Darurat Kebakaran
Darurat Kebakaran
Darurat Kebakaran
PENYELAMATAN DIRI
1. BUAT RENCANA PENYELAMATAN DIRI, DENGAN MENENTUKAN
SEDIKITNYA DUA JALUR KELUAR DARI SETIAP RUANGAN. INI BISA
MELALUI PINTU ATAUPUN JENDELA, JADI PERHATIKAN APAKAH
PEMBATAS RUANGAN AKAN MENGGANGGU RENCANA INI. BUATLAH
DENAH PENYELAMATAN DIRI.
2. PERSIAPKAN PETUNJUK ARAH DI PINTU DARURAT.
3. SAAT KEBAKARAN, SEBENARNYA ASAP YANG MEMBUAT ORANG
MENJADI PANIK DAN TIDAK DAPAT BERNAFAS DENGAN LELUASA.
MERANGKAKLAH ATAU MERUNDUK DI BAWAH, TUTUP MULUT DAN
HIDUNG DENGAN KAIN YANG DIBASAHI.
4. KELUARLAH DARI PINTU ATAU JENDELA YANG TERDEKAT MENUJU KE
TEMPAT YANG AMAN. PASTIKAN BAHWA PINTU DAPAT DENGAN CEPAT
DIBUKA PADA KONDISI DARURAT, DEMIKIAN PULA JIKA HARUS
MELALUI JENDELA.
5. APABILA TERJEBAK API, PASTIKAN BALUT TUBUH ANDA DENGAN
SELIMUT TEBAL YANG DIBASAHI. INI HANYA DILAKUKAN SEBAGAI
PILIHAN TERAKHIR APABILA TIDAK ADA JALAN LAIN KECUALI
MENEROBOS KOBARAN API.
o CO2
o DRY CHEMICAL POWDER
o BUSA
o HERMATIC
2. HIDRANT KEBAKARAN
PENGGUNAAN ALAT PEMADAM TRADISIONAL
PASIR / TANAH:
KELEMAHAN:
PENANGGULANGAN KEBAKARAN :
A. TINDAKAN PENCEGAHAN/PREVENTIF
SEGALA UPAYA YANG DILAKUKAN AGAR KEBAKARAN TIDAK
TERJADI KEBAKARAN :
1. MEMBERIKAN PENYULUHAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
2. MENEMPATKAN BARANG-BARANG YANG MUDAH TERBAKAR DI TEMPAT
YANG AMAN DAN JAUH DARI API
B. TINDAKAN PEMADAMAN/REPRESIF
TINDAKAN YANG DILAKUKAN UNTUK MEMADAMKAN KEBAKARAN SEBAGAI
UPAYA MEMPERKECIL KERUGIAN YANG DITIMBULKAN DAN MENCEGAH AGAR
KEBAKARAN TIDAK MELUAS
TEKNIK DAN TAKTIK PENANGGULANGAN KEBAKARAN
A. TEKNIK PENANGGULANGAN KEBAKARAN
KEMAMPUAN MAKSIMAL DALAM MENGGUNAKAN PERALATAN YANG TERSEDIA
GUNA MEMADAMKAN KEBAKARAN
B. TAKTIK PENANGGULANGAN KEBAKARAN
KEMAMPUAN MAKSIMAL TENTANG CARA-CARA YANG DIGUNAKAN DALAM
RANGKA PEMADAMAN KEBAKARAN
SISTEM PEMADAMAN
A. SISTEM ISOLASI
CARA PEMADAMAN DENGAN TIDAK MEMBERI OKSIGEN PADA BENDA YANG
TERBAKAR
B. SISTEM PENDINGINAN
CARA PEMADAMAN DENGAN MENURUNKAN SUHU PADA BENDA YANG
TERBAKAR
C. SISTEM URAI
CARA PEMADAMAN DENGAN MEMBAGI-BAGI BENDA YANG TERBAKAR
MENJADI BAGIAN KECIL SEHINGGA API MUDAH DIKENDALIKAN
BILA SISTEM ISOLASI DAN PENDINGINAN TIDAK DAPAT DILAKUKAN
KEBAKARAN :
SUATU PERISTIWA YANG DISEBABKAN DARI API YANG TIDAK DAPAT
DIKENDALIKAN ATAU DIKUASAI BAIK BESAR MAUPUN KECIL, DISENGAJA ATAU
TIDAK DAN MENIMBULKAN KERUGIAN HARTA BENDA, CACAT BAHKAN
KORBAN JIWA MANUSIA
SEBAB KEBAKARAN :
1. KELALAIAN
2. KURANGNYA PENGERTIAN DALAM PENANGGULANGAN
3. PERISTIWA ALAM
4. DISENGAJA/ULAH MANUSIA
AKIBAT KEBAKARAN :
1. MENGHAMBAT KELANCARAN PEMERINTAHAN/PEMBANGUNAN
2. MENGHAMBAT KELANCARAN PEREKONOMIAN
3. TIMBULNYA PENGANGGURAN
4. TERGANGGUNYA STABILITAS KAMTIBNAS PSIKOLOGI
KLASIFIKASI KEBAKARAN :
MENURUT PERATURAN MENTRI NAKERTRANS NOMOR : PE-04/80 TANGGAL 14
APRIL 1980 KEBAKARAN DIBEDAKAN MENJADI
KLAS
KLAS
KLAS
KLAS
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah Yang Maha Esa, dan hanya karena
Rahmat-Nya penyusunan makalah ini akhirnya dapat diselesaikan juga.
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu teknologi (iptek) menjadi
sangat cepat. Perkembangan iptek yang begitu cepat ini telah menghadapkan bnagsa bangsa di
dunia ini. Untuk itu kita harus mengantisipasinya melalui peningkatan kualitas pendidikan baik
di sekolah (formal) maupun diluar sekolah (informal).
Dengan persaingan ini kita harus saling bersaing untuk menjadi yang terdepan. Dengan
adanya tugas ini, kita akan merasa bertanding untuk mendapat nilai terbaik. Makalah ini berisi
materi materi yang bertujuan agar kita lebih mudah menghadapi dan memahami konsep yang
diajarkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ...
KATA PENGANTAR ..
ii
DAFTAR ISI .
iii
01
KLASIFIKASI KEBAKARAN
03
04
12
DAFTAR PUSTAKA 14
PENDAHULUAN
TUJUAN, PENTINGNYA PENCEGAHAN KEBAKARAN
Akhir-akhir ini kebakaran cukup sering terjadi Ada rumah, toko, pasar, bengkel, kandang
ayam dan berbagai objek lainnya yang terpanggang. Penyebabnya bermacam-macam. Korsleting
pada instalasi listrik, ledakan kompor, lilin dan lain sebagainya. Kerugian mulai dari jutaan
rupiah hingga miliaran rupiah.
Kerapnya terjadi kebakaran akhir-akhir ini juga dipicu oleh musim kering atau kemarau
yang mulai melanda. Sedangkan banyaknya objek yang tak terselamatkan, disebabkan banyak
hal. Seperti terlambatnya mobil pemadam kebakaran ke tempat kejadian perkara (TKP),
terbatasnya mobil pemadam kebakaran, jauhnya sumber air, dan sulitnya akses ke TKP.
Berbagai kendala dan keterbatasan di atas telah menjadi catatan dari tahun ke tahun,
tetapi nyaris minim dengan progres berupa solusi kongkrit. Beberapa hal lainnya yang juga
menjadi catatan penting bagi penanganan musibah kebakaran adalah pengenalan, pemahaman
dan kemampuan mitigasi yang masih rendah, bahkan nihil pada masyarakat.
Akibat dari kondisi di atas, begitu terjadi kebakaran, warga langsung panik dan tak tahu
apa yang harus dilakukannya. Ketika api berkobar, sebagian warga sibuk menyemalatkan semua
harta bendanya dan terkadang lupa dengan keselatan diri dan anggota keluarga yang lainnya.
Tindakan seperti itulah yang terkadang menyebabkan ada pemilik atau penghuni rumah terbakar,
bahkan ada yang tewas terbakar. Artinya pengenalan, pemahaman dan pengusaan mitigasi
bencana kebakaran warga itu sangat rendah.
Di sisi lain, sangat jarang rumah atau pun toko dan tempat usaha lainnya yang
menyiapkan tabung racun api yang sesuai dengan potensi ancaman kebakaran di lokasi tersebut.
Terkadang, kalaupun ada yang punya tabung racun gas, tetapi tidak diperhatikan kapan masa
afkir dari racun gas itu. Dalam sejumlah fakta, ternyata tabung racun gas itu ternyata sudah
kosong, sehingga tak bisa dimanfaatkan lagi begitu ada kejadian kebakaran.
KLASIFIKASI KEBAKARAN
Kebakaran diklasifikan (dikelaskan) menurut sumber apinya. Klasifikasi (kelas)
kebakaran yang secara umum dirujuk secara Internasional ialah klasifikasi (kelas) kebakaran
menurut NFPA (National Fire Protection Association) Amerika. Riwayat paling akhir, NFPA
membagi klasifikasi (kelas) kebakaran menjadi 6 (enam) kelas yaitu : Kebakaran Kelas A,
Kebakaran Kelas B, Kebakaran Kelas C, Kebakaran Kelas D, Kebakaran Kelas E dan Kebakaran
Kelas K.
Klasifikasi (kelas) kebakaran berguna untuk menentukan media pemadam efektif
menurut sumber api / kebakaran, juga berguna untuk menentukan aman tidaknya jenis media
pemadam tertentu untuk memadamkan kelas kebakaran tertentu berdasarkan sumber
api/kebakarannya. Tabel di bawah memberikan penjelasan singkat mengenai klasifikasi (kelas)
kebakaran berdasarkan NFPA beserta media pemadam efektif dan aman digunakan
memadamkan kebakaran berdasarkan kelas kebakaran masing-masing.
Penggunaan alat pemadam portabel ini haruslah disesuaikan dengan klasifikasi kebakaran yang
terjadi. Serta penempatannya haruslah mudah dijangkau dan ditemukan.
Untuk posisi penempatan alat pemadam portabel ini haruslah pada setiap 200m atau pada setiap
ruang dengan kapasitas yang disesuaikan, mudah terjangkau, jarak antara lantai dan alat 1 s.d
1,25 meter, mudah terlihat, jarak maksimum pemepatan peralatan pemadam api portable di suatu
lokasi dalam suatu bangunandari satu fire point ke fire point lainnya kurang lebih 15 meter, alat
pemadam api portable jenis CO2 atau jenis busa hanya dipasang pada ruangan atau bangunan
yang mempunyai tingkat bahaya tertentu, ditempatkan sesuai kondisi lokasi yang
membahayakan.
Jenis alat pemadam api portabel.
1. Alat pemadam api tradisional / sederhana; merupakan alat pemadam api bukan buatan pabrik,
biasanya memanfaatkan benda/barang yang dapat digunakan sebagai alat pemadam yang mudah
dibawa, seperti selimut api (fire blanket), pemukul, cambukapi, ember yang diisi oleh air, dll.
2. Alat pemadam api modern; merupakan alat pemadam api yang dibuat khusus oleh pabrik alat
pemadam kebakaran. Alat pemadam api modern ini terbagi lagi atas beberapa jenis, yaitu :
a. Water Pressurized type, merupakan alat pemadam api modern dengan bahan dasar pemadam
air dengan tekanan udara yang dimampatkan, untuk pemampatan air yang terdapat dalam tabung
dapat dilakukan dengan cara menggunakan tenaga dorong (udara yang dimampatkan) untuk
memancarkan keluarnya air (Stored pressure type water extinguisher) dan menggunakan tenaga
dorong cartridge gas CO2/N2 (Cartridge operated type water extinguisher). Alat pemadam api
ini efektif untuk memadamkan api kelas A. Konstruksi alat ini terdiri dari tabung ukuran 2,5
gallon dan unit penutup tabung terdiri dari tuas penekan, handel pegangan, pin pengaman, meter
penunjuk tekanan, pentil, pipa pemancar dan filter, slang pemancar dan tekanan tabung berkisar
90 s.d 125 psi, dan bentuk pancaran padat (solid stream) dengan jarak pancaran + 13 meter dan
lama pancaran + 1 menit.
b. Chemical Foam Type, merupakan suatu alat pemadam api dengan menggunakan busa kimia
sebagai bahan pemadamnya. Bahan dasar pembentukan busa ini terdiri dari : Larutan Sodium
bicarbonate (NaHCO3) dengan volume 7,5 liter ditempatkan di tabung bagian luar dan disebut
dengan larutan B dan Larutan Aluminium sulphate (Al2SO4) dengan volume 1,5 liter
ditempatkan di tabung bagian dalam dan disebut dengan larutan A. Dari reaksi kimia larutan A
dan larutan B menghasilkan gelembung CO2 dan busa pancaran yang dihasilkan terdapat dari
pengembangan kedua larutan sebesar + tujuh kali dengan percobaan bahwa setiap 2,5 gallon
larutan (A dan B) akan menghasilkan delapan belas gallon foam. Karakteristik pancaran dari alat
pemadam ini ialah pancaran yang padat (solid stream), Jarak pancaran 30 40 feet, Lama
pancaran kurang lebih 1,5 menit dan Efektif untuk api kelas B.
c.
Foam Pressurized Type(Mechanical Foam dan Air), merupakan alat pemadam portabel yang
menggunakan cartride yang berisi gas N2 untuk memberikan tekanan pada tabung. Alat
pemadam api foam pressurized type ini sangat efektif untuk memadamkan api kelas B.) Isi foam
pressurized ini terdiri atas : Foam konsentrat AFFF / FFFP, Air, Gas N2. Karateristik kemampuan
alat ini meliputi : Pancaran kedua jenis tersebut sama (solid stream /padat), Jarak pancaran
mendatar 3 s.d 4 meter, Lama pancaran 30 s.d 50 detik.
d. Carbon Dioxide Type ( CO2 ), merupakan alat pemadam api portabel dengan bahan dasar
pemadam ialah Co2 yang bersifat mendinginkan atau menurunkan suhu bahan yang
terbakar. Karakteristik alat pemadam api Gas CO2 ini meliputi : Gas CO2 ditekan pada 800
900 psi pada temperatur 88 F (suhu ruang) karena pada temperatur di bawah 88 F suhu ruang,
gas CO2 berbentuk cairan, Berat gas CO2 ini 1,5 kali lebih berat dari udara, sifat Gas CO2 ialah
tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun, dan tidak dapat terbakar. Karena pengembangan gas
CO2 tergantung kepada temperatur setempat dan alat pemadam ini tidak baik digunakan
memadamkan api pada ruangan tertutup / sempit dan akan berakibat Berat gas akan menutup
udara sehingga mengurangi unsur pembakaran pada pernapasan petugas, karena pengembangan
mengikuti temperatur setempat maka suhu pada ruangan tersebut sangat tinggi akibat penjalaran
panasnya api, sehingga kemungkinan ruang tersebut dapat meledak. karena cepatnya
pengembangan dari bentuk cairan menjadi gas ketika CO2 meninggalkan corong, maka 30%
dari cairan akan menghasilkan salju padat atau es kering (solid snow or dry ice), gas yang keluar
dari corong hanya sebesar + 80% sedang 20% lainnya tertinggal pada slang pemancar , corong
dll. Jenis pancaran yang dihasilkan ialah pancaran Fog Stream dengan jarak pancaran + 3 s.d 8
feet, lama pancaran +
kelas C.
e.
Dry Chemical Powder (tepung kimia kering), merupakan alat pemadam api yang sangat
populer dan digunakan secara luas berupa campuran berbentuk bubuk yang terdiri dari berbagai
unsur atau senyawa kimia berbentuk padat atau butiran halus seperti tepung. Alat pemadam ini
banyak digunakan baik untuk alat pemadam api portable , peralatan bergerak seperti mobil
pemadam atau instalasi tetap. Awalnya bahan yang dikembangkan untuk menghasilkan tepung
kering ini adalah borax dan sodium bicarbonate yang disebut juga tepung kimia kering (dry
chemical Powder). Bahan yang paling banyak digunakan adalah jenis Sodium Bicarbonate
karena lebih efektif dari bahan pemadam api yang lain. Kemudian ditemukan bahan pemadam
jenis serbaguna (multipurpose) dengan bahan dasar monoammonium phosphate dan berbahan
dasar potassium bicarbonate yang dapat digunakan untuk semua kelas api. Dalam fase
berikutnya dikembangkan jenis yang disebut super K dengan bahan dasar potassium chloride
dan berbahan dasar urea potassium bicarbonate. Dengan demikian jenis bahan dasar yang
banyak digunakan untuk pemadaman yaitu : Sodium bicarbonate, Potassium bicarbonate,
Potassium
chloride,
Urea
potassium
bicarbonate, Monoammonium
phosphate.
Untuk
>Kestabilan; Dalam temperatur normal , tepung kimia kering sangat stabil dan tidak mudah
berubah bentuk. Namun demikian ada juga beberapa jenis bahan yang tidak tahan temperatur
tinggi dan meleleh sehingga terjadi gumpalan. Untuk itu, suhu penyimpanan harus dijaga agar
tidak terlalu tinggi atau melebihi 150 F.
>Toksisitas; Unsur-unsur yang terdapat dalam tepung kimia kering tidak mengandung sifat
toksik yang tinggi karena itu relatif aman digunakan. Namun demikian, karena tepung kimia
kering ini merupakan partikel debu yang sangat halus, maka dapat masuk ke dalam saluran
pernapasan dan menimbulkan gangguan kesehatan.
Berdasarkan hasil pengujian tepung kimia kering,
Jenis
Proses
penyelimutan ini terjadi karena adanya gas CO2 yang dilepaskan ketika senyawa sodium
bicarbonate mendapat panas dari api. CO2 yang terbentuk meningkatkan kemampuan untuk
memadamkan api. Jika tepung kimia kering jenis serbaguna (multipurpose) berbahan dasar
monoamonium phosphate disemprotkan ke api kelas A , maka akan meninggalkan bekas berupa
kerak pada permukaan benda yang terbakar. Kerak keras tersebut adalah metaphosphate acid
yang terbentuk ketika senyawa monoamonium phosphate terkea panas dari api. Kerak ini
sekaligus berfunsi menutupi permukaan benda yang terbakar.sehingga membatasi kontak dengan
oxygen (efek smothering) sehingga api dapat dipadamkan.
>Prinsip pendinginan (cooling) ; tepung kimia kering juga memiliki efek pendinginan walaupun
tidak sebaik atau sebesar bahan mengandung air. Mekanisme pendinginan ini terbentuk dari gas
CO2 yang dihasilkan dalam proses kontak dengan api.
> Pemutusan rantai reaksi; Disamping faktor tersebut di atas bahan pemadam jenis tepung kimia
kering juga mempunyai kemampuan untuk memutus mata rantai reaksi (chain reaction). Ketika
terjadi panas akibat kebakaran , maka senyawa yang terurai dari tepung kimia kering ini akan
merusak reaksi pembakaran (segitiga api) sehingga reaksi berantai terputus.
Jenis pancaran; Pancaran yang dihasilkan adalah pancaran mengembang/mengepul .
Jarak dan
lamanya waktu memancar tergantung dari masing-masing tipe. Alat pemadam api ini sangat
baik untuk memadamkan kebakaran roda pesawat udara (jenis dry powder);
f. Halon merupakan Salah satu media pemadam yang popular , namun menjadi kontroversial.
Bahan ini mirip dengan CO2, karena disimpan dalam bentuk cair dan akan berubah menjadi uap
atau gas jika disemprotkan ke api. Keunggulan utama adalah memadamkan api dengan cara
memutuskan rantai reaksi api. Seperti halnya denganCO2 , halon juga tergolong media pemadam
yang bersih dan daya pemadamannya sangat tinggi dibandingkan dengan media pemadam lain.
Namun kelemahan halon adalah karena mengandung senyawa Chloro Fluoro Carbon (CFC)
yang dianggap dapat merusak lapisan ozon di atmosfir. Halon bermacam jenis dan digunakan
sebagai bahan
pemadam api dalam sistim portable dan sistim tetap (fixed installation). Namun
saat ini penggunaannya sudah dibatasi dan tidak diproduksi lagi dan hanya boleh dipakai karena
masih tersedia dan tidak dibenarkan untuk diisi ulang.
1992 tentang Pengesahan Vienna Convention for the Protection of the Ozone Layer yang
mengatur pengurangansecara bertahap dan penghentian pemakaian bahan bahan yang merusak
ozon , maka halon juga mulai dibatasi pemakaiannya sehingga harus dicari alternatif sebagai
media penggantinya.
Ada beberapa alternatif media pengganti halon (halon replacement agent) tetapi harus
memenuhi persyaratan yang harus disesuaikan dengan 3 aspek yaitu :
1)
2)
3)
Industri pemadam kebakaran mencoba mengembangkan berbagai bahan pengganti halon dengan
merk dagang berbeda misalnya Halotron, FM200, AF 11 dll yang aman terhadap lingkungan
serta fungsi, cara penggunaan , cara pengisian dan cara perawatan sama halnya seperti gas CO2.
Tanda / Simbol Alat Pemadam Api Portable
COMBUSTIBLE;
b. Untuk api klas B , adalah flammable liquids dengan tanda gambar bujur sangkar dengan dasar
warna merah dan ditengahnya dengan huruf B dan tulisan FLAMMABLE LIQUIDS;
c. Untuk api klas C , adalah electrical equipment dengan tanda gambar lingkaran dan warna
dasar biru serta di tengahnya ditulis dengan huruf C dan diberi tulisan ELECTRICAL
EQUIPMENT;
d. Untuk api kelas D adalah combustible metals dengan tanda bintang lima warna dasar kuning
dan ditengahnya ditulis dengan huruf D dan diberi tulisan COMBUSTIBLES METALS;
: No 14260;
b. Red
: No 11105;
(merah)
c. Blue (biru)
: No 15102;
d. Yellow (kuning)
: No 13655;
Api merupakan suatu reaksi kimia yang berlangsung secara tepat antara bahan bakar, oksigen,
dan sumber panas dengan perbandingan yang tepat dalam menghasilkan energi panas dan
cahaya.
Teknik pemadaman kebakaran adalah kemampuan untuk mempergunakan alat dan perlengkapan
kebakaran dengan sebaik baiknya.
Taktik pemadaman kebakaran adalah kemampuan untuk menganalisa situasi sehingga dapat
melakukan tindakan dengan cepat dan tepat tanpa menimbulkan korban maupun kerugian besar.
Berikut ini adalah 5 teori pemadaman api:
1. Cara pendinginan (cooling)
Salah satu cara dengan menurunkan temperatur bahan bakar sampai tidak menimbulkan uap / gas
kebakaran. Air adalah salah satu bahan pemadam yang baik dalam menyerap panas. Pendinginan
biasanya tidak efektif pada produk gas dan cairan mudah terbakar yang memiliki flash poin
dibawah suhu air. Oleh karena itu media air tidak dianjurkan. Membasahi bahan bahan yg
mudah terbakar merupakan cara efektifdalam mencegah terjadinya kebakaran pada bahan yg
belum terbakar. Akan memerlukan waktu cukup lama untuk bisa terbakar karena air harus
diuapkan terlebih dahulu.
2. Cara reduksi oksigen (smothering)
Dengan membatasi oksigen dalam proses kebakaran, api dapat padam. Proses ini biasanya
dengan menutup sumber api dengan karug goni basah (pemadaman tradisional) ataupun dengan
penyemprotan karbon dioksida yg dapat mengurangi oksigen dalam kebakaran tersebut.
3. Pemindahan bahan bakar (starvation)
Ini cukup efektif tapi dalam prakteknya mungkin sulit. Sebagai contoh, pemindahan bahan bakar
yaitu dengan menutup / membuka kerangan, memompa minyak ke tempat lain, memindahkan
bahan yg mudah terbakar dll. Cara lain dengan menyiram bahan bakar yang terbakar dengan air
atau membuat busa yg dapat menghentikan / memisahkan minyak dengan pembakaran.
DAFTAR PUSTAKA
Biro Instalatir, Informasi keselamatan dan Panduan Pelayanan Pelanggan, Dis Jaya &
Tangerang, 1996/1997, Jakarta.
Deni Almanda, Penghantar Energi Listrik, Majalah Elektro Indonesia, No. 15, Tahun III,
April/Mei 1997, Jakarta
Listrik potensial penyebab kebakaran, waspadalah, Majalah Konstruksi, April 1998, Jakarta.
http://www.hmtl.org/reference/refindex.php)
http://gimana.info/gimana-cara-mencegah-kebakaran
http://instalasilistrik.net/tindakan-preventif-untuk-mencegah-bahaya-kebakaran/
http://instalasilistrik.net/9-tips-mencegah-bahaya-kebakaran-akibat-human error/
http://instalasilistrik.net/mencegah-bahaya-kebaran/
Drs.Solichin.ST,M.Kes 2011, Modul Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas teknik UM
www.kompas.com
Hebbie Ilma Adzim | Senin, Desember 09, 2013 | Api dan Kebakaran
Kebakaran diklasifikan (dikelompokkan) berdasarkan sumber penyebab api yang muncul dalam
kejadian kebakaran. Klasifikasi (kelas) kebakaran secara umum merujuk pada
Kebakaran
Pemadam
Gas/Uap/Cairan
Listrik
Aluminium, Tembaga,
Besi, Baja
Radioaktif
Pada kesempatan yang lalu telah kita bahas tentang Pengertian Fire Alarm. Mari kita lanjutkan
pembahasan kita tentang fire alarm yaitu tentang jenis-jenis detector pemadam kebakaran. Apa
saja jenis-jenisnya? Mari kita bahas.
Jenis-Jenis Detector Pemadam Kebakaran
Detector pemadam kebakaran adalah suatu alat yang berfungsi mendeteksi secara dini
kebakaran, agar kebakaran yang terjadi tidak berkembang menjadi lebih besar. Dengan
terdeteksinya cikal bakal kebakaran, maka intervensi untuk mematikan api dapat segera
dilakukan. Sehingga dapat meminimalisasi kerugian sejak awal.
Jika dianalogikan detector pemadam kebakaran adalah alat bantu seperti panca indera kita.
Untuk merasakan bau kita memiliki hidung, kalau untuk merasakan adanya kebakaran
digunakanlah detector pemadam kebakaran. Deteksi kebakaran dilakukan pada kemunculan
asap, kemunculan panas, dan adanya kobaran api.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka detector pemadam kebakaran dibedakan menjadi
beberapa jenis, antara lain :
1. ROR (Rate of Rise) Heat Detector
Heat detector adalah pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak
digunakan saat ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa
mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi, area
deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan max. hendaknya tidak melebihi
8m. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja berdasarkan kenaikan temperatur secara
cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan panas. Umumnya pada titik 55oC 63oC
sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran
(diharapkan) tidak sempat meluas ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar
hotel, rumah sakit, ruang server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.
Prinsip kerja ROR sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi
panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang langsung pada panel
alarm rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada panel alarm. Jika dipasang
pada panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua kabelnya boleh terpasang
terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus. Sedangkan sifatkontaknya adalah NO (Normally
Open).
2. Fixed Temperature Detector
Fixed Temperature detector termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda dengan ROR, maka
Fixed Temperature detector baru mendeteksi pada derajat panas yang langsung tinggi. Oleh
karena itu cocok ditempatkan pada area yang lingkungannya memang sudah agak-agak panas,
seperti: ruang genset, basement, dapur-dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan
sejenisnya. Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False Alarm
(Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan ROR mendeteksi. Area
efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon 4m) atau 15m2 (untuk ketinggian
plafon antara 4 8m). Seperti halnya ROR, kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2,
yaitu L dan LC, boleh terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa
saja. Sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).
3. Smoke Detector
Smoke detector adalah alat yang berfungsi mendeteksi asap. Ketika detector mendeteksi asap
maka detektor akan segera mengirimkan sinyal sehingga fire alarm berbunyi. Smoke detektor
sendiri memiliki beberapa type kerja :
Photoelectric / optical yaitu mendeteksi asap menggunakan sensor cahaya. cahaya (infra
red) diarahkan ke sensor photoelectric, apabila ada asap maka cahaya tidak sepenuhnya
diterima sensor photoelectric. kejadian ini ditangkap sebagai sinyal yang kemudian
diteruskan ke fire alarm. Dari pengalaman lapangan diketahui kelemahan dari detektor ini
adalah sering kali menimbulkan false alarm yang diakibatkan oleh debu.
Ionization yaitu detektor model ini menggunakan metode ionization chamber. kelemahan
dari detektor ini adalah setelah habis umur pakainya, detektor dikategorikan limbah
radioaktif, karena didalam detektor ini terdapat ameresium.
4. Flame Detector
Flame Detector adalah alat yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh
nyala api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau sumber cahaya
lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).
Flame detector memiliki tiga jenis type yaitu sensor optik, ionisasi dan thermocouple.
5. Gas Detector
Sesuai dengan namanya detector ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap terjadi di rumah
tinggal. Alat ini bisa mendeteksi dua jenis gas, yaitu:
Dari dua jenis gas tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-rumah. Perbedaan
LPG dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor, gas akan
turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih ringan daripada udara,
sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya akan terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah
yang menentukan posisi detector.
Untuk LPG, maka letak detector adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan arah
detector menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor, gas elpiji yang turun akan
masuk ke dalam ruang detector sehingga dapat terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber
kebocoran tidak melebihi dari 4m.
Untuk LNG, maka pemasangan detectornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah
plafon dengan posisi detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan sifatnya, maka saat bocor gas
ini akan naik ke udara sehingga bisa terdeteksi. Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak
melebihi 8m.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas berkat dan Rahmat-nya kita dapat
menjalankan sebuah kehidupan dengan penuh realita yang berkepanjangan. Dimana kita dapat
mebuat sebuah makalah penuh dengan kesadaran dan tidak kesadaran.
Dalam membuat sebuah penyusunan kata untuk merangkai sebuah kata hanya ini yang aku
bisa. Tidak lebih dan tidak kurang dari sebuah apa yang kita pikirkan dan hanya ini yang aku
bisa. Dimana kita dapat membuat sebuah makalah yang bertema hukum dan HAM dalam islam.
Semua isi-nya hanya bisa di pahami dan bisa di mengerti.
Demikian atas partisapasi kami dalam membuat makalah ini dengan penuh kesederhanaan.
Karena hanya ini yang aku bisa. Kalau ada kritik dan saran tolong di sempurnakan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi akibat tidak terkendalinya sumber energi.
Siklus ini berisi rangkaian demi rangkaian panjang peristiwa (event dinamic) yang dimulai dari
pra kejadian, kejadian dan siklusnya serta konsekuensi yang mengiringinya. Kejadian tersebut
akan tercipta apabila kondisi dan beberapa syarat pencetusnya terpenuhi, utamanya pada saat
pra kejadian.
Ada poin-poin yang menjadi persyaratan dasar yang apabila gagal dilakukan pe
ngendalian akan memicu peristiwanya, kemudian akan memasuki tahapan tidak terkendali dan
sukar dipadamkan. Syarat kondisi tersebut di antaranya adalah terdapat bahan yang dapat
terbakar, misalnya minyak, gas bumi, kertas, kayu bahkan rumput kering dan sebagainya.
Bilamana bahan yang dapat terbakar tersebut berada dalam kondisi tertentu dan bertemu
pencetusnya maka seketika akan segera menimbulkan api. Sedangkan pencetus itu sendiri
penyebabnya cukup banyak di antaranya energi petir, api terbuka, listrik bahkan hanya sekedar
percikan bunga api. Penelitian yang terbaru dan mengejutkankan pemantik kebakaran tersebut
juga bisa timbul akibat frekuensi telpon genggam.
Peristiwa munculnya api awal berlanjut menjadi kebakaran besar hanya butuh waktu
dibawah 4 menit atau 10 menit. Ukuran waktu 4 -10 menit tersebut hasil dari suatu pengkajian
dan studi pengalaman dimana tahapan api belum berkembang dan meluas. Setelah lebih dari
waktu yang dimaksud, api akan berkembang menjadi api bertumbuh (growth) dan menjadi penuh
(full steady fire) dengan suhu mencapai 600 derjat Celsius sampai 1000 derajat Celcius lebih,
dimana ini sudah berada pada tahapan sulit dipadamkan. Hanya perangkat hidran dan
sejenisnya yang dapat mengurangi dan memadamkan.
Siklus api awal menuju kondisi tidak terkendali ini disebabkan pada waktu menit menit
awal peristiwa kebakaran tersebut, terdapat serentetan umpan balik yang mempercepat
berkembangnya api itu sendiri. Rentetan umpan balik tersebut adalah bertambahnya suhu atau
temperatur yang akan mempercepat penguapan benda cair atau sublimasi benda yang terbakar
dan terhisapnya udara (oksidasi) dan mempercepat terjadinya fire point (siklus bersambung).
Waktu yang singkat dan peristiwa umpan balik itulah menjadi faktor penentu percepatan tingkat
kobaran api. Bila tidak dilakukan penanganan secara sistematis akan berakhir tragis dan
menimbulkan kerugian yang luas. Terkadang membawa korban jiwa manusia.
Kenapa hal tersebut terjadi? Ada beberapa pertanyaan yang terkadang sulit untuk dijawab
secara umum dalam menghadapi waktu dibawah 4 menit dan hal tersebut menjadi jawaban
klasik mengapa dan kenapa peristiwa kebakaran selalu terjadi tanpa dapat dicegah atau
diminimalisasi kejadiannya. Takdir Tuhanlah,
musibahlah
Rumusan masalah
C.
Tujuan Penulisan
1.
2.
Menyebutakan dan menjelaskan tentang unsur-unsur api serta pemadamannya dan proses
terjadinya api
3.
4.
5.
BAB II
PEMABAHSAN
A.
PENGERTIAN
Bekerja di sebuah laboratorium ataupun di perusahaan perusahaan industri jelas tak bisa
lepas dari kemungkinan kecelakaan kerja atau bahaya yang salah satunya adalah kebakaran.
Aspek bahaya ini menjadikan pekerja laboratorium ataupun diperusahaan membuat dan
menciptakan suatu system keselamatan kerja. Selain itu perlu difahami pula bagaimana proses
terjadinya kebakaran, bahan-bahan kimia apa saja yang mudah terbakar serta bagaimana cara
penanggulangannya secara benar.
Bahasan ini akan saya uraikan secara lengkap mulai dari definisi api dan kebakaran.
Definisi api adalah suatu fenomena yang dapat diamati dengan adanya cahaya dan panas serta
adanya proses perubahan zat menjadi zat baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Api
terbentuk karena adanya interaksi beberapa unsur/elemen yang pada kesetimbangan tertentu
dapat menimbulkan api. Sedangkan kebakaran yaitu peristiwa bencana yang ditimbulkan oleh
api, yang tidak dikehendaki oleh manusia dan bisa mengakibatkan kerugian nyawa dan harta.
Definisi umumnya kebakaran adalah suatu peristiwa terjadinya nyala api yang tidak
dikehendaki, sedangkan defenisi khususnya adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur
penyebab kebakaran.
jinak dan liar. Jenis api jinak artinya api yang masih dapat dikuasai oleh manusia, sedang jenis
api liar tidak dapat dikuasai. Inilah yang dinamakan kebakaran.
Proses kebakaran atau terjadinya api sebenarnya bisa kita baca dari teori segitiga api
yang meliputi elemen bahan, panas dan oksigen. Tanpa salah satu dari ketiga unsur tersebut, api
tidak akan muncul. Oksigen sendiri harus membutuhkan diatas 10% kandungan oksigen di udara
yang diperlukan untuk memungkinkan terjadinya proses pembakaran.
Sedang mengenai sumber panas bisa bisa muncul dari beberapa sebab antara lain :
1. Sumber api terbuka yaitu penggunaan api yang langsung dalam beraktifitas seperti :
masak, las, dll.
2. Listrik Dinamis yaitu panas yang berlebihan dari sistem peralatan/rangkaian listrik seperti
: setrika, atau karena adanya korsleting.
3. Listrik Statis yaitu panas yang ditimbulkan akibat loncatan ion negatif dengan ion positif
seperti : peti.
4. Mekanis yaitu panas yang ditimbulkan akibat gesekan/benturan benda seperti : gerinda,
memaku, dll.
5.
gambar disamping.
B.
1.
a.
b.
1.
Benda Padat
Bahan bakar padat yang terbakar akan meninggalkan sisa berupa abu atau arang setelah selesai
terbakar. Contohnya: kayu, batu bara, plastik, gula, lemak, kertas, kulit dan lain-lainnya.
2.
Benda Cair
Bahan bakar cair contohnya: bensin, cat, minyak tanah, pernis, turpentine, lacquer, alkohol, olive
oil, dan lainnya.
3.
Benda Gas
Bahan bakar gas contohnya: gas alam, asetilen, propan, karbon monoksida, butan, dan lainlainnya
c.
2.
a.
Pengertian Oksigen
Suatu jenis gas yang sangat diperlukan dalam proses kehidupan bagi semua mahluk'
b.
3.
a.
Sumber panas ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan panas
Sumber Nyala ialah semua benda atau kejadian yang menimbulkan Panas pada suatu tingkat
temperatur tertentu dan telah dianggap berbahaya bagi timbulnya api / kebakaran.
b.
beberapa
faktor
penyebab
terjadinya
sumber
nyala,
antaa
lain
Sumber
nyala
terjadi
karena
proses
peristiwa
Alam
Sumber
nyala
terjadi
karena
proses
peristiwa
Kimia
Sumber
nyala
Sumber
nyala
terjadi
terjadi
karena
karena
proses
proses
/
/
peristiwa
peristiwa
Listrik
Mekanik
C.
Kebakaran Klas A
Adalah kebakaran yang menyangkut benda-benda padat kecuali logam. Contoh : Kebakaran
kayu, kertas, kain, plastik, dsb.
Alat/media pemadam yang tepat untuk memadamkan kebakaran klas ini adalah dengan : pasir,
tanah/lumpur, tepung pemadam, foam (busa) dan air .
2. Kebakaran Klas B
Kebakaran bahan bakar cair atau gas yang mudah terbakar.
Contoh : Kerosine, solar, premium (bensin), LPG/LNG, minyak goreng.
Alat pemadam yang dapat dipergunakan pada kebakaran tersebut adalah Tepung pemadam (dry
powder), busa (foam), air dalam bentuk spray/kabut yang halus.
3. Kebakaran Klas C
Kebakaran instalasi listrik bertegangan. Seperti : Breaker listrik dan alat rumah tangga lainnya
yang menggunakan listrik.
Alat Pemadam yang dipergunakan adalah : Carbondioxyda (CO 2), tepung kering (dry chemical).
Dalam pemadaman ini dilarang menggunakan media air.
4. Kebakaran Klas D
Kebakaran pada benda-benda logam padat seperti : magnesum, alumunium, natrium, kalium,
dsb.
Alat pemadam yang dipergunakan adalah : pasir halus dan kering, dry powder khusus.
Tabel Klasifikasi Kebakaran
RESIKO
MATERIAL
Class A
Class B
Class C
Class D
asetelin, methane,
ALAT PEMADAM
Dry Chemichal Multiporse dan ABC
Dari
soda acid
Dry Chemichal foam ( serbuk
keempat jenis
tersebut yang
jarang ditemui
kebakaran
adalah kelas
BCF
D, biasanya
dan titanium
bubuk pryme
untuk kelas A,
B dan C alat
pemadamnya
dapat digunakan dalam satu tabunng / alat, kecuali bila diperlukan jenis khusus.
D.
Faktor Manusia
Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul karena kurang
pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian. Sebagai contoh:
1.
Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda Dilarang Merokok.
2.
Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak benar, mengganti
sekering dengan kawat.
3.
4.
Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan
keselamatan, misalnya memasak menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-lain.
Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-hal
yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya:
1.
Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga banyak kabel yang terkelupas yang
berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
2.
Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang bocor,
pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain
3.
Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak tanah
atau gas elpiji didekat kompor
4.
Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara. Bila
kondisi panas, kondisi seperti ini bisa memicu timbulnya api.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat dilihat dalam tabel
berikut :
1.
Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara penggunaan yang salah, pemasangan
instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai contoh : pemakaian daya listrik yang berlebihan
atau kebocoran.
2.
Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus menerus
memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
3.
Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi kimia yang
disebabkan oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik.
4.
Kebakaran disengaja, seperti huru hara, sabotase dan untuk mendapatkan asuransi ganti
rugi.
Kemajuan Teknologi
Perkembangan Penduduk
Ulah manusia :
Listrik
sengaja
Biologis
Gunug merapi
Kimia
tidak sengaja
awam ( ketidakpahaman )
Penyebab kebakaran dapat dilihat secara mendalam dari beberapa faktor berikut di bawah ini :
a.
Adanya kepentingan yang berbeda antar berbagai instansi yang berkaitan dengan usaha
usaha pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran.
Kondisi masyarakat yang kurang mematuhi peraturan perundang undangan yang berlaku
sebagai usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran.
Lemahnya usaha pencegahan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan yang dikaitkan
dengan faktor ekonomi, dimana pemilik bangunan terlalu mengejar keuntungan dengan cara
melanggar peraturan yang berlaku.
Dana yang cukup besar untuk menanggulangi bahaya kebakaran pada bangunan terutama
bangunan tinggi.
b.
Faktor Fisik
Kondisi lalu lintas yang tidak menunjang pelayanan penanggulangan bahaya kebakaran.
E.
1.
2.
Adanya gas oksigen /O2 yang jumlah prosentasinya cukup memadai untuk proses pembakaran
3.
Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara
kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau peristiwa
pembakaran.
CH4 + O2 + (x)panas ----> H2O + CO2 + (Y)panas
Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah terjadi proses difusi
antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan dengan terjadinya penyalaan dan terus
dipertahankan sebagai suatu reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang
berkelanjutan.
Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing masing tahapan
terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian meningkat hingga
mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur angsur menurun sampai saat bahan yang
terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada umumnya kebakaran melalui dua
tahapan, yaitu :
a.
b.
Tahap tersebut dapat dilihat pada kurva suhu api di bawah ini.
Growth Time
( detik )
> 300
150 300
80 150
< 80
Pertumbuhan
F.
Dari segi cara api meluas dan menyala, yang menentukan ialah meluasnya kebakaran.
Bedanya antara kebakaran besar dan kebakaran kecil sebetulnya hanya terletak pada cara
meluasnya api tersebut.
Perhitungan secara kuantitatif tentang cara meluasnya kebakaran sukar untuk ditentukan.
Tetapi berdasarkan penyelidikan penyelidikan, kiranya dapat diperkirakan pola cara meluasnya
kebakaran itu sebagai berikut :
Penanggulangan Kebakaran
Telah diketahui bahwa dari suatu kejadian kebakaran dapat menimbulkan bermacam macam akibat , antara lain korban jiwa dan harta benda .Tentunya kejadian tersebut tidak kita
inginkan, oleh karena itu dipikirkan tindakan dalam penanggulanganya . Pada umumnya
penanggulangan bahaya kebakaran dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tingkatan meliputi :
1.
2.
3.
Pemadam Kebakaran
Ialah merupakan salah satu tindakan dalam penanggulangan kebakaran bersifat represif.
H.
diatas
yaitu
menghilangkan
salah
satu
unsur
dari
segitiga
api.
Selain itu harus ada sarana dan prasarana alat pemadam kebakaran. Alat yang sifatnya tradisional
masih bisa dipakai seperti karung goni, pasir, termasuk keperluan komunikasi kentongan dll.
Sedang untuk alat pemadam kebakaran yang sifatnya umum antara antara lain Hidrant, Mobil
pemadam kebakaran, Alat pemadam api ringan (APAR), sprinkler, dll.
Disamping itu alat pemadam api lain yang mempunyai sifat sebagai racun api, antara lain
karbon dioksida, Bahan Kimia kering multi guna dan bubuk kering. Dari beberapa macam alat
pemadam api tersebut masingmasing mempunyai kegunaan dan aturan tersendiri.
Inilah contoh gambar Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
I.
a.
Pasir
Pasir efektif digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B yaitu tumpahan minyak atau
ceceran minyak. Tujuan utama dari penggunaan psir ini berfungsi untuk membatasi menjalarnya
kebakaran, namun untuk kebakaran kecil dapat digunakan untuk menutupi permukaan bahan
yang terbakar sehingga memisahkan udara dari proses nyala yang terjadi, sehingga nyala padam.
b.
Tepung Kimia
Menurut kelas kebakaran yang dipadamkan tepung kimia dibagi menjadi sebagai berikut :
Secara fisis, yaitu pemisahan atau penyelimutan bahan bakar dengan udara.
Secara kimia, yaitu memutus rantai reaksi pembakaran, dimana partikel-pertikel tepung kimia
tersebut akan mengikat radikal hidroksil dari api.
c.
Air
Air cocok untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B. Dalam pemadaman kebakaran air yang
paling banyak dipergunakan. Hal tersebut karena air mempunyai keuntungan sebagai berikut :
Murah
Mempunyai daya 'menyerap panas' yang besar, yang menjadi ciri utama dari media pemadam
air.
Berbahaya bagi bahan-bahan kimia yang larut dalam air atau yang eksotherm
(menghasilkan panas).
Dapat terjadi 'slop over' bila digunakan untuk memadamkan minyak secara langsung
Cara kerja air dalam pemadaman api adalah secara fisis :
Pendinginan, air mempunyai daya serap yang besar. Panas yang diserap dari 15 C sampai 100
C adalah 84,4 kcl/kg (152 BTU/1bbs).
Penyelimutan, karena air yang terkena panas akan berubah menjadi uap (steam), dan uap air
tersebut kemudian mengurangi kadar oksigen dalam air (dillution).
d.
Busa (Foam)
Busa adalah kumpulan dari gelembung-gelembung cairan (bubbles) yang mengapung diatas
permukaan zat cair dan mengalir pada permukaan bahan padat. Dari bentuk fisik busa tersebut
maka sangat efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A dan B, terutama pada permukaan
yang terbakar sangat luas, sehingga sulit bagi media pemadam lain untuk menjangkau tipe
kebakaran
tersebut.
Media pemadam ini terdiri atas 2 jenis yaitu busa kimia maupun busa mekanik. Ditujukan
terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B, dan secara terbatas juga untuk kebakaran kelas
A.
1.
Busa Kimia
Busa ini terbentuk karena adanya proses (reaksi) kimia antara larutan Aluminium Sulfat dengan
larutan natrium bikarbonat.
Reaksinya adalah :
A12(SO4)3 + 6NaHCO3 2A1(OH)3+3Na2SO4 + 6CO2
2.
Busa Mekanik
Busa ini terbentuk karena adanya proses mekanis yaitu berupa adukan dari bahan-bahan
pembentuk
busa
yang
terdiri
dari
cairan
busa,
air
bertekanan,
dan
udara.
Untuk melaksanakan proses pembentukan busa ini dipergunakan alat-alat pembentuk busa.
Proses pembentukan busa adalah sebagai berikut : Air dicampurkan degan cairan busa sehingga
membentuk larutan busa (foam solution). Kemudian udara dicampurkan pada larutan busa
dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan atau peniupan udara maka terbentuklah busa
mekanis. Bahan baku busa mekanis antara lain : Fluoro protein (FP70), Fluorocarbon surfactant
(AFFF), Hydrocarbon surfactant (Louryl alcohol).
J.
3.
Hydrospray
Alat pemadam dengan air ini umumnya digunakan untuk kebakaran kelas A. Alat ini biasanya
dilengkapi dengan penera untuk mengetahui tekanan air. Penera berwarna hijau menunjukkan
alat aman untuk digunakan, sedangkan warna merah menunjukkan tekanan sudah berkurang.
4.
Drychemical Powder
Jenis bubuk kering digunakan untuk kelas A,B, C dan D, sedang sifat pemadaman jenis bubuk
kering antara lain :
Menutup dengan cara melekat pada obyek yang terbakar karena adanya reaksi kimia bahan
tersebut saat terjadi kebakaran (reaksi panas api).
Tidak berbahaya.
Dapat berakibat korosi dan kerusakan pada mesin ataupun perangkat elektronik.
5.
6.
cartrige)
maupun
tekanan
tersimpan
(Stored
Pressure).
Bila busa telah keluar dari pemancar, arahkan ketempat yang terbakar.
Pemasukan busa boleh dengan secara gravitasi atau ditembakkan kebagian dalam dinding
wadah yang terbakar.
Bila api sudah padam, tetap dilakukan pendinginan dan penyemprotan busanya diarahkan
keluar dari tempat yang terbakar.
7.
Carbon dioksida
Racun api CO2 ini cocok dan efektif digunakan untuk pemadaman api kelas B dan C. CO2
atau karbondioksida dalam keadaan biasa wujudnya adalah gas yang tidak berwarna, tidak bau,
lebih berat dari udara, tidak mengganggu kesehatan (sementara) serta tidak menghantar listrik.
Pengguanaan sebagai media pemadam pada kebakaran, cairan CO 2 berubah wujudnya
menjadi gas dan mengisap panas dari sekelilingnya serta sumber nyala dan mendesak udara
keluar dari sekitar sumber serta proses pembakaran. Sebagai cairan CO2 disimpan dalam silinder
dengan tekanan 1000-1200 psi.
Digunakan terutama untuk memadamkan kebakaran kelas B dan C. Umumnya APAR tipe
ini mempunyai corong/nozzle penyemprot yang lebar.
Sifat-sifatnya antara lain :
Tekan katup dengan tangan kanan (tujuannya untuk mencoba alat ditempat sebelum
menuju kearah api).
Semprotkan dengan mengarahkan horn kearah api dari arah datangnya angin dan usahakan
agar menutup keseluruhan daerah permukaan api.
8.
9.
Alat ini biasanya terinstal didalam gedung dan bersifat mengandung Hg. Mekanisme kerja
sprinkler yaitu secara otomatis akan mengeluarkan air bila kepala sprinkler terkena panas.
Prinsip dasar alat ini adalah mampu menyerap kalor yang dihasilkan dari bahan yang terbakar.
10.
Hydrant
Digunakan untuk jenis api kelas A dan B. Secara ringkas, penggunaan media racun api
berdasarkan klasifikasi bahan terbakar jadi begini :
1. PENGERTIAN
A. Devinisi Umum :
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat, situasi dan waktu yang
tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan. Jadi api yang menyala di
tempat-tempat yang dikehendaki seperti kompor, furnace di industri dan tempat atau peralatan
lain tidak termasuk dalam kategori kebakaran.
B. Defenisi khusus :
Kebakaran adalah suatu peristiwa oksidasi antara tiga unsur penyebab kebakaran, yang terdiri
dari :
BAHAN PADAT
Contoh : kayu, Kain, kertas, Plastik dan lain sebagainya dan jika terbakar umumnya akan
meninggalkan abu / bara.
BAHAN CAIR
Contoh : Cat, Alkohol dan berbagai jenis minyak.
BAHAN GAS
Contoh : Propane, Butane, LNG dan lain sebagainya.
Sumber panas, seperti energi elektron (listrik statis atau dinamis), sinar matahari, reaksi
kimia dan perubahan kimia.
Benda mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan
sebagainya.
Apabila ketiganya tersedia dan bereaksi maka akan terjadi api. Ketiga unsur di atas dikenal
dengan segi tiga api. Berikut ini adalah diagram segitiga api yang sangat populer.
Proses pembakaran tidak mungkin terjadi tanpa salah satu dari unsur ini. Kedengarannya sangat
sederhana, tetapi seringkali sangat sulit mengendalikan kebakaran jika sudah terjadi. Namun
demikian hal ini penting sekali dipahami dalam rangka melakukan pencegahan atau
penganggulangan kebakaran.
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan faktor-faktor yang menjadi
sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan mengambil langkah-langkah untuk mencegah
kemungkinan tersebut menjadi kenyataan. Sedangkan penanggulangan kebakaran adalah usaha
yang dilakukan untuk memadamkan api serta mencegah meluasnya kebakaran.
Sebagaimana diketahui bahwa di dunia industri banyak sekali ditemukan kondisi dan situasi
yang memungkinkan terjadinya kebakaran. Karena hampir semua industri yang berbasis
pengolahan memiliki semua unsur dari segi tiga api di lingkungan kerjanya. Sehingga
dibutuhkan suatu program pendidikan dan pelatihan yang tepat untuk memberi pengetahuan
yang cukup bagi pekerja yang bekerja dilingkungan yang berbahaya tersebut.
Disamping itu, rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur terhadap peralatan operasional
yang memiliki potensi bahan bakar, dan sumber penyalaan sangat diperlukan sehingga kerusakan
peralatan tersebut dapat diketahui secara dini dan perbaikannyapun bisa dilakukan secara
terencana. Pemeriksaan rutin peralatan pemadam kebakaran juga hal yang sangat peting
dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari malfunction alat pemadam api pada saat
dibutuhkan.
Guna lebih memahami proses terjadinya suatu reaksi pembakaran, berikut ini adalah simplified
fault tree diagram yang menggambarkan mekanisme terjadinya suatu kebakaran.
Dari simplified fault tree diagram di atas, dapat kita lihat bagaimana potensi bahaya itu memang
ada di semua tempat. Untuk mencegahnya dibutuhkan barier yang sempurna. Kegagalan fungsi
barier pada semua sisi dari segi tiga api yang akan menimbulkan reaksi pembakaran dan
peledakan.
Dengan memahami konsep segitiga api dan melakukan identifikasi bahaya kebakaran dan
peledakan dengan baik, diharapkan kebakaran dan peledakan di lingkungan kerja dan di rumah
tangga dapat dihindari.
Peristiwa listrik
Penyimpanan / penggunaan bahan-bahan
Spontanious (bahan yang dapat terbakar sendiri)
Merokok tidak pada tempatnya
Gesekan atau benturan
House keeping yang tidak baik.
3. KLASIFIKASI KEBAKARAN
1.KLAS A
Kebakaran dari bahan-bahan padat yang mudah terbakar seperti kayu, kertas, plastik, kain dan
lain-lain.
2.KLAS B
Kebakaran dari bahan cair atau gas seperti bensin, solar, bensol, butane dan lain-lain.
3.KLAS C
Kebakaran yang disebabkan arus listrik pada peralatan seperti permesinan, generator, panel
listrik dan lain-lain.
4.KLAS D
Kebakaran yang timbul dari bahan-bahan logam, titanium, aluminium dan lain-lain.
4. CARA MENCEGAH BAHAYA KEBAKARAN
A. PENCEGAHAN KEBAKARAN SECARA KONSEPSIONAL
Dalam perencanaan bangunan, instalasi, pabrik telah dipikirkan bahaya-bahaya kebakaran
dan penempatan atau pemasangan alat-alat pemadam kebakaran baik yang telah terpasang
ataupun yang ditempatkan (portable).
Memberi pengetahuan dan melatih semua karyawan, anggota keluarga, masyarakat
mengenai bahaya, pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran dengan mengadakan
latihan-latihan.
Menempatkan / memasang alat pemadam yang cocok sesuai dengan jenis / bahan serta
aktifitas kerja dan bangunan yang ada.
Menata, memelihara dan menginspeksi ruang, tempat kerja, bangunan atau instalasi tempat
kerja.
Kebanggaan bagi masyarakat bisa melindungi dan mencegah kehancuran tempat kerja
mereka sebagai sumber penghasilan
2. Perencanaan / penempatan alat atau fasilitas pemadam, sehingga jika kebakaran terjadi dapat
segera dipadamkan dan diatasi.
3. Usaha penyelamatan dengan menyediakan sarana dari daerah atau tempat bahaya, sperti
sirene/alarm, tangga dan pintu darurat (emergency door) serta membuat prosedur kebakaran dan
penyelamatan.
4. Usaha pencegahan kebakaran akibat bencana alam.
5. Membuat penyekat-penyekat atau pemisah pada bangunan dan kamar-kamar mesin atau
penyimpanan bahan-bahan berbahaya sperti dinding, pintu pemisah (fire wall, fire door) dan
lain-lain.
LATAR BELAKANG
Resiko kebakaran dan ledakan baik disebabkan oleh manusia, peralatan atau alam tidak dapat dieliminasi secara total. Oleh karena itu, diperlukan Sistem Manajemen Penanggulangan
Kebakaran yang berguna untuk mengatur dan mengawasi secara mandiri dalam rangka mencapai
tujuan dan sasaran usaha secara aman, efisien dan tanpa merusak lingkungan. Upaya tersebut
adalah bagian yang mendasar.
Tujuan dari sistem manajemen penanggulangan kebakaran adalah menyediakan suatu kerangka
kerja untuk pengelolaan jangka pendek maupun jangka panjang tentang penanggulangan
kebakaran, baik mengenai program-program, permasalahan dan lain-lain, yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan persyaratan-persyaratan tempat kerja. Sistem Manajemen
Penanggulangan Kebakaran merupakan bagian dari sistem manajemen menyeluruh, yang
menjamin bahwa tempat kerja dirancang-bangun, didirikan dan dioperasikan dalam keadaan
aman kebakakaran dan hasil-hasil produksi dikembangkan, diproduksi, diangkut dan dipasarkan
dengan memperhatikan faktor keselamatan dan aman kebakaran serta sumber-sumber alam
dikelola secara aman dan berwawasan lingkungan.
DASAR HUKUM & SMK3.
2.1. Dasar Hukum
1. Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
DefinisiKebakaran
Kebakaranadalahsuatunyalaapi,baikkecilataubesarpadatempat,situasidanwaktuyangtidak
kitakehendaki,merugikandanpadaumumnyasukardikendalikan.Jadiapiyangmenyaladitempat
tempatyangdikehendakisepertikompor,diperindustriandantempatatauperalatanlaintidaktermasuk
dalamkategorikebakaran.
Adapun definisi kebakaran menurut Departemen Tenaga Kerja adalah Suatu reaksi oksidasi
eksotermis (terjadi karena pemanasan) yang berlangsung dengan cepat dari suatu bahan bakar yang
disertaidengantimbulnyaapiataupenyalaan.
SedangkandefinisikebakaranmenurutAsuransisecaraumumadalahSesuatuyangbenarbenar
terbakaryangseharusnyatidakterbakaryangdibuktikandenganadanyanyalaapisecaranyata,terjadi
secaratidaksengaja,tibatibasertamenimbulkankecelakaanataukerugian.