Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kesesatan Aqidah Syiah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 122

MENYINGKAP KESESATAN

AQIDAH SYI’AH
‫
 ا‬
Syeikh Abdullah bin Muhammad As-Salafi

Alih Bahasa:
Abu Salman

PUSTAKA ASH-SHAQIYYAH BANDUNG


“Ikhlash Dan Mutaba‘ah
Mutaba ah Kunci Ibadah”

1
Judul Asli: Min ‘Aqoidisy Syi’ah.
Penulis: Syeikh Abdullah As Salafi.
Penterjemah: Abu Salman.
Muraja’ah: Abu Qudamah.
Lay Out: Abu Syifa.

Bagi anda yang ingin mengetahui


informasi lebih lengkap tentang
Syi’ah, kesesatan dan Kejahatannya, klik:

http://www.d-sunnah.net

2
%&'()‫ ا‬+,'()‫ ا‬-‫ ا‬%./
Kerajaan Saudi Arabia
Kepemimpinan Urusan Riset Ilmiyah Dan Fatwa
Kantor Mufti Umum

Dari Abdul Aziz Bin Baz Kepada Yang


Terhormat Saudara/…….Semoga Allah
memberikan taufiq kepadanya.
:"‫ و‬$%
‫ ور*) ا( و"'آ‬,-. ‫م‬01
Menanggapi surat Anda yang dikirim pada
tanggal 10/2/1418 H berkenaan dengan buku
Anda tentang Syi’ah yang dilampirkan, maka
kami telah membacanya dan kami pandang
sebagai buku yang baik, penting dan tepat
untuk didistribusikan dengan cara yang sesuai
menurut hemat Anda, baik di dalam ataupun di
luar Negeri. Saya berharap semoga Allah
Ta’ala menjadikannya buku yang bermanfaat
dan memberkahi kesungguhan Anda.

$%
‫ ور*) ا( و"'آ‬,-. ‫م‬02‫ا‬
Mufti Umum Kerajaan Saudi Arabia
Dan Ketua Ulama Besar Serta Urusan Riset
Ilmiyyah dan Fatwa

3
KATA PENGANTAR

Segala puji milik Allah semata, shalawat


serta salam semoga tercurahkan kepada
Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam,
keluarganya, dan shahabat-shahabatnya.
Ada beberapa hal yang memotivasi saya
dalam menulis buku kecil ini di antaranya:
a. Aktifitas gerakan Rafidhah yang semakin
gencar di dalam mendakwahkan ajaran
mereka itu dilakukan dalam skala
intenasional
b. Besarnya bahaya sekte ini (Rafidhah)
terhadap agama Islam, ditambah lagi
kelengahan mayoritas ummat Islam yang
masih awam tentang bahayanya sekte ini.
c. Kemusyrikan-kemusyrikan yang terdapat
di dalam aqidahnya, pencelaan terhadap
Al-Qur’an dan sahabat-sahabat nabi.
d. Berlebih-lebihan di dalam mengagung-
kan para imam mereka.
Dan saya telah berusaha di dalam penulisan
buku ini, dan menjawab hal-hal yang dianggap
musykil (sulit) dengan cara yang sistematis,
seperti gaya penulisan Syeikh kita Abdullah

4
bin Abdur-rahman Al-Jibrin dalam bukunya
Atta’liqaat Ala Matni lam ‘atil-I’tiqad, dan itu
saya lakukan dengan mencuplik dari sebagian
buku-buku sekte Rafidhah sendiri yang sangat
Masyhur bagi mereka, dan dari buku-buku
Ahlus Sunnah, baik karangan ulama salaf
maupun ulama khalaf, yang telah menyanggah
argumen-argumen mereka dan menjelaskan
kesesatan dan penyimpangan aqidahnya, yang
tegak di atas kemusyrikan, kebohongan,
celaan, cacian dan sebagainya.
Saya telah berupaya dalam buku yang kecil
lagi sederhana ini untuk menghantar dan
menyanggah mereka, melalui buku-bukunya
dan karangan-karangannya yang dijadikannya
sebagai sandaran dan pedoman, sebaimana
ucapan Syeikh Ibrahim bin Sulaiman Al-
Jabhan, “Dari mulutmu wahai orang syi’ah,
kami menjatuhkan kalian.”
Akhirnya, saya memohon kepada Allah
Subhanahu Wata’ala semoga buku ini
bermanfaat bagi orang yang mau
menggunakan akalnya sebagaimana firman
Allah :

5
ْ‫ٌ َأو‬OPْ Qَ Sُ )َ ‫ن‬
َ Uَ‫ْ آ‬+,َ )ِ ‫ ْآ(َى‬Yِ )َ Z َ )ِ‫ن ]ِ\ْ َذ‬
^ ‫ِإ‬
ٌ`&ْ aِ b
َ cَ ‫ َو ُه‬eَ ,ْ .
^ )‫ ا‬fَg)ْ ‫َأ‬
“Sesungguhnya pada yang demikian itu,
benar-benar terdapat peringatan bagi orang-
orang yang mempunyai hati, atau yang
menggunakan pendengarannya, sedang dia
menyaksikan” (Q.S.Qaaf : 37).
Dan saya ucapkan banyak terima kasih
kepada siapa saja yang telah turut andil di
dalam menerbitkan buku kecil ini, dengan
berharap kepada Allah dan memohon-Nya
untuk membalas amal mereka dengan
kebaikan.
S)i fPj‫` و‬,kl Um&no fPj -‫ ا‬fPp‫و‬
%Pq‫ و‬Snkp‫و‬

6
Penulis
Abdullah bin Muhammad As-
As-Salafi

SEJARAH LAHIRNYA RAFIDHAH

Rafidhah lahir kepermukaan ketika seorang


yahudi bernama Abdullah bin Saba’ hadir
dengan mengaku sebagai seorang muslim,
mencintai Ahlul Bait (keluarga nabi), berlebih-
lebihan di dalam menyanjung Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhu, dan mendakwakan
adanya wasiat baginya tentang
kekhalifahannya, yang pada akhirnya ia
mengangkatnya sampai ke tingkat ketuhanan.
Kemudian idiologi seperti inilah yang
akhirnya diakui oleh buku-buku syi’ah itu
sendiri.
Al-Qummi pengarang buku Al-Maqalaat wal
firaq mengaku dan menetapkan akan adanya
Abdullah bin Saba’ ini, dan menganggapnya
orang yang pertama kali menobatkan
keimaman (kepemimpinan) Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhu serta munculnya
kembali (di hari akhirat nanti) di samping ia
juga termasuk orang yang pertama mencela

7
Abu Bakar, Umar, Ustman dan sahabat-
sahabat yang lainnya.1

Begitu juga An-Naubakhti dalam bukunya


Firaqus syi’ah2, Al-Kasyi dalam bukunya yang
terkenal Rijalul-Kasyi3, mengakui akan hal ini,
dan sudah menjadi aksiomatif, bahwa
pengakuan adalah bukti yang paling kuat,
ditambah lagi mereka adalah pembesar-
pembesar Rafidhah.
Al-Baghdadi berkata: “Assabaiyyah adalah
pengikut Abdullah bin Saba’, yang berlebih-
lebihan di dalam mengagung-agungkan Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, sehingga ia
mendakwakannya sebagai seorang nabi,
sampai kepada pengakuan bahwa dia adalah
“Tuhan”.
Masih dikatakan oleh Al-Baghdadi: Seorang
peranakan orang hitam maksudnya adalah
Abdullah bin Saba’, sebenarnya ia seorang
yahudi dari penduduk Hirah, berupaya
menampakkan keIslamannya, dengan
demikian ia bisa menempati suatu kedudukan

1
Al-Maqaalat Wal Firaq, Al-Qummi hal : 10-21
2
Firaqus Syiah hal : 19-20
3
Rijahul-Kisyi hal : 170-171

8
dan kepemimpinan pada Ahli Kufah, oleh
karena itu ia mengatakan kepada Ahli Kufah
bahwa ia mendapatkan dalam kitab Taurat,
bahwa setiap nabi memiliki washi (seorang
yang diwasiati untuk menjadi khalifah atau
imam). Dan Alilah orang yang mendapatkan
wasiat langsung dari nabi Muhammad
Salallahu Alaihi Wassalam.
Ash-Syahrastani menyebutkan tentang Ibnu
Saba’ bahwa : “Ia adalah orang yang pertama
kali memunculkan pernyataan keimaman Ali
bin Abi Thalib, dengan adanya wasiat tentang
itu.”
Dan menyebutkan pula tentang “Saba’iyyah
(pengikut Ibnu Saba’) bahwa ia adalah
merupakan sekte yang pertama yang
menyatakan tentang hilangnya imam mereka
yang kedua belas dan akan muncul kembali di
kemudian hari.”
Pada masa berikutnya idiologi seperti ini
diwarisi oleh orang-orang syi’ah, meskipun
mereka ini (syi’ah) terbagi menjadi bermacam-
macam sekte.
Dapat disimpulkan bahwa pernyataan
tentang keimaman Ali bin Abi Thalib dan
kekhalifahannya dengan adanya wasiat

9
langsung dari nabi adalah peninggalan yang
diwariskan oleh Ibnu Saba’.
Setelah itu syi’ah berkembang biak menjadi
beberapa sekte, dengan berbagai macam
idiologi yang banyak sekali.
Dengan demikian jelaslah, bahwa
Saba’iyyah adalah orang-orang yang membuat
idiologi-idiologi tersebut seperti adanya wasiat
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu, dan munculnya kembali imam mereka
yang kedua belas dikemudian hari.
Hilangnya imam ini dan penuhanan para
imam-imam mereka sebagi bukri pengekoran
mereka kepada Ibnu Saba’ seorang yahudi.4

4
Ushul I’tiqaad Ahlus Sunnah Waljama’ah hal : 1/22-
23

10
SEBAB PENAMAAN
SYI’AH DENGAN RAFIDHAH

Penamaan syi’ah dengan Rafidhah


dinyatakan sendiri oleh pembesar mereka yang
bernama Al-Majlisi dalam bukunya “Al-Bihar”
ia menyebutkan empat hadist dari hadist
mereka sendiri5.
Mereka diberi nama Rafidhah dikarenakan
mereka mendatangi Zaid bin Ali bin Al-
Hussain seraya berkata “Berlepas dirilah kamu
dari Abu Bakar dan Umar, dengan demikian
kami akan bergabung bersamamu” kemudian
Zain menjawab “mereka berdua adalah
sahabat kakek saya, saya tak akan bisa
berlepas diri dari mereka, bahkan akan selalu
bergabung dengannya, dan berloyalitas
kepadanya”, kemudian mereka berkata “kalau
demikian kami menolakmu, dengan demikian
mereka diberi nama “Rafidhah” artinya
golongan penolak. Adapun orang-orang yang
berbaiat dan setuju dengan Zaid diberi nama
“Zaidiyyah”. 6

5
Al-Bihar hal : 68, 96 , 97
6
At-Ta’liqaat ala Matri lam’atil-I’tiqaat oleh Al-Jibrin
hal : 108

11
Dalam suatu pendapat dikatakan mereka
diberi nama Rafidhah dikarenakan
penolakannya akan keimaman Abu Bakar dan
Umar7. Dalam pendapat yang lain, diberi nama
Rafidhah dikarenakan penolakannya terhadap
Agama8.

7
Muqaalaatul-Islamiyiin hal :1/89
8
Maqaalatul-Islamiyiin hal : 1/89

12
MACAM-MACAM SEKTE RAFIDHAH

Dijelaskan di dalam kitab “Daairatul


Maarif” bahwa syi’ah ini bercabang-cabang
menjadi lebih dari 73 (tujuh puluh tiga) sekte
yang terkenal9.
Bahkan disinyalir sendiri oleh Mir Baqir Al-
Damad10 seorang rafidhah bahwa hadist yang
menjelaskan tentang terbaginya ummat
menjadi 73 golongan adalah golongan syi’ah,
dan yang selamat dari golongan-golongan ini
adalah syi’ah “Al-Imamiyyah”.
Dikatakan oleh Al-Muqaizi bahwa golongan
mereka berjumlah sampai 300 (tiga ratus}
golongan11.
Disebutkan oleh Asy-Syarastani: bahwa
rafidhah terbagi menjadi lima bagian: Al-
Kisaaniyyah, Az-Zaidiyyah, Al-Imamiyah, Al-
Ghaliyyah dan Al-Islamiyyah.12
Al-Baghdadi berkata: “Rafidhah setelah
masa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu

9
Dairatul-Maarif hal :4/67
10
Dia adalah Muhammad Baqir bin Muhammad Al-
Asad seorang tokoh dari Syiah.
11
Al-Muqairizi fiil khutbah hal : 2/351
12
Al-Milal Wan Nihal hal : 147

13
terbagi menjadi empat golongan, Zaidiyyah,
Imamiyyah, Kisamiyyah dan Ghullah.”13
dengan satu catatan bahwa Zaidiyyah tidak
termasuk kedalam golongan rafidhah,
melainkan Al-Gharudiyyah bagian atau
sempalan dari Zaidiyyah yang masuk ke dalam
rafidhah.

13
Al-Farqu bainal Firaq hal : 41

14
AQIDAH BADA’
YANG DIYAKINI OLEH RAFIDHAH

Bada’ artinya jelas, yang sebelumnya masih


samar-samar atau berarti pula munculnya
pendapat baru.
Bada’ dengan kedua arti di atas berkait erat
dengan di dahuluinya ketidaktahuan, atau
muculnya pengetahuan baru, kedua sifat
tersebut mustahil bagi Allah Subhanahu
Wata'ala akan tetapi Rafidhah menisbatkan
sifat “bada’” ini kepada Allah Subhanahu
Wata'ala.
Ar-Rayyan bin As-Shalt berkata: saya
pernah mendengar Ar-Ridho berkata: Allah
tidak mengutus nabi kecuali diperintahkan
untuk mengharamkan khamr, dan
diperintahkan untuk menetapkan sifat bada’
kepada Allah14.
Abu Abdillah berkata seseorang belum
dianggap beribadah kepada Allah sedikitpun,
sehingga ia mengakui adanya sifat bada’ pada
Allah.15

14
Ushulul-kaafi hal : 40
15
Ushulul-kaafi Fi’I kitaabit-tauhid hal : 1/331

15
Maha tinggi Allah setinggi-tingginya dari
tuduhan seperti ini.
Bayangkan wahai saudara seiman,
bagaimana mereka menisbatkan kebodohan
kepada Allah Subhanahu Wata'ala, yang Ia
berfirman menginformasikan tentang Dzat-
Nya sendiri.
‫ض‬
ِ ْ‫}ر‬
َ ‫ت وَا‬
ِ ‫َا‬c,َ .
^ )‫ْ ]ِ\ ا‬+lَ %ُ Pَْ €َ 
َ ْ‚Qُ
-‫ ا‬ ^ ‫ ِإ‬O َ &ْ ƒَ )ْ ‫ا‬
“Katakanlah : “tidak ada seorangpun di langit
dan di bumi yang mengetahui perkara yang
ghaib kecuali Allah” (QS.An-Naml : 65).
Di balik itu Rafidhah berkeyakinan dan
beranggapan bahwa para imam mereka
mengetahui segala ilmu pengetahuan tak ada
sedikitpun yang samar baginya.
Apakah ini aqidah Islamiyyah yang dibawa
oleh nabi Muhammad Salallahu Alaihi
Wassalam?

16
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG SIFAT-SIFAT ALLAH

Rafidhah adalah sekte yang pertama kali


mengatakan bahwa Allah Subhanahu Wata'ala
berjisim (bertubuh seperti tubuh mahluk).
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan
bahwa yang mempelopori tuduhan ini dari
sekte rafidhah adalah Hisham bin Al-Hakam16,
Hisham bin Salim Al-Juwailiqi, Yunus bin
Abdur-rahman Al-Qummy, dan Abu Ja’far Al-
Ahwal17.
Mereka ini adalah para tokoh syi’ah Itsna
‘Asyariyyah, yang pada akhirnya mereka
menjadi sekte jahmiyyah yang meniadakan
sifat bagi Allah Subhanahu Wata'ala.
Sebagaimana riwayat-riwayat mereka yang
mensifati Allah Subhanahu Wata'ala dengan
sifat-sifat yang negatif, yang mereka kukuhkan
sebagai sifat-sifat yang kekal bagi Allah
Subhanahu Wata'ala.
Ibnu Babawaih telah meriwayatkan lebih
dari 70 (tujuh puluh) riwayat yang menyatakan
bahwa “Allah Subhanahu Wata'ala tidak
16
Minhajus sunnah oleh Ibnu Taimiyyah hal : 1/20
17
I’tiqadaat Firaqul muslimin wal musyrikin hal : 97

17
disifati dengan waktu, tempat, tingkah, gerak,
pindah, tidak tersifati dengan sifat-sifat yang
ada pada jisim, tidak berupa materi, jisim dan
bentuk” 18.
Tokoh-tokoh mereka tetap berpijak diatas
konsep yang sesat ini, dengan meniadakan
sifat-sifat Allah yang terkandung di dalam Al-
Qur’an dan Hadist.
Sebagaimana juga mereka mengingkari
turunnya Allah Subhanahu Wata'ala ke langit
bumi, ditambah lagi perkataan mereka tentang
Al-Quran bahwa ia adalah makhluk,
disamping itu mereka juga mengingkari akan
melihat Allah Subhanahu Wata'ala di akhirat
nanti.
Disebutkan dalam buku “Biharul Anwar
bahwasannya Abu Abdillah Ja’far Ash Shadiq
pernah ditanya dengan suatu pertanyaan,
apakah Allah Subhanahu Wata'ala bisa dilihat
pada hari kiamat? maka ia menjawab : Maha
Suci Allah, dan Maha Tinggi setinggi-
tingginya, sesungguhnya mata tidak bisa
melihat kecuali kepada benda yang memiliki
warna dan berkondisi tertentu, sedangkan

18
At-Tauhid Ibnu Babawaih hal : 57

18
Allah Subhanahu Wata'ala Dzat yang
menciptakan warna dan yang menentukan
kondisi.
Bahkan orang-orang syi’ah mengatakan:
jika ada seseorang menisbahkan kepada Allah
sebagian sifat, seperti Allah dapat dilihat,
maka seorang tadi dihukumi murtad (keluar
dari agama), sebagaimana yang disinyalir oleh
tokoh mereka Ja’far An-Najfi dalam buku:
Kasyful-Gaitha halaman 417.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya melihat
Allah Subhanahu Wata'ala hak, benar adanya,
ditetapkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah
yaitu melihat Allah dengan tak bisa
dibayangkan dengan detail dan tak
diperagakan, sebagaimana yang di firman
Allah Subhanahu Wata'ala.
ٌ‫† َ(ة‬
ِ Uَo Uَa/‡ ‫ َر‬fَ)‫ˆ َ(ةٌ ِإ‬
ِ Uَo Yٍ Šِ lَ ْc€َ ٌ‹ْcŒ
ُ ‫ُو‬
“Wajah-wajah (orang mu’min) pada hari itu
berseri-seri, kepada Tuhannyalah mereka
melihat.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23).
Dalil dari As-Sunnah bahwa Allah
Subhanahu Wata'ala dapat dilihat di hari
kiamat, yaitu hadist yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah
Al-Bajali radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata :
19
Sِ &ْ Pَj
َ -ُ ‫ا‬f َ P^p
َ - ِ ‫لا‬ ِ ْcqُ ‫ َر‬eَ lَ UًqْcPُŒ ُ U^m‫ُآ‬
‫ َ( َة‬ْj
َ eَ /َ ْ‫ َ َأر‬Pَ&ْ )َ (ِ ,َ gَ )‫ ا‬fَ)‫‘ َ( ِإ‬ َ mَ َ] ،َ%P^q
َ ‫َو‬
‫ن‬َ ْ‫ َ“ َ(و‬Uَ,‫ َآ‬UًoUَ&jَ ْ%”ُ /^‫ن َر‬ َ ْ‫ َ• َ(و‬q
َ ْ%”ُ o^ ‫ ِإ‬:‫ل‬
َ Uَg]َ
Sِ •ِ €َ ْ‫ن ِ]\ْ ُرؤ‬ َ ْclُ Uَ—“ُ  َ ،‫َا‬Y‫َه‬
“Kami pernah duduk bersama nabi
Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam
kemudian beliau melihat bulan purnama pada
malam 14, maka beliau bersabda: kalian akan
melihat Tuhan kalian dengan mata kepala,
sebagaimana kalian melihat bulan ini dan
tidak bersusah-susah dalam melihat-Nya.”
Dan banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an dan
hadist-hadist nabi yang membicarakan tentang
hal ini yang tidak mungkin kita ungkap disini.

20
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG AL-QUR’AN YANG DIJAGA
KEORISINILANNYA OLEH ALLAH
SUBHANALLAH WATA’ALA

Rafidhah yang dikenal dewasa ini dengan


syi’ah, mengatakan bahwa: Al-Qur’anul
Karim yang ada pada kita (yang kita kenal ini)
ia bukan Al-Qur’an yang diturunkan Allah
Subhanahu Wata'ala kepada nabi Muhammad
Salallahu Alaihi Wassalam, ia telah
mengalami perubahan, penggantian,
penambahan dan pengurangan.
Mayoritas ahli hadist syi’ah beranggapan
adanya pengubahan dalam Al-Qur’an,
sebagaimana yang dikatakan oleh Annury Ath-
Thibrisi dalam bukunya “Fashul khitab fii
tahrifi kitab Rabbil-Arbab19.
Muhammad bin Ya’kub Al-Kulaini berkata
dalam bukunya “Ushulul-Kafi” pada bab yang
mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an
hanyalah para imam yang diriwayatkan dari
Jabir, ia (Jabir) berkata saya mendengar Abu
Ja’far berkata ”siapa yang mengaku telah

19
Fashlul-khitab hal : 32

21
mengumpulkan Al-Qur’an dan membukukan
seluruh isinya sebagaimana yang diturunkan
Allah Subhanahu Wata'ala, maka
sesungguhnya ia seorang pendusta, tidak ada
yang mengumpulkan dan yang
menghapalkannya, sebagaimana yang
diturunkan oleh Allah Subhanahu Wata'ala,
melainkan Ali bin Abi Thalib, dan para imam
sesudahnya.”
Dijelaskan oleh Ahmad Ath-Thibrisi dalam
bukunya Al-Ihtijaj dan Al Mula Hasan dalam
tafsirnya Ash-Shafi bahwa Umar bin Khattab
berkata kepada Zaid bin Tsabit “sesungguhnya
Ali bin Abi Thalib datang kepada saya dengan
menunjukkan Al-Qur’an, yang di dalamnya
terdapat kejelekan-kejelekan atau keaiban
orang-orang Muhajirin dan Anshar, oleh
karena itu kami mempunyai pendapat untuk
menyusun Al-Qur’an, dari situ kita
menghilangkan kejelekan-kejelekan dan
rusaknya kehormatan orang-orang Muhajirin
dan orang-orang Anshar, kemudian Zaid
memenuhi permintaan Umar bin Khattab ini,
kemudian Zaid berkata “jika saya telah
merampungkan penyusunan Al-Qur’an, sesuai
dengan yang kau minta, kemudian Ali bin Abi

22
Thalib menampakkan Al-Qur’an yang
disusunnya dan yang ditulisnya, tidaklah ini
akan membatalkan apa yang engkau kerjakan ?
kemudian Umar berkata “kalau demikian,
bagaimana jalan keluarnya ? Zaid menjawab
“engkau lebih mengetahuinya” kemudian
Umar berkata: tak ada jalan lain kecuali
dengan membunuhnya dan kita bisa bebas
darinya, kemudian Umar merancang cara
pembunuhannya, yang ditugaskan kepada
Khalid bin Walid, namun ia gagal dan tak
berhasil mampu mewujudkannya.
Kemudian ketika Umar bin Khattab diangkat
menjadi khalifah, para sahabat meminta Ali
bin Abi Thalib untuk menyerahkan Al-Qur’an
untuk dirubahnya diantara mereka, maka Umar
berkata “Wahai Abul Hasan berikanlah Al-
Qur’an yang pernah engkau berikan
(perlihatkan) kepada Abu Bakar, sehingga ia
mengkaji dan mempelajarinya, maka Ali bin
Abi Thalib menjawab musthahil, tidak ada
alasan untuk bisa menyerahkan Al-Qur’an ini
kepadamu, dulu saya pertunjukan Al-Qur’an
ini kepada Abu Bakar untuk dijadikan saksi
atasnya, dan kalian tidak bisa berargumentasi
(berdalil) pada hari kiamat.

23
+
َ &ْ Pِ]ِ Uَ˜ ‫َا‬Y‫ْ َه‬+j
َ U^m‫ ُآ‬U^o‫ِإ‬
“Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini” (QS.
Al-A’raf : 172).
ْ%‫ ُ` ^و ُآ‬j
َ Z
َ Pِaْ €ُ ْ‫ْ َأن‬%”ُ /™‫ َر‬fَ.jَ ‫ل‬َ UَQ Uَmَ•Šْ Œ
ِ Uَl
š
َ &ْ ‫‘ َ( َآ‬ ُ mْ &َ ]َ ‫ض‬ ِ ْ‫}ر‬ َ ْ‫ْ ]ِ\ ا‬%”ُ ›َ Pِœ
ْ •َ .
ْ €َ ‫َو‬
‫ن‬
َ ْcPُ,َ ْ “َ
“Dan sesudah kamu datang, Musa menjawab
muda[pokf77h-mudahan Allah membinasakan
musuhnya, dan menjadikan kamu khalifah di
bumiNya maka Allah akan melihat bagaimana
perbuatanmu” (QS.Al-A’raf : 129).
Sungguh Al-Qur’an ini tidak boleh ada yang
menyentuhnya melainkan orang-orang yang
suci, dan orang-orang yang telah ku wasiatkan
kepadanya dari anak cucuku, kemudian Umar
berkata : kalau demikian kapan waktu untuk
menampakkan Al-Qur’an ini ? Ali bin Abi
Thalib menjawab disaat salah seorang penerus
dari anak-cucuku tampil dan mengajak
manusia untuk mengikutinya.20

20
Al-Ihtijaj hal :225 dan Fashulul-Khitab hal : 7

24
Meskipun orang-orang syi’ah perpura-
perpura menampakkan kebebasannya dari
bukunya An-Nuri Ath Thibrisi ini memuat dan
mencakup beratus-ratus teks dari tokoh-tokoh
mereka dalam buku-bukunya yang
dianggapnya sah, bahwa buku-buku ini jelas-
jelas mengungkap pengubahan Al-Qur’an dan
mereka membenarkan pengubahan ini, akan
tetapi mereka tak menginginkan
tersebarluasnya kejanggalan aqidah mereka
tentang Al-Qur’an ini.
Setelah jelas aqidah mereka tentang Al-
Qur’an, maka nampak bahwa di sana ada dua
Al-Qur’an, yang pertama Al-Qur’an yang
Ma’lum (jelas) di ketahui khalayak ramai,
yang kedua khusus (yang dirahasiakan) yang
di antaranya isinya ada surat “Al-Wilayah”.
Dan di antara anggapan orang-orang syi’ah
bahwa di sana ada satu ayat yang hilang dari
surat,
ْ‫ َ(ح‬
ْ oَ ْ%)َ‫َأ‬
Ayat itu berbunyi:
‫ك‬
َ (َ aْ p
ِ UŸ&ِPj
َ UَmPْ َ Œ
َ ‫َو‬
“Artinya dan kami jadikan Ali menantumu”

25
Sungguh mereka tak merasa malu dengan
anggapan seperti ini, meskipun mereka
mengetahui bahwa surat ini termasuk surat
Makiyyah, yang mana Ali bin Abi Thalib
belum menjadi menantu Rasulullah pada saat
itu (di Makkah).

26
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG PARA SAHABAT NABI

Aqidah Rafidhah berpijak di atas pencacian,


pencelaan dan pengkafiran terhadap sahabat-
sahabat Nabi Salallahu Alaihi Wassalam.
Diungkapkan oleh Al-Kulaini dalam
bukunya Furu’ul-Kaafi yang diriwayatkan dari
Ja’far: “Semua sahabat sepeninggal Rasulullah
Salallahu Alaihi Wassalam murtad (keluar dari
Islam) kecuali tiga, kemudian saya bertanya
kepadanya: siapakah ketiga sahabat ini? ia
menjawab: Al-Miqdad bin Al-Aswad, Abu
Dzar Al-Ghifari dan Salman Al-Farisi.”21
Disebutkan oleh Al-Majlisi dalam bukunya
Haqqul yaqin bahwa Ali bin Al-Husain
berkata kepada hamba sahayanya: bagiku atas
kamu hak pelayanan, ceritakan kepaku tentang
Abu Bakar dan Umar? maka ia menjawab:
mereka berdua adalah kafir, dan orang yang
cinta kepadanya termasuk kafir juga.22
Dalam tafsir Al-Qummy mereka
menafsirkan firman Allah:

21
Furu’ul-kaafi hal : 115
22
Haqqul-yaqin hal : 522

27
\
ِ ƒْ nَ )ْ ‫ َ” ِ( وَا‬mْ ,ُ )ْ ‫ ِء وَا‬Uَk
ْ ›َ )ْ ‫ ا‬+
ِj
َ fَamْ €َ ‫َو‬
Mereka menafsirkan: Al Fahsya dengan Abu
Bakar, Al Munkar dengan Umar dan Al Baghyi
dengan Usman.23
Mereka (Syi’ah) mengatakan dalam kitab:
“Miftahul Jinan”
“Ya Allah, berikanlah kepada Muhammad dan
keluarganya shalawat, dan laknatilah ke dua
patung Quraisy, kedua jibt24 dan thaghutnya
dan kedua anak perempuannya (maksudnya:
Abu Bakar, Umar, Aisyah dan Hafshah) 25.
Pada tanggal 10 Muharram, mereka
membawa anjing yang diberi nama Umar,
kemudian mereka beramai-ramai
memukulinya dengan tongkat sampai mati,
kemudian mereka mendatangkan kambing
betina yang diberi nama Aisyah, kemudian
mereka mulai mencabuti bulunya dan
memukulinya dengan sandal dan sepatu
sampai mati.26
23
Tafsir Al Qummy, hal 218.
24
Jibt adalah sihir, sebutan yang biasa digunakan untuk
sihir, tukang sihi, tukang ramal, dukun, berhala dan
sejenisnya. (Muraji’)
25
Tafsir Al-Qummy hal : 218
26
Tabdidudl-dlulam-ibrahim Al-Jibhan hal : 27

28
Sebagaimana juga mereka mengadakan
pesta besar-besaran dalam rangka merayakan
hari kematian Umar bin Khattab, dan
memberikan penghargaan kepada
pembunuhnya Abu Lu’lu’ah seorang yahudi
dengan gelar “Pahlawan Agama”.27 Mudah-
mudahan Allah Subhanahu Wata'ala meridhoi
para sahabat semua dan Ummahatul-Mu’minin
para istri-istri Rasul.
Lihatlah, betapa besar kebencian dan
kotornya sekte ini, yang dinyatakan sudah
keluar dari agama, dan betapa buruk dan
kotornya ucapan-ucapan mereka yang
dialamatkan kepada manusia-manusia terbaik
setelah para nabi, yang mereka dipuji oleh
Allah dan rasul-Nya, dan umat telah sepakat
akan keadilan dan keutamaannya, serta sejarah
telah mencatat kebaikan-kebaikannya,
kecepatannya dalam masuk agama Islam, dan
jihadnya dalam menegakkan agama Islam.

27
Abbas Al-Qummy (Al-Kuna-wal-Alqaab) hal : 2/55

29
SISI KESAMAAN
ANTARA YAHUDI DAN RAFIDHAH

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:


“Sisi kesamaan antara yahudi dan rafidhah
adalah bahwa fitnah yang ada pada Rafidhah
itu persis dengan fitnah yang ada pada yahudi,
yaitu kalau orang yahudi mengatakan yang
hanya layak memimpin kekuasaan adalah
keluarga Dawud, begitu juga kata rafidhah tak
layak memimpin imamah (kekuasaan) kecuali
anak-anak Ali.
Orang yahudi mengatakan: tak ada jihad di
jalan Allah sehingga Al-Masih Ad-Dajjal
keluar, dan pedang turun ditangan, sementara
orang rafidhah mengatakan: tidak ada jihad
dijalan Allah sehingga imam Al-Mahdi (salah
satu dari imam-imam mereka) keluar dan ada
seorang komando yang mengkomandokan dari
langit.
Orang-orang yahudi mengakhirkan Shalat
sampai tenggelamnya bintang, sebagaimana
orang-orang rafidhah mengakhiri shalat
Maghrib sampai tenggelamnya bintang
sedangkan hadist hadist Rasulullah Salallahu
Alaihi Wassalam mengingkari akan hal itu.

30
‫¡ ُ(وْا‬
‡ ¢َ €ُ ْ%)َUَl ‫ َ( ٍة‬£
ْ ]ِ fَPj َ ْ\•ِ l^ ‫ل ُأ‬ ُ ‫َا‬¤َ“  َ
‫ْ ِم‬c§
ُ m™ )‫ك ا‬
ِ Uَn•ِ q
ْ ‫ ا‬fَ)‫ب ِإ‬
َ (ِ ƒْ ,َ )ْ ‫ا‬
“Umatku masih dalam keadaan fitrah, selama
tidak mengakhirkan shalat Maghrib sampai
tenggelamnya bintang” .28
Orang-orang yahudi memutarbalikkan At-
Taurat serta merubahnya, sebagaimana mereka
memutarbalikkan Al-Qur’an dan merubahnya.
Orang-orang yahudi tidak berpendapat
mengusap Al-Khuf (sepatu slop) sebagaimana
juga orang-orang rafidhah.
Orang-orang yahudi membenci malaikat
Jibril, dengan mengatakan ia musuh kami dari
golongan malaikat sebagai mana rafidhah
mengatakan malaikat Jibril salah alamat ketika
menyampaikan wahyu kepada Muhammad.29

28
Hadist riwayat Imam Ahmad hal: 4/147
29
Bagian sekte rafidhah bernama Al-Ghairibiyyah
mengatakan Jibril alaihi salam telah berkianat
dikarenakan telah menyampaikan wahyu kepada
Muhammad, sebab yang berhak membawa risalah Islam
ini, adalah Ali bin Abi Thalib, dengan sebab ini mereka
mengatakan al amin (Jibril) telah berhianat.
Dikarenakan memalingkan risalah dari Haidar (Ali bin
Abi Thalib).

31
Rafidhah sama dengan orang-orang nasrani
dalam masalah maskawin, yaitu wanita-wanita
nasrani tidak berhak mendapatkan mas kawin
karena mereka diciptakan untuk dipakai
besenang-senang (mut’ah), sebagaimana
rafidhah mensyaratkan nikah mut’ah dan
menghalalkanya.
Akan tetapi orang-orang yahudi dan nasrani
memiliki dua keistimewaan yang tidak
dimiliki oleh orang-orang rafidhah:
1. Apabila orang-orang yahudi ditanya
tentang siapa sebaik-baik pemeluk agama
kalian? mereka akan menjawab sahabat-
sahabat nabi Musa 'Alaihis Salam.

Renungkanlah wahai akhi muslim bagaimana mereka


mengangka jibril telah berkianat sedangkan Allah
Subhanahu Wata'ala telah mensiatinya dengan Al-Amin
(terpercaya) dengan firman-Nya:
+
ُ &ْ lِ }
َ ْ‫ح ا‬
ُ ْ‫ ا) ™(و‬Sِ /ِ ‫ل‬
َ ¤َ oَ
“Telah turun kepadanya Jibril yang dipercaya”
dan firman-Nya yang lain:
+
ٍ &ْ lِ ‫ َأ‬%^ ¨َ ‫ع‬
ٍ Uَ£lُ
“Ditaati dan dipercaya”
Lalu apa komentar anda tentang aqidah ini yang
diyakini oleh orang-orang rafidhah.

32
2. Apabila orang-orang nasrani ditanya siapa
sebaik-baik pemeluk agama kalian mereka
akan menjawab sahabat-sahabat setia nabi
Isa 'Alaihis Salam.
Tetapi jika orang rafidhah ditanya tentang
siapa yang paling buruk dari pemeluk agama
kalian mereka menjawab sahabat-sahabat
Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam.30

30
Minhaju Sunnah, Ibnu Taimiyyah, 1/24

33
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG IMAM MEREKA

Orang-orang Rafidhah mengaku bahwa para


imam mereka ma’sum (terjaga dari kesalahan
dan dosa) serta mereka mengetahui ilmu
ghaib.
Dikutip oleh Al-Kuilani dalam bukunya
Ushulul Kaafi: Imam Ja’far Ash-Shadiq
berkata “kami adalah gudang ilmunya Allah
dan kami penterjemah perintah Allah serta
kami kaum yang ma’sum, semua manusia
diwajibkan taat kepada kami, dan dilarang
menyelisihi kami, dan kami menjadi saksi atas
perbuatan manusia di bawah langit dan di atas
bumi.31
Al-Kuilani pun telah mengutip di dalam
buku yang sama, bab “Para imam dapat
mengetahui apa saja jika menghendakinya”,
dari Ja’far ia berkata “Imam bisa mengetahui
apa saja jika memang menghendakinya dan
mereka mengetahui kapan mereka mati, dan
mereka tidak akan mati melainkan karena
keinginan mereka sendiri”.32
31
Ushulul Kaafi hal 165
32
Ushulul Kaafi fi kitabil hujjah 1/258

34
Al-Khumaini berkata dalam salah satu
tulisannya: “Bahwa para imam mereka lebih
utama dari pada para nabi dan rasul, dan
mereka memiliki kedudukan atau tingkatan
yang tidak tercapai oleh para malaikat dan
para rasul.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata
“Rafidhah menyangka bahwasannya urusan
agama diserahkan kepada para pendeta, halal
adalah yang menurut mereka halal dan haram
adalah yang menurut mereka haram dan
konsep keagamaan adalah yang mereka
syariatkan.33
Jika anda wahai pembaca yang budiman
ingin mengetahui kekufuran, kemusyrikan, dan
pengkultusan yang berlebih-lebihan yang
diyakini oleh orang-orang rafidhah bacalah
bait-bait yang dilantunkan oleh tokoh
kontenporer mereka yang bernama Ibrahim Al-
Amili tentang penyanjungan terhadap Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu:
“Semua orang baik yang dulu, kini dan yang
akan datang, semua nabi, rasul, qolam, lauh,

33
Minhaju Sunnah, 1/481

35
hamba sahaya, dan semua alam dan seisinya
adalah milikmu
Abul Hasan, sang pengatur alam, kau tempat
berteduhnya orang yang diusir, tempat
peristirahatan rasul.
Kau penyejuk kekasihmu di hari akhir dan
yang menolong orang yang telah
mengingkarimu.
Abul Hassan hai Ali yang agung kecintaanmu
kepadaku sebagai penerang di kuburanku
namamu sebagai syiar di saat kesempitanku
dengan cinta kepadamu dapat
menghantarkanku ke surgamu.
Ketika datang waktu kematian peran Ali
datang kepadamu wahai Al-Mazidi dan ketika
seorang komando meneriakan aba-aba
kebangkitan, mustahil wahai engkau Ali
membiarkan orang yang berlindung
kepadamu”
Apakah mungkin seorang muslim yang
komitmen kepada agamanya membuat syair
seperti ini ? Demi Allah orang-orang jahiliyah
dahulu kalapun tidak pernah jatuh kedalam
kemusyikan, kekufuran, pengagungan yang
berlebih-lebihan, seperti orang-orang rafidhah
ini.

36
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG RAJ’AH

Orang-orang Rafidhah tak kalah dengan


sekte yang lain, mereka membuat bid’ah yang
sangat besar yaitu aqidah raj’ah.34
Al-Mufid berkata syiah Imamiyah setuju
dan sepakat dengan adanya beberapa orang
yang telah mati dan mereka akan dihidupkan
kembali.35
Yang dimaksud dengan raj’ah bagi orang
syi’ah adalah di bangkitkannya kembali imam
mereka yang terakhir yang bernama Al-Qa’im
Al-Mahdi di akhir zaman dari tempat
peristirahatannya di benteng persembunyian-
nya dan ia akan menyembelih semua lawan
politiknya dan akan mengembalikan kepada
orang-orang syi’ah hak-hak mereka yang telah
dirampasnya selama berabad-abad.36
Al-Murthada mengatakan dalam bukunya
Al-Masail An-Nasiriah “Pada hari ini (hari
kebangkitan) Abu Bakar dan Umar akan
disalib disebuah pohon, pada masa bangkitnya

34
Raj’ah artinya kembali hidup setelah mati
35
Awailul Maqalath hal 51
36
Al-Khutut Al-‘Aridhah hal 80

37
Al-Mahdi imam mereka yang kedua belas
yang dijuluki Qa’im Alu Muhammad dimana
pohon yang masih hidup dan masih segar
sebelum dipakai menyalip akan menjadi
kering dan mati setelah digunakan
penyaliban.”37
Dikatakan oleh Al-Majlisi dalam bukunya
Haqqul Yaqin mengutip perkataan Muhammad
Al-Baqir: “Ketika Al-Mahdi muncul ia akan
menghidupkan Aisyah ummmul mu’minin
untuk dihukum rajam38.
Kemudian aqidah ini mengalami
perkembangan yang sangat cepat sehingga
mereka mengatakan, bahwa semua orang
syi’ah bersama para imamnya, dan musuh-
musuhnya bersama para pemimpinnya akan
dihidupkan kembali.
Aqidah ini jelas membuka tabir kedengkian
yang amat dalam pada jiwa orang-orang
syi’ah, sehingga ia munculkan seperti
ungkapan-ungkapan diatas.

37
Awailul Maqalath 75
38
Hukum rajam adalah hukum mati dengan dilempari
batu bagi pelaku zina mukhson (orang yang sudah
menikah), editor.

38
Aqidah ini dijadikan sebagai sarana yang
dipergunakan oleh Saba’iyah untuk
mengingkari hari kiamat.

39
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG TAQIYYAH

Taqiyyah sebagaimana didefenisikan oleh


salah seorang tokoh kontemporer syi’ah
adalah: “Suatu ucapan atau perbuatan
seseorang yang bertolak belakang dengan apa
yang diyakininya, untuk menghilangkan
bahaya yang mengancam jiwanya, hartanya,
atau untuk menjaga kehormatannya.”39
Orang-orang syi’ah beranggapan bahwa
Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam
pernah melakukannya, yaitu ketika seorang
tokoh munafiqin yang bernama Abdullah bin
Ubay bin Salul meninggal dunia, dengan
mendo’akan untuknya, kemudian Umar bin
Khattab berkata kepadanya “Tidakkah Allah
telah melarangmu untuk melakukan hal itu
(berdiri di atas kuburannya dengan
mendo’akannya), maka Rasulullah
Shallallaahu Alaihi Wasallam menjawab
“Celakalah engkau, tahukah engkau apa yang
saya baca? sesungguhnya aku mengucapkan

39
AsSyiah fil mizan hal 48

40
penuhilah kuburannya dengan api dan
bakarlah ia”40.
Lihatlah wahai akhi muslim, bagaimana
mereka menisbahkan kedustaan kepada
Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam?
Apakah masuk akal, jikalau sahabat Rasulullah
memadangnya dengan penuh kasihan
sementara Rasulullah melaknatnya.
Al-Kuilani menukil dalam bukunya Ushulul
Kaafi bahwa Abu Abdillah berkata : “Hai Abu
Umar sesungguhnya sembilan puluh persen
dari agama ini adalah taqiyyah, tidak ada
agama bagi orang yang tidak bertaqiyyah dan
taqiyyah mutlak dalam segala hal, kecuali
dalam urusan khamar dan mengusap khuf
(sepatu slop).”
Dinukil juga oleh Al-Kuilani dari Abu
Abdillah: “Jagalah agama kalian, tutupilah
dengan taqiyyah, tidak dianggap beriman
seseorang sebelum ia bertaqiyyah.”41
Rafidhah mengatakan bahwa taqiyyah
adalah merupakan kewajiban, agama tidak
akan tegak tanpa dengannya dan mereka
menyampaikan dasar-dasar agamanya dengan
40
Furu’ul Kaafi hal 188
41
Ushulul Kaafi hal 482-483

41
terang-terangan dan sembunyi-sembunyi serta
bermuamalah dengan taqiyyah ini khususnya
ketika mereka dalam kondisi yang
membahayakan.
Oleh sebab itu waspadalah wahai saudara
muslim dari bahaya Rafidhah ini.

42
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG ATH-THINAH

Ath-Thinah42 yang dimaksukan oleh


Rafidhah di sini adalah Tanah kuburan Al-
Husain radiyallahu anhu.
Dinukil oleh Muhammad An-Nu’man Al-
Haritsi yang dijuluki dengan Asy-Syeikh Al-
Mufid salah seorang pembawa faham
kesesatan dalam bukunya Al-Mazar dari Abu
Abdillah ia (Abu Abdillah) berkata “Tanah
kuburan Al-Husain adalah obat untuk segala
penyakit, ia adalah obat yang paling
berkhasiat”
Abdullah berkata “Goreskanlah debu
kuburan Al-Husain pada mulut anakmu.43
Masih ucapan An-Nu’man seorang diutus
untuk menyampaikan kepada Abul Hasan Ar-
Ridha bingkisan berupa sekumpulan baju, dan
diselipkan di sela-sela baju tersebut sedikit
tanah kuburan Al-Husain maka berkata Abul
Hasan kepada utusan tersebut apa ini? iapun

42
Ath-Thinah adalah tanah kuburan Husain
43
Berbeda dengan Ahlus Sunnah, mereka menganjurkan
bayi yang baru lahir digosokkan di mulutnya lumatan
korma yang halus (sesuai perintah rasulullah)

43
menjawab ini tanah kuburan Al-Husain, dan
tidak dihadiahkan kepada seseorang baju atau
yang lainnya kecuali disertakan bersamanya
tanah kuburan Al-Husain, dan ia mengatakan
karena itu untuk keselamatan dengan izin
Allah.
Diriwiyatkan ada seseorang bertanya kepada
Ash-Shadiq tentang faedah penggunaan tanah
kuburan Al-Husain, maka Ash-Shadiq
menjelaskan kepadanya “jika makan tanah
kuburan ini bacalah bacaan ini”
“Ya Allah, saya memohon kepada-Mu, dengan
perantaraan malaikat yang telah
menggenggam (rohnya) dan memohon
kepada-Mu dengan perantaraan nabi yang
telah menyimpannya, dan dengan perantaraan
washi (Al-Husain) yang telah besemayam di
dalamnya, agar Kau berikan shalawat kepada
Muhammad, dan keluarganya, dan Kau
jadikan tanah ini obat untuk segala macam
penyakit, dan keselamatan dari segala yang
ditakutkan, dan penjagaan dari segala
keburukan dan kejelekan.”
Abu Abdillah pernah ditanya tentang
khasiat penggunaan dua tanah, yaitu tanah
kuburan Hamzah dan tanah kuburan Al-

44
Husain, dan keistimewaan dari masing-masing
dua tanah tersebut, maka beliau menjawab
“Biji tasbih yang terbikin dari tanah kuburan
Al-Husain dapat bertasbih (membaca bacaan
subhanallah dan yang lainnya) di tangan orang
yang tidak bertasbih (orang yang tidak
membaca bacaan subhanallah dan yang
lainnya).44
Orang-orang Rafidhah mengira dan
mendakwakan bahwa orang syi’ah di ciptakan
dari satu tanah dan orang Ahlus Sunnah di
ciptakan dari tanah yang lain, kemudian kedua
tanah tersebut dicampur adukkan satu sama
lainnya, sehingga ketika timbul di suatu saat
kemasiatan dan tindakan kriminalitas yang
dilakukan oleh orang-orang syi’ah itu di
karenakan terpengaruhnya dengan tanah asal
di ciptakannya orang sunni. Dan apabila di
dapatkan ada sebagian orang sunni yang
baikdan amanah, maka ketahuilah itu karena
pengaruh tanah bahan ciptaan orang syi’ah.
Oleh karena itu, apabila tiba hari kiamat
maka kejelekan-kejelekan dan dosa-dosa
orang-orang syi’ah akan dipikul kepada orang-

44
Kitabul Mizar hal 125

45
orang Ahlus Sunnah, dan sebaliknya,
kebaikan-kebaikan Ahlus Sunnah akan
diberikan kepada orang-orang syi’ah.45

45
‘Ilalul Syara’i: 490-491, dan biharul anwar 5/247, 248

46
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG AHLUS-SUNNAH

Aqidah Rafidhah berpijak pada penghalalan


harta dan jiwa Ahlus Sunnah.
Ash-Shaduq meriwayatkan suatu riwayat
yang disandarkan kepada Daud bin Farqad
dalam bukunya (Al-“Ilal) bahwa ia (Daud)
berkata: “saya bertanya kepada Abu Abdillah,
apa pendapat anda tentang An-Nasib46 ? ia
menjawab halal darahnya, tapi saya
mengkhawatirkan keselamatan anda, maka
jika anda mampu menggulingkan tembok
sehingga merobohi orang Ahlus Sunnah, atau
menenggelamkannya di lautan, sehingga tak
ada yang menyaksikan atas perbuatanmu maka
lakukanlah, kemudian saya bertanya lagi
“bagaimana pendapat anda tentang hartanya ?
ia menjawab ambillah, jika anda bias.47
Tidak cukup di situ saja, bahkan mereka
berpendapat bahwa kekufuran orang-orang
Ahlus Sunnah lebih besar dari pada kekufuran
orang-orang yahudi dan nashrani, dikarenakan

46
Orang-orang syiah menamakan ahlus sunnah dengan
sebutan An-Nasib.
47
Al-Mahaasin, Nafsaniyyah hal 166

47
mereka memang kafir asli, lain halnya dengan
Ahlus Sunnah, maka mereka adalah murtad
(keluar dari Islam) dan kekufuran dari
kemurtadan lebih besar dari pada kekufuran
asli.
Oleh sebab itu, orang-orang Rafidhah
membantu orang-orang kafir di dalam
peperangan melawan orang-orang Islam
sebagaimana yang disaksikan oleh sejarah.48
Dikatakan oleh Al-Fudlail bin Yasar saya
bertanya kepada Abu Ja’far tentang wanita
Rafidhah, apakah boleh saya kawinkan dengan
laki-laki Ahlus Sunnah? ia menjawab tidak,
karena laki-laki Ahlus Sunnah (yang sesuai
dengan penamaan mereka An-Nasib) adalah
kafir.49
Sebenarnya istilah “An-Nasib” dalam
pandangan Ahlus Sunnah sendiri adalah
orang-orang yang membenci Ali bin Abi
Thalib radhiyallahu ‘anhu, akan tetapi orang-
orang Rafidhah menjuluki “orang-orang Ahlus

48
Syeikul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Orang-orang
rafidhah telah membantu tatar (pasukan tatar) ketika
memerangi negara-negara Islam (Majmu’ul Fatawa
35/1510
49
Wasailusy syiah 7/431, At-Thahdib 7/303

48
Sunnah dengan “An-Nasib” dikarenakan
mereka mendahulukan keimaman Abu Bakar,
Umar dan Ustman atas Ali bin Abi Thalib.
Dan sebenarnya jelas sekali, bahwa
keutamaan Abu Bakar dan Umar atas Ali bin
Abi Thalib ini sudah ada pada masa rasulullah
Shallallaahu Alaihi Wasallam sebagai
buktinya hadist yang diriwayatkan dari Ibnu
Umar :
-
ِ ‫لا‬ ِ ْcq ُ ‫ َر‬+ِ lَ ‫س ِ]\ْ َز‬ ِ U^m)‫ ا‬+ َ &ْ /َ (ُ &‡ œ
َ oُ U^m‫ُآ‬
%^ ¨ُ (ٍ ”ْ /َ Uَ/‫œ ‡& َ( َأ‬
َ mُ ]َ %َ P^q
َ ‫ َو‬Sِ &ْ Pَj
َ - ُ ‫ ا‬f^Pp َ
‫ن‬
َ Uَ,­ْ j ُ %^ ¨ُ (َ ,َ j
ُ
“Kami pernah memilih-milih manusia terbaik
(selain Rasulullah) pada masa Rasulullah,
maka kami memilih Abu Bakar kemudian
Umar kemudian Ustman” (H.R. Bukhari.)
Ditambahkan oleh Ath-Thabrani dalam
kitab Al-Kabir:

َ ‫ َو‬%َ P^q
َ ‫ َو‬Sِ &ْ Pَj
َ -
ُ ‫ ا‬f^Pp
َ \
™ nِ m^ )‫ ا‬Z
َ )ِ‫َ َذ‬%Pَْ &َ ]َ
‹ُ (ُ ”ِ mْ €ُ
“Kemudian rasulullah mengetahui hal itu,
dan tidak mengingkarinya”

49
Dikatakan oleh Ibnu Asyakir: “Kami
mengagungkan dan memulyakan Abu Bakar,
Umar, Ustman dan Ali.”
Diriwayatkan oleh Ahmad dan yang
lainnya, dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu
‘anhu, bahwa beliau berkata “Sebaik-baik
umat ini setelah nabinya adalah Abu Bakar
kemudian Umar, jika kau mengharapkan
katakanlah yang ketiganya Ustman.” Adh-
Dhahabi mengatakan ini hadist mutawatir.50

50
At-Ta’liqat ala matnil-itiqat 91

50
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG NIKAH MUT’AH
DAN KEUTAMAANNYA

Mut’ah51 memiliki keistimewaan yang besar


di dalam aqidah Rafidhah, dikatakan dalam
buku “Manhajus Shadiqin” yang ditulis oleh
Fathullah Al Kasyani, dari Ash Shadiq
bahwasannya mut’ah adalah bagian dari
agamaku, dan agama nenek moyangku, dan
barang siapa yang mengamalkannya berarti ia
mengamalkan agama kami, dan barang siapa
yang mengingkarinya bearti ia mengingkari
agama kami, bahkan ia bisa dianggap
beragama dengan selain agama kami, dan anak
yang dilahirkan dari hasil perkawinan mut’ah
lebih utama dari pada anak yang dilahirkan di
luar nikah mut’ah, dan orang yang
mengingkari nikah mut’ah ia kafir dan
murtad.52
Dinukil oleh Al-Qummy dalam bukunya
“Maa laa Yudhrikuhul Faqih, dari Abdillah bin
Sinan dari Abi Abdillah ia berkata
“Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata'ala
51
Mut’ah adalah nikah kontrak dalam wantu tertentu
52
Minhajus shadiqin : 356

51
mengharamkan atas orang-orang syi’ah segala
minuman yang memabukkan, dan
menggantikan bagi mereka dengan mut’ah.”53
Rafidhah tidak membatasi dengan jumlah
tertentu dalam mut’ah, dikatakan dalam buku
“Furu’ul Kaafi”, Ath-Thahdib, dan Al-
Istibshar, dari Zurarah dari Abi Abdillah ia
berkata “Saya bertanya kepadanya tentang
jumlah wanita yang dimut’ah, apakah hanya
empat wanita? ia menjawab nikahilah (dengan
mut’ah) dari wanita, meskipun itu 1000
(seribu) wanita, karena mereka (wanita-wanita
ini) dikontrak.”
Dari Muhammad bin Muslim dari Abu
Ja’far bahwa ia berpendapat tentang mut’ah,
bahwa ia tidak hanya terbatas empat wanita,
karena mereka tak perlu dicerai, tidak
mewarisi, hanyasannya mereka itu adalah
dikontrak.54
Bagaimana kita bisa menerima dan
membenarkan nikah seperti ini, sementara
Allah Subhanahu Wata'ala berfirman:

53
Mal la Yahdluruhol faqih hal 330
54
Al-Furu’minal kafi : 2/43, Ath-Thahdib : 2/188

52
fَPj َ  ^ ‫ن ِإ‬ َ ْc‘ُ ]ِ Uَ' ْ%aِ Œ ِ ْ‫ْ ِ) ُ› ُ(و‬%‫ ُه‬+ َ €ْ Yِ ^)‫وَا‬
(َ &ْ ˜
َ ْ%aُ o^ ®ِ]َ ْ%aِ oِ Uَ,€ْ ‫ َ”¯ْ َأ‬Pَlَ Uَl ْ‫ْ َأو‬%aِ Œ ِ ‫َأزْوَا‬
%ُ ‫ ُه‬Z َ Šِ )َ‫ُو‬°]َ Z َ )ِ‫ َورَا َء َذ‬fَƒ•َ /ْ ‫ ا‬+ ِ ,َ ]َ +َ &ْ lِ ْcPُlَ
‫ن‬
َ ْ‫ ُدو‬Uَ)ْ ‫ا‬
“Dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri
mereka, atau budak yang mereka miliki, maka
sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
tercela, barang siapa yang mencari d ibalik
itu, maka mereka itulah orang-orang yang
melampaui batas” (QS.Al-Mu’minun : 5-7).
Dari ayat di atas jelas, bahwa yang
diperbolehkan untuk disetubuhi adalah istri
yang sah, dan hamba sahaya yang dimilikinya,
selebih itu diharamkan, wanita yang dimut’ah
(dipakai bersenang-senang) adalah wanita
yang dikontrak ia bukan istri, tidak mendapat
warisan dan tidak perlu dicerai, oleh karena itu
ia adalah wanita pelacur.
Syeikh Abdullah bin Jibrin berkata “Orang-
orang Rafidhah menghalalkan nikah mut’ah
berdalil dengan ayat:

53
ْ¯”َ Pَlَ Uَl  ^ ‫ ِء ِإ‬Uَ.m‡)‫ ا‬+ َ lِ ‫ت‬ ُ Uَm² َ k ْ ,ُ )ْ ‫وَا‬
Uَl ْ%”ُ )َ ‚ ^' ِ ‫ْ َوُأ‬%”ُ &ْ Pَj َ - ِ ‫ب ا‬ َ Uَ•‫ْ ِآ‬%”ُ oِ Uَ,€ْ ‫َأ‬
+
َ &ْ mِ ²ِ k ْ lُ ْ%”ُ )ِ‫َا‬clْ °َ/ِ ‫ْا‬cƒُ •َ nْ “َ ْ‫ْ َأن‬%”ُ )ِ‫َورَا َء َذ‬
+
^ aُ mْ lِ Sِ /ِ ْ%•ُ ْ •َ ,ْ •َ qْ ‫ ا‬Uَ,]َ + َ &ْ k
ِ ]ِ Uَ.lُ (َ &ْ ˜ َ
ْ%”ُ &ْ Pَj
َ ‫ح‬ َ UَmŒ
ُ  َ ‫— ً َو‬ َ €ْ (ِ ]َ +^ ‫ْ َر ُه‬cŒ ُ ‫ ُأ‬+
^ ‫ْ ُه‬c“ُ ³َ]َ
-
َ ‫نا‬ ^ ‫— ِ ِإ‬
َ €ْ (ِ ›َ )ْ ‫ ْ ِ` ا‬/َ ْ+lِ Sِ /ِ ْ%•ُ&ْ ˆ
َ ‫ َ“(َا‬Uَ,&ْ ]ِ
Uً,ْ&”ِ '
َ Uً,ْ&Pِjَ ‫ن‬ َ Uَ‫آ‬
“Dan (diharamkan juga kamu mengawini)
wanita yang bersuami, kecuali budak-budak
yang kamu miliki (Allah telah menetapkan
hukum itu) sebagai ketetapannya atas kamu,
dan dihalalkan selain yang demikian (yaitu)
mencari istri-istri dengan hartamu untuk
dikawini, bukan untuk berzina, maka istri-istri
yang telah kamu nikmati (campuri) di antara
mereka, maka berikanlah kepada mereka
maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu
kewajiban, dan tiada mengapalah bagi kamu
terhadap sesuatu yang kamu telah saling
merelakannya, sesudah menentukan mahar itu,
sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi
maha bijaksana” (QS. An-Nisa’: 24).

54
Untuk menjawab dalil mereka, maka bisa
dikatakan bahwa ayat-ayat di bawah ini
sampai dengan ayat yang dijadikan sandaran
oleh orang syi’ah adalah berbicara masalah
nikah yang sebenarnya dimulai dengan ayat:
‫ا‬cُ¨(ِ “َ ْ‫ْ َأن‬%”ُ )َ ‚ ™kِ €َ  َ ‫ْا‬cmُ lَ ‫ َأ‬+َ €ْ Yِ )^‫ ا‬Uَa€™ ‫ َأ‬Uَ€
´
ِ ْ nَ /ِ ‫ْا‬cnُ ‫ْ َه‬Y•َ )ِ +
^ ‫ْ ُه‬cPُ— ُ ْ “َ 
َ ‫ َو‬Uً‫ َء َآ(ِه‬Uَ.m‡ )‫ا‬
ٍ mَ &‡nَ lُ ٍ 
َ'ِ Uَ›/ِ Uَm&ْ “ِ ْ°€َ ْ‫ َأن‬ ^ ‫ ِإ‬+ ^ ‫ْ ُه‬c,ُ •ُ &ْ “َ i Uَl
‫ف‬
ِ ْ‫ ْ ُ(و‬,َ )ْ Uِ/ +
^ ‫ ُ(وْ ُه‬b ِ Uَj‫َو‬
“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal
bagi kamu, mempusakai wanita dengan jalan
paksa, dan janganlah kamu menyusahkan
mereka, karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya, kecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata, dan pergaulilah
dengan mereka secara patut.”(An-Nisa’ :19).
Sampai dengan ayat
....‫ج‬
ٍ ْ‫ن َزو‬
َ Uَ”lَ ‫ج‬
ٍ ْ‫ل َزو‬
َ ‫`َا‬nْ •ِ q
ْ ‫ ا‬%ُ “ُ ْ‫وَِإنْ َأ َرد‬
“Dan jika ingin mengganti istrimu dengan
istri yang lain.” (An-Nisa’ 20)
Sampai lagi dengan ayat:
....ْ%‫ ُؤ ُآ‬Uَ/‫· َأ‬
َ ”َ oَ Uَl ‫ْا‬ck
ُ ”ِ mْ “َ 
َ ‫َو‬
55
“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita
yang telah dikawini oleh ayahmu” (QS. An-
Nisa’ 22).
Kemudian ditambah lagi ayat dengan ayat:
...ْ%”ُ “ُ Uَal^ ‫ْ ُأ‬%”ُ &ْ Pَj
َ ْ¯lَ (‡ '
ُ
“Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-
ibumu ….”. (QS.An-Nisa’ : 23)
Setelah Allah Subhanahu Wata'ala
menghitungkan untuk kita jumlah wanita yang
haram dinikahi baik di karenakan nasab
keturunan atau dikarenakan sebab yang
lainnya. Allah berfirman :
...ْ%”ُ )ِ‫ َورَا َء َذ‬Uَl ْ%”ُ )َ ‚
^'ِ ‫َوُأ‬
“Dan dihalalkan bagi kamu selain yang
demikian (wanita yang disebutkan diatas), dan
jika kalian menikahi mereka (mereka selain
yang disebutkan diatas) untuk kalian setubuhi
maka berikanlah maharnya, yang mana telah
kalian tentukan untuknya, dan jika mereka
(para istri) membebaskan sebagian dari
maharnya dengan kerelaan hati, maka tidak
dosa engkau menerimanya..”
Inilah sebenarnya penafsiran yang benar
sesuai dengan penafsiran para mayoritas

56
shahabat nabi dan para ulama tafsir
sesudahnya.55
Orang Rafidhah tidak berhenti sampai di
situ saja, bahkan mereka memperbolehkan
mendatangi wanita (istri) dari duburnya
(menyetubuhi istri dari jalan belakangnya).
Disebutkan dalam buku Al-Istibshar yang
diriwayatkan dari Ali bin Al-Hakam, ia
berkata, “Saya pernah mendengar Shafwan
berkata” saya berkata kepada Ar-Ridha,
“Seorang budak memperintah saya untuk
bertanya kepadamu tentang suatu masalah
yang mana ia malu menanyakan langsung
kepadamu”, maka ia berkata, “Apa masalah

55
Penjelasan dari Syeikh Abdullah bin Jibrin, dalil lain
dari sunnah tentang pengharaman nikah mut’ah adalah
hadist “Arrabi bin Subrah Al-Juliany sesungguhnya
bapaknya menceritakan kepadanya bahwa ia pernah
bersama rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam, beliau
bersabda
‫ ِء‬Uَ.m‡)‫ ا‬+
َ lِ ‫ع‬
ِ Uَ•,ْ •ِ q
ْ ْ‫ْ ]ِ\ ا‬%”ُ )َ ¯ ُ oْ ‫¯ َأ ِذ‬
ُ mْ ‫‡\ ُآ‬o‫س ِإ‬ ُ U^m)‫ ا‬Uَa€™ ‫ َأ‬Uَ€
ِ lَ Uَ&gِ )ْ ‫ْ ِم ا‬c€َ fَ)‫ ِإ‬Zَ )ِ‫' ^( َم َذ‬
َ ْ`Qَ -
َ ‫نا‬ ^ ‫َوَأ‬
“Wahai manusia, sesungguhnya saya pernah
membolehkan bagi kalian nikah Mut’ah (bersenang-
sengan dengan wanita) ketahuilah, bahwa Allah
Subhanahu Wata'ala telah mengharamkannya sampai
hari kiamat. (H.R.Muslim)

57
itu?”, ia menjawab, “Bolehkah seorang laki-
laki menyetubuhi istrinya dari duburnya”,
maka ia menjawab, “Ya, boleh baginya”.56

56
Al-Istibshar 3/243

58
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG KOTA NAJF DAN KARBALA
DAN KEUTAMAAN MENZIARAHINYA

Orang-orang syi’ah beranggapan bahwa


kuburan para imam mereka, baik itu yang
hanya diakui belaka atau yang sebenarnya
sebagai tanah haram yang suci; Kufah,
Karbala dan Qum tanah haram.
Mereka meriwayatkan dari Ja’far Ash-
Shadiq: bahwa Allah Subhanahu Wata'ala
memiliki tanah haram yaitu Makkah,
Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam
memiliki tanah haram yaitu Madinah
Munawarah, dan Amirul Mu’minin Ali bin
Abi Thalib memiliki tanah haram yaitu Kufah,
dan kami memiliki tanah haram yaitu Qum.
Tanah Karbala bagi orang syi’ah lebih
utama dari pada Ka’bah, disebutkan dalam
kitab “Al-Bihar” dari Abu Abdillah, ia berkata,
“Sesungguhnya Allah menurunkan wahyunya
kepada Ka’bah dengan mengatakan “Jika
bukan karena tanah Karbala Aku tidak
mengutamakanmu, dan jika bukan karena
imam yang bersemayam di tanah Karbala, Aku
tidak menciptakanmu, dan Aku tidak

59
menciptakan mesjid yang engkau banggakan,
diamlah kamu jangan bertingkah, jadilah kamu
tumpuhan dosa, hina dina, yang dihinakan dan
jangan sombong kepada tanah Karbala, jika
tidak, Aku akan tumpaskan kau ke neraka
jahanam.57
Disebutkan dalam kitab “Al-Mizar” karya
Muhammad Nu’man yang dijuluki dengan
Asy Syeikh Al-Mufid ia mengatakan
“Hendaklah seseorang yang menziarahi
kuburan Al-Husain mengangkat tangan
kanannya, dan mengucapkan do’a “Saya
datang menziarahimu, dengan mengharapkan
agar kaki ini tetap tegar untuk selalu hijrah
kepadamu (menziarahimu), saya yakin bahwa
Allah Subhanahu Wata'ala menghilangkan
kesedihan, menurunkan rahmat-Nya, dengan
sebabmu, dan karena engkaulah Allah
Subhanahu Wata'ala mengukuhkan bumi, tidak
menenggelamkannya, dan mengokohkan
gunung-gunungnya di atas pasak-pasaknya.
Aku menghadap kepada tuhanku, dengan
perantaraanmu, agar dikabulkan

57
Kitabul Bihar 10/107

60
permohonanku dan semua kebutuhanku serta
diampuni dosa-dosaku.
Disebutkan dalam buku “Al-Mizar” tentang
keutamaan kota Kufah, yang diriwayatkan
oleh Ja’far Ash-Shadiq, ia berkata: “Sebaik-
baik tanah, setelah tanah haramnya Allah dan
Rasul-Nya adalah tanah Kufah, karena ia
bersih dan suci, di dalamnya terdapat kuburan
para nabi dan rasul dan para washi (imam yang
mendapat wasiat untuk meneruskan
kekhilafahan), dan disana tempatnya keadilan
Allah, dan di sana pula penerus kekhilafahan
hadir, di sana pula tempat turunnya para nabi,
washi dan orang-orang sholeh.58
Renungkan wahai pembaca yang budiman,
bagaimana mereka jatuh dalam kemusyrikan
mulai dari permohonan kepada selain Allah
dalam pencapaian hajat dan pengampunan
dosa dari manusia, sedangkan Allah berfirman:
-
ُ ‫ا‬
^ ‫ب ِإ‬
َ ْcoُ Y™ )‫ْ َ€ ْƒ ِ› ُ( ا‬+lَ ‫َو‬
“Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa
selain dari pada Allah?.” (QS. Ali Imran 135).

58
Kitab Al-Mizar hal 99

61
SISI PERBEDAAN
ANTARA SYI’AH DAN AHLUS SUNNAH

Nidzamuddin Muhammad Al-A’dzami


mengatakan dalam bukunya pengantar Syi’ah
dan Mut’ah “Perbedaan antara kami (Ahlus
Sunnah) dan mereka (Syi’ah) tidak hanya
berpusat pada perbedaan-perbedaan masalah
Fiqhiyyah yang sifatnya Furu’iyyah saja,
sekali lagi tidak, perbedaan ini pada
hakekatnya perbedaan dalam masalah-masalah
yang sangat mendasar sekali. Perbedaan dalam
segi aqidah, yang mana perbedaan-perbedaan
ini bisa dilihat pada hal-hal dibawah ini:
Pertama: Orang-orang syi’ah mengatakan
bahwa Al-Qur’an mengalami perubahan dan
pengurangan, sedangkan kami mengatakan
bahwa Al-Qur’an sempurna tidak ada
pengurangan, tidak pernah dan tidak akan ada
penggantian, pengurangan atau perubahan,
sampai hari kiamat, Allah berfirman:
‫ن‬
َ ْc‘
ُ ]ِ Uَk
َ ) Sُ )َ U^o‫ ْآ َ( َوِإ‬Y‡ )‫ ا‬Uَm)ْ ¤^ oَ +
ُk
ْ oَ U^o‫ِإ‬
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
Al-Qur’an, dan sesunguhnya Kami benar-
benar memeliharannya” (QS. Al-Hijr : 9).
62
Kedua: Orang syi’ah mengatakan
bahwasannya para sahabat nabi setelah
wafatnya nabi semuanya murtad kecuali
sedikit saja dari mereka, mereka menghianati
amanah, dan agamanya, khususnya khalifah
yang tiga yaitu: Abu Bakar, Umar dan
Utsman, oleh sebab itu mereka dicap orang-
orang yang paling besar kekafirannya dan
kesesatannya.
Sedangkan kami (Ahlus Sunnah)
mengatakan bahwa mereka para shahabat
sebaik-baiknya manusia setelah para nabi,
mereka orang-orang adil, tidak pernah dengan
sengaja membuat kedustaaan kepada nabi
mereka, dan dapat dipercaya di dalam
meriwayatkan hadist dari nabi.
Ketiga: Orang syi’ah mengatakan, bahwa
para imam mereka yang jumlahnya 12 adalah
ma’sum, dijaga dari kesalahan, mereka
mengetahui ilmu ghaib, mereka mengetahui
segala ilmu yang datang kepada para malaikat,
para nabi dan rasul, mereka mengetahui
sesuatu yang sudah berlalu, yang akan tiba, tak
ada sedikitpun yang samar bagi mereka, dan
mereka memahami semua bahasa yang ada di

63
dunia ini, dan bumi ini diciptakan untuk
mereka.
Sedangkan kami (Ahlus Sunnah)
mengatakan bahwa mereka manusia biasa,
sebagaimana yang lain, tidak ada perbedaan,
sebagian mereka ada yang ahli fiqih, ulama,
dan khalifah, kami tidak menisbahkan kepada
mereka dengan sesuatu apapun yang tidak
pernah mereka dakwakan bagi diri mereka,
karena mereka sendiri mencegah hal itu dan
berlepas diri darinya.59

59
Mukaddimah Kitab Syiah dan Mut’ah hal 6

64
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG HARI ‘ASYUURA’ DAN
KEUTAMAAN BAGI MEREKA

Pada sepuluh hari pertama dari bulan


Muharram setiap tahun , orang-orang syi’ah
mengadakan upacara kesedihan dan ratapan
(berkabung),saat itu mereka melakukan
demonstrasi di jalan-jalan dan lapangan-
lapangan umum, dengan memakai pakaian
serba hitam, sebagai lambang kesedihan
mereka, ini mereka lakukan untuk mengenang
gugurnya Al-Husain, dengan berkeyakinan
bahwa ini merupakan sarana pendekatan
kepada Allah yang paling agung.
Dalam acara ini mereka memukul-mukul
pipi mereka dengan tangan mereka, memukul
dada dan punggung, menyobek-nyobek saku,
menangis berteriak histeris dengan menyebut
Ya Husain – Ya Husain !!!.
Lebih-lebih pada tanggal 10 Muharram,
mereka melakukan lebih dari yang tersebut di
atas, mereka memukuli diri sendiri dengan
cemeti dan pedang, sebagaimana yang terjadi
di negara yang dikuasai oleh Rafidhah seperti
Iran.

65
Bahkan para tokoh-tokoh terkemuka mereka
menganjurkan perbuatan yang hina ini, yang
dijadikan lelucon bangsa lain.
Pernah salah seorang dari narasumber
mereka yang bernama Muhammad Hasan Ali
Kasyiful Ghitha’ pernah ditanya tentang
perbuatan-perbuatan kaumnya yang memukul-
mukul pipi dan yang lainnya, maka ia
menjawab bahwa itu semua merupakan syiar
ajaran Allah Subhanahu Wata'ala sebagaimana
frmannya:
‫َى‬cgْ “َ ْ+lِ Uَao^ ®ِ]َ -
ِ ‫ ِ» َ( ا‬Uَb
َ ْ%‘
‡ َ €ُ ْ+lَ ‫َو‬
‫ب‬
ِ ْcPُgُ )ْ ‫ا‬
“Demikianlah (perintah Allah), dan barang
siapa mengagungkan syiar-syiar Allah, maka
sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”
(QS. Al-Hajj : 516).60

60
Acara-acara yang hina ini mereka lakukan setiap
tahun, dan perlu diketahui bahwa Rasulullah
Shallallaahu Alaihi Wasallam melarang perbuatan ini,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim tentang
pelarangan memukul pipi dan menyobek-nyobek saku,
tetapi Rafidhah adalah sekte yang paling banyak
mendustakan hadist nabi.

66
AQIDAH RAFIDHAH
TENTANG BAI’AT

Rafidhah beranggapan bahwa seluruh


pemerintahan, selain pemerintahan imam
mereka yang jumlahnya 12, dianggap tidak sah
dan batal.
Dijelaskan dalam kitab Al-Kaafi dan Al-
Ghaibah dari Abu Ja’far, beliau berkata
“Setiap bendera yang dikibarkan sebelum
bendera imam mereka Al-Qaa’im Al-Mahdi
pemiliknya dianggap thaughut.61
Tidak diperbolehkan taat kepada seorang
penguasa yang tidak mendapatkan legitimasi
dari Allah kecuali dengan cara “Taqiyyah”.
Mereka mengecap semua penguasa muslim
selain para imam mereka, dengan imam yang
khianat dzalim (tidak adil) dan dengan nama
lain yang sejenisnya, khususnya kepada tiga
khalifah, Abu Bakar, Umar dan Ustman.
Salah seorang dari mereka (rafidhah) yang
bernama Al-Majlisi, penulis buku “Biharul
Anwar” memberikan komentar kepada tiga

61
Al-Kafi : 12/371 dan kitabul Abhar : 25/113

67
khalifah Abu Bakar, Umar dan Ustman
“Bahwa mereka adalah para perampok
kekuasaan, pengkhianat, dan murtad dari
agamanya, semoga laknat Allah kepada
mereka, dan kepada orang-orang yang
mengikutinya, dikarenakan kedzaliman yang
dilakukannya kepada keluarga nabi dari
generasi pertama dan sesudahnya”.62
Inilah yang dilontarkan oleh Al-Majlisi,
yang mana bukunya dianggap sebagai rujukan
sentral oleh orang syi’ah, di dalam
memberikan penilaian terhadap generasi
terbaik setelah para nabi dan rasul.
Sesuai dengan komentar mereka tentang
ketiga khulafaur rasyidin di atas, mereka
beranggapan bahwa setiap orang yang bekerja
sama dengan ketiga Khulafaur Rasyidin adalah
thaghut dan pengkianat.
Diriwayatkan oleh Al-Kulaini dari Umar
bin Handlalah, ia berkata, “Saya bertanya
kepada Abu Abdillah tentang dua orang laki-
laki dari shahabat kami yang berselisih tentang
utang dan harta warisan yang mana keduanya
mencari penyelesaian hukum kepada hakim

62
Kitabul Bihar : 4/385

68
(selain golongan syi’ah) apakah yang
demikian ini diperbolehkan? ia menjawab :
“Barang siapa yang mencari penyelesaian
hukum kepada mereka (hakim selain dari
golongan mereka) baik mereka
menyelesaikannya atau menghukuminya
dengan hak atau batil maka sesungguhnya ia
telah berhukum kepada thaughut, dan apa yang
telah diputuskan untuknya maka sama dengan
ia mengambil harta karun, meskipun itu benar,
dan memang haknya, dikarenakan ia
mengambil putusan thaughut.63
Khumaini berkata, di dalam mengomentari
tokoh-tokoh syi’ah di atas: “Imam sendiri yang
melarang mencari penyelesaian hukum kepada
para penguasa dan para hakimnya, karena
mencari penyelesaian hukum kepada mereka
dianggap mencari penyelesaian kepada
thaugut.64

63
Al-Kafi : 1/67, Ath-Thahdib : 6/301
64
Al-Hukumaatul Islamiyyah : 74

69
HUKUM MENDEKATKAN ANTARA
AHLUS SUNNAH YANG MENGESAKAN
ALLAH DENGAN SYI’AH YANG
MENYEKUTUKANNYA

Dalam masalah ini saya menganggap cukup


dengan apa yang ditulis oleh DR.Nashir Al-
Qifari dalam bukunya “Mas-alatut Taqriib”
beliau katakan, “Bagaimana mungkin
menyamakan orang syi’ah dengan Ahlus
Sunnah, yang mana mereka (syi’ah) mecela
kitab Allah, dan menafsirkannya tidak dengan
penafsiran yang benar, dan beranggapan
bahwa Allah Subhanahu Wata'ala menurunkan
kitab-kitabnya kepada para imam mereka,
setelah Al-Qur’anul karim65, dan berpendapat
65
Pembaca yang budiman, di akhir risalah ini kami
sertakan salah satu surat dari Al Qur’an mereka, yang
diakui oleh mereka telah dihapuskan dari Al- Qur’an
yang dinamakan dengan surat “Al Wilayah”,
diambilkan dari kitab Fashlul khitab, yang ditulis oleh
seorang tokoh Rafidhah yang telah binasa: An-Nuri Ath
Thibrisi, dan tentu ini sebagai pendustaan terhadap
Allah Azza wa Jalla yang telah berjanji akan menjaga
Al-Qur’an ini dalam firman-Nya:
‫ن‬
َ ْc‘
ُ ]ِ Uَk
َ ) Sُ )َ U^o‫ ْآ َ( َوِإ‬Y‡ )‫ ا‬Uَm)ْ ¤^ oَ +
ُkْ َo U^o‫ِإ‬
70
bahwa derajat keimaman sama dengan derajat
kenabian, dan para imam mereka seperti para
nabi atau lebih utama, dan menafsirkan ibadah
kepada Allah Subhanahu Wata'ala yang mana
ini merupakan inti risalah (misi) setiap rasul
tidak dengan sebagaimana yang sebenarnya,
dan ibadah menurut mereka adalah taat kepada
para imam, dan penyekutuan Allah menurut
mereka adalah menyertakan ketaatan kepada
selain imam mereka dengan ketaatan kepada
imam mereka. Disamping itu, mereka
mengkafirkan para sahabat Rasulullah
Shallallaahu Alaihi Wasallam dan
mengkafirkan semua sahabat kecuali tiga atau
empat atau tujuh, sesuai dengan perbedaan
riwayat mereka. Mereka memiliki idiologi atau
konsep keagamaan yang berbeda dengan
mayoritas umat Islam, seperti masalah
keimaman, kema’shuman (maksudnya para
imam terjaga dari dosa dan kesalahan)
taqiyyah, munculnya kembali para imam,

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an,


dan sesunguhnya Kami benar-benar memeliharannya”
(QS. Al-Hijr : 9).
Lalu, apakah ada orang yang berakal yang masih
meragukan sesatnya aqidah Rafidhah ini?

71
menghilangnya para imam untuk kembali lagi,
dan bada’ (munculnya ilmu pengetahuan bagi
Allah yang di awali dengan ketidak tahuan).66

66
Mas’alatul Taqrib : 2/302

72
KOMENTAR ULAMA SALAF DAN
KHALAF TENTANG RAFIDHAH

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata:


“Para ulama sepakat bahwa Rafidhah salah
satu sekte paling besar dustanya, kedustaanya
sudah dikenal sejak lama, oleh sebab itu para
ulama memberikan cap dengan kelompok
yang banyak dustanya”.
Asyhab bin Abdul Aziz berkata, “Imam
Malik ditanya tentang Rafidhah, maka beliau
menjawab, “Jangan berbicara dengannya, dan
anda jangan meriwayatkan hadist darinya,
sesungguhnya mereka para pendusta”.
Masih dikatakan oleh imam Malik, “Orang
yang mencaci para shahabat Rasulullah
Shallallaahu Alaihi Wasallam, tidak memiliki
bagian dalam Islam (tidak tergolong orang
Islam).”
Ibnu Katsir memberikan penafsiran tentang
firman Allah dibawah ini :
fَPj َ ‫`^ا ُء‬bِ ‫ َأ‬Sُ َ lَ +
َ €ْ Yِ )^‫ َوا‬-ِ ‫لا‬
ُ ْcq
ُ ‫`ٌ َر‬,^ k
َ lُ
‫§`ًا‬^q ُ Uً^‫ْ ُرآ‬%‫ْ َ“(َا ُه‬%aُ mَ &ْ /َ ‫ ُء‬Uَ,'َ ‫ ِر ُر‬U^›”ُ )ْ ‫ا‬
ْ%‫ ُه‬Uَ,&ْ q
ِ Uًo‫َا‬cˆْ ‫ َو ِر‬- ِ ‫ ا‬+ َ lِ ¼
ً—ْ ]َ ‫ن‬َ ْcƒُ •َ ْn€َ

73
ْ%aُ Pُ­َ lَ Z َ )ِ‫ْ ِد َذ‬c§ ُ. ™ )‫ْ َأ َ¨ ِ( ا‬+lِ ْ%aِ ‫ْ ِه‬cُŒ‫ِ]\ْ ُو‬
‫ع‬
ٍ ْ‫‚ َآ َ(ز‬ ِ &ْ § ِ oْ ½
ِ ْ‫ْ ]ِ\ ا‬%aُ Pُ­َ lَ ‫ْرَا ِة َو‬c•^ )‫]ِ\ ا‬
‫َى‬c•َ q ْ Uَ] ¾ َ Pَƒْ •َ q
ْ Uَ] ‹ُ ‫ َز َر‬³َ] Sُ Šَ £
ْ b َ ‫ج‬ َ (َ ¡ ْ ‫َأ‬
%ُ aِ /ِ ¾ َ &ْ ƒِ &َ )ِ ‫ع‬ ُ ‫ر^ا‬¤™ )‫ ا‬O ُ § ِ ْ €ُ Sِ Qِ ْcq
ُ fَPَj
‫ ُر‬U^›”ُ )ْ ‫ا‬
“Muhammad itu adalah utusan Allah, dan
orang-orang yang bersama dengan dia adalah
keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat
mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah
dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka
tanpak pada muka mereka dari bekas sujud,
demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat,
dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti
tanaman yang mengeluarkan tunasnya, maka
tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu
menjadi besarlah dia, dan tegak lurus diatas
pokoknya, tanaman itu menyenangkan hati
penanam-penanamnya, karena Allah hendak
menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan
kekuatan orang-orang mu’min)” (QS. Al-
Fath: 29).
Imam Malik telah mengambil kesimpulan
dari ayat ini tentang kafirnya orang-orang
74
Rafidhah karena mereka telah membeci para
sahabar nabi, dikarenakan orang yang
membenci sahabat adalah kafir berdasarkan
ayat ini.
Imam Qurtubi berkata, “Sungguh imam
Malik telah berpendapat dengan sebaik-baik
pendapat, dan penafsirannya benar dan tidak
salah, sebab orang yang mencaci salah satu
dari shahabat nabi atau mencela riwayatnya,
maka pada dasarnya ia telah menolak Allah
Subhanahu Wata'ala, dan membatalkan syariat
Islam.67
Abu Hatim berkata, “Harmalah bercerita
kepadaku bahwa dia mendengar imam Syafi’i
berkata “Saya belum pernah melihat orang
paling dusta kesaksiannya dari pada
Rafidhah”.
Muammil bin Ahab berkata, “Saya
mendengar Yazid bin Harun berkata, “Bisa
diterima riwayat seorang pelaku bid’ah,
selama tidak mengajak kepada kebid’ahanya,
kecuali Rafidhah, selamanya tidak bisa
diterima riwayatnya dikarenakan mereka
pendusta”.

67
Dasar-dasar madhab syiah imamiyyah : 3/1250

75
Muhammad bin Said Al-Ashbahani berkata,
“Saya mendengar Syuraik berkata, “ambillah
ilmu dari siapa saja yang anda jumpai kecuali
dari Rafidhah, karena mereka membuat hadits
sendiri dan menjadikannya sebagai agama”.
Yang dimaksud Syuraik disini adalah Syuraik
bin Abdullah hakimnya kota Kufah.
Muawiyyah berkata, “Saya mendengar Al-
A’masy berkata, “Saya menjumpai segolongan
manusia yang dikenal dengan “kaum
pendusta” mereka ini adalah teman-teman Al-
Mughirah bin Said seorang pendusta Rafidhah,
sebagaimana yang dikatakan oleh Adz-
Dzahabi68.
Ibnu Taimiyyah dalam memberikan
komentar terhadap ucapan-ucapan ulama salaf
mengatakan, “pokok dan dasar dari kebid’ahan
orang-orang Rafidhah adalah kekufuran
mereka yang tersembunyi, dan penyekutuan
kepada Allah, kedustaan adalah hal yang biasa
bagi mereka, bahkan mereka sendiri mengakui
akan hal ini, dengan mengatakan, agama kami
adalah taqiyyah yaitu ucapan seseorang
dengan lisannya yang bertolak belakang

68
Minhajus sunnah, Ibnu Taimiyyah : 1/59

76
dengan keyakinannya, inilah kedustaan dan
kemunafikan, mereka dalam hal ini seperti
ucapan pepatah melempar kedustaan dengan
penuh kerahasian.”
Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata,
“Saya pernah bertanya kepada bapak saya
tentang Rafidhah maka beliau menjawab,
“yaitu mereka yang mencaci dan mencela Abu
Bakar dan Umar”.
Pernah ditanyakan kepada imam Ahmad
tentang Abu Bakar dan Umar, beliau
menjawab mudah-mudahan beliau berdua
dirahmati oleh Allah, dan dibebaskan dari
tuduhan orang-orang membencinya.69
Diriwayatkan oleh Al-Khallal dari Abu
Bakar Al-Maruzy, ia berkata, “Saya bertanya
kepada Abu Abdillah (Imam Ahmad) tentang
orang yang mencela Abu Bakar, Umar dan
Aisyah beliau menjawab, “Ia tak termasuk lagi
dalam agama Islam”.70
Al-Khallal berkata, bercerita kepada saya
Harb bin Ismail Al-Karmani dengan
mengatakan, bahwa Musa bin Harun bin Ziyad

69
Masalah-masalah yang diriwayatkan oleh imam
Ahmad : 2/357
70
As-Sunnah : 3/493

77
berkata, “saya mendengar seseorang bertanya
kepada Al-Faryabi tentang orang yang
mencaci dan mencela Abu Bakar, maka ia
menjawab, ia kafir!, apakah ia dishalatkan ? di
jawab, tidak.71
Orang-orang nashrani pernah mendebat
Ibnu Hazm dalam pembelaan terhadap
Rafidhah dengan menghadirkan beberapa
kitab-kitab Rafidhah, maka beliau (Ibnu
Hazm) berkata, “mereka (rafidhah) tidak
tergolong orang Islam, dan ucapan mereka
tidak menjadi bukti atas agama, dan konsep-
konsepnya nampak seperti jawaban atau
sambutan dari orang yang dihinakan Allah
kepada orang yang membuat makar (tipu daya)
terhadap agama”. Rafidhah ini pas seperti
yahudi dan nashrani di dalam kebohongan atau
kedustaannya dan kekufurannya.72
Abu Zur’ah Ar-Razi berkata: “Jika anda
melihat seseorang mencaci (mengurani derajat
salah satu dari shahabat nabi) ketahuilah
bahwa ia seorang zindik (kafir).
Badan Riset Ilmiyyah dan fatwa di Sudi
Arabia pernah ditanya dengan suatu
71
As-Sunnah : 3/493
72
Al-Fasl fil milal wan nihal : 2/78

78
pertanyaan, yang mana disebutkan di dalam
pertanyaan itu, bahwa seorang penanya dan
orang-orang bersamanya berdomisili dibelahan
utara Arab, berdekatan dengan Iraq, di sana
terdapat suatu jama’ah yang mengikuti
madzhab Ja’fariyyah, dimana sebagian dari
mereka tidak bersedia memakan sembelihan
madzhab ini, dan sebagian yang lain bersedia
memakan hewan sembelihannya, oleh orang
itu disebutkan dalam pertanyaan “apakah halal
bagi kami makan sembelihan mereka,
sedangkan mereka berdo’a baik dalam
keadaan sempit atau lapang kepada Ali bin
Abi Thalib, Hasan dan Husain dan pembesar-
pembesar mereka yang lainnya ?
Maka Badan Riset Ilmiyyah dan Fatwa
Saudi Arabia ini menjawab yang saat itu
panitia ini diketahui oleh Syeikh Abdul Aziz
bin Abdullah bin Baz, Syeikh Abdullah Afifi,
Syeikh Abdullah bin Ghadayan dan Syeikh
Abdullah bin Qu’ud, dengan jawaban yang
diawali dengan memuji kepada Allah,
bersalawat kepada rasulnya, keluarganya dan
shahabatnya, jika permasalahannya seperti
yang disebutkan oleh sipenanya bahwa
kempok Ja’fariyyah yang ada di sekitarnya

79
berdo’a kepada Ali bin Abi Thalib, Al-Hasan
dan Al-Husain dan pembesar-pembesar
mereka maka mereka ini tergolong orang yang
menyekutukan Allah (musyrikun) murtad
(keluar dari agama), tidak dihalalkan makan
hewan sembelihannya, karena ia dianggap
bangkai, meskipun disaat penyembelihannya
mereka menyebut nama Allah.73
Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Al-
Jibrin pernah ditanya dengan suatu pertanyaan
yang mana disebutkan dalam pertanyaan
tersebut, Syeikh Jibrin yang dimulyakan Allah,
di kota kami terdapat orang Rafidhah yang
bekerja sebagai penyembelih hewan dan
banyak dari orang Ahlus Sunnah yang
mendatanginya untuk menyembelihkan hewan
sembelihannya, dan disitu terdapat juga
sebagian rumah makan yang bekerjasama
dengan seorang Rafidhah ini. Bagaimana
hukumnya bekerjasama dengan seorang
Rafidhah ini dan yang semisalnya, dan apa
hukumnya sembelihannya? apa halal atau
tidak, mohon diberikan fatwa? semoga Allah
memberikan balasan kebaikan kepada anda!.

73
Fatwa panitia tetap untuk fatwa : 2/264

80
Beliau menjawab: “Tidak sah sembelihan
Rafidhah dan tidak halal makan
sembelihannya, dikarenakan kebanyakan
mereka menyekutukan Allah, dengan selalu
berdo’a kepada Ali bin Abi Thalib baik di saat
sempit atau lapang, di Arafah, pada saat
thawaf, dan sa’i, mereka berdo’a kepadanya
dan berdo’a kepada anak-anaknya dan kepada
imam-imam mereka, sebagaimana yang sering
kita dengar dan ini merupakan syirik akbar,
dan kemurtadan, yang mana mereka berhak
diperangi.
Sebagaimanan mereka ini berlebih-lebihan
di dalam mensifati Ali bin Abi Thalib dan
memujinya, sampai-sampai mereka
mensifatinya dengan sifat yang hanya layak
diberikan kepada Allah Subhanahu Wata'ala,
sebagaimana yang sering kita dengar di
Arafah, mereka dengan demikian ini dianggap
murtad dan keluar dari agama Islam,
dikarenakan menjadikan Ali sebagai tuhan,
dan pencipta, dan yang menjalankan roda
perputaran alam, mengetahui ilmu ghaib,
memiliki kemanfaatan dan kemudharatan
(bahaya) dan yang sejenisnya. Dikarenakan
juga mereka mencela Al-Qur’anul karim, dan

81
menganggap bahwa para shahabat nabi
merubahnya, dan membuang dari padanya hal-
hal yang banyak sekali berkaitan denga Ahlul
Bait dan musuh-musuhnya, kemudian mereka
tidak bersedia mengikutinya dan tidak
menjadikannya sebagai dalil.
Disamping itu mereka mencaci para sahabat
nabi seperti ketiga Khulafaur Rasyidin, dan
sepuluh sahabat lainnya, yang dijamin oleh
Allah masuk surga, dan istri-istri Rasulullah
Shallallaahu Alaihi Wasallam, serta sahabat-
sahabat lain yang masyhur seperti Anas, Jabir,
Abu Hurairah dan yang lainnya, sebagaimana
mereka tidak menerima hadits-haditsnya,
dikarenakan mereka telah menganggapnya
kafir, begitu juga mereka tidak mengamalkan
hadits Bukhari Muslim kecuali hadits-hadits
yang berkenaan dengan ahlul bait, dan mereka
bergantung juga kepada hadits-hadits palsu,
atau sama sekali mengutarakan pendapatnya
tanpa bersandarkan kepada suatu dalil,
meskipun demikian mereka menunjukan
kemunafikannya, dengan mengatakan dengan
lisannya yang tidak diyakininya dalam hatinya,
merahasiakan apa yang ada dihatinya tanpa
memperlihatkannya, dengan bersemboyan

82
“Siapa yang tidak bertaqiyyah maka ia tidak
beragama”.
Oleh sebab itu jangan sampai diterima
dakwaannya atau pengakuannya tentang
persaudaraan, kasih sayang dalam agama,
kemunafikan adalah agama mereka cukup
Allahlah yang akan membalas
kejelekannya.”74

74
Fatwa ini disampaikan oleh Syeikh Jibrin, ketika
diajukan kepadanya suatu pertanyaan tentang
hukumberinteraksi dengan orang Rafidhah pada tahun
1414 H.
Saya jelaskan bahwa Syeikh Jibrin bukan orang pertama
yang menghukumi kafir orang Rafidhah, bahkan ulama
salaf dulu sampai ulama kholaf sekarang menghukumi
kafir sekte ini, disebabkan karena hujahnya yang batal,
dan itu dilakukan dengan kesengajaan, tidak ada unsur
kebodohan.

83
SURAT AL-WILAYAH YANG DIAKUI
OLEH RAFIDHAH SEBAGAI SALAH
SATU SURAT AL-QUR’AN

Hai orang-orang yang ‫ُا‬cmَ lَ i + َ €ْ Yِ )^‫ ا‬Uَa€™ ‫ َأ‬³َ€


beriman, berimanlah
kepada dua cahaya yang +
ِ €ْ ‫ْ َر‬cm™ )Uِ/ ‫ْا‬cmُ lِ i
telah kami turunkan, ‫ن‬
ِ ‫َا‬cPُ•ْ €َ Uَ,‫ ُه‬Uَmْ)¤َ oْ ‫َأ‬
untuk membacakan
kepada kalian ayat- ْ\“ِ Uَ€i ْ%”ُ &ْ Pَj
َ
ayatku, dan memberi ٌ‫َاب‬Yj َ ْ%‫ ُر ُآ‬Y‡ k€َ‫و‬
peringatan kepada kalian
akan siksa pada hari yang ٌ%&ْ ‘
ِj َ
besar.

Dua cahaya yang ْ+lِ Uَ,aُ —ُ ْ /َ ‫ن‬ِ ‫ْ َرا‬coُ


sebagiannya dari
sebagian yang lain, dan eُ &ْ ,ِ .
^ )‫ ا‬Uَo‫´ َوَأ‬ٍ ْ /َ
sesungguhnya Aku Maha %ُ &ْ Pَِ )ْ ‫ا‬
mendengar dan
mengetahui.

Sesungguhnya orang- -
َ ‫نا‬ َ ْc]ُ ْc€ُ + َ €ِY)^‫ن ا‬
^ ‫ِإ‬
orang yang memenuhi
janjinya kepada Allah ‫ت‬
ٍ Uَ€i ْ\]ِ Sٌ )َcُq‫َو َر‬
dan rasul-Nya, baginya %ِ &ْ ِ m^ )‫ت ا‬
ِ U^mŒ
َ ْ%aُ )َ
84
Surga Naim.

Dan orang-orang yang ْ+lِ ‫ َآ َ›(ُوا‬+ َ €ْ Yِ )^‫وَا‬


kafir setelah beriman
dengan merusak ْ%aِ —ِ gْ mَ /ِ ‫ْا‬cmُ lَ ‫ َأ‬Uَl `ِ ْ /َ
perjanjiannya, dan janji- %ُ ‫ َه َ` ُه‬Uَj Uَl‫ْ َو‬%aُ Qَ Uَ­&ْ lِ
janji yang telah diikat
oleh rasul maka mereka Sِ &ْ Pَjَ ‫ل‬
ُ ْcq ُ (^ )‫ا‬
dilempar ke dalam %ِ &ْ k
ِ§َ )ْ ‫ن ]ِ\ ا‬ َ ْc]ُ `َ gْ €ُ
neraka Jahim.

Mereka telah men- ْ%aُ .


َ ›ُ oْ ‫َأ‬ ‫ْا‬c,ُ Pَ†
َ
dzalimi diri sendiri, dan
bermaksiat kepada \
^p ِ cَ )ْ ‫ْا ا‬c² َ j َ ‫َو‬
washinya rasul, maka Z
َ Šِ )َ‫أُو‬ ‫ل‬
َ ْcqُ (^ )‫ا‬
mereka diberi minuman
dari air panas. %ٍ &ْ ,ِ '
َ ْ+lِ ‫ن‬َ ْcgَ .ْ €ُ
Sesungguhnya Allah ‫ َر‬c^ oَ -
َ ‫ا‬ ‫ن‬
^ ‫ِإ‬
telah menerangi langit
dan bumi, dengan ‫ض‬َ ْ‫}ر‬ َ ْ‫ت َوا‬ ِ ‫َا‬c,َ . ^ )‫ا‬
kehendak-Nya dan fَ›£ َp ْ ‫ َء وَا‬Uَb Uَ,/ِ
memilih dari malaikat
dan menjadikannya ‚َ َ Œَ ‫¼ ِ» َ” ِ َو‬ َ ,َ )ْ ‫ ا‬+َ lِ
hamba-hamba yang Zَ Šِ )َ‫ أُو‬+َ &ْ mِ lِ ْ¢,ُ )ْ ‫ ا‬+
َ lِ
beriman, dan mereka

85
tergolong mahluknya, -
ُ‫‚ ا‬ ُ َ ›ْ €َ Sِ gِ Pْ ¡
َ ْ\]ِ
Allah berbuat sesuai
dengan kehendaknya, 
^ ‫ ِإ‬Sَ )َ‫ ِإ‬ َ ‫ ُء‬Uَ€َ Uَl
tiada tuhan melainkan %ِ &ْ '
ِ (^ )‫ ا‬+ ُ ,َ '
ْ (^ )‫ ا‬cَ ‫ُه‬
Dia yang maha pengasih
dan penyayang.
Sungguh orang-orang ْ+lِ + َ €ْ Yِ )^‫ َ”(ُوا ا‬lَ ْ`Qَ
sebelum mereka telah
berbuat tipu daya ْ%aِ Pِq
ُ (ُ /ِ ْ%aِ Pِnْ Qَ
terhadap rosul-rosul ‫ن‬
^ ‫ْ ِإ‬%‫ ْ” ِ( ِه‬,َ /ِ ْ%‫¡ َ` ُه‬ َ °َ]َ
mereka. Maka Allah
menyiksa dan membalas ٌ%&ْ )ِ‫ ِ` ْ€`ٌ َأ‬b
َ ْ‫ي‬Yِ ¡ْ ‫َأ‬
tipu daya mereka dan
sesungguhnya siksaan-
Ku lebih berat lagi pedih.
Sesungguhnya Allah Z
َ Pَ‫`ْ َأ ْه‬Qَ - َ ‫ن ا‬ ^ ‫ِإ‬
telah membinasakan
kaum ‘Ad dan Tsamud Uَ,/ِ ‫ْدًا‬c,ُ ¨َ ‫دًا َو‬Uَj
dengan apa yang telah ْ%”ُ )َ ْ%aُ Pََ Œ َ ‫ْا َو‬cnُ . َ ‫َآ‬
mereka perbuat dan
menjadikan mereka ‫ن‬
َ ْcgُ •^ “َ ¼َ ]َ ‫ْ ِآ َ( ًة َأ‬Y“َ
untuk kalian sebagai
pelajaran, tidakkah kalian
bertaqwa.

86
Dan Fir’aun karena ia ‫ْا‬cƒَ À َ Uَ,/ِ ‫ن‬ َ ْcj َ ْ(]ِ ‫َو‬
telah melampaui batas
kepada Musa dan Sِ &ْ ¡
ِ ‫ َوَأ‬fَqْclُ fَPj َ
saudaranya Harun, maka Sُ •ُ Qْ (َ ˜
ْ ‫َأ‬ ‫ن‬
َ ْ‫ ُرو‬Uَ‫ه‬
Aku tenggelamkan ia dan
orang-orang yang +
َ &ْ ِ ,َ Œ
ْ ‫ َأ‬Sُ َ nِ “َ ْ+lَ ‫َو‬
mengikutinya semuanya.

Agar hal itu menjadi ‫ن‬


^ ‫ َ€ ً َوِإ‬i ْ%”ُ )َ ‫ن‬
َ ْc”ُ &َ )ِ
bukti bagi kalian, tetapi
kebanyakan dari kalian ‫ن‬
َ ْcgُ q
ِ Uَ] ْ%‫َأ ْآ َ­ َ( ُآ‬
orang-orang fasik.

Sesungguhnya Allah ْ\]ِ ْ%aُ ُ ,َ §


ْ €َ - َ ‫ن ا‬ ^ ‫ِإ‬
akan mengumpulkan
mereka pada hari kiamat, ¼
َ ]َ (ِ  ْk َ )ْ ‫ْ ِم ا‬c€َ
maka mereka tidak ‫ب‬
َ ‫َا‬c§َ )ْ ‫ن ا‬ َ ْcُ &ْ £
ِ •َ .
ْ €َ
mampu ketika ditanya.
‫ن‬
َ ْc)ُ°َ.ْ €ُ +َ &ْ '
ِ

87
Sesungguhnya Neraka ْ%‫ْوَا ُه‬°lَ %َ &ْ k ِ§
َ )ْ ‫ن ا‬^ ‫ِإ‬
Jahim itu tempat kembali
mereka, dan ٌ%&ْ ”ِ '
َ ٌ%&ْ Pِj
َ -
َ ‫نا‬ ^ ‫َوَأ‬
sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi
Maha bijaksana

Hai Rosul, sampaikanlah ْÁP‡/َ ‫ل‬ ُ ْcq


ُ (^ )‫ ا‬Uَa€™ ‫ َأ‬Uَ€
peringatan-Ku niscaya
mereka akan mengetahui. ‫ف‬
َ ْc.َ ]َ ْ‫َا ِري‬Yoْ ‫ِإ‬
‫ن‬
َ ْc,ُ Pَْ €َ
Sesungguhnya telah +
َ €ْ Yِ )^‫ َ( ا‬. ِ¡َ ْ`Qَ
merugi orang-orang yang
berpaling dari ayat-ayat ْ\“ِ Uَ€i ْ+j َ ‫ْا‬coُ Uَ‫آ‬
dan hukum-Ku. ‫ن‬
َ ْcˆ ُ (ِ ْ lُ ْ\,ِ ”ْ '
ُ ‫َو‬
Orang-orang yang ‫ن‬
َ ْc]ُ ْc€ُ + َ €ْ Yِ )^‫‚ ا‬ ُ ­َ lَ
menepati janjimu,
sungguh saya akan ْ%aُ •ُ €ْ ¤َ Œ
َ ْ\o‡ ‫ك َأ‬ َ `ِ aْ َ /ِ
membalasnya dengan %ِ &ْ ِ m^ )‫ت ا‬
ِ U^mŒ َ
surga Na’im.
Sesungguhnya Allah ‫ ْƒ ِ› َ( ٍة‬lَ ْ‫و‬Yُ )َ -َ ‫ن ا‬ ^ ‫ِإ‬
Dzat yang memiliki
ampunan dan ganjaran %ٍ &ْ ‘
ِjَ (ٍ Œ
ْ ‫َوَأ‬
88
yang besar.

Dan sesungguhnya Ali +


َ lِ Uً&ّ Pِj
َ ‫ن‬
^ ‫َوِإ‬
termasuk orang-orang
yang bertakwa. +
َ &ْ gِ •^ ,ُ )ْ ‫ا‬
Dan sesungguhnya kami ‫ْ َم‬c€َ Sُ g^ '
َ Sِ &ْ ]‡ cَ mُ )َ U^o‫َوِإ‬
akan memenuhi haknya
pada hari kiamat. +
ِ €ْ `‡ )‫ا‬
Kami tidak akan Sِ ,ِ Pْ †
ُ ْ+j
َ +
ُkْ oَ Uَl
melupakan terhadap
orang-orang yang +
ِ &ْ Pِ]ِ Uَƒ/ِ
mendzaliminya.

Dan kami telah Z


َ Pِ‫ َأ ْه‬fَPj
َ ‹ُ Uَmlْ (^ ‫َو َآ‬
memuliakannya melebihi
semua keluargamu. +
َ &ْ ِ ,َ Œ
ْ ‫َأ‬
Maka sesungguhnya dia Sُ •َ €^ ‫َو ُذ ‡ر‬ Sُ o^ ®ِ]َ
dan anak keturunannya
termasuk orang-orang ‫ن‬
َ ْ‫ ُ(و‬/ِ Uَ²)َ
yang sabar.

89
Dan sesungguhnya ‫ ُم‬Uَl‫ْ ِإ‬%‫ ُ` ^و ُه‬j
َ ‫ن‬ ^ ‫َوِإ‬
musuh mereka adalah
pemimpin orang-orang +
َ &ْ lِ (ِ §
ْ ,ُ )ْ ‫ا‬
yang berbuat dosa
(kriminalitas).

Katakanlah (hai `َ ْ /َ ‫ َآ َ›(ُوا‬+ َ €ْ Yِ P^)ِ ْ‚Qُ


Muhammad) kepada
orang-orang kafir setelah َ mَ €ْ ‫ْ ِز‬%•ُ nْ PَÀ
َ ْ‫ا‬cُmlَ ‫ َأ‬Uَl
beriman, apakah kalian Uَ&oْ `™ )‫ا‬ ‫ َة‬Uَ&k
َ )ْ ‫ا‬
mencari perhiasan dunia,
dan berburu-buru Uَa/ِ ْ%•ُ Pْ §
َ ْ •َ qْ ‫وَا‬
dengannya, dan kalian %ُ ‫ َ` ُآ‬jَ ‫ َو‬Uَl ْ%•ُ &ْ . ِ oَ ‫َو‬
melupakan janji Allah
dan rasulNya dan Sُ )ُْcq ُ ‫َو َر‬ -
ُ ‫ا‬
merusak perjanjian +
َ lِ ‫ْ َد‬caُ ُ )ْ ‫ ا‬%ُ•— ْ gَ oَ ‫َو‬
setelah dikukuhkan,
sungguh telah Aku ْ`Qَ ‫ َو‬Uَ‫ْ ِآ ْ& ِ`ه‬c“َ `ِ ْ /َ
berikan kepada kalian ‫ل‬
َ Uَ­lْ } َ ْ‫ ا‬%ُ ”ُ )َ Uَm/ْ (َ ˆ َ
perumpamaan-
perumpamaan, agar ‫ن‬
َ ْ‫ َ• ُ`و‬aْ “َ ْ%”ُ P^َ )َ
supaya kalian
mendapatkan petunjuk.

90
Hai Rasul, sungguh telah ْ`Qَ ‫ل‬ ُ ْcqُ (^ )‫ ا‬Uَa€™ ‫ َأ‬Uَ€
kami turunkan kepadamu
ayat-ayat yang jelas, di ‫ت‬
ٍ Uَ€i Z َ &ْ )َ‫ ِإ‬Uَm)ْ ¤َ oْ ‫َأ‬
dalamnya, terdapat orang ْ+lَ Uَa&ْ ]ِ ‫ت‬ ٍ Uَm&‡ /َ
yang menepatinya
sebagai seorang mu’min, ْ+lَ ‫ َو‬Uًmِlْ¢lُ ‹ُ U^]cَ •َ €َ
dan orang yang berpaling Z
َ )ِ‫ ْ ِ` َذ‬/َ ْ+lِ Sِ &ْ )‡cَ •َ €َ
darinya setelahmu
mereka akan nampak dan ‫ن‬
َ ْ‫ ُ(و‬aَ ‘ْ €َ
jelas.

Maka berpalinglah kamu ْ%aُ o^ ‫ْ ِإ‬%aُ mْ j


َ ْ‫ ِ(ض‬j ْ °َ]َ
dari mereka
sesungguhnya mereka ‫ن‬
َ ْcˆ
ُ (ِ ْ lُ
adalah orang-orang yang
berpaling.

Sesungguhnya kami akan ‫ن‬


َ ْ‫— ُ(و‬
َ k
ْ lُ ْ%aُ )َ U^o‫ِإ‬
menghadirkan mereka.
Pada hari dimana tak ada ْ\mِ ƒْ €ُ َ ‫ْ ِم‬c€َ ْ\]ِ
sesuatu sedikitpun yang
bisa bermanfaat baginya, ْ%‫ ُه‬ َ ‫ٌ َو‬Ã&ْ b
َ ْ%aُ mْ j
َ
dan mereka tidak ‫ن‬
َ ْc,ُ '
َ ْ(€ُ
diberikan kasih sayang.

91
Sesungguhnya bagi UًlUَglَ %ُ m^ aَ Œ
َ ْ%aُ )َ ‫ن‬^ ‫ِإ‬
mereka neraka Jahanam
sebagai tempat tinggal ‫ن‬
َ ْc)ُ`ِ ْ €َ 
َ Sُ mْ j
َ
yang kekal, dan mereka
tak bisa berpaling
darinya.

Maka bertasbihlah Z
َ /‡ ‫ َر‬%ِ q ْ Uِ/ ْ·n‡ .َ ]َ
dengan menyebut nama
tuhanmu, dan jadilah +
َ €ْ `ِ Œ
ِ U^.)‫ ا‬+َ lِ ْ+‫َو ُآ‬
engkau termasuk orang-
orang yang bersujud.

Sungguh kami telah fَqْclُ UَmPْ q َ ْ‫`ْ َأر‬gَ )َ‫َو‬


mengutus Musa dan
Harun dengan tugas Uَ,/ِ ‫ن‬
َ ْ‫ ُرو‬Uَ‫َوه‬
kekhalifahan, kemudian ‫ْا‬cƒَ nَ ]َ š
َ Pِœْ •ُ q ْ‫ا‬
mereka melampau batas
terhadap Harun. ‫ن‬
َ ْ‫ ُرو‬Uَ‫ه‬
Maka sabarlah, karena UَmPْ َ §
َ ]َ ٌ‚&ْ ,ِ Œ َ ٌ(nَ ² َ ]َ
sabar itu baik, kemudian
kami jadikan dari mereka ‫ َ( َد َة‬gِ )ْ ‫ا‬ %ُ aُ mْ lِ
kera dan babi, dan kami ْ%‫ ُه‬U^mَ )َ‫ ِز ْ€ َ( َو‬Uَmœ َ )ْ ‫وَا‬
laknat mereka sampai
hari dimana mereka ‫ن‬
َ ْc­َُ nْ €ُ ‫ْ ِم‬c€َ fَ)‫ِإ‬
92
dibangkitkan.

Maka sabarlah, mereka ‫ف‬


َ ْc.
َ ]َ ْ(nِ p
ْ Uَ]
akan melihat (dan
mengetahui). ‫ن‬
َ ْ‫ ُ(و‬²ِ nْ €ُ
Dan sungguh, telah kami %َ ”ْ k
ُ )ْ ‫ ا‬Z
َ /ِ Uَm&ْ “َ i ْ`gَ )َ‫َو‬
datangkan untukmu
hukum, seperti rasul- +َ lِ Z َ Pِnْ Qَ ْ+lِ + َ €ْ Yِ )^Uَ‫آ‬
rasul sebelum kamu. +
َ &ْ Pِq
َ ْ(,ُ )ْ ‫ا‬
Dan kami jadikan ْ%aُ mْ lِ Z َ )َ UَmPْ َ Œ
َ ‫َو‬
untukmu washi (imam
yang diwasiati untuk ْ%aُ P^َ )َ Uً&ّ p
ِ ‫َو‬
memimpin) agar mereka ‫ن‬
َ ْcُ Œ ِ ْ(€َ
kembali.
Barang siapa berpaling ْ+j َ f ^ )َc•َ €َ ْ+lَ ‫َو‬
dari perintah-Ku, maka
sesungguhnya Akulah Sُ ُ Œ
ِ ْ(lَ ْ\o‡ ®ِ]َ ْ‫ ِ(ي‬lْ ‫َأ‬
tempat kembalinya maka ْ%‫ ُ” ْ› ِ( ِه‬/ِ ‫ْا‬cُ •^ ,َ •َ &َ Pْ ]َ
bersenang-senanglah
mereka dengan +
ِj َ ‫ل‬ ُ °َ. ْ “ُ ¼َ ]َ ¼ ً &ِPQَ
kekufurannya sejenak, +
َ &ْ ­ِ ‫ ِآ‬U^m)‫ا‬
karena itu janganlah

93
engkau bertanya tentang
orang-orang yang
melanggar janji.
Hai rasul, telah Aku ْ`Qَ ‫ل‬ ُ ْcqُ (^ )‫ ا‬Uَa€™ ‫ َأ‬³َ€
jadikan perjanjian
untukmu pada leher ‫ق‬
ِ Uَmj ْ ‫ ِ]\ْ َأ‬Zَ )َ UَmPْ َ Œ
َ
orang-orang yang ‫`ًا‬aْ j
َ ‫ْا‬cmُ lَ i + َ €ْ Yِ )^‫ا‬
beriman, maka
peganglah, dan jadilah +
َ €ْ (ِ ‫ ِآ‬U^)‫ ا‬+َ lِ ‹ُ ْYœ ُ ]َ
engkau termasuk orang-
orang yang bersyukur.

Sesungguhnya Ali taat ‚


ِ &ْ P^)Uِ/ Uً•ِoUَQ Uً&ّ Pِj َ ‫ن‬^ ‫ِإ‬
dan sujud di malam hari,
takut (siksa) akhirat dan ‫ ُر‬Yَ kْ €َ ‫Œِ`ًا‬Uَq
mengharapkan pahala ْcŒ
ُ ْ(€َ ‫َو‬ ‫¡ َ( َة‬
ِ Åْ‫ا‬
dari tuhanNya,
katakanlah (Hai ْ‚‫‚ْ َه‬Qُ Sِ /‡ ‫ب َر‬ َ ‫َا‬c¨َ
Muhammad) apakah dia +
َ €ْ Yِ )^‫ا‬ ْ‫ي‬cِ •َ .ْ €َ
sama dengan orang yang
berbuat zalim, sementara ْ\/ِ ‫َا‬Yَ /ِ ْ%‫ْا َو ُه‬c,ُ Pَ† َ
mereka mengetahui ‫ن‬
َ ْc,ُ Pَْ €َ
siksa-Ku.
Akan saya jadikan ‫ل‬
َ¼ َ˜ ْ}
َ ْ‫‚ ا‬ ُ َ §
ْ mَ q
َ
belenggu-belenggu pada
leher-leher mereka, dan ْ%‫ْ َو ُه‬%”ُ Qِ Uَmj
ْ ‫ِ]\ْ َأ‬
94
mereka akan menyesali ْ%aِ )ِUَ,j
ْ ‫َأ‬ fَPj َ
atas perbuatan-perbuatan
(yang telah mereka ‫ن‬
َ ْclُ `ِ mْ €َ
perbuat).
Sesungguhnya kami Sِ •ِ €^ ‫ ‡ر‬Yُ /ِ ‫ك‬
َ Uَoْ(^ /َ U^o‫ِإ‬
memberikan kabar
gembira kepadamu akan ِ k
َ )ِU²
^ )‫ا‬
anak keturunannya (Ali)
yang sholeh.
Dan sesungguhnya َ Uَo(ِ lْ } َ ْ%aُ o^ ‫َوِإ‬
mereka tidak me-
ngingkari perintah kami. ‫ن‬
َ ْc›ُ Pِk
ْ €َ
Bagi mereka shalawat ٌ‫َات‬cPَp َ ْ\m‡ lِ ْ%aُ o^ ®ِ]َ
dan rahmat saya, baik
pada masa kehidupan ‫ ًء‬Uَ&'
ْ ‫َأ‬ ٌ ,َ '
ْ ‫َو َر‬
mereka atau setelah ‫ن‬
َ ْc­ُ َ nْ €ُ ‫ْ َم‬c€َ Uً“‫َا‬clْ ‫َوَأ‬
meninggal yaitu pada
hari mereka
dibangkitkan.
Dan bagi mereka yang ‫ن‬
َ ْcƒُ nْ €َ + َ €ْ Yِ )^‫ ا‬fَPj
َ
melampaui batas
terhadap mereka ‫ك‬َ `ِ ْ /َ ْ+lِ ْ%aِ &ْ Pَj َ
setelahmu kemurkaan- ‫ْ ُم‬cQَ ْ%aُ o^ ‫\ْ ِإ‬nِ — َ ˜َ
Ku, sesungguhnya
mereka itu orang-orang +
َ €ْ (ِ q
ِ Uَ¡ ‫ْ ٍء‬cq
َ
itu kaum yang jelek

95
(buruk) dan yang merugi.
Dan bagi mereka yang ‫ْا‬c”ُ Pَq
َ + َ €ْ Yِ )^‫ ا‬fَPj َ ‫َو‬
menapaki jalannya
rahmat dari-Ku dan ٌ ,َ '
ْ ‫‡\ َر‬mlِ ْ%aُ ”َ Pَ. ْ lَ
mereka berada di dalam ‫ت‬ِ Uَ](َ ƒُ )ْ ‫ْ ِ]\ْ ا‬%‫َو ُه‬
kamar-kamar dalam
keadaan aman. ‫ن‬
َ ْcmُ lِ i
Segala puji bagi Allah, ‫ب‬‡ ‫ َر‬- ِ ِ `ُ ,ْ k َ )ْ ‫وَا‬
tuhan semesta alam75.
+
َ &ْ ,ِ )َUَ)ْ ‫ا‬
LAUH FATHIMAH DIDAKWAKAN
SEBAGAI WAHYU YANG TURUN
KEPADA FATHIMAH

Inilah kitab dari Allah yang Maha luhur lagi


Maha bijaksana kepada Muhammad nabi-Nya,
cahaya-Nya, utusan-Nya, pintu gerbang-Nya
dan petunjuk kepada-Nnya, yang turun melalui

75
Surat Al-Wilayah ini yang diakui atau didakwakan
oleh Rafidhah sebagai salah satu surat Al-Qur’an di
nukil dari kitab Fashlul Khitab, sebagai bukti bahwa
Rafidhah merubah Al-Qur’anul karim, sengaja ditulis
disini supaya pembaca mengetahui penolakan mereka
terhadap Allah Subhanahu Wata'ala yang telah berjanji
memelihara kitabnya dari perobahan dan penggantian.

96
perantaraan malaikat Jibril dari sisi tuhan
semesta alam.
“Agungkanlah wahai Muhammad nama-
nama-Ku, syukurilah nikmat-nikmat-Ku dan
janganlah kau mengingkarinya.
Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada
tuhan kecuali Aku, yang membinasakan orang-
orang yang sombong, dan yang menolong
orang-orang Yang didzalimi dan Yang
membalas perbuatan baik dan buruk.
Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada
tuhan melainkan Aku, barang siapa mengharap
selain keutamaan-Ku, atau karunia-Ku, atau
takut selain keadilan-Ku, maka akan Aku siksa
dengan siksaan yang belum pernah Aku
adzabkan kepada seseorang di jagad raya ini,
maka kepada Akulah engkau menyembah
kepada Akulah engkau bertawakal.
Sesungguhnya Aku belum pernah mengutus
seorang nabi kemudian Kusempurnakan hari-
harinya, dan habis masanya kecuali Aku
jadikan washi untuknya (seorang yang
diwasiati untuk melanjutkan kekhalifan).
Aku mengutamakanmu di atas nabi-nabi
yang lain, dan mengutamakan wahsimu
melebihi washi-washi yang lainnya, dan

97
memulyakanmu dengan kedua kekasihmu,
kedua cucumu, Hasan dan Husain, maka Aku
jadikan Hasan sebagai sumber ilmu-Ku,
setelah habis masa bapaknya, dan Aku jadikan
Hussain sebagai gudang penampung wahyu-
Ku, dan Aku mulyakan dia dengan
kesyahidan, dan Kututup untuknya dengan
kebahagian, ia sebaik dan yang paling utama
di antara orang yang mati syahid, dan yang
lebih tinggi derajatnya, Aku jadikan kalimat –
Ku (wahyu-Ku) bersamanya dan hujjah –Ku
yang sempurna selalu padanya, dengan sebab
keluarganya Aku memberi pahala dan
menyiksa, yang pertama Ali tuannya para
hamba dan hiasan kekasih-Ku, anaknya yang
bernama Muhammad Al-Baqir sebagai gudang
ilmu-Ku, dan sumber hikmah-Ku, sungguh
akan binasa orang yang meragukan Ja’far,
orang yang menolaknya seperti menolak-Ku.
Sudah menjadi keputusan dari-Ku, sungguh
Aku mulyakan tempat kembali Ja’far, akan
Kubahagiakan dengan pengikutnya,
penolongnya dan kekasihnya.
Musa yang datang setelahnya didatangkan
untuknya fitnah besar yang membabi buta,
sungguh benang wahyu–Ku tak terputus, dan

98
hujjah-Ku tidak samar, dan semua kekasih–Ku
akan diberikan minuman dengan gelas yang
penuh.
Barang siapa yang ingkar kepada salah satu
dari mereka maka sungguh telah ingkar kepada
ni’mat-Ku, dan barang siapa yang merubah
satu ayat dari kitab-Ku maka sungguh ia telah
berani mengada-ngada pada-Ku. Celakalah
orang-orang yang berani mengada-ngada serta
ingkar, di waktu penghabisan masa Musa
hamba-Ku, kekasih-Ku, dalam masa Ali
kekasih-Ku dan penolong-Ku, ia (…..) 76diuji
dengan kenabiannya sehingga dibunuhlah dia
oleh seorang yang sombong, dan dikuburkan
di Madina kota yang dibangun oleh hamba
yang sholeh disamping manusia seburuk-
buruknya hamba sahaya.
Sungguh sudah menjadi keputusan dari-Ku,
bahwa akan Aku berikan kepadanya (Ali)
Muhammad anaknya sebagai penerus
kekhalifahannya sesudahnya, dan pewaris
ilmunya, disamping itu dia (Muhammad) suber
ilmu-Ku, tempat rahasia-Ku, dan sebagai bukti
atau saksi atas perbuatan hamba-Ku dan tidak
76
Kalimat yang tidak jelas sehingga kami tidak bisa
meneliti keabsahannya.

99
beriman seorang hamba kepadanya melainkan
saya jadikan surga sebagai tempat kembalinya,
Aku berikan kepadanya kemampuan untuk
memberi syafa’at kepada 70 orang dari
keluarganya, yang mana sebelumnya mereka
tergolong ahli neraka, kemudian Aku tutup
untuk anaknya bernama Ali dengan
kebahagian, dia (Ali) kekasih-Ku dan
penolong-Ku, dan saksi atas perbuatan hamba
sahaya, dan kepercayaan-Ku untuk menerima
dan menjaga wahyu-Ku. Aku lahirkan darinya
Al-Hasan sebagai da’i yang mengajak kepada
jalan-Ku, sebagai gudang ilmu-Ku, setelah itu
Kusempurnakan dengan anaknya (…)77
sebagai pembawa rahmat kepada seluruh alam,
padanya kesempurnaan nabi Musa, kebahagian
nabi Isa, dan kesabaran nabi Ayyub.
Para kekasih-Ku hidup hina pada masanya,
berjalan dengan merundukkan kepalanya,
sebagaimana merunduknya pasukan Turkey
dan Dailam, dibunuh dan dibakar, hidup serba
dalam ketakutan, bumi merah terwarnai
dengan darah mereka, bencana dan musibah
tersebar di mana-mana, isak tangis nampak
77
Kalimat yang tidak jelas, sehingga kami tidak bisa
meneliti keabsahannya.

100
pada wanita-wanitanya, ketahuilah bahwa
mereka itu benar-benar kekasih-Ku.
Dengan sebab mereka Aku mengusir setiap
fitnah besar, dan dengan sebab mereka pula
Aku hilangkan bencana, menolak belengu-
belenggu yang menjerat, bagi mereka shalawat
dan rahmat dari tuhannya dan merekalah
orang-orang yang mendapat hidayah.”
Abdurrahman bin salim berkata, Abu Bashir
berkata: “Jika anda tidak pernah mendengar
dalam kehidupanmu kecuali ini (lauh ini)
maka itu sudah cukup bagimu, oleh karena itu,
simpanlah dan rahasiakanlah lauh ini kecuali
kepada orang yang berhak”78.
78
Al-Kaafi : 1/527, Al-Wafi : 2/72, I’lamul Wara : 152
Rafidhah mengatakan : Lauh Fathimah ini diturunkan
Allah melalui malaikat Jibril kepada Fathimah
radhiyallahu ‘anha, setelah rasulullah wafat, ketika jibril
menyampaikan wahyu kepada Fathmah, Ali bin Abi
Thalib bersembunyi dibalik tabir, sambil menulis apa
yang disampaikan jibril kepada Fathimah (demikian
yang disebutkan Al-Kilani dalam bukunya Al-Kaafi :
1/185-186).
Ini adalah kedustaan dan kebohongan yang besar,
mengada-ada tanpa bukti, dikarenakan wahyu setelah
Rasulullah wafat sudah terputus, tidak turun lagi.
Meskipun sudah jelas bahwa: lauh Fathimah ini dusta,
bohong kebenarannya namun orang-orang syiah

101
DO’A DUA PATUNG QURAISY

Yang dimaksudkan oleh orang syi’ah


tentang do’a dua patung quraisy ini adalah
mendo’akan keburukan kepada Abu Bakar dan
Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Teks do’a itu seperti dibawah ini :
fPj \Pp %aP)‫ ا‬%&'()‫ ا‬+,'()‫ ا‬-‫ ا‬%./
ƀ(Q \,mp +)‫ ا‬%aP)‫` ا‬,kl ‫ل‬i‫` و‬,kl
U,a&•m/‫ وا‬U,a&”]‫ وإ‬U,a&“c˜UÀ‫ و‬Ua&•nŒ‫و‬
‫`ا‬kŒ‫ و‬Z&'‫”( و‬o‫(ك وأ‬l‫ أ‬U›)U¡ +€YP)‫ا‬
Zm€‫ د‬UnPQ‫ و‬Z)cq‫ ر‬U&²j‫ و‬ZlUo
‫§`ا‬l‫`اءك و‬j‫ أ‬Un'‫ وأ‬Z/U•‫ آ‬U]('‫و‬
¼£/‫ وأ‬ZlU”'‫¼ أ‬£j‫ و‬،‫ءك‬i
U€‫د‬Uj‫ و‬Z“U€i \] ‫`ا‬k)‫ وأ‬،Z—»‫](ا‬
‫¼دك‬/ U/('‫`اءك و‬j‫ أ‬U&)‫ءك ووا‬U&)‫أو‬
.‫دك‬Unj ‫`ا‬.]‫وأ‬

menposisikan lauh ini seperti Al-Qur’anul karim bagi


ahlus sunnah waljamaah.

102
“Dengan menyebut nama Allah yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, ya Allah,
berikanlah shalawat kepada nabi Muhammad
dan keluarganya, ya Allah, laknatilah dua
patung Quraisy, dua thaghut dan jibtnya dua
pendusta dan pembohongnya dan kedua anak
perempuannya (maksudnya: Aisyah dan
Hafshah), karena mereka telah mengingkari
perintah-Mu, mendustakan wahyu-Mu, tidak
mensyukuri nikmat-nikmat-Mu, bermaksiat
kepada utusan-Mu, memutar balik agama-Mu,
merubah kitab-Mu, mencintai musuh-musuh-
Mu, mengingkari nikmat-nikmat-Mu,
meninggalkan hukum-hukum-Mu,
membatalkan dan mengabaikan kewajiban-
kewajiban-Mu, mengkufuri ayat-ayat-Mu,
memusuhi kekasih-Mu, berwala’ dan
berloyalitas kepada musuh-musuh-Mu,
memerangi negara-Mu, dan membinasakan
hamba-hamba-Mu.
U,‫ؤه‬U&)‫ وأو‬U,ajUn“‫ وأ‬U,am)‫ ا‬%aP)‫ا‬
¯&/ U/('‫` أ‬g] U,a&nkl‫ و‬U,ajU&b‫وأ‬
Ugk)‫ وأ‬S›gq U—go‫ و‬S/U/ Ul‫ة ورد‬cnm)‫ا‬
‹(‫ه‬U†‫ و‬SP]U./ S&)Uj‫ و‬Sˆ‫ر‬°/ ‹‫ء‬U,q
103
‹‫ر‬U²o‫دا أ‬U/‫ وأ‬SP‫¼ أه‬p°•q‫ وا‬SmÀU/‫و‬
S•&p‫ و‬+l ‹(nml U&P¡‫ وأ‬S)U›À‫•¼ أ‬Q‫و‬
U‫(آ‬b‫ وأ‬S•lUl‫§`ا إ‬l‫ و‬S,Pj ‫وإرث‬
(gq \] U,‫`ه‬P¡‫ و‬U,ano‫ ذ‬U,‘] U,a/(/
‫ر‬Y“ ‫ و‬fgn“  (gq Ul ‫ أدراك‬Ul‫و‬
“Ya Allah, laknatilah mereka berdua beserta
pengikutinya dan kekasihnya yang telah
merusak rumah kenabian (maksudnya Ali bin
Abi Thalib dan keluarganya), merobohkan
pintunya, menjatuhkan atapnya, dan membumi
hancurkannya, baik luarnya maupun
dalamnya, mereka telah membinasakan
keluarganya, dan penolong-penolongnya,
membunuh anak-anaknya, mengosongkan
mimbar dari wasiatnya, dan pewaris ilmunya,
mengingkari keimamannya, dan
menyekutukan tuhannya, karena itu,
besarkanlah dosa mereka berdua, dan
kekalkanlah di dalam (neraka) saqar, tahukah
kalian (neraka) saqar, nerka saqar itu tidak
meninggalkan dan tidak membiarkan
(maksunya : seorang yang dilemparkan ke
dalam neraka itu di azabnya sampai binasa

104
kemudian di kembalikannya sebagai semula
untuk di azab kembali).
È'‫‹ و‬c“‫”( أ‬ml ‚‫`د آ‬/ %am)‫ ا‬%aP)‫ا‬
È]Uml‫‹ و‬cŒ‫ أر‬+l¢l‫‹ و‬cPj (nml‫‹ و‬c›¡‫أ‬
‫دق‬Up‫وو‹ و‬i `€(À‫ذو‹ و‬i \)‫‹ وو‬c)‫و‬
‹‫(و‬aQ ‫م‬Ul‫(و‹ وإ‬²o (]U‫(دو‹ وآ‬À
‹‫¨(و‬i (b‫”(و‹ و‬o‫و](ض ˜&(و‹ وأ¨( أ‬
‹cn²o (›‫‹ وآ‬c)`/ (&¡‫‹ و‬cQ‫ودم أر‬
¯œq‫‹ و‬c£•Q‫‹ و]\ء ا‬cn²/ ‫ب‬Y‫وآ‬
‹c.q‫‚ أ‬ÀU/‫‹ و‬cPk•q‫ ا‬É,¡‫‹ و‬cP‫أآ‬
‫ر‬Yj‫(و‹ و‬q‫ق أ‬U›o‫‹ و‬c£./ ‫ر‬cŒ‫و‬
‹c›P¡‫` أ‬j‫(و‹ وو‬o %P†‫(و‹ و‬,ˆ‫أ‬
‫‹ و'¼ل‬c—go `aj‫‹ و‬coU¡ oUl‫وأ‬
+&mŒ‫‹ و‬cg•] +£/‫‹ و‬cP'‫‹ و'(ام أ‬cl('
‚,b‫‹ و‬cQ¤l Zp‫‹ و‬cQ‫ د‬ePˆ‫‹ و‬c£gq‫أ‬
È'‫و‹ و‬¤j‫‹ وذ)&‚ أ‬c)‫ أد‬¤€¤j‫`دو‹ و‬/
‫م‬Ul‫‹ وإ‬cn.Q %”'‫‹ و‬c.)‫ب د‬Y‫‹ وآ‬cml
‹c›)U¡
105
“Ya Allah, laknatilah mereka, sebanyak
kemungkaran yang mereka lakukan sebanyak
kebenaran yang mereka rahasiakan, sebanyak
mimbar yang mereka tinggalkan, sebanyak
orang mu’min yang mereka jadikannya
bergantung kepadanya, sebanyak orang
munafiq yang mereka cintai, sebanyak kekasih
yang mereka siksa, sebanyak orang yang
terusir yang mereka lindungi, sebanyak
shahabat dan teman yang mereka usir,
sebanyak orang kafir yang mereka tolong,
sebanyak imam yang meraka tindas, sebanyak
kewajiban yang mereka rubah, sebanyak
kekufuran yang mereka kibarkan, sebanyak
kebohongan yang mereka tipukan, sebanyak
harta warisan yang mereka ambil, sebanyak
fa’i (harta rampasan tanpa perang) yang
mereka rampas, sebanyak harta haram yang
mereka makan, sebanyak khumus yang mereka
anggap halal, sebanyak kebatilan yang mereka
dirikan, sebanyak ketidakadilan yang mereka
sebarluaskan, sebanyak kemunafikan yang
mereka sembunyikan, sebanyak pengkianatan
yang mereka rahasiakan, sebanyak kedhaliman
yang mereka sebarluaskan, sebanyak janji
yang mereka ingkari, sebanyak amanat yang

106
mereka khianati, sebanyak perjanjian yang
mereka terjang, sebanyak yang dihalalkan
yang mereka haramkan, sebanyak yang
diharamkan yang mereka halalkan, sebanyak
perut yang mereka bedah, sebanyak janin yang
mereka gugurkan, sebanyak tulang rusuk yang
mereka hancurkan, sebanyak punggung yang
mereka cabik-cabik, sebanyak persatuan yang
mereka pecahkan, sebanyak keluhuran yang
mereka hinakan, sebanyak kehinaan yang
mereka agungkan, sebanyak kebenaran yang
mereka larang, sebanyak kebohongan yang
mereka palsukan, sebanyak kekuasaan yang
mereka rampas, sebanyak imam yang mereka
pungkiri.
U‫ه‬c](' €‫`د آ‚ أ‬/ %am)‫ ا‬%aP)‫ا‬
‫م‬U”'‫ وأ‬U‫ ˜&(وه‬mq‫ و‬U‫ه‬c‫و](€— “(آ‬
U‫ه‬c)`/ &p‫ وو‬U‫ه‬c£Q ‫م‬cq‫ ور‬U‫ه‬cP£j
‫دات‬Uab‫ و‬U‫ه‬c­”o &/‫ و‬U‫ه‬c&ˆ ‫ر‬cl‫وأ‬
U‫”(وه‬o‫ أ‬m&/‫ و‬U‫ه‬cP£/‫اء أ‬cj‫ ود‬U‫ه‬c,•‫آ‬
ngj‫ و‬U‫ أوردوه‬oU&¡‫ و‬U‫ه‬c¨`'‫ أ‬P&'‫و‬

107
‫ن‬U€‫وأز‬ U‫ه‬cŒ('‫د‬ ‫ب‬U/‫ود‬ U‫ه‬cg“‫ار‬
.U‫ه‬cl¤)
Ya Allah, laknatilah mereka sejumlah ayat
yang mereka rubah, sebanyak kewajiban yang
mereka tinggalkan, sebanyak sunnah yang
mereka rubah, sebanyak hukum yang mereka
buang, sebanyak uang yang mereka sikat,
sebanyak wasiat yang mereka ganti, sebanyak
perintah yang mereka sia-siakan, sebanyak
baiat yang mereka terjang, sebanyak kesaksian
yang mereka sembunyikan, sebanyak
pengakuan yang mereka batalkan, sebanyak
bukti yang mereka ingkari, sebanyak tipu daya
yang mereka wujudkan, sebanyak
penghianatan yang mereka lakukan, sebanyak
musibah yang mereka timpahkan, sebanyak
kesulitan yang mereka gelindingkan, sebanyak
pakaian atau perhiasan yang selalu mereka
kenakan.
(‫ه‬U†‫( و‬.)‫ن ا‬cm”l \] %am)‫ ا‬%aP)‫ا‬
‫`ًا‬l(q Uًn»‫ دا‬U,»‫`ًا دا‬/‫&(ًا أ‬n‫ آ‬Uًm) &o¼)‫ا‬
‫د‬c&Q Um) ‹`l} ‫د‬U›o‫ع )`د‹ و‬U£go‫ ا‬
%ao‫ا‬cj}‫ و‬%a) ‹(¡‫ أ‬e£gm€‫ و‬S)‫أو‬
108
‫ن‬c,P.,)‫ وا‬%a&)‫ا‬cl‫ و‬%a&nkl‫ و‬%‫ره‬U²o‫وأ‬
%aŒU§•'U/ +&g‫ه‬Um)‫ وا‬%a&)‫ إ‬+&P»U.)‫ وا‬%a)
%al¼”/ +€`•g,)‫ وا‬%a•kmŒ°/ +&—‫ه‬Um)‫وا‬
.%alU”'°/ +&Q`²,)‫وا‬
“Ya Allah, laknatilah mereka dalam keadaan
rahasia dan jelas dengan sebanyak-banyaknya
laknat, dan selama-lamanya, yang tidak
terbatas bilangannya, dan tidak berakhir
lamanya, laknatilah dengan laknat yang
diawali dengan pembelengguan dan tidak
berkahir dari pembelengguan, laknat bagi
mereka beserta teman-temannya, penolong-
penolongnya, kekasihnya, orang-orang yang
taat kepadanya, yang memohon kepadanya,
yang berhujjah dengan dalilnya, yang setia
bersamanya, yang mengikuti ucapannya dan
yang memberikan hukum-hukumnya.
‫ر‬Um)‫ أه‚ ا‬Sml Ê&ƒ•.€ Uً/‫ا‬Yj %a/Yj %aP)‫ا‬
+&,)U)‫ رب ا‬U€ +&li
“Ya Allah, siksalah mereka dengan siksa yang
penduduk neraka minta pertolongan dari siksa
tersebut, Amien.” (Ucapkan empat kali).

109
`,kl fPj fPp %aP)‫ ا‬Uً&,Œ %am)‫ ا‬%aP)‫ا‬
+j Z)¼k/ \m&m˜°] `,kl ‫ل‬i fPj‫و‬
‫ت‬°q‫\ أ‬o‫( رب إ‬g›)‫ ا‬+l \oYj‫ وأ‬Zl‫'(ا‬
Uo‫ أ‬U‫\ وه‬/coY/ ¯](•j‫\ وا‬.›o ¯,P†‫و‬
\.›o +l U‫ه‬Uˆ‫ ر‬Z.›m) Yœ] Z€`€ +&/
\
ّ Pj `g] ‫`ت‬j ‫د ]®ن‬cj‫\  أ‬n•)‫ ا‬Z)
‫دك‬cŒ‫ و‬ZP—›/ Z) c›)‫ƒ›(ة وا‬,)U/
.+&,'‫ ا)(ا‬%'‫أر‬U€ Zl(‫ وآ‬Z“(›ƒl‫و‬
%“U¡‫ و‬+&Pq(,)‫&` ا‬q fPj -‫ ا‬fPp‫و‬
Z•,'(/ +€(‫ه‬U£)‫ ا‬+&n&£)‫ ا‬S)i‫ و‬+&&nm)‫ا‬
.+&,'‫ ا)(ا‬%'‫أر‬U€
Kemudian ini ucapkan empat kali.
“Ya Allah lakanatilah mereka semua, Ya
Allah, berikanlah shalawat kepada nabi
Muhammad dan keluarganya, cukupkanlah
untukku apa yang kau halalkan dari apa yang
kau haramkan, dan lindungilah saya dari
kefakiran, ya Rabb, saya telah berbuat
keburukan dan mendzalimi diri saya sendiri,
dan saya telah mengakui semua dosa-dosaku,
oleh sebab itu inilah saya datang dihadapan-
110
Mu, maka ridhoilah saya, hanya kepada-Mu
tempat kembali, dan aku berjanji tidak akan
bermaksiat lagi, jika ternyata kembali
bermaksiat maka ampuni kembali saya, dan
maafkan saya, dengan karunia-Mu,
kemurahan-Mu, ampunan-Mu,
kedermawanan-Mu, hai Dzat yang Maha
Pengasih, semoga Allah memberikan
shalawatNya kepada tuannya para rasul,
penutup para nabi, beserta keluarganya yang
baik lagi suci dengan rahmat-Mu hai Dzat
yang Maha Pengasih.79

79
Miftahul Jinan, Al-Qummy : 114

111
PENUTUP

Saudara seiman !!! saya yakin bahwa anda


sependapat dengan saya bahwa orang yang
bepegang teguh dengan idiologi seperti ini
tidak tergolong lagi dalam kategori seorang
muslim, meskipun diberi nama Islam, jika
demikian halnya apa kewajiban kita sebagai
seorang muslim terhadap orang-orang syi’ah,
lebih-lebih mereka ini tinggal di tengah-tengah
masyarakat muslim, bergabung dan
berinteraski bersama mereka.
Maka tidak lagi suatu kewajiban yang selalu
anda perhatikan, kecuali waspada dan
waspada, dalam berinteraksi dengan mereka,
mewaspadai akan idiologinya yang kotor, yang
berpijak atas dasar permusuhan bagi setiap
orang yang mentauhidkan Allah, beriman
kepada Allah sebagai Rabb, kepada Islam
sebagai agama, kepada Muhammad sebagai
nabi dan rasul.
Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata,
“Orang syi’ah tidak berinteraksi kepada
seseorang melainkan ia menggunakan
kemunafikannya, karena agama yang mereka
yakini agama yang rusak, mendorong untuk

112
berbuat kebohongan, pengkianatan, penipuan
terhadap orang, dan selalu mengharapkan
keburukan pada orang, mereka tidak henti-
hentinya menimbulkan kemudharatan, tidak
meninggalkan keburukan selama mampu
melakukannya, mereka dibenci oleh orang
yang belum mengenalnya, meskipun orang
tersebut tidak mengetahui bahwa orang syi’ah,
disebabkan tanda-tanda kemunafikannya
nampak di muka mereka, dan kesalahan yang
banyak dalam ucapannya.80
Mereka menyembunyikan permusuhan dan
kebencian kepada kita, mudah-mudahan
mereka diperangi oleh Allah, sebab
berpalingnya dari jalan yang benar.
Meskipun demikian, banyak kita jumpai
orang-orang yang tertipu olehnya, dari
kalangan Ahlus Sunnah yang awam, mereka
lebur bersama mereka dalam segala urusan
kehidupan dunia, menaruh kepercayaan penuh
dengannya. Ini semuanya dikarenakan
berpalingnya mereka dari agama Allah, dan
kebodohan mereka terhadap hukum-hukum
Allah, yang selalu menganjurkan bagi setiap
80
Minhajus Sunnah An Nabawiyyah, Ibnu Taemiyyah
3/360.

113
orang Islam untuk selalu beraqidah wala’
(loyalitas) kepada orang Islam yang
mentauhidkan Allah, dan membebaskan diri
dari semua orang kafir dan orang musyrik.
Dengan ini kami telah memahami
kewajiban sebagaimana orang muslim dalam
berinteraksi dengan orang-orang syi’ah,
apakah akan kita laksanakan ??? ….
Akhirnya, kami memohon kepada Allah
Subhanahu Wata'ala, agar menolong
agamanya, meninggikan kalimatnya,
menghinakan orang-orang syi’ah dan antek-
anteknya, dan menjadikan mereka rampasan
bagi orang-orang Islam.
Semoga Allah memberikan shalawat kepada
nabi-Nya Muhammad Shallallaahu Alaihi
Wasallam, keluarga dan semua shahabatnya.
S“U‫(آ‬/‫ و‬-‫ ا‬,'‫ ور‬%”&Pj ‫¼م‬.)‫وا‬
Disusun oleh :
Abdullah bin Muhammad As-Salafi
Semoga Allah mengampuninya, kedua orang
tuanya dan semua ummat Islam.

114
REFERENSI-REFERENSI PENTING
UNTUK
MEMBANTAH ORANG-ORANG SYI’AH

1) Majmu’ Fatawa, karya Syeikhul Islam


Ibnu Taimiyyah
2) Minhajus-sunnah, karya Syeikhul Islam
Ibnu Taimiyyah
3) Al-Milal wan Nihal karya Asy-
Syahrastani
4) Al-Farqu Bainul Firaq (Perbedaan antara
sekte-sekte) karya Al-Bahgdadi
5) Maqaalaatul Islamiyyin (makalah-
makalah pemikir Islam) oleh Al-Asy’ari

BUKU-BUKU KONTENPORER

1) Semua karya Syeikh Ihsan Ilahy Dzahir


2) Mas’alatut taqrib (masalah pendekatan)
karya Syeikh DR.Nashir Al-Qifari
3) Ushulu Madzhabisy Syi’ah Al Itsna
‘Asyariyyah oleh DR.Nashir Al-Qifari
4) Karya-karya Syeikh Muhammad
Maalullah
5) Tabdidudz dzolam wa tanbihun niyaam
(menyingkap kegelapan dan mengusir

115
kelengahan atas bahaya syi’ah) oleh
Syeikh Sulaiman Al-Jabhan.
Dan buku-buku lain yang dianggap perlu.

116
DAFTAR ISI

NO JUDUL HAL
1 Surat Rekomendasi dari 3
Mufti Umum KSA
2 Kata pengantar 4
3 Lahirnya Rafidhah 7
4 Sebab pemberian nama
Rafidhah 11
5 Macam-macam sekte 13
Rafidhah
6 Aqidah Bada’ yang diyakini
Rafidhah 15
7 Aqidah Rafidhah tentang
sifat-sifat Allah 17
8 Aqidah Rafidhah tentang Al-
Qur’an 21
9 Aqidah Rafidhah tentang
sahabat-sahabat nabi 27
10 Sisi kesamaan antara Yahudi
dengan Rafidhah 30
11 Aqidah Rafidhah tentang
para imam mereka 34
12 Aqidah Rafidhah tentang
Raj’ah 36
13 Aqidah Rafidhah tentang

117
Taqiyyah 40
14 Aqidah Rafidhah tentang
Ath-Thinah 43
15 Aqidah Rafidhah tentang
Ahlus Sunnah 47
16 Aqidah Rafidhah tentang
Mut’ah 51
17 Aqidah Rafidhah tentang
kota Najf dan Karbala 59
18 Sisi perbedaan antara Syi’ah
dan Ahlus Sunnah 61
19 Aqidah Rafidhah tentang
hari Asy-Syura’ 65
20 Aqidah Rafidhah tentang
Baiat 67
21 Hukum mendekatkan antara
Ahlus Sunnah dengan Syi’ah 70
22 Komentar para ulama
tentang Rafidhah 73
23 Surat Al-Wilayah yang
diakui oleh Rafidhah sebagai
salah satu surat Al-Qur’an 84
24 Lauh Fathimah 97
25 Do’a dua patung Quraisy 103
26 Penutup 113
27 Referensi yang saya

118
wasiatkan untuk dibaca 116
28 Daftar isi 117

119

ت‬IJKL)‫'س ا‬NO
LPQ‫ا‬ ‫ع‬JSJ)‫ا‬
3 ¤€¤)‫` ا‬nj Ë&)‫' ا‬U,q +l &‫آ‬¤•)‫ا‬
‫ز‬U/ +/
4 l`g,)‫ا‬
7 ‫ ا)(ا]— ؟‬Q(] ‫(ت‬a† f•l
11 —]‫)(ا‬U/ &)‫\ ا‬,q ‫ذا‬U,)
13 ‫ ا)(ا]— ؟‬%.gm“ %‫ آ‬f)‫إ‬
15 —]‫ ا)(ا‬Ua/ +l¢€ \•)‫`اء ا‬n)‫&`ة ا‬gj Ul
‫؟‬
17 ‫ت ؟‬U›²)‫&`ة ا)(ا]— ]\ ا‬gj Ul
21 %€(”)‫ن ا‬i(g)‫د ا)(ا]— ]\ ا‬Ug•j‫ ا‬Ul
-‫` ا‬a“ ‫ي‬Y)‫ ا‬Um€`€‫ أ‬+&/ ‫د‬cŒc,)‫ا‬
‫ ؟‬S‘›k/
27 ‫ب‬Ukp‫&`ة ا)(ا]— ]\ أ‬gj Ul
‫ ؟‬%Pq‫ و‬S&Pj -‫ ا‬fPp ‫ل‬cq()‫ا‬
30 —]‫د وا)(ا‬ca&)‫ ا‬+&/ S/U•)‫ ا‬SŒ‫ أو‬Ul
‫؟‬
34 ‫ ؟‬,»}‫&`ة ا)(ا]— ]\ ا‬gj Ul
36 Ua/ +l¢€ \•)‫&`ة ا)(Œ ا‬gj Ul
‫ا)(ا]— ؟‬

120
‫‪40‬‬ ‫‪`&gj Ul‬ة ا)•‪ `mj &g‬ا)(ا]— ؟‬
‫‪43‬‬ ‫‪`&gj Ul‬ة ا)‪ m&£‬ا)•\ €‪Ua/ +l¢‬‬
‫ا)(ا]— ؟‬
‫‪47‬‬ ‫‪`&gj Ul‬ة ا)(اˆ ]\ أه‚ ا)‪ m.‬؟‬
‫‪51‬‬ ‫‪`&gj Ul‬ة ا)(اˆ ]\ ا)‪ •,‬؟ و‪Ul‬‬
‫]—‪`mj UaP‬ه‪ %‬؟‬
‫‪59‬‬ ‫‪`&gj Ul‬ة ا)(ا]— ]\ ا)‪š§m‬‬
‫وآ(€¼ء؟ و‪ Ul‬ه‪ ‚—] c‬ز€‪U‬ر“‪Ua‬‬
‫‪`mj‬ه‪ %‬؟‬
‫‪61‬‬ ‫‪ Ul‬أوŒ‪ S‬ا)œ¼ف ‪ +&/‬ا)& ا)(ا]—‬
‫وأه‚ ا)‪ m.‬؟‬
‫‪65‬‬ ‫‪`&gj Ul‬ة ا)(ا]— ]\ €‪c‬م ‪cbUj‬راء ؟‬
‫و‪`mj SP—] Ul‬ه‪ %‬؟‬
‫‪67‬‬ ‫‪`&gj Ul‬ة ا)(ا]— ]\ ا)‪ &n‬؟‬
‫‪70‬‬ ‫‪ %”' Ul‬ا)•‪ +&/ O€(g‬أه‚ ا)‪m.‬‬
‫ا)‪ +€`'c,‬وا)(ا]— ا)‪(,‬آ&‪ +‬؟‬
‫‪73‬‬ ‫‪ Ul‬أ‪cQ‬ال أ»‪ ,‬ا)‪ šP.‬وا)œ‪\] šP‬‬
‫ا)(ا]— ؟‬
‫‪84‬‬ ‫‪cq‬رة ا)‪ €c‬ا)‪lcj¤,‬‬
‫‪97‬‬ ‫)‪c‬ح ]‪ ,ÀU‬ا)‪cj¤,‬م‬
‫‪103‬‬ ‫د‪Uj‬ء ‪ƀ(Q \,mp‬‬
‫‪113‬‬ ‫ا)œ‪,“U‬‬

‫‪121‬‬
116 Ua/ ·²mo eŒ‫(ا‬l
117 ‫(س‬a›)‫ا‬

122

Anda mungkin juga menyukai