Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Fisiologi Hewan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGINDRAAN LINGKUNGAN DAN INTEGRASI DALAM ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Fisiologi Hewan

Dosen Pengampu:
Dr. Retno Susilowati,M.Si

Disusun oleh :
Aina Maya Shof

(13620009)

Titi Nurkusma Furi

(13620017)

Rudini

(13620035)
Kelas :
biologi A

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Kuasa, karena atas limpahan
rahmat serta karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul PENGINDRAAN LINGKUNGAN DAN INTEGRASI DALAM
ISLAM tepat pada waktu yang ditentukan. Makalah ini bertujuan untuk
membina dan mengembangkan potensi mahasiswa dibidang akademik,
yang mengacu pada tri darma perguruan tinggi yaitu pendidikan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi
Hewan. Selama penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat
bantuan berupa arahan atau bimbingan.Untuk itu, ucapan terimakaih tak
lupa

kami

sampaika

kepada

semua

pihak

terutama

pada

dosen

pengampuh mata kuliah Fisiologi Hewan, serta rekan mahasiswa dan


semua pihak yang terlibat didalamnya. Dalam hal ini telah memberi
motivasi dalam bentuk materi maupun pemikiran sehingga dalam
penyusunan makalah ini berjalan dengan lancar. Semoga makalah ini
dapat bermafaat bagi semua pihak khusnya bagi para pembaca dan
penyusunan makalah ini.

Penyusun
Malang, 23 Februari
2016

DAFTAR ISI
Cover ......................................................................................

Kata Pengantar .......................................................................

ii

Daftar Isi .................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................

Rumusan Masalah ...................................................................

Tujuan .....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
Keterkaitan QS. An Nahl(16):78 dengan pengindraan.............

BAB III PENUTUP


Kesimpulan ............................................................................

13

Daftar Pustaka ........................................................................

15

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Sebagai organisme hidup,didalammya terdapat sistem koordinasi

yang akan mengatur agar semua organ dapat bekerja secara serasi.
System koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya,
dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan tadi.
Rangsangan merupakan informasi yang dapat di terima. Informasi
tersebut dapat berupa informasi yang internal maupun yang eksternal.
Rangsang eksternal (berasal dari lingungan di luar tubuh) misalnya
linitas (kadar garam), suhu udara, kelembapan, dan cahaya. Sedangkan
rangsangan yang berasal dari dalam tubuh (internal) dapat berupa suhu
tubuh, keasaman (pH) darah/cairan tubuh, kadar gula darah, dan kadar
kalsium

dalam

darah.

Untuk

dapat

menerima

rangsangan

dan

menghasilkan tanggapan dengan baik, hewan harus memiliki alat untuk


menerima

rangsang

dan

untuk

menghasilkan

tanggapan

terhadap

rangsang yang datang.alat yang di gunakan untuk menerima rangsang


yang disebut sebagai reseptor, sangat bertalian erat dengan system
koordinasi yang di miliki oleh semua makhluk hidup.
Reseptor atau penerima merupakan suatu struktur yang mampu
mendeteksi rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam
tubuh. Organ indra kita adalah reseptor (penerima rangsang). Pada indra
terdapat ujung-ujung saraf sensori yang peka terhadap rangsang tertentu.
Rangsangan yang di terima di teruskan melalui serabut saraf sebagai
impuls saraf.
Pada bab ini akan dipelajari berbagai hal mengenai reseptor secara
luas dan lebih mendalam. Setelah mempelajari bab ini, diharapkan dapat
memahami fungsi, sifat, dan cara kerja reseptor secara rinci.
1.2

Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dijadikan penunjang disusunnya makalah ini

adalah:

1. Apakah keterkaitan antara QS. An Nahl(16):78 dengan pengindraan?


2. Bagaimana mekanisme fungsi reseptor?
3. Apakah perbedaan mekanisme fungsi antara reseptor termoreseptor
dan mekanoreseptor?
1.3

Tujuan
Tujuan dari disusunnya praktikum ini adalah:

1. Untuk mengetahui keterkaitan antara QS. An Nahl(16):78 dengan


pengindraan.
2. Untuk mengetahui mekanisme fungsi reseptor.
3. Untuk mengetahui perbedaan mekanisme fungsi antara reseptor
termoreseptor dan mekanoreseptor.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1

Keterkaitan QS. An Nahl(16):78 dengan pengindraan

Al-quran dalam QS. An-Nahl (16):78 yang isinya:

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam


keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu
pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar kamu bersyukur.
(Q.S. an-Nah.l [16]: 78)
Sesosok bayi kecil terlahir dalam proses penciptaannya sebagai
manusia. Makhluk kecil ini telah mendapat ilham keimanan dari Allah Swt.
Bayi itu tidak mengetahui suatu apa pun juga, tidak ada setitik
pengetahuan terlintas dalam pikirannya. Yang ada pada dirinya hanyalah
ilham insting seorang bayi yang menangis kala lapar atau haus dan
potensi untuk berkembang.
Semua potensi dan ilham di atas melekat pada diri manusia sesuai
dengan kadar masing-masing. Akan tetapi, semua potensi dan ilham itu
tidak dapat berkembang dengan sendirinya. Diperlukan pintu dan
pengarah bagi potensi dan ilham tersebut. Oleh karena itu, Allah Swt.
melengkapinya dengan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani.
Pendengaran dan penglihatan merupakan pintu bagi manusia untuk
berhubungan dengan dunia luar. Tersambungnya manusia dengan dunia
luar melalui penglihatan dan pendengaran menyebabkan semua gerak
jasad dan jiwanya berkembang.
Allah mengkaruniai manusia pendengaran dan penglihatan agar
dapat belajar dan bergerak. Dengan penglihatan, manusia mengetahui
segala benda di sekitarnya dan dengan pendengaran manusia belajar
pengetahuannya. Bayangkan yang akan terjadi saat sesosok bayi tidak
dapat melihat dan mendengar hingga masa dewasanya. Dirinya akan
lumpuh karena gerak motoriknya tidak berkembang. Dia juga akan
menjadi seorang yang bisu atau gagu karena tidak mengetahui apa yang

harus diucapkannya. Dari situlah kita dianjurkan untuk mensyukuri segala


nikmat yang telah kita peroleh ini.
1.2 Mekanisme Fungsi Reseptor
Reseptor dapat dikelompokan dengan berbagai cara, yaitu
berdasarkan struktur, lokasi sumber rangsang, dan jenis/sifat saraf
rangsang yang dapat diterima oleh reseptor tersebut. Berdasarkan
sturkturnya, reseptor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu reseptor saraf
dan reseptor bukan saraf. Struktur reseptor saraf yang paling sederhana,
yang hanya berupa ujung dendrit dari suatu sel saraf (tidak memiliki
selubung meilin), dapat ditemukan pada reseptor nyeri atau nonireseptor.
Sturktur

reseptor

yang

lebihrumit

dapat

ditemukan

dalam

organ

pendengaran vertebrata(berupa sel rambut) pada organ penglihatan


(berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan reseptor khusus
dan bukan reseptor saraf (Isnaeni, 2006).
Berdasarkan jenis rangsangannya yang dapat diterimanya, reseptor
dapat dibedakan menjadi lima, yaitu kemoreseptor, elektroreseptor,
fotoreseptor, mekanoresetor, dan termoreseptor. Secara berturut-turut,
masing-masing reseptor tersebut peka terhadap rangsangan kimia, suhu,
mekanik, cahaya, medan magnet dan medan listrik (Isnaeni, 2006).
Berdasarkan lokasi sumber rangsang yang dapat diterimanya,
reseptor

dibedakan

menjadi

dua

jenis,

yaitu

interoreseptor

dan

eksteroreseptor. Interoreseptor merupakan reseptor yang berfungsi untuk


menerima

rangsang

dari

dalam

tubuh

hewan,

Contoh

interoreseptoradalah kemoreseptor untuk memantau PH, kadar gula, dan


kadar kalsium dalam cairan tubuh,. Sementara, Eksteroreseptor berfungsi
untuk menerima rangsang dari lingkungan diluar tubuh hewan, Contoh
Ekteroreseptor adalah reseptor penerima gelombang suara (pada alat
pendengaran) dan reseptor cahaya (Mata) (Isnaeni, 2006).
Dalam sistem saraf, reseptor biasanya berhubunan dengan saraf
sensorik, sedangkan efektor berhubungan dengan saraf motoric, reseptor
bertugas sebagai transduser (pengubah energy) yaitu mengubah energy

dari suatu bentuk tertentu menjadi bentuk energy yang lain, pada saat
sampai di reseptor, semua energy dalam bentuk apapun akan segera
diubah menjadi energy listrik, yang selanjutnya akan membawa kepada
perubahan elektrokimia sehingga timbul potensial aksi (Isnaeni, 2006).
Cara berfungsinya reseptor adalah sebagai berikut, Apabila suatu
jenis reseptor menerima rangsang yang sesuai maka membrane reseptor
tersebut akan mengalami serangkaian peristiwa yang menyebabkan
timbulnya potensialnya aksi pada bagian tersebut. Potensial aksi yang
terbentuk itu dinamakan potensial reseptor atau potensial local. Dalam
hal ini, potensial aksi tidak menjalar ke bagian lainnya, Namun, jika
rangsang yang diterima reseptor cukup kuat, potensial reseptor yang
timbul akan lebih besar,

makin besar rangsang yang diterima, makin

besar pula potensial local yang dihasilkan, hingga dapat melampaui batas
perangsangan pada membrane, Apabila hal ini terjadi, potensial aksi akan
menyebar ke membrane disebelahnya, hingga ke sel saraf aferen, bahkan
ke membrane sel berikutnya, dalam keadaan demikian, potensial aksi
yang terbentuk pada reseptor dinamakan potensial generator (Isnaeni,
2006).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai cara kerja
reseptor, kita ambil contoh mekanoreseptor, Mekanoreseptor mempunyai
pintu ion yang akan berubah keadaanya, menjadi terbuka dan tertutup,
akibat terjadinya deformasi mekanik pada pintu ion tersebut. Deformasi
mekanik ialah perubahan bentuk protein penyusun pintu ion akibat
rangsang mekanik, misalnya sentuhan atau peningkatan tekanan. Saat
istirahat, protein penyusun pintu ion memperlihatkan bentuk fisik tertentu
sehingga jalan masuk ion dalam keadaan tertutup. Rangsang mekanik
yang sampai pada reseptor tersebut akan menyebabkan bentuk fisik
protein penyusun pintu ion berubah sedemikian rupa sehingga pintu
untuk ion tertentu akan terbuka (Isnaeni, 2006).
A. Penerimaan Rangsang Oleh Reseptor

Semua hewan sangat memerlukan informasi mengenai keadaan


lingkungan mereka, hal yang perlu kita pahami ialah cara hewan
memperoleh informasi dari ligkungan mereka dan mekanisme penerimaan
informasi tersebut. Hewan memperoleh informasi dari lingkungannya
melalui reseptor (organ sensoris). Mekanisme penerimaan rangsang oleh
reseptor cahaya secara garis besar dilukiskan pada gambar berikut:

Gambar 1.1 Gambaran mekanisme penerimaan rangsang oleh


reseptor cahaya pada hewan (Schmidt-Nielsen, 1991)
Pada

gambar

diatas

tampak

bahwa

reseptor

cahaya

yang

sesungguhnya terdapat pada retina. Reseptor berupa sel batang dan


kerucut pada retina tersebut berhubungan dengan saraf optic yang
ujungnya bersinapsis dengan pusat penglihatan yang berada di korteks
otak. Agar dapat berfungsi optimal, sel reseptor di retina memerlukan
struktur pendukung berupa mata.
Reseptor

dapat

dikelompokan

dengan

berbagai

cara,

yaitu

berdasarkan struktur, lokasi sumber rangsang, dan jenis atau sifat saraf
rangsang yang dapat diterima oleh reseptor tersebut. Berdasarkan
sturkturnya, reseptor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu reseptor saraf
dan reseptor dan bukan saraf. Struktur reseptor saraf yang paling
sederhana, yang hanya berupa ujung dendrit dari suatu sel saraf (tidak
memiliki selubung mielin), dapat ditemukan pada reseptor nyeri atau
nonireseptor. Sturktur reseptor yang lebih rumit dapat ditemukan dalam
organ

pendengaran

vertebrata(berupa

sel

rambut)

pada

organ

penglihatan (berupa sel batang dan kerucut). Reseptor ini merupakan


reseptor khusus dan bukan reseptor saraf.

Berdasarkan jenis rangsangannya yang dapat diterimanya, reseptor


dapat dibedakan menjadi enam, yaitu kemoreseptor, magnetoreseptor,
elektroreseptor, kemoreseptor, mekanoresetor, dan termoreseptor. Secara
berturut-turut,

masing-masing

reseptor

tersebut

peka

terhadap

rangsangan kimia, suhu, mekanik, cahaya, medan magnet dan medan


listrik.
1.3

Termoreseptor

Kulit berperan penting dalam perlindungan terhadap ancaman dari


luar tubuh, homeostasis, sensasi, pengaturan suhu, keseimbangan cairan,
produksi vitamin D, respon imun dan fungsi komuikasi. Termoregulasi,
yakni

penjagaan

suhu

tubuh

agar

berada

dalam

kisaran

yang

memungkinkan sel untuk berfungsi secara efisien, melibatkan transfer


panas antara organisme dan lingkungan eksternal. Termoregulasi adalah
suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal
agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir (Campbell, 2004).
Hipotalamus berperan dalam regulasi suhu dan bertanggung jawab
sebagai

termostat

tubuh.

Hipotalamus

berperan

penting

dalam

keseimbangan antara mekanisme kehilangan panas, mekanisme produksi


panas, dan mekanisme pertukaran panas. Kerja hipotalamus mengatur
mekanisme antara suhu inti dan suhu kulit

dibantu oleh reseptor suhu

yang sensitif dinamakan termoreseptor. Termoreseptor perifer bertugas


untuk memonitor suhu kulit dan mentransfer informasi ke hipotalamus
tentang suhu permukaan, terdapat dua pusat regulasi suhu yang dimiliki
oleh hipotalamus. Region posterior diaktivasi oleh dingin dan kemudian
memicu produksi panas dan konservasi panas. Region anterior diaktivasi
oleh kehangatan, di mana akan memicu kehilangan panas (Guyton, 1997).
Pada dasarnya termoresepsi adalah proses mengenali suhu tinggi
dan rendah serta perubahan suhu lingkungan. Proses ini sangat penting
bagi hewan, mengingat perubahan suhu dapat berpengaruh buruk
terhadap

tubuh

individu.

Peningkatan

suhu

secara

ekstrem

akan

memengaruhi struktur protein dan enzim sehingga tidak dapat berfungsi

secara maksimal. Hal ini dapat mengganggu penyelenggaraan berbagai


reaksi metabolic yang penting.
Tempat terdapatnya termoreseptor sangat bervariasi. Pada insekta,
termoreseptor terdapat pada antenna dan kaki, berguna utuk memantau
suhu di udara maupun tanah. Pada mamalia, termoreseptor terdapat di
kulit dan hipotalamus, masing-masing untuk memantau suhu tubuh di
bagian

perifer

dan

pusat

tubuh.

Hal

ini

sangat

penting

untuk

mempertahankan agar suhu di pusat tubuh mamalia tetap 37C. Apabila


mamalia hanya memilki termoreseptor di hipotalamus atau pusat saja,
perubahan suhu dilingkungan luar tidak dapat di pantau. Jika demikian,
termoregulasi tidak dapat terselenggara dengan baik.

1.4 Mekanoreseptor
Pendengaran

adalah

persepsi saraf

mengenai

energi

suara.

Gelombang suara (akustik) adalah getaran udara yang merambat dan


terdiri dari daerah bertekanan tinggi karena kompresi (pemampatan)
molekul-molekul

udara

yang

berselang seling dengan daerah

bertekanan rendah akibat penjarangan (rarefaction) molekul tersebut.


Pendengaran
merupakan indra mekanoreseptor. Hal ini karena telinga memberikan
respon terhadap getaran mekanik gelombang suara yang terdapat di
udara (Irawati, 2012).
Rasa sakit, sentuhan ringan (rabaan), tekanan, sensasi suhu,
propriosepsi (sensasi posisi tubuh dan angota tubuh), merupakan indra
umum tubuh. Dikelompokkan menjadi indra umum sebab reseptor indra
tersebut terdapat disealiran bagian tubuh: di permukaan tubuh, pada
organ-organ dalam, persendian, dan ott-otot (Soewulo, 2005).
Berdasarkan strukturnya, reseptor indra umum dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu ujung reseptor saraf telanjang dan ujung reseptor saraf
yang terbungkus (berkapsul). Pengertian dari masing-masing yakni
(Soewulo, 2005):
Ujung reseptor saraf telanjang, merupakan dendrite dari saraf
sesnsoris, reseptor ini bertanggung jawab paling tidak terhadap tiga
sensasi: sakit, suhu dan sentuhan ringan (rabaan). Ujung reseptor
saraf yang terbungkus (berkapsul), merupakan ujung saraf yang
dibungkus oleh lebih dari satu lapisan sel. Reseptor berkapsul pertama
dan terbesar adalah badan pacini (Pacinian Corpuscle), terletak pada
lapisan kulit terdalam, merupakan reseptor tekanan, misalnya tekanan
yang kita rasakan pada saat kita duduk dikursi. Reseptor berkapsul
kedua adalah badan meissner (Meissners Corpuscle), lebih kecil dari
pada badan pacini, berbentuk oval, terdiri dari dua atau tiga ujung
dendrit yang berspiral dan dibungkus oleh kapsul yang tipis. Badan
meissner terletak di dalam epidermis tepatnya di bagian bawah
epidermis, dan diduga merupakan mekanoreseptor yang merspon
terhadap sentuhan ringan, sebab pada bagian tubuh sangat sensitive
terhadapsentuhanringan.

Banyakdijumpaibagianmeissnerini,

misalnyapadabibirdanujung-ujung jari. Reseptor yang keempat adalah


badan

Kraus

(Krauses

end

bulb)danBadanruffini

(Ruffinis

Corpuscle). Diduga badan Krause merupakan reseptor dingin dan


badan ruffini merupakan reseptor panas. Namun ada ahli yang
menganggap kedua reseptor tersebut hanya merupakan bentuk lain
(variasi) dari badan meissner yang merupakan reseptor rabaan, dan
menurut mereka reseptor panas dandingin adalah ujung-ujung saraf
telanjang.

Cara

kerja

reseptor

contohnya

mekanoreseptor,

mekanoreseptor

masuk ke pintu ion terbuka dan tertutup kemudian terjadi deformasi


meknik ( perubahan bentuk protein penyusun pintu ion akibat rangsang
mekanik, misalnya sentuhan atau peningkatan tekanan ). Rangsang dan
tangggapan berhubungan rumit dan erat, kekuatan rangsang tidak sama
dengan kekuatan tanggapan maka terjadilah kemampuan reseptor
beradaptasi terhadap rangsang, yaitu : reseptor beradaptasi degan cepat
dan reseptor beraaptasi dengan lambat.
Mekanoreseptor mendeteksi jarak, seperti gurat sisi pada ikan, dan
sentuhan serta tekanan. Pada manusia, sentuhan dipersepsikan melalui
korpuskula Meisser dan ujung saraf bebas yang keduanya terletak
dipermukaan kulit .
1)

Gurat sisi
Sistem saraf yang ditemukan pada golongan hewan
Vertebrata rendah seperti pada ikan dan amfibi. Gurat sisi ini
pada ikan dan amfibi tertentu merupakan suatu saluran

dibawah kulit yang mempunyai saluran keluar tubuhnya.


Dipermukaan

tubuhnya

saluran-saluran

itu

merupakan

lubang-lubang membentuk barisan dalam satu garis. Pada


saluran gurat sisi terdapat rambut-rambut sensoris yang
letaknya

teratur

disebut

neuromast.

Neuromast

ini

mempunyai kepekaan terhadap tekanan dan arus air. Selain


itu juga untuk mengetahui obyek yang bergerak berupa
mangsa atau yang memangsanya.
2)

Rheotaksis
Rheotaksis adalah suatu kecenderungan dari mahkluk
hidup untuk menerima rangsangan mekanis dari arus air
karena gerakan. Misalnya pada planaria, cacing ini akan
mengadakan reaksi terhadap arus air dengan reseptor yang
ada pada seluruh permukaan tubuhnya.

3)

Anemotaksis
Anemotaksis adalah suatu kemampuan hewan untuk
mengetahui
terdapat

aliran

pada

udara

hewan

disekitarnya.

terbang

Anemotaksis

seperti

lalat.

ini

Mereka

berorientasi di udara dengan menggunakan reseptor untuk


mengetahui tekanan udara, arus udara. Reseptor terdapat
pada bagian dasar sayap dan pada bagian kepala.

Mekanisme pendengaran
Gelombang suara dari luar dikumpulkan oleh daun teliga (pinna)
masuk ke saluran ekterna pendengaran (meatus dan kanalis auditorius
eksterna) yang selanjutnya masuk ke dalam membran timpani. Adanya
gelombang suara yang masuk ke membrane timpani menyebabkan
membrane timpani bergetar dan bergerak maju mundur. Gerakan ini juga
menyebabkan tulanggg tulang pendengaran seperti meleus, inkus dan
stapes ikut bergerak dan selanjutnya stapes menggerakkan cairan perilimf

pada skala vestibule. Getaran selanjutnya melalui membrane reisner


bawah

dan

selanjutnya

menggerakn

perilimf

pada

skala

timpani.pergerakan cairan dalam skala timpani menimbulkan potensial


aksi pada selrambut yang selanjutnya di ubah menjadi impuls listrik
selanjutnya dihantarkan ke nukleus koklearis,thalamus kemudian korteks
pendengaran untuk diasosiasikan (Ratna, 2009).

BAB III
PENUTUP
3.1.

Kesimpulan
1. Keterkaitan antara Qs An-Nahl dengan penginderaan khususx
manusia adalah dalam Qs An-Nahl dijelaskan bahwasanya
manusia yang telah dilahirkan ke dunia tidak mengetahui
apapun, sehingga Allah swt, mengkaruniai pengindreaan yang
berupa penglihatan dan pendengaran yang baik, agar manusia
tersebut

dapat

berinteraksi

dengan

baik

terhadap

lingkungannya.
2. Reseptor menerima rangsang yang sesuai maka membrane
reseptor tersebut akan mengalami serangkaian peristiwa yang
menyebabkan

timbulnya

potensialnya

aksi

pada

bagian

tersebut.
3. Termoreseptor adalah suatu proses mengenali suhu tinggi dan
rendah untuk memepertahankan kestabilan tubuh dari suhu
lingkungan, sedangkan mekanoreseptor adalah alat indera
yang merespon terhadap rangsangan gaya berat, tegangan
suara dan tekanan yakni indra peraba (kulit) dan indra
pendengaran (kuping).

DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Ratna. Wartonah. 2009. Anatomi dan Fisiologi Untuk


Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
Campbell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Guyton, A. C. & J. E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9.
Terjemahan: Irawati Setiawan. EGC. Jakarta.
Irawati, Lili. 2012. Majalah Kedokteran Andalas. No.2. Vol.36.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius
Soewulo. 2005. FisiologiManusia. Malang: UM Press
Syaifuddin. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia Edisi 2. Jakarta: Selamba
Medika

Anda mungkin juga menyukai