Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan PT. Petrokimia Gresikmerupakan pelabuhan khusus

yang menunjang kegiatan perusahaan sehingga pelabuhan ini hanya

dikhususkan untuk bongkar muat barang dari perusahaan ke daerah

pemasarannya atau pengiriman bahan baku ke perusahaan. Oleh

karenanya peralatan-peralatan penujang yang dibutuhkan adalah

peralatan penujang bongkar muat barang-barang tersebut. Pada awalnya

pelabuhan ini memiliki dermaga dengan panjang 620meter dan lebar 36

meter dan dapat menampung kapal dengan berat 40,000 – 60,000 DWT

dan kemampuan bongkar muat kapal 185800 ton /hari. Namun Seiring

dengan pengembangan kapasitas produksi maka kebutuhan bahan

produksi juga meningkat dan kebutuhan bahan bahan baku tersebut

sebagian dari produksi sendiri dan sebagian lagi diimpor. Untuk

mengatasi melonjaknya kinerja operasional ini maka dilakukan kajian

tentang pengembangan kapasitas dermaga dan fasilitasnya untuk

menunjang operasional pabrik.

Gambar 1.1. Posisi titik sandar pelabuhan PT.Petrokimia Gresik

Seperti terlihat pada gambar1.1 bahwa Pelabuhan Khusus milik

PT. Petrokimia Gresikmemiliki 5 dermaga yang mempunyai spesifikasi


khusus. Dermaga A mempunyai spesifikasi berat 60.000 DWT dengan

alat bantu unloading CSU(continuous ship unloading),Dermaga B

mempunyai spesifikasi berat 60.000 DWT dengan alat bantu unloading 2

KC1(kangaroo crane), Dermaga C mempunyai spesifikasi berat 60.000

DWT dengan alat bantu unloading KC2(kangaroo crane). Dermaga D

mempunyai spesifikasi 10.000 DWT dengan alat bantu loading

SLd(Ship loading) NSLd(new Ship Loading), Dermaga E mempunyai

spesifikasi 10.000 DWT dengan alat bantu loading berupa pompa karena

di dermaga ini dipakai untuk muatan Cair.Permasalahan yang Spesifik

pada masing –masing dermaga ini adalah tingkat pemakaian masing-

masing dermaga yang berbeda sehingga untuk operasionala yang tinggi

kapasitas dermaga yang ada tidak mampu menampung semua kapal

yang akan berlabuh sehingga kapal harus menunggu untuk berlabuh.

Antrian kapal ini akan menimbulkan biaya tambahan karena setiap kapal

yang telat berlabuh akan meminta tambahan biaya yang akhirnya

menambah biaya operasional. Untuk mengetahui kinerja operasional

Pelabuhan bisa dilihat dengan melihat BOR(Bert occupancy Ratio)

masing-masing Dermaga.Posisi penempatan kapal yang lebih jelas dapat

dilihat pada gambar 1.2 yang terlihat bahwa kapal kapal dengan ukuran

besar hanya bisa menempati dermaga yang sesuai dengan bobotnya dan

masing masing dermaga bisa menampung jumlah kapal sesuai dengan

panjang yang diijinkan.

Gambar 1.2. Layout titik sandar kapal


BOR merupakan presentase penggunaan dermaga yaitu rasio

jumlah jam penggunaan merapat kapal terhadap jumlah jam dermaga,

oleh karena itu semakin sering atau banyak kapal yang datang ke

dermaga maka akan semakin besar pula nilai BOR-nya dan

kemungkinan terjadinya antrian kapal yang akan masuk ke Dermagajuga

SPECIAL JETTY PETROKIMIA GRESIK Revisi tgl. 31 Maret 2005

N GRESIK, EAST - JAVA, INDONESIA

NEW SEA SIDE OLD SEA SIDE

10 MTRS DRAFT 10 MTRS DRAFT

NEW OLD DOLPHIN

DOLPHIN

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

10

20

30
40

50

60

70

80

90

200

10

20

30

40

50

60

70

80

90

300

10

20

30

40

50

60

70

80
90

400

10

20

30

40

50

60

70

80

90

500

10

20

30

40

50

60

70

80

90

600

10

20

KC I KC II Phos. Acid CSU DOP Phos. Acid


Note: H2SO4 Octanol PON H2SO4 NH3

Liquid connection loading/unloading MFO/LSFO Iso Butanol MFO/LSFO Orthoxylene

SL Water valve to ship Orthoxylene Normal Butanol Octanol PNK Propylene

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

10

20

30

40

50

60

70

80

90

200

10
20

30

40

50

60

70

80

90

300

400

10

20

30

40

50

60

70

80

90

500

10

20

30

40

50
60

70

80

90

600

10

20

8,7 Mtrs NOTE :

Draft KC I = Kangoroo Crane I NEW LAND SIDE OLD LAND SIDE

KC II = Kangoroo Crane II 10 MTRS DRAFT 10 MTRS DRAFT

CSU = Continuous Ship Unloader

SL = Shiploader

VESSEL BERTHING CAPACITY DEPTH OF THE SEA AROUND OF THE JETTY UNLOADING CAPACITY

OF THE JETTY SEA SIDE JETTY AVERAGE : 12 MTRS 01. Phosphoric Acid , liq, 350 T/H, conn pipe 0 10
inches, 3 places, ship's pump.

SEA SIDE JETTY : 60.000 DWT LAND SIDE JETTY AVERAGE : 12 MTRS 02. Sulfuric Acid , liq, 200 T/H, conn
pipe 0 6 inches, 3 places, ship's pump.

LAND SIDE JETTY : 10.000 DWT 03. Ammonia , liq, 100 T/H, conn pipe 0 6 inches, 1 places, ship's
pump.

04. MFO (marine Fuel Oil) , liq, 50 T/H, conn pipe 0 8 inches, 3 places, ship's pump.

BERTHING/SAILING TIME 05. Octanol , liq, 100 T/H, conn pipe 0 6 inches, 2 places, ship's pump.

OF THE JETTY DISTANCE BETWEEN RUBBER FENDER/BOLDER 06. Orthoxylene , liq, 100 T/H, conn pipe 0
6 inches, 2 places, ship's pump.

SEA SIDE JETTY : 24 HRS. OLD SEA SIDE JETTY : 24/24 MTRS 07. Propylene , liq, 100 T/H, conn pipe 0 6
inches, 1 places, ship's pump.

LAND SIDE JETTY : 24 HRS. NEW SEA SIDE JETTY : 20/20 MTRS 08. Phosphate Rock & Sulfur , bulk
(Kangaroo Crane I + II (together), 500 T/H) NEW/OLD
OLD LAND SIDE JETTY : 24/24 MTRS 09. Phosphate Rock , bulk (Continuous Ship Unloader (CSU), 700
T/H) SEA SIDE

LENGTH OF THE JETTY NEW LAND SIDE JETTY : 10/20 MTRS 10. Corn/other bulk , Kangaroo Crane I + II ,
500 T/H, based fully on dump truck

SEA SIDE TOTAL : 620 MTRS 11. Projec Material , by ship's crane & trailer.

OLD LAND SIDE : 210 MTRS RUBBER FENDER DIAMETER

NEW LAND SIDE : 300 MTRS SEA SIDE JETTY : 167 CM

LAND SIDE JETTY : 80 CM LOADING CAPACITY

WIDTH OF THE JETTY 01. Ammonia , liq, 100 T/H, conn pipe 0 6 inches, 1 places, ship's pump.

OLD JETTY : 25 MTRS DISTANCE FROM SPECIAL JETTY 02. DOP (Diocthyl Phatalate) , liq, 100 T/H, conn
pipe 0 6 inches, 2 places, ship's pump.

NEW JETTY : 36 MTRS THE RAW MATERIAL GO DOWN 03. Sulfuric Acid , liq, 200 T/H, conn pipe 0 6
inches, 3 places, ship's pump.

PHOSPHORIC ACID, SULFURIC ACID, 04. Ethyl Hexanol , liq, 50 T/H, conn pipe 0 4 inches, 2 places,
ship's pump.

WEIGHT CAPACITY ON THE JETTY AMMONIA, PHOSPHATE ROCK ....................... 2 KM 05. Iso Butanol
Alkohol , liq, 50 T/H, conn pipe 0 4 inches, 2 places, ship's pump.

CARGO WEIGHT MAX : 80 TON 06. Normal Butanol A. , liq, 50 T/H, conn pipe 0 4 inches, 2 places, ship's
pump.

TRALER WEIGHT MAX : 36 TON SULPHUR, FERTILIZER, CEMENT RETARDER, 07. Supply water to vessel ,
20 T/H, conn pipe 0 2 inches, around the jetty.

CRANE WEIGHT MAX : 150 TON PURIFIDE GYPSUM ................................................ 3 KM 08. Cement
Retarder bulk , 3.000 T/Day, Shiploader, new land side jetty only.

09. Purifide Gypsum bulk , 1.000 T/Day, in bucket on truck, by ship's crane.

POSITION : MFO, DOP, OCTANOL, ORTHOXYLENE ........ 4 KM 10. Fertilizer in bag (on pallet) , 1.000 -
1.500 T/Day, on truck, by ship's crane.

SOUTH LATITUDE : 7o

.8' .30'

EAST LONGITUDE : 112o


.39' .25' PROPYLENE, 2 ETHYL HEXANOL, ISO BUTANOL ALKOHOL

NORMAL BUTANOL ALKOHOL ....................... 2 KM

dermaga/data DUKS3

semakin tinggi. Sementara itu menurut Informasi dari Nordtorm

Siwertell nilai BOR ideal adalah antara65-70%. Pada contoh pada Tabel

1.1 terlihat pada titik sandar C Nilai BOR-nya melebihi 70 % sehingga

bisa dikatan pada saat itu titik sandar C tidak akan mampu menampung

kapal lagi jika ada penambahan kedatangan kapal. Penambahan jumlah

kedatangan kapal akan mengakibatkan antrian kapal yang akan masuk

dermaga, sehinngga akan menambah biaya operasional perusahaan.

Tabel1.1 Realisasi BOR (bert occupancy Ratio)

Tahun

Jumlah

Kapal

Tonase

Bongkar

Muat

Produktifitas

Kapal

(Ton/Kpl/Hr)

Produktifitas

Dermaga
(Ton/Hari)

BOR pada titik Sandar ( dalam %)

A B C D E Komulatif

2003 393 2.469.489 5,31 2.086 31,93 12,9 43,5744,8233,94 33,43

2004 430 2.726.433 4,81 2.068 38,7420,7647,0948,4833,32 37,68

2005 467 2.437.739 4,42 2.066 26,8717,6354,5855,6927,10 36,37

2006 453 3.096.277 4,5 2.039 12,41 7,32 27,0964,6828,53 28,01

2007 616 3.304.045 3,07 1.891 32,8 24,7984,9662,6443,64 49,77

2008

(s/d

Okt)

530 3.353.200 4,1 2172 45,7237,89 100 36,0556,56 55,36

Berdasarkan Pemaparan diatas dan dengan adanya penambahan

kapasitas Produksi Perusahaan sampai tahun 2015 maka jumlah kapal

yang akan keluar masuk pelabuhan juga akan naik. Untuk mengatasi

besarnya beban operasianal pelabuhan sampai tahun 2015 maka perlu

diadakan study mengenai kapasitas yang ideal pelabuhan pada tahun itu

serta perlu dihitung kelayakan pembangunan pelabuhan tersebut. Tugas

akhir ini akan melakukan Study tentang kapasitas optimal pelabuhan

beserta jumlah dermaga yang harus dibangun beserta kelayakannya

dengan memnggunakan metode simulasi.

Salah satu cara analisa yang bisa digunakan untuk

mengidentifikasi permasalahan pada sebuah pelabuhan adalah

menggunakan pendekatan simulasi. Dengan simulasi nantinya akan bias


dilihat besarnya kapal yang akan masuk ke pelabuhan sehingga bisa

memudahkan pembangunan dermaga baru yang sesuai spesifikasi.

Pemodelan sistem pelabuhan dalam tugas akhir ini akan dimulai dari

sistem kedatangan kapal dan kapasitas dermaga yang meliputi fasilitas

bongkar muatnya. Untuk Sistem kedatangan kapal ke pelabuhan sudah

pernah diilakukan penelitian sebelumnya dimana pada penelitian

sebelumnya sudah dilakukan dengan menitik beratkan pada 3 jenis

kedatangan yaitu stock controlled, equidistant per ship type and Poisson

(Eelco van Asperen, rommert Dekker, Mark Polman, Henk de Swaan 4

Arons ”Modelling ship Arrivals in Port’’2003). Pada simulasi ini

nantinya akan dipakai system equidistant per ship tipe dengan

penambahan variasi keterlambatan.

Variasi kedatangan akan menimbulkan masalah pada antrian

kapal yang akan masuk ke pelabuhannamun masih ada factor lain

didalam dermagayang sangat berpengaruh yaitu fasilitas bongkar muat

(loading dan unloading). Pada penelitian sebelumnya dibahas bahwa

kapasitas fasilitas Tug boat & fasilitas bongkar muat akan akan

mempengaruhi antrian pada sistem operasional pelabuhan( Said M

Easa.1986) sedangkan penelitian lain menitik beratkan pada pengaruh

kemampuan fasilitas loading dan unloading barang terhadap tingkat

effisiensi lalu lintas container di pelabuhan( Abdul Razak Saleh

&Razman Mat Tahir, 1999.)

1.2 Perumusan Masalahan


Seiring dengan pengembangan kapasitas produksi pabrik sampai

tahun 2015 maka kebutuhan akan bahan baku naik dan tentunya akan

meningkatkanarus bongkar muat bahan baku dan hasil produksi.

Kapasitas pelabuhan yang ada sekarang sudah tidak mampu menampung

kegiatan tersebut maka perlu dilakukan pengembangan agar dapat

mendukung pengembangan produksi pabrik.

Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Bagaimana Cara mengurangi perbedaaan level utilisasi

Dermaga Dermaga yang ada sekarang?

2. Bagaimana cara meningkatkan kapasitas operasional pelabuhan

sehingga pelabuhan bisa menampung beban operasional sampai

tahun 2015 dengan melihatjumlah antrian kapal?

3. Jika natinya perlu dilakukan penambahan Dermaga baru maka

dermaga mana yang harus dikembangkan dengan melihat

tingkatantrian kapal yang paling tinggi diantara 5 dermaga

tersebut ?

4. Bagaimanakahcost&benefit semua Opsi pembangunan

Dermaga pelabuhan yang nantinya akan ditawarkan ?

1.3 Tujuan

Dengan mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan

diatas maka tujuan Tugas Akhir yang ingin dicapai adalah:

1. Mendapatkan model simulasi pelabuhan yang dapat

mengurangi Perbedaaan level UtilitasDermaga. 5


2. Mendapatkan model simulasi yang dapat mengetahui jumlah

beban pelabuhan sampai tahun 2015 dan penambahan kapasitas

pelabuahan bisa mengatasi beban pelabuhan sampai tahun

2015.

3. Mendapatkan model simulasi yang bisa mengetahui jumlah

Dermaga yang harus ditambah jika harus ada penambahan

Dermaga baru.

4. Mendapatkan alternatif pembangunan pelabuhan yang layak

untuk dilakukan.

1.4 Batasan masalah

Melihat kompleksnya permasalahan yang ada dilingkungan kerja

pelabuhan maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Model Simulasi hanya difokuskan pada kegiatan operasional

pelabuhan PT. Petrokimia Gresikyang meliputi :

- Kinerja kapal

- Produktifitas bongkar muat

- Utilitas fasilitas & peralatan

2. Data kedatangan kapal didapat dengan melihat data material

bahan baku yang akan keluar masuk pelabuhan sesuai dengan

pengembangan pabrik yang akan dilakukan sampai tahun 2015

dengan kemungkinan ada keterlambatankarena kendala yang

dihadapi, seperti cuaca dan lain-lain.


3. Kemampuan fasilitas loading-unloading disesuaikan dengan

kondisi yang ada sekarang. Sementara fasilitas setelah keluar

dari fasilitas loading-unloading dianggap mampu menampung

semua barang.

4. Software yang Digunakan adalah EXTENDSIM Seri 6.

1.5 Manfaat

Manfaat dari Penelitian ini adalah sebagai masukan bagi

perusahaan untuk menetukan kebijakan dalam melakukan

pengembangan pelabuhan PT. Petrokimia Gresik yaitu:

1. Model simulasi dapat digunakan untuk melihat gambaran

keseluruhan sistem secara visual, sehingga mempermudah

analisa dan identifikasi kekurangan pada sistem.

2. Perusahaan dapat merancang desain pelabuhan dengan

kapasitas optimum yang dapat mengatasi beban produksi

sampai tahun 2015.

Anda mungkin juga menyukai