahan akan terjadi pembengkakan normal
pada luka, maka pasien tidak akan khawatir dan kembali lagi ke dokter. Selain
penjelasan tersebut, dokter juga sebaiknya menjelaskan tanda apa saja yang membuat
pasien harus datang kembali, seperti perdarahan, hematom, seroma (cairan yang
keluar dari luka), dan terbukanya luka bekas operasi akibat adanya inflamasi atau
infeksi.
12
Poin penting :
bertujuan
untuk
mencegah
masuknya
bakteri
pada
luka
13
14
pembedahan yang rumit.Selain itu, kejadian infeksi pada lokasi pembedahan juga
seringkali terjadi dalam setting layanan kesehatan.
Point Penting :
70% dimana pada protokol umum dalam pembedahan tindakan tersebut harus
ditambah pemberian betadine untuk benar-benar menghilangkan patogen yang dapat
menimbulkan infeksi pada saat melakukan tindakan. Mata pisau scapel yang
digunakan dokter saat melakukan ekstirpasi kista juga merupakan mata pisau yang
masih berada pada scapel, seperti yang kita ketahui mata pisau scapel adalah barang
disposable yang harus diganti setiap kali memulai prosedur infasif, ditakutkan mata
pisau scapel tersebut telah digunakan sebelumnya atau walaupun belum digunakan
pisau tersebut tidak lagi steril karena telah terbuka dari bungkusnya. Selain itu sarung
tangan (handscoon) yang digunakan dalam prosedur invasif ini tidak merupakan
sarung tangan steril khusus untuk tindakan invasif, namun berupa sarung tangan
untuk pemeriksaan, hal ini sangat dapat meningkatkan resiko terjadinya infeksi
kepada pasien.Selain itu, dokter yang melakukan semua tindakan sendiri juga tidak
15
riwayat alergi yang dimiliki pasien, selain itu petugas apotek juga mengganti obat
yang seharusnya Amoxicillin dengan Sulfadiazin yang meskipun sama-sama
memiliki efek antibiotik tetapi merukapan 2 jenis obat yang berbeda, hal ini dapat
memicu terjadinya efek alergi kepada pasien akibat salah satu dari obat tersebut.
Selain itu pada saat kunjungan pasien berikutnya dokter juga tidak menanyakan dan
memeriksakan kembali keadaan dan bagaimana interaksi obat terhadap tubuh pasien.
16
Dokter ataupun petugas apotek juga tidak memberitahu kepada pasien efekefek apa saja yang mungkin timbul kepada pasien akibat obat-obatan yang akan
dikonsumsinya. Seharusnya, pada awal kunjungan pasien sebelum pemberian obat,
dokter harus menanyakan apakah pasien memiliki riwayat alergi obat-obat tertentu
sebelumnya dan apakah obat-obatan tertentu memiliki efek yang tida dapat ditolerir
oleh pasien dikarenakan efek samping obat yang bermacam-macam dapat berakibat
hal yang tidak diinginkan seperti rasa tidak nyaman, kerusakan organ, alergi ataupun
kematian.
Kesimpulan
17
Dari hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa dari scenario ini petugas
kesehatan (dokter) belum memenuhi patient safety. Permasalahan terdapat pada topictopik berikut :
1. Topik 3Understandingsystem and the impact of complexity on patient care
metode
peningkatan kualitas)
a. Sistem pelayanan kesehatan kurang diperhatikan
b. Dokter tidak menyadari variasi yang pada pasien
c. Kurang mengindahkan teori pembedahan minor
d. Kurang memahami psikologis pasien
5. Topik 8 Engaging with patients and carers. (Melibatkan pasien dan pelaku
rawat)
Tidak adanya informed consent.
6. Topik 9Minimizing infection through improved infection control (menekan
infeksi melalui peningkatan pengendalian infeksi)
Penggunaan alat bedah non steril.
7. Topik 10 Patient safety and invasive procedure (Keselamatan pasien dan
prosedur invasif)
Terjadi efek samping prosedur invasif akibat kurangnya pengontrolan infeksi
(penggunaan alat non steril), manajemen pasien yang buruk serta buruknya
koordinasi atau komuniasi antar petugas medis sebelum, selama maupun
setelah prosedur invasif.
8. Topik11 Improving medication safety (Meningkatkan keamanan obat)
18
19