Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bidang Komersil Bulog

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Bidang komersil bulog

Industri
Fungsi komersial merupakan pengalaman pertama Bulog yang mulai dijalankan sejak 2003.
Berdasarkan tahapan strategi bisnis perusahaan, fungsi komersial Bulog pada tahun ini
memasuki tahap pertumbuhan sebagai tindak lanjut proses peletakan dasar-dasar kaidah bisnis
telah dilakukan tiga tahun lalu. Berdasarkan cakupan kegiatannya usaha Komersial dibagi
menjadi 3, yaitu : Industri, Perdagangan, dan Jasa. Untuk mempermudah pencarian, detail setiap
usaha akan dibagi menurut wilayah Divre berdasarkan RKAP 2006 yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Kegiatan industri dibagi dalam 3 kategori, yaitu : industri berbasis beras, industri pendukung,
dan industri pangan lain.

• Industri berbasis beras, adalah industri yang merupakan integrasi proses manufaktur perberasan,

sebagaimana yang terangkai dalam Rice Processing Complex (RPC).

• Industri pendukung, adalah industri yang menghasilkan produk-produk pendukung diluar proses

manufaktur perberasan (karung, pacakaging, dll)

• Industri pangan lain, adalah industri pangan yang menghasilkan produk turunan dari beras (down-stream

product), maupun industri pangan primer dan sekunder lainnya (CPO, gula, berbasis jagung, dll).

Bagi Perum BULOG, industri perberasan merupakan kompetensi dasar yang telah lama dimiliki,
walaupun masih terbatas pada produksi beras Raskin dan sebagian beras Golongan Anggaran
(TNI, PNS). Secara khusus untuk industri perberasan, UPGB masih mengalami keterbatasan
dalam kapasitas produksi, penyebaran UPGB maupun efisiensi biaya yang menyebabkan harga
jual yang tidak kompetitif.

Industri gula dan CPO, bagi Perum BULOG merupakan hal baru sama sekali. Untuk sementara
ini produk gula dan CPO telah didominasi oleh pemain-pemain lama dan cukup kuat serta
menguasai pasar domestik. Kontinuitas pasokan bahan baku dan efisiensi biaya produksi
merupakan isu utama dalam proses produksi. Sedangkan dalam pemasaran, pada dasarnya para
pembeli telah terbentuk dalam suatu koalisi yang cukup kuat sehingga memiliki bargaining
position yang cukup kuat.

Jasa
Usaha Jasa adalah salah satu kegiatan usaha pada Direktorat Perencanaan & Pengembangan
Usaha untuk meningkatkan pendapatan (revenue) perusahaan, yang terdiri atas jasa
pemberdayaan asset (seperti gudang, kantor, tanah kosong dan asset lainnya), jasa angkutan dan
jasa survey, perawatan kualitas dan pemberantasan hama . Sasaran Divisi Jasa adalah
terlaksananya kegiatan usaha jasa pelayanan pergudangan, jasa angkutan dan jasa survey
perawatan kualitas dan jasa pemberdayaan aset.

Untuk mencapai sasaran tersebut dilakukan melalui dua kegiatan, yaitu Kegiatan Utama dan
Kegiatan Pendukung.

• Kegiatan Utama adalah memasarkan jasa angkutan, jasa survey dan jasa penyewaan aset yang idle.

• Kegiatan Pendukung adalah pembinaan operasional, peningkatan kemampuan SDM, membentuk

jaringan kerjasama, penyusunan standar prosedur kerja, monitoring dan evaluasi seluruh daerah kerja.

Bila dibandingkan antara realisasi pendapatan tahun 2007 dengan rencana pendapatan pada
tahun 2008, terjadi peningkatan pada target pendapatan yang harus dicapai. Yaitu, dari usaha
angkutan naik 260 %, usaha survey naik 185% dan usaha penyewaan aset idle meningkat sebesar
197%.

Dari kegiatan utama ketiga usaha jasa tersebut selama tahun 2008, telah dapat direalisasi
pendapatan sebesar Rp. 489,16 milyar (bruto) atau 167% dari target tahun 2008. Perinciannya
adalah pendapatan dari usaha angkutan mencapai 172% dari target tahun 2008, dari usaha survey
mencapai 131% dari target tahun 2008 dan usaha penyewaan aset idle sebesar 122% dari target
tahun 2008.

Perdagangan
Fungsi komersial merupakan pengalaman pertama Bulog yang mulai dijalankan sejak 2003.
Berdasarkan tahapan strategi bisnis perusahaan, fungsi komersial Bulog pada tahun ini
memasuki tahap pertumbuhan sebagai tindak lanjut proses peletakan dasar-dasar kaidah bisnis
telah dilakukan tiga tahun lalu. Berdasarkan cakupan kegiatannya usaha Komersial dibagi
menjadi 3, yaitu : Industri, Perdagangan, dan Jasa. Untuk mempermudah pencarian, detail setiap
usaha akan dibagi menurut wilayah Divre berdasarkan RKAP 2006 yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Indonesia sebagai negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar membutuhkan
berbagai komoditi pangan, yang tidak semuanya dapat dipenuhi dari produk-produk dalam
negeri. Disisi lain, potensi sumberdaya komoditi yang dihasilkan oleh daerah, maupun kebutuhan
daerah akan komoditi yang harus dipasok dari luar merupakan peluang usaha perdagangan yang
dapat dikembangkan pada tingkat Divisi Regional maupun Sub Divisi Regional.

Tidak dapat dipungkiri, bahwa perdagangan komoditi merupakan aktifitas bisnis dengan daya
tarik pasar yang tinggi. Hal ini tergambar dalam banyaknya jumlah pemain dalam bisnis ini. Bagi
Perum BULOG, kompetensi dasar pedagangan dikuasai dari pengalaman dalam menangani
komoditi beras, kedele, jagung yang dijalankan pada masa LPND. Secara signifikan yang
membedakan adalah aktifitas perdagangan saat ini harus dapat menghasilkan keuntungan dan
nilai tambah bagi perusahaan. Selain hal tersebut, karakteristik bisnis perdagangan akan berbeda
untuk setiap jenis komoditi perdagangan. Untuk itulah perdagangan menjadi fokus utama
implementasi usaha bisnis jangka pendek perusahaan.

Mulai tahun 2007, untuk memberikan nilai tambah yang lebih bagi perusahaan, aktifitas
perdagangan komoditi dilakukan adalah secara terpadu. Divisi Regional yang memiliki potensi
sumber daya komoditi yang sama melakukan kegiatan perdagangan terpadu. Dan mulai tahun
2007 ini pula, Perum BULOG memfokuskan diri pada beberapa jenis komoditi unggulan.
Adapun komoditi unggulan yang difokuskan dalam kegiatan perdagangan ada 5 jenis, yaitu :

• Jagung .

• Gula Pasir.

• Coklat.

• Mete.

• Pinang

Jenis komoditi perdagangan Jagung dan Gula Pasir difokuskan untuk kegiatan perdagangan
Dalam Negeri, sedangkan untuk komoditi Coklat, Mete dan Pinang difokuskan untuk kegiatan
perdagangan Luar Negeri.

Tugas Publik

Sekilas Pengadaan
Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 2009 tentang Kebijakan Perberasan, tugas
publik BULOG pertama adalah melakukan pembelian gabah dan beras dalam negeri pada Harga
Pembelian Pemerintah (HPP). Tugas pengamanan HPP (sebelumnya menggunakan Harga
Dasar) terus dilakukan sejak BULOG berdiri tahun 1967 sampai dengan saat ini BULOG
menjadi seuah Perusahaan Umum. Pembelian gabah dan beras dalam negeri yang disebut
sebagai PENGADAAN DALAM NEGERI merupakan satu bukti keberpihakan Pemerintah
(Perum BULOG) pada petani produsen melalu jaminan harga dan jaminan pasar atas hasil
produksinya.

Produksi Gabah Kering Giling (GKG) telah mengalami kenaikan yang cukup tinggi dalam lima
tahun terakhir yaitu dari 54 juta ton pada tahun 2005 menjadi 63,8 juta ton pada tahun 2009
(Angka Ramalan III 2009 - BPS). Dengan kenaikan hampir 10 juta ton selama lima tahun,
menjadikan Indonesia kembali swasembada pangan. Peningkatan produksi selama tiga tahun
terakhir menjadi semakin pesat dengan kisaran 5%/tahun. Sejak itulah (tahun 2008), Indonesia
mengalami swasembada beras dan mampu mencukupi kebutuhan konsumsi beras nasional.
Dengan keberhasilan dalam peningkatan produksi GKG ini, mengakibatkan Pemerintah
(BULOG) sejak tahun 2008 tidak lagi mengimpor beras.

Produksi yang terus meningkat merupakan sebuah prestasi yang luar biasa bagi bangsa
Indonesia. Akan tetapi di sisi lain, meningkatnya produksi dalam negeri akan menjadi sebuah
masalah sendiri bagi harga di tingkat produsen. Permintaan gabah/beras yang inelastis,
keterbatasan gudang swasta, relatif lemahnya industri penggilingan padi dan iklim yang basah
terutama saat panen raya, menjadi faktor yang juga berpengaruh terhadap harga di tingkat
produsen. Jika hal ini tidak ditangani dengan baik maka stabilitas produksi gabah/beras dalam
negeri di masa selanjutnya akan terganggu. Jaminan harga di tingkat produsen memiliki posisi
yang sangat penting dalam menjaga keberlanjutan produksi karena sangat berkaitan langsung
dengan kesejahteraan petani. Jaminan harga ini diberikan pemerintah melalui kebijakan Harga
Pembelian Pemerintah yang dicantumkan pada Inpres Kebijakan Perberasan.

Inpres tersebut dengan jelas menugaskan BULOG untuk menjaga harga di tingkat produsen
melalui pengadaan dalam negeri dengan menyerap surplus yang dipasarkan petani selama
periode panen berdasarkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Disamping untuk melindungi
petani, pengadaan dalam negeri juga berperan sebagai jaminan pasar atas produksi petani.

Jumlah pengadaan DN setiap tahunnya berkisar antara 1,5 – 2 juta ton setara beras, sekitar 5 –
7% dari total produksi/tahun atau sekitar 20-25% dari surplus yang dipasarkan petani selama
bulan Maret – Mei. Dengan karakterisik produksi gabah yang tidak sama antar waktu dan antar
tempat, maka pengadaan gabah BULOG mengikuti pola produksi tersebut. Jumlah pengadaan
BULOG sebagian besar (70%) dilakukan di daerah produsen (Jawa dan Sulsel) dan sebagian
besar (60%) dilakukan selama panen raya (Januari - Mei).

Rata-rata dana pengadaan DN dalam 4-5 Bulan periode pengadaan setiap tahunnya mencapai 5-7
triliun yang mengalir langsung ke petani di pedesaan, dan bahkan selama satu tahun bisa
mencapai lebih dari 11 triliun. Dana tersebut semakin meningkat seiring dengan besarnya
serapan pengadaan DN sehingga memberikan multiplier effects yang mendorong pembangunan
pedesaan dengan peningkatan pendapatan dan perluasan lapangan kerja.

Selama 2005 – 2009 dari tahun ke tahun pengadaan BULOG mengikuti kecenderungan yang
terus naik dan sebagian besar berasal dari produksi dalam negeri. Pada tahun 2005 BULOG
menyerap 4,47% dari total produksi/tahun dalam negeri dan tahun 2009 BULOG mampu
menyerap hingga 9,05% dari total produksi/tahun dalam negeri atau meningkat 2 kali lipat dari
persentase penyerapan dalam negeri tahun 2005.

Sejak tahun 2008, produksi dalam negeri meningkat tajam. BULOG berhasil mengoptimalkan
pengadaan dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan stoknya melalui produksi dalam negeri
yang melimpah. Produksi tahun 2008 mencapai 60,3 juta ton GKG atau sekitar 38 juta ton setara
beras. Dari total tersebut, sekitar 8,41% dari total produksi tersebut berhasil diserap BULOG.
Realisasi pengadaan BULOG mencapai 3,2 juta ton naik secara signifikan sebesar 81%
dibandingkan pengadaan tahun 2007, sehingga kebutuhan untuk stok dalam negeri tahun 2008
sepenuhnya dapat dipenuhi dari pengadaan dalam negeri. Jumlah pengadaan 3,2 juta ton tersebut
diperoleh BULOG di tengah lonjakan harga beras dunia dan diakui mampu menstabilkan harga
beras domestik. Selama tahun 2008 harga beras domestik relatif stabil dari harga beras dunia.
Pelaku beras dunia yang memperkirakan Indonesia akan mengimpor sebanyak 1 juta ton pada
tahun 2008, memberikan apresiasi atas keberhasilan produksi dan stabilitas harga beras. Sukses
pencapaian kuantitas pengadaan 2008 yang besar terus dipertahankan hingga 2009 dengan
kemampuan BULOG menyerap hingga 9,05% dari total produksi/tahun dalam negeri.
(BULOG@2010)

Alur Pengadaan

Pengadaan Gabah dan Beras Dalam Negeri berawal dari produksi petani. Dengan
adanya Harga Pembelian Pemerintah (HPP), petani menjadi aman dalam
melaksanakan usaha tani padinya. Pengadaan dalam negeri menjadi jaminan
harga dan sekaligus jaminan pasar atas hasil produksinya. Dengan “semangat”
berproduksinya, produksi padi akan meningkat dan ketersediaan pangan (beras)
dalam negeri akan mencukupi. Salah satu pilar ketahanan pangan yaitu
ketersediaan (availability) dapat tercapai.

Petani dengan adanya HPP mempunyai perkiraan harga untuk melepas


produksinya. Pilihan pasar yang terbuka antara BULOG dan pasar umum diharapkan
akan memberikan daya tawar yang lebih baik bagi petani. Dengan HPP sebagai
patokan harga jualnya, petani bisa memilih untuk menjual ke pasar umum atau ke
BULOG.

Dari sisi operasional BULOG, terdapat tiga saluran dalam penyerapan produksi
petani yaitu Satgas, Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB) dan Mitra Kerja.
Ketiga saluran tersebut membali gabah langsung pada petani dengan patokan HPP.
Umumnya gabah yang dibeli adalah gabah pada kualitas apa adanya (di luar
kualitas yang ada dalam Inpres). Sedangkan gabah yang diterima BULOG adalah
Gabah Kering Giling (GKG) yaitu gabah dengan kualitas kadar air maksimum 14%
dan kadar hampa kotoran maksimum 3%. Kualitas ini cukup tahan disimpan dalam
waktu tertentu dan siap digiling untuk menghasilkan beras standar pada saatnya.
Dalam Inpres Nomor 7 Tahun 2009, harga GKG di tingkat penggilingan adalah
Rp.3.300/kg dan di gudang BULOG Rp.3.345/kg.

Satgas yang tidak memiliki sarana pengeringan maupun pengolahan dapat


bekerjasama dengan UPGB atau Mitra Kerja melakukan pengolahan baik untuk
mendapatkan GKG maupun beras standar. Dalam Inpres Nomor 7 tahun 2009
persyaratan kualitas beras yang diterima BULOG adalah beras dengan kadar air
maksimal 14%, butir patah maksimum 20%, butir menir maksimum 2% dan derajat
sosoh minimal 95%. Beras dengan kualitas tersebut diterima BULOG dengan harga
Rp.5.060/kg di gudang BULOG. (BULOG@2010)

Sekilas CBP (Cadangan Beras Pemerintah)


Cadangan pangan merupakan hal yang sangat penting bagi ketahanan pangan
suatu negara, termasuk negara Indoensia yang bersifat agraris. Sejak tahun 2005,
Pemerintah telah memiliki Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola oleh
BULOG, menyatu dengan stok BULOG dan dapat diakses di setiap gudang BULOG di
seluruh Indonesia oleh Pemerintah.

CBP merupakan sejumlah beras tertentu milik Pemerintah yang sumber dananya
berasal dari APBN dan dikelola oleh BULOG yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan beras dan dalam rangka
mengantisipasi masalah kekurangan pangan, gejolak harga, keadaan darurat akibat
bencana dan kerawanan pangan serta memenuhi kesepakatan Cadangan Beras
Darurat ASEAN (ASEAN Emergency Rice Reserve, AERR).

Jumlah awal CBP yang dimiliki pemerintah adalah 350 ribu ton beras. Stok tersebut
secara fisik menyatu dengan stok operasional BULOG sehingga memudahkan dalam
penggunaannya dan tersedia setiap saat. Pemerintah Provinsi, Pemerintah
Kabupaten/Kota dapat mengaksesnya untuk tujuan-tujuan CBP tersebut sesuai
dengan prosedurnya.

Manfaat adanya CBP ini telah teruji dalam penanganan berbagai bencana alam di
tanah air. Beras yang telah tersedia di gudang-gudang BULOG yang tersebar
merata di seluruh tanah air dapat segera dimanfaatkan oleh Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota untuk digunakan dalam memenuhi kebutuhan
pangan bagi pengungsi korban bencana. Dengan demikian ketahanan pangan bagi
rumah tangga yang terkena bencana tetap dapat dijaga. Pangan tersedia, dapat
dijangkau dan stabilitas pasokannya dapat terjamin.

CBP juga telah teruji pada saat terjadi kenaikan harga yang cukup tinggi dan
meresahkan masyarakat pada akhir tahun 2006 dan awal 2007, maupun akhir
tahun 2007 dan awal 2008. CBP telah dimanfaatkan sebagai sumber beras Operasi
Pasar Murni (OPM) langsung di pasar-pasar (tahun 2006-2007) maupun OPK CBP
RASKIN dengan sasaran rumah tangga penerima manfaat RASKIN (20007 – 2008).

Demikian juga pada saat terjadi krisis harga beras dunia tahun 2008, cukupnya stok
yang dikelola BULOG yang didalamnya termasuk CBP, telah memberi pengaruh
positif terhadap stabilitas harga beras dalam negeri karena ada rasa aman bagi
masyarakat terhadap kemampuan Pemerintah menjaga pasokan dan harga, serta
mampu mencegah munculnya spekulasi. Harga beras dunia yang naik lebih dari 3
kali lipat, tidak diikuti oleh kenaikan harga beras domestik. Pasar beras dalam
negeri bisa terisolasi dari gejolak harga dunia karena kecukupan stok dan pasokan
dalam negeri.

Pengelolaan CBP semakin penting karena perkembangan situasi pasar internasional


yang cenderung bergejolak mau tidak mau akan mempengaruhi pasar domestik.
Stok yang dimiliki oleh Pemerintah harus cukup kuat untuk menjaga tingkat rasa
aman di masyarakat. Selain itu potensi bencana juga semakin sering. Berita tentang
bencana banjir, gempa dan lain-lain sering terdengar baik dalam skala kecil
maupun besar. Tim UGM (2003) menyebutkan bahwa jumlah cadangan beras ideal
yang harus dimiliki oleh Pemerintah adalah sekitar 750 ribu – 1,25 juta ton.

Disamping pertimbangan-pertimbangan tersebut, hingga saat ini, sebagian besar


pengeluaran rumah tangga masih untuk kebutuhan pangan, sehingga
ketidakstabilan harga pangan akan sangat berpengeruh terhadap pendapatan riil
masyarakat, terutama masyarakat berpendapatan rendah, yang akan mengurangi
daya beli mereka.

Pengembangan CBP dapat menempatkan fungsi dan peran CBP yang lebih luas
sebagai katup pengaman saat terjadi masalah pangan yang muncul akibat
kekurangan pangan, seperti yang dilakukan selama ini, atau sebagai akibat
terjadinya kelebihan pangan yang menyebabkan surplus atau tekanan pada harga
produsen. Dengan demikian CBP dari sisi demand berfungsi sebagai instrument
stabilisasi harga konsumen (price stabilization) dan jaminan pasokan, sedangkan
dari sisi suplai berfungsi untuk membantu melindungi harga produsen (price
support). (BULOG@2010)

Alur CBP (Cadangan Beras Pemerintah)


Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sampai dengan saat ini masih dimanfaatkan
untuk tiga kebutuhan yaitu pada saat darurat, kerawanan pangan pasca bencana
dan stabilisasi harga. Pada situasi darurat, Pemerintah Provinsi memiliki
kewenangan untuk menyalurkan beras CBP demi menjaga ketahanan pangan
rumah tangga bagi korban bencana sebanyak 200 ton setahun. Sedangkan
Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kewenangan untuk menyalurkan maksimal
100 ton setahun. Jumlah tersebut tidak harus dihabiskan, namun dengan
kewenangan tersebut, Gubernur, Bupati/Walikota mempunyai stok beras yang
cukup untuk membantu korban bencana pada detik pertama.

Pada saat terjadi bencana, Gubernur dan Bupati/Walikota dapat langsung


memerintahkan BULOG untuk mengeluarkan sejumlah beras di lokasi yang telah
ditentukan. Pengalaman selama ini, beras tersebut sebagian dikirim ke beberapa
dapur umum untuk didistribusikan sebagai makanan yang siap makan, dan
seabgian dibagikan langsung ke beberapa rumah/kelompok untuk diolah lebih
lanjut.

Setelah situasi darurat berlalu, umumnya ada ancaman baru yaitu kerawanan
pangan pasca bencana karena belum pulihnya perekonomian. Untuk itu CBP
masih dipergunakan untuk mengatasi rawan pangan pasca bencana. Tidak jauh
berbeda dengan mekanisme pada saat darurat, pada situasi ini Gubernur atau
Bupati/Walikota dapat menyampaikan jumlah kebutuhan beras untuk menjaga
ketahanan pangan rumah tangga korban bencana kepada Menteri Sosial. Dengan
instruksi tersebut, BULOG menyalurkan beras sejumlah permintaaan yang
dibutuhkan dan lokasi yang dituju.

Koordinasi terus dilakukan dengan Pemprov atau Pemkab/Kota dalam upaya


mengatasi kerawanan pangan pasca bencana.

Manfaat ketiga dari CBP yang


sudah digunakan saat ini adalah sebagai alat intervensi Pemerintah saat harga
beras bergejolak naik. Gejolak harga umumnya disebabkan oleh berkurangnya
suplai beras saat muism paceklik. Pada saat ini, Pemerintah mengintervensi pasar
dengan menambah suplai ke pasar. Dengan memperhatikan perkembangan harga
beras di pasar, Bupati/Walikota mengajukan permohonan OP (Operasi Pasar) tingkat
Provinsi dan akan meneruskan kepada Menteri Perdagangan. Dengan dasar surat
permohonan tersebut, Menteri Perdagangan memerintahkan Perum BULOG untuk
melaksanakan Operasi Pasar di lokasi yang ditetapkan, pada harga yang ditentukan
dan pada periode yang dibutuhkan. Koordinasi dengan Pemerintah Provinsi atau
Kabupaten/Kota diperlukan agar tidak terjadi keresahan masyarakat akibat
kenaikan harga yang tinggi. (BULOG@2010)

Anda mungkin juga menyukai