Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Tugas Entrepreneurship

PENGARUH ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP UMKM

Oleh :

Achmad Robby Subarly 108400047


Aditya Wibisono 108400048
Azhar Rohmana 108400056
Bayu Setiawan N. 108400058
Candra Aris P. 108400059
Gilang Maulid K. 108400067

INSTITUT MANJEMEN TELKOM


MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

2011
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi UMKM

Pengertian UMKM menurut UU NO.20 TAHUN 2008

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.

2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung
maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah,
yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing
yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang
melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Umum

Dengan ditandatanganinya kebijakan ACFTA, bea masuk produk dari China 0% sehingga
membanjirnya produk China yang dapat menghambat pertumbuhan produsen lokal bersaing
dengan produk China dikarenakan harga produk China jauh lebih murah.

2.2 Permasalahan Khusus

Pemerintah mengkhawatirkan dengan di implementasikannya kebijakan ACFTA akan


menghambat sector industri lokal Khususnya Besi baja, Sepatu dan Tekstil.

2.3 Pembahasan

ACFTA adalah singkatan dari Asean China Free Trade Area yang berarti perdagangan
bebas yaitu perdangangan barang tidak dikenakan bea masuk (bea masuk 0%) untuk kawasan
Asia Tenggara dan China.
Sejak ACFTA diberlakukan pada awal Januari 2010, pemerintah China telah melakukan
banyak perbaikan disegala lini seperti: infrastruktur, areal industri, energi, stimulan terhadap
industri, bunga bank, stimulan langsung ketika melakukan ekspor, membuka areal usaha,
pengembangan teknologi yang sinergi, penguatan asosiasi. Pengusaha China mulai membangun
kerja sama dengan pengusaha-pengusaha Indonesia untuk mulai memasukkan barangnya ke
Indonesia. Hal ini dilakukan agar China menjadi negara eksportir nomor satu dan mempunyai
devisa tertinggi di dunia. Dampak ACFTA bagi industri kerajinan tangan dan mebel Indonesia
adalah semakin banyaknya pengurangan tenaga kerja dari sektor funiture dan kerajinan. Oleh
karena itu pemerintah sebaiknya memberikan tindakan.
Yang saat ini terjadi adalah membanjirnya produk dari China yang menyerang produsen
lokal, misalnya dari industri lampu lokal kebutuhan lampu mencapai sekitar 260 juta
unit atau meningkat 30% dari tahun lalu sekitar 200 juta unit, namun industri lokal hanya dapat
memenuhi permintaan sebesar 20 % dari total kebutuhan lampu nasional, dengan kekurangan
yang cukup besar itu kita harus mengimport lampu dari China, China itu sendiri telah menguasai
perdangangan lampu di dunia yaitu sebesar 80 % kebutuhan lampu dunia termasuk negara
Amerika Serikat .

Begitu juga di Industri tekstil, di sentra kaus Jalan Suci (PHH Mustopha) terdapat 400
perajin yang biasa memproduksi kaus, spanduk, topi, hingga jaket. Dari 400 perajin tersebut,
hanya 150 perajin yang memiliki bangunan tetap serta modal yang cukup, sementara lainnya
mengontrak. Dengan masuknya barang-barang import dari China yang lebih murah maka akan
mematikan industri perumahan seperti ini.

Tantangan yang perlu diperhatikan oleh pelaku industri batik Madura dan pemerintah
daerah setempat adalah diberlakukannya ACFTA. Karena selain memiliki banyak variasi produk,
China juga mampu menekan biaya produksi dan distribusi seefisien mungkin sehingga bisa
menekan harga produk serendah-rendahnya. Karena adanya kesepakatan Common Effective
Prefential Tariff, barang impor menjadi lebih murah khususnya China, karena bisa jadi jauh lebih
murah dari pada produk lokal. Ini menyebabkan persaingan yang timpang. Sehingga pemda
Madura berupaya mengarustamakan (mainstreaming) batik Madura.

Pemerintah harus bersikap melakukan pembenahan untuk menyelamatkan industri


manufaktur khususnya tekstil. Dari ancaman serbuan produk China menyusul pemberlakukan
ACFTA. Langkah yang diharapkan oleh Asosiasi Pertekstilan Indonesia adalah menyiapkan
berbagai instrument yang mampu mendorong daya saing pengusaha local, diantaranya
memperbaiki infrastruktur, ketersediaan energi yang murah dan mudah dan menekan suku
bunga
Sama halnya dengan Tanah Abang, pada kondisi normal, pesanan dari Pasar Tanah
Abang mencapai 200 lusin per hari. Mulai pekan ini (Januari 2010) hanya masuk pesanan 150
lusin.

Dengan adanya serangan produk dari China yang membanjiri pasar Indonesia
diharapkan para pengusaha lebih cermat dalam menjalankan bisnisnya melalui strategi-strategi
yang meningkatkan nilai kualitas barang yang akan di produksi agar menghambat semakin
banyaknya produka dari China.

Perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan China yang mulai bergulir per 1
januari 2010 berpotensi berimbas negatif khususnya untuk segmen mobil pick up. Segmen di
atas pick-up yakni truk ringan (kategori II). Tidak berpengaruh banyak. Karena karakteristik
konsumen antara pick up dan light truck berbeda.

Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) untuk ketiga kalinya
akan menyelenggarakan International Furniture and Craft Fair Indonesia (Iffina) pada 11-14
Maret 2010 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta Utara, Melalui Iffina diharapkan akan terbangun
kemitraan dengan importir China sehingga produk-produk Indonesia bisa masuk ke pasar China.

Pemerintah akan mengajukan keberatan atau complain kepada China jika memang ada
industri yang terpukul akibat ACFTA. Kementerian Perindustrian melaporkan ada lima sektor
industri yang terpukul akibat implementasi ACFTA. Kondisi ini terjadi karena China diyakini
melakukan dumping. ACFTA menjadi pilihan sulit bagi RI, di satu sisi ACFTA sudah terlanjur
ditandatangani, di sisi lain terlalu besar pertaruhannya bagi RI untuk menerapkan ACFTA secara
tergesa-gesa.

Pemerintah dinilai gagal dalam melindungi kepentingan industri dalam negeri dengan
program kerja sama ACFTA. Pemerintah dianggap tidak bisa memberikan langkah konkret dan
solutif mengenai perlindungan (barrier) produk dan kebutuhan masyarakat. Untuk ACFTA,
pemerintah sebenarnya memiliki berbagai alternatif perlindungan terhadap kepentingan
nasional atas masuknya produk-produk murah dari China, karena dalam ACFTA, yang dihapus
hanya persoalan tarif masuk.
Terkait ACFTA Pemerintah berjanji akan mencari solusi melalui berbagai langkah, di
antaranya 1) menganalisa untuk menekan biaya tinggi, 2) Pembenahan infrastruktur, terutama
pelabuhan, 3) memperbaiki sistem logistik dan pelayanan publik, seperti national single
window, 4) perizinan perdagangan dalam dan luar negeri akan menjadi online, 5) memperketat
surat keterangan asal (country of origin), dan 6) meningkatkan pencitraan Indonesia (national
branding) di dalam dan luar negeri.

2.4 Data Statistik

 Produsen dalam negeri hanya mampu memasok dibawah 20% dari kebutuhan lampu
nasional, yang otomatis 80% lebih dikuasai oleh produsen dari luar, terutama China.
(Ketua Umum Asosiasi Industri Perlampuan Indonesia)
 Bulan Maret lalu, menurut Kepala BPS Jatim Irlan Indrocahyo, nilai impor China
mencapai 160,53 juta dollar AS.
 Produk China saat menguasai 60 persen perdagangan di pasar tekstil Tanah Abang.
(Ketua Asosiasi Industri Rajutan).
 Harga produk rajutan Rp 120.000-Rp 150.000 per lusin. Sementara produk garmen
sejenis asal China bisa mencapai Rp 100.000 per lusin
 Setelah pemberlakuan ASEAN-China Free Trade Area, sebanyak 1.017 pos tarif China-
Indonesia akan dihapuskan. Dari jumlah itu, 828 pos tarif telah diturunkan pada periode
2004-2009 dan 200 pos tarif akan menyusul dihapuskan.
 Dampak dari penerapan ACFTA yang tergesa-gesa adalah ketergantungan ekonomi
Indonesia semakin tinggi termasuk produk-produk sensitif, seperti pangan dan tekstil.
Selain itu, pemulihan ekonomi tahun 2010 ke depan sangat rentan. Ini mengakibatkan
melemahnya daya serap tenaga kerja dan melambatnya pertumbuhan investasi.
Padahal, dibutuhkan investasi Rp 2.000 triliun untuk pembangunan infrastruktur.
 "Pada tahun 2009, pendapatan dari sektor pajak mencapai Rp 214 triliun dan target
pada APBN 2010 sebanyak Rp 269,5 triliun," tutur Direktur Peraturan Perpajakan I Catur
Rini Widosari di Jakarta.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

ACFTA mempunyai beberapa kekurangan dan dampak negative bagi industri lokal di
Indonesia, karena (produk) Indonesia belum siap menghadapi produk-produk sejenis dari China
yang jauh lebih murah walaupun dengan kualitas yang rendah, produsen lokal terutama UMKM
belum dapat bersaing khususnya dari segi harga yang ditawarkan. Dengan modal yang kecil
UMKM tidak dapat menekan biaya produksi dan menambah jumlah produksi untuk bersaing
dengan produk China, ini akan mematikan produsen lokal dengan modal kecil jika tidak
dilindungi pemerintah dengan menyeleksi barang apa saja yang boleh masuk ke Indonesia.

ACFTA juga merupakan suatu tantangan bagi industri lokal untuk berkembang dari segi
kualitas maupun harga, dengan dikenakannya bea 0% untuk kedua negara maka produsen lokal
di Indonesia dapat membeli bahan baku dari China lebih murah dari dalam negeri dengan
begitu produsen lokal dapat meningkatkan kuaitas dengan harga yang bersaing. Produsen lokal
juga dapat bermain di pasar Internasional khususnya China dengan kualitas yang baik dengan
harga yang kompetitif maka tidak mungkin produk lokal mempunyai segmen pasar di luar
negeri.

Pada akhirnya keputusan memajukan perdagangan khususnya dari produsen lokal di


Indonesia ada pada konsumen kita sendiri, apakah kita lebih menginginkan barang-barang
import bermerk yang murah walaupun dengan kualitas rendah seperti dari China atau bangga
dengan produk asli buatan lokal yang kualitasnya tidak kalah dengan produk-produk terkenal di
dunia, karena dengan persepsi produk import jauh lebih baik maka industri perdangangan kita
tidak akan pernah berkembang.
3.2 Saran

Yang berperan besar selain produsen dan pengusaha lokal dalam memerangi barang
produksi dari China yang dapat menguasai pasar lokal adalah pemerintah Indonesia sendiri,
karena pemerintah dapat mengatur atau membuat regulasi yang dapat memberatkan
masuknya barang dari China yang dapat menggertus produsen kecil menengah khususnya.
Beberapa cara yang dapat diterapkan antara lain :

 Pemerintah seharusnya menerapkan kebijakan yang tidak mempersulit pengusaha


dalam menjalankan usahanya, misalnya untuk pengusaha kecil menengah dapat dengan
mudah mendapatkan dana untuk modal usaha, karena salah satu faktor dari kebijakan
ACFTA yang dapat menghancurkan produsen lokal adalah pengusaha yang memiliki
modal yang kecil seperti industri rumahan, tidak dapat bersaing dengan barang dari
China yang harganya murah.

 Seperti telah yang dijelaskan Mentri Perekonomian Hatta Rajasa, "Ini kan ibarat suatu
stategi perang. Pokoknya kita akan memberikan suatu perlindungan bagi industri yang
potensial kena dampaknya. Artinya Industri lokal yang memiliki potensi seharusnya
diproteksi oleh pemerintah Indonesia agar dapat bersaing dengan barang import dari
China maupun Negara lainnya, misalnya dengan memberikan SNI dan pemberian hak
paten atas barangnya agar tidak diduplikasi atau dibuat tiruannya oleh China yang mana
sangat merugikan produsen itu sendiri.

 Konsumen harus mempercayai produk lokal, yakni membeli dan memakai produk yang
menerapkan SNI. Jangan mudah terkecoh dengan produk yang murah namun tidak
berkualitas. Misalnya di Bali produk tekstil dari China mulai mendobrak masuk ke pasar
di Bali namun para produsen lokal di Bali tidak takut akan hal itu karena meraka telah
memiliki segmen pasar tersendiri dengan yang mengutamakan kualitas sedangkan
produk-produk dari China memiliki harga yangmurah namun kualitasnya jauh dibawah
produk lokal.
 Dalam persaingan ACFTA, Pemerintah harus menciptakan kondisi dan situasi yang
kondusif, antara lain infrastruktur memadai, energi yang tersedia, pemerintah yang
stabil, kepastian hukum, birokrasi efektif dan korupsi berkurang.

 Pemerintah sebaiknya memberikan bantuan dengan pemberian insentif untuk


perusahaan agar dapat bersaing.

Sebagai seorang pengusaha seharusnya produsen lokal kita mempunyai strategi tertentu
untuk membendung gempuran barang-barang murah dari China, beberapa cara yang dapat
dilakukan oleh produsen lokal :

 Produsen lokal perlu meningkatkan kualitas dari barang yang diproduksinya, meskipun
barang impor dari China banyak dipasaran, pengusaha harus dapat mempertahankan
kualitas barang dengan harga yang kompetitif juga tentunya, dengan begitu masyarakat
mungkin akan lebih memilih produk lokal dengan kualitas yang bagus dibandingkan
dengan produk import yang murahan.

 Pengusaha juga dapat memanfaatkan kebijakan ACFTA yang bea masuk 0 % yaitu
pengusaha dapat mendapatkan barang-barang bahan baku dari China dengan harga
yang mungkin jauh lebih murah dibandingkan dengan barang sejenis di dalam negeri.

 Menjalin hubungan kemitraan dengan produsen di China karena market di China lebih
besar dibandingkan di Indonesia karena penduduk China 1,3 miliar

 Pengusaha lokal sebaiknya juga membuka pameran di luar negeri, khususnya tekstil.
Yang bertujuan untuk membuka pasar baru.
LAMPIRAN

http://bisniskeuangan.kompas.com

 “ACFTA Ancam Sentra Industri Kecil di Bandung “


 “Produk China Banjiri Bali, Siapa Takut?”
 “Pameran Mebel, Strategi Hadapi CAFTA”
 “ACFTA, antara Harapan dan Realitas”
 “Menghadapi ACFTA, Pelaku Usaha Dituntut Kreatif”
 “Dampak ACFTA, Produk Jateng Menumpuk”
 “Pemerintah Mesti Bersikap Hadapi ACFTA”
 “Asmindo: Pasar China Harus Direbut!”
 “Pemerintah Tak Punya Langkah Konkret Hadapi ACFTA”
 “ACFTA Tak Pengaruhi Penerimaan Pajak”
 “Imbas ACFTA Bakal Gerogoti Pasar Kendaraan Komersil”
 “ACFTA DAN "MAINSTREAMING" BATIK MADURA”

http://blogs.unpad.ac.id/yogix/2010/02/22/apa-itu-acfta

 “Apa itu ACFTA?”

http://www.mediaindonesia.com

 “ACFTA Pasung Kapasitas Produksi Dalam Negeri “


 “Berlakukan Dumping, China Dominasi ACFTA “

http://www.bisnis.com
 “Hatta: RI bisa ajukan keberatan ke China”

Anda mungkin juga menyukai