Referat Penatalaksanaan Skizofrenia
Referat Penatalaksanaan Skizofrenia
Referat Penatalaksanaan Skizofrenia
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1%
skizofrenia berarti kesehatan jiwanya terganggu, padahal kesehatan jiwa adalah salah satu
unsur kehidupan yang terpenting 3.
Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda.
Skizofrenia adalah gangguan yang paling lazim dan paling penting. Gangguan skizotipal
memiliki banyak ciri khas dari gangguan skizofrenik dan mungkin berkaitan secara genetik
dengan skizofrenia, namun demikian, halusinasi, waham dan gangguan perilaku yang
besar dari skizofrenia. Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan
persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar atau tumpul 4.
Penanganan pasien skizofrenia dibagi secara garis besar menjadi, terapi biologik
atau obat anti psikotik, terapi psikososial, dan perawatan rumah sakit (Hospitalize).
Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan skizofrenia, penelitian telah
menemukan bahwa intervensi psikososial dapat memperkuat perbaikan klinis. Modalitas
psikososial harus diintegrasikan secara cermat ke dalam regimen terapi obat dan harus
1
Batasan Masalah
Referat ini membahas tentang penatalaksanaan Skizofrenia baik secara terapi
Tujuan
1. Sebagai referensi untuk menambah sumber bacaan mengenai penatalaksanaan
Skizofrenia
2. Sebagai pembelajaran untuk penatalaksanaan Skizofrenia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skizofrenia
2.1.1 Definisi
Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang memiliki karakteristik khusus.
Dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III, definisi skizofrenia
dijelaskan sebagai gangguan jiwa yang ditandai dengan distorsi khas dan fundamental
dalam pikiran dan persepsi yang disertai dengan adanya afek yang tumpul atau tidak
wajar4.
2.1.2 Diagnosis
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas)4:
Thought echo (isi fikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya, dan isi fikiran ulangan walaupun isinya sama namun kualitasnya
berbeda); atau
Thought insertion or withdrawal: Isi fikiran yang asing dari luar masuk kedalam
fikirannya atau isi fikirnya di aambil oleh sesuatu dari luar; dan
Thought broadcasting: isi fikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya.
Delusion of control: waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
Atau paling sedikit 2 gejala di bawah ini yang harus ada secara jelas:
social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas tidak di sebabkaan karena
depresi
Adanya gejala khas tersebut diatas telah berlangsung dalam kurun waktu satu bulan
atau lebih.
Tabel 2.1 Gejala skizofrenia1
Gejala Negatif
Pendataran afektif
Gejala Positif
Halusinasi
Dengar
Suara yg mengomentari
Alogia
Suara yg bercakap-cakap
Kemiskinan bicara
Somatik-taktil
Cium
Lihat
Anhedonia
Waham
Kejar
Cemburu
Bersalah, dosa
Kebesaran
Keagamaan
Dikendalikan
Insertion
Perilaku aneh
Berpakaian, penampilan
Perilaku agresif
Gangguan pikiran formal positif
Tangensial
Inkoherensia
Sirkumtansia
2.2
Penatalaksanaan Skizofrenia
Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian saat
mempertimbangkan
pengobatan
gangguan.
Pertama,
terlepas
dari
penyebabnya,
4
skizofrenia terjadi pada seseorang yang mempunyai sifat individual, keluarga dan sosial
psikologis yang unik. Pendekatan pengobatan harus disusun sesuai bagaimana pasien
tertentu telah terpengaruhi oleh gangguan dan bagaimana pasien tertentu akan tertolong
oleh pengobatan. Kedua, kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada
kembar monozigot adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti untuk
menyarankan bahwa faktor lingkungan spesifik telah berperan dalam perkembangan
gangguan. Jadi, seperti agen farmakologis digunakan untuk menjawab ketidakseimbangan
kimiawi yang diperkirakan, strategi nonfarmakologis harus menjawab masalah non
biologis. Ketiga, skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan
teraupetik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan gangguan yang
memiliki berbagai segi1.
2.2.1
menstabilkan medikasi, keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh dan
perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai, termasuk ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian dan tempat berlindung. Tujuan utama
perawatan di rumah sakit yang harus ditegakkan adalah ikatan efektif antara pasien dan
sistem pendukung masyarakat1.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stress pada pasien dan membantu mereka
menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di rumah skit tergantung pada
keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Penelitian
telah menunjukkan bahwa perawatan singkat di rumah sakit (empat sampai enam minggu)
adalah sama efektifnya dengan perawatan jangka panjang di rumah sakit dan bahwa rumah
sakit dengan pendekatan perilaku yang aktif adalah lebih efektif dari pada institusi yang
biasanya dan komunitas terapeutik berorientasi tilikan1.
Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah
masalah kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial.
Perawatan dir rumah sakit hatus diarahkan unttuk mengikat pasien dengan fasilitas
pascarawat, termasuk keluarganya1.
2.2.2 Terapi Biologi
Pemakaian terapi biologi yang menggunakan antipsikotik pada skizofrenia harus
mengikuti lima prinsip utama yaitu1:
5
1. Klinisi harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati.
2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien harus
digunakan lagi. Jika tidak ada informasi tersebut, pemilihan antipsikotik biasanya
didasarkan pada sifat efek samping. Data yang sekarang tersedia menyatakan bahwa
risperidon, remoxipride, dan obat-obat yang mirip dengannya yang akan
diperkenalkan di tahun-tahun mendatang mungkin menawarkan suatu sifat efek
samping yang unggul dan kemungkinan kemanjuran yang unggul.
3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu pada dosis
yang adekuat. Jika percobaan tidak berhasil, suatu antipsikotik, yang biasanya dari
kelas lain, dapat dicoba. Tetapi, pengalaman yang tidak menyenangkan yang dirasakan
pasien pada dosis pertama obat antipsikotik adalah berhubungan erat dengan respons
buruk dan ketidakpatuhan di masa depan. Pengalaman negatif dapat termasuk
perasaan negatif subjektif yang aneh, sedasi berlebihan, atau suatu reaksi distonik
akut. Jika reaksi awal yang parah dan negatif ditemukan, klinisi dapat
mempertimbangkan untuk mengganti obat menjadi obat antipsikotik yang berbeda
dalam waktu kurang dari empat minggu.
4. Pada umumnya, penggunaan lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu
adalah jarang diindikasikan, walaupun beberapa dokter psikiatrik menggunakan
thioridazine untuk mengobati insomnia pada pasien yang mendapatkan antipsikotik
lain untuk pengobatan gejala skizofrenia. Pada pasien yang diikat pengobatan secara
khusus, kombinasi antipsikotik dan obat lain sebagai contoh carbamazepine mungkin
diindikasikan.
5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang
diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama episode psikotik.
2.2.2.1 Obat Antipsikosis
Skizofrenia diobati dengan antipsikotika (AP). Obat ini dibagi dalam dua
kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu dopamine receptor antagonis (DRA)
atau antipsikotika generasi 1 (APG-1) dan serotonin-dopamine antagonis (SDA) atau
antipsikotika generasi II (APG-II)5.
Obat antipsikotik generasi I dan II bermanfaat pada fase akut pengobatan
skizofrenia (gejala dalam beberapa minggu atau bulan) yang didiagnosis episode psikotik
akut, mencegah beratnya gejala psikosis (agitasi, agresif, gejala negatif, dan gejala afek) 6.
curah jantung menurun dan frekuensi denyut jantung meningkat. Efek ini diperkirakan
karena efek otonom dari obat antipsikosis. Abnormalitas EKG dilaporkan terjadi pada
pemakaian tioridazin berupa perpanjangan interval QT, abnormalitas segmen ST dan
gelombang T. Perubahan ini biasanya bersifat reversibel 7.
Farmakokinetik. Kebanyakan antipsikosis diabsorpsi sempurna, sebagian
diantaranya mengalami metabolisme lintas pertama. Bioavabilitas klorpromazin dan
tioridazin berkisar antara 25-35%, sedangkan haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan
antipsikosis bersifat larut dalam lemak dan terikat kuat dengan protein plasma (92-99%) 7.
Sediaan. CPZ tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan 100 mg. Selain itu juga
tersedia dalam bentuk larutan suntik 25 mg/ml. Larutan CPZ dapat berubah warna menjadi
merah jambu oleh pengaruh cahaya 7.
2. Haloperidol
Haloperidol berguna untuk menenangkan keadaan mania pasien psikosis yang
karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80%
pasien yang diobati haloperidol 7.
Farmakodinamik. Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin. Pada orang
normal, efek haloperidol memperlihatkan antipsikosis yang kuat dan efektif untuk fase
mania penyakit manik depresif dan skizofrenia. Efek haloperidol selain menghambat efek
dopamin, juga meningkatkan turn over ratenya 7.
Susunan saraf pusat. Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada
orang yang mengalami eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding dengan
CPZ. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang konvulsi.
Haloperidol menghambat sistem dopamin dan hipotalamus, juga menghambat muntah
yang ditimbulkan oleh apomorfin 7.
Sistem kardiovaskular. Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering
dan sehebat akibat CPZ. Haloperidol menyebabkan takikardia meskipun kelainan EKG
belum pernah dilaporkan 7.
Farmakokinetik. Haloperidol cepat diserap di saluran cerna. Kadar puncaknya
dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam
dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun
dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresi
haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 4 hari sesudah
pemberian dosis tunggal 7.
8
mentoleransi antipsikosis yang lain. Pasien yang diberi klozapin perlu dipantau jumlah sel
darah putihnya setiap minggu 7.
Farmakokinetik. Clozapine diabsorbsi secara cepat dan sempurna pada pemberian
per oral, kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian obat.
Klozapin secara ekstensif diikat protein plasma (> 95%), obat ini dimetabolisme hampir
sempurna sebelum diekskresi lewat urin dan tinja, dengan waktu paruh rata-rata 11,8 jam.
Sediaan. Klozapin tersedia dalam bentuk tablet 25 mg dan 100 mg 7.
2. Risperidon
Farmakodinamik. Risperidon yang merupakan derivat dari benzisoksazol
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2), dan aktivitas
menengah terhadap reseptor dopamin (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor
histamin. Aktivitas antipsikosis diperkirakan melalui hambatan terhadap reseptor serotonin
dan dopamin 7.
Farmakokinetik. Bioavabilitas oral sekitar 70%, volume distribusi 1-2 L/kg. Di
plasma risperidon terkait dengan albumin dan alfa 1 glikoprotein. Ikatan protein plasma
sekitar 90%. Risperidon secara ekstensif di metabolisme di hati oleh enzim CYP 2D6
menjadi metabolitnya 9-hidroksirieperidon. Risperidon dan metabolitnya dieliminasi lewat
urin dan sebagian kecil lewat feses 7.
Indikasi. Indikasi risperidon adalah untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala
negatif maupun positif. Di samping itu diindikasikan pula untuk gangguan bipolar, depresi
dengan ciri psikosis 7.
Efek samping. Secara umum risperidon dapat ditoleransi dengan baik. Efek
samping yang dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, somnolen, mual, muntah,
peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi ekstrapiramidal umumnya lebih
ringan dibanding antipsikosis tipikal 7.
Obat
Potensi
Toksisitas
Efek
Efek
Klinik
ekstrapiramidal
Sedatif
hipotensi
Fenotiazin
10
Alifatik
Klorpromazin + +
+++
++++
+++
Piperazin
Flufenazin
++++
++++
++
Tioxanten
Thiotixene
++++
+++
+++
+++
Butirofenon
Haloperidol
++++
+++++
++
Dibenzodiazepin
Klozapin
+++
++
+++
Benzisoksazol
Risperidon
++++
++
++
++
Tienobenzodiazepin Olanzapin
++++
+++
++
Dibenzotiazepin
Quetiapin
++
+++
++
Dihidroindolon
Ziprasidon
+++
++
Dihidrokarbostiril
Aripriprazol
++++
++
Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis yang multi episode, terapi
pemeliharaan (maintenance) diberikan paling sedikit 5 tahun. Pemberian yang cukup lama
ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 5 kali. Efek obat antipsikosis secara relatif
berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih mempunyai efek
klinis. Sehingga tidak langsung menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan.
Biasanya satu bulan kemudian baru gejala Sindrom Psikosis kambuh kembali. Hal ini
disebabkan metabolisme dan ekskresi obat sangat lambat, metabolit-metabolit masih
mempunyai keaktifan antipsikosis 8.
c. Antipsikosis Long Acting Injection
Obat anti-psiksosis long acting (Fluphenazine Decanoat 24 mg/cc atau
Haloperidol Decanoas 50 mg/cc, im, setiap 2-4 minggu, sangat berguna untuk pasien yang
tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral.
Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2 minggu pada bulan pertama, kemudian baru
ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan 7. Dari hasil penelitian penatalaksanaan jangka
panjang pada pasien skizofrenia di Canada menunjukkan bahwa pasien yang diberikan
antipsikosis long acting injeksi menunjukkan perbaikan klinis signifikan, perbaikan fungsi
sosial dan menurunkan hospitalisasi pasien 9.
2.2.3
Efek samping dan obat yang di gunakan untuk mengatasi efek samping dari
Antipsikotik
Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh obat antipsikotik adalah sebagai
berikut8:
11
Interaksi Obat
1. Antipsikosis + atipsikosis = potensiasi efek samping dan tidak ada bukti lebih
efektif.
2. Antipsikosis + antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat
3. Antipsikosis + antianxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus
dengan gejala dan gaduh gelisah yang sangat hebat
4. Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan
kejang meningkat. Yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah
haloperidol
5. Antipsikosis + antasida = efektifitas antipsikosis menurun karena gangguan
absorbsi
2.2.5
Terapi Psikososial
Terapi psikosoial terdiri dari terapi perilaku dan terapi berorientasi keluarga.
1. Terapi Perilaku.
Rencana pengobatan untuk skizofrenia harus ditujukan pada kemampuan dan
kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
12
meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latuhan praktis dan
komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah di dorong dengan pujian atau hadiah
yang dapaat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan seperti hak istimewa dan pas jalan di
rumah sakit. Dengan demikian, frekuensi perilaku maladapatif atau menyimpang seperti
berbicara lantang, berbicara sendirian di masyarakat, dan postur tubuh yang aneh dapat
diturunkan 1.
Latihan keterampilan perilaku (behavioral skills training) sering kali dinamakan
terapi keterampilan sosial (social skills therapy), terlepas dari namanya, terapi dapat secara
langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan tambahan alami bagi terapi
farmakologis. Di samping gejala personal dari skizofrenia, beberapa gejala skizofrenia
yang paling terlihat adalah menyangkut hubungan pasien dengan orang lain, termasuk
kontak mata yang buruk, keterlambatan respons yang tidak lazim, ekspresi wajah yang
aneh, tidak adanya spontanitas dalam situasi sosial, dan persepsi yang tidak akurat atau
tidak adanya persepsi emosi terhadap orang lain. Perilaku tersebut secara spesifik
dipusatkan di dalam latuhan keterampilan perilaku. Latihan keterampilan perilaku
melihatkan penggunaan kaset video orang lain dan pasien, permainan simulasi (role
playing) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang keterampilan yang telah dilakukan 1.
2. Terapi berorientasi keluarga.
Berbagai terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia.
Karena pasien skizofrenia sering kali dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluarga
di mana pasien skizofrenia kembali sering kali mendapatkan manfaat dari terapi keluarga
yang singkat tetapi intensif (setiap hari). Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan
harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi yang kemungkinan menimbulkan
kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di dalam keluarga, pusat terapi harus
pada pemecahan masalah secara cepat.
Tabel 2.2 Tujuan dan Perilaku Sasaran untuk Terapi Keterampilan sosial 1.
Fase
Tujuan
Perilaku Sasaran
Komunikasi
keterampilan persepsi
nonverbal
verbal
dan
13
sosial
dalam
keluarga
Mengekspresikan perasaan
Persepsi
soaial
dalam
keluarga
2.2.6
Meningkatkan keterampilan
lain
sosial
Keterampilan bercakap-cakap
Meningkatkan keterampilan
Bersahabat
Aktivitas rekresional
Generalisasi keterampilan ke
Wawancara
kerja
kerja,
kebiasaan
kekembuhan pada penderita dengan gangguan, oleh karena itu pemahaman keluarga
mengenai kondisi penderita serta kesediaan keluarga dan lingkungan menerima penderita
apa adanya dan memperlakukannya secara manusiawi dan wajar merupakan hal yang
mendasar dalam mencegah kekambuhan penderita..
Beberapa hal yang perlu di perhatikan oleh keluarga dan lingkungan dalam merawat
penderita gangguan jiwa di rumah:
1. Memberikan kegiatan/kesibukan dengan membuatkan jadwal sehari-hari.
2. Berikan tugas yang sesuai dengan kemampuan penderita dan secara bertahap tingkatkan
sesuai perkembangan
3. Menemani dan tidak membiarkan penderita sendiri saat melakukan kegiatan, mis:
makan bersama, reksreasi bersama, bekerja bersama.
4. Minta keluarga dan teman menyapa saat bertemu penderita dan jangan mendiamkan
penderita berbicara sendiri
5. Mengajak dan mengikut sertakan penderita dalam kegiatan bermasyarakat misal; kerja
bakti
6. Berikan pujian yang realitas terhadap keberhasilan penderita atau dukungan untuk
keberhasilan sosial penderita
14
7. Mengontrrol dan mengingatkan dengan cara yang baik dan empati untuk selalu minum
obat untuk prinsip benar, benar nama obat, benar dosis, benar cara pemberian.
8. Mengenali adanya tanda-tanda kekambuhan seperti: suit tidur, bicara sendiri, marahmarah, senyum sendiri, menyendiri, murung , bicara kacau.
9. Kontrol suasana lingkungan yang dapat memancing terjadinya marah.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan
1. Penatalaksanan skizofrenia tidak hanya berfokus pada terapi somatik atau terapi
obat-obatan tetapi juga berfokus pada terapi psikososial.
15
Saran
Perlu adanya integrasi antara terapi biologis atau terapi obat-obatan antipsikotika
dengan terapi psikososial secara cermat demi perbaikan dan peningkatan kualitas hidup
pasien skizofrenia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri klinis. Jakarta: EGC
2. Jarut Y M, Fatimawali, Weny I. 2013. Tinjauan penggunaan antipsikotik pada
pengobatan skizofrenia di rumah sakit Prof. Dr. V.L Ratumbulysang Manado Periode
16
4.
Depkes RI. 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia
III, Cetakan pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan R.I Direktorat Jendral
Pelayanan Medik.
17