Laporan Pengapuran
Laporan Pengapuran
Laporan Pengapuran
Sifat Tanah Ultisol Kesuburan alami tanah Ultisol umumnya terdapat pada horizon A yang tipis dengan kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering menghambat
pertumbuhan tanaman.
(AnonymousA,2010)
Tingkat pelapukan dan pembentukan ultisol berjalan lebih cepat pada daerah-daerah yang beriklim humid dengan suhu tinggi dan curah hujan tinggi (seperti halnya di Indonesia). Ini berarti ultisol merupakan tanah yang telah mengalami proses pencucian sangat intensif. Hal ini menyebabkan ultisol mempunyai kejenuhan basa-basa rendah (kurang dari 355 pada standar pH 8,2) dan kadar mineral lapuknya sangat rendah. (AnonymousA,2010)
Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum. (AnonymousB,2010) Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala (constrain) yang ada pada Ultisol ternyata dapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. (AnonymousB,2010)
1|Ilham Nugroho
Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum dipergunakan untuk pertanian. Problem tanah ini adalah reaksi masam, kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsure hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan, keadaan tanah yang sangat masam sangat menyebabkan tanah kehilangan kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar, karena
(AnonymousB,2010)
Senyawa-senyawa Al monomerik dan Al hidroksi merupakan sumber utama kemasaman dapat tukar dan kemasaman tertitrasi pada Ultisol. Sumber-sumber lain adalah kation-kation ampoter dapat tukar atau senyawa-senyawa hidroksinya, bahan organik dan hidrogen dapat tukar. (AnonymousB,2010)
Sifat-sifat penting pada tanah Ultisol berkaitan dengan jumlah fosfor dan mineral-mineral resisten dalam bahan induk, komponenkomponen ini umumya terdapat dalam jumlah yang tidak seimbang, walupun tidak terdapat beberapa pengecualian. Ultisol yang
berkembang pada bahan induk dengan kandungan fosfor yang lebih tinggi. Translokasi/pengangkutan liat yang ekstensif berlangsung meninggalkan residu yang cukup untuk membentuk horizon-horison permukaan bertekstur kasar atau sedang. Selain bahan organic melalui proses (AnonymousB,2010) dekomposisi dapat
menyediakan nutrisi tanaman. Dekomposisi bahan organic oleh berbagai mikroorganisme tanah berlangsung lamban akan tetapi terus
2|Ilham Nugroho
terbebasnya fosfor dan elemen-elemen lainnya yang esensial bagi pertumbuhan tanaman. (AnonymousB,2010)
KTK dan jumlah kemasaman terukur pada Ultisol sanagt tergantung pada pH larutan yang digunakan dalam penetapan, misalnya nilai terbesar dari KTK dan kemasaman umumnya diperoleh bila penetapan dilakukan pH 8,2 sedang pada pH 7,0 dan terendah bila ditetapkan pada pH tanah. Sumber utama KTK bergantung pH dan kemasaman mencakup hidrolisis senyawa-senyawa Al hidroksi antar lapisan. 2. Pengelolaan Tanah Ultisol Ditinjau dari luasnya, tanah Ultisol mempunyai potensi yang tinggi untuk pengembangan pertanian lahan kering. Namun demikian, pemanfaatan tanah ini menghadapi kendala karakteristik tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman terutama tanaman pangan bila tidak dikelola dengan baik. Beberapa kendala yang umum pada tanah Ultisol adalah kemasaman tanah tinggi, pH rata- rata < 4,50, kejenuhan Al tinggi, miskin kandungan hara makro terutama P, K, Ca, dan Mg, dan kandungan bahan organik rendah. Untuk mengatasi kendala tersebut dapat diterapkan teknologi pengapuran, pemupukan P dan K, dan pemberian bahan organik. (AnonymousB, 2010) (AnonymousB,2010)
Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol, dapat dilakukan melalui pemberian kapur, pemupukan, penambahan bahan organik, penanaman tanah adaptif, penerapan tekhnik budidaya tanaman lorong (atau tumpang sari), terasering, drainase dan pengolahan tanah yang seminim mungkin. Pengapuran yang dimaksudkan untuk
mempengaruhi sifat fisik tanah, sifat kimia dan kegiatan jasad renik tanah. Pengapuran pada Ultisol di daerah beriklim humid basah seperti di Indonesia tidak perlu mencapai pH tanah 6,5 (netral), tetapi sampai
3|Ilham Nugroho
pada pH 5,5 sudah dianggap baik sebab yang terpenting adalah bagaimana meniadakan pengaruh meracun dari aluminium dan penyediaan hara kalsium bagi pertumbuhan tanaman. (Hakim,dkk, 1986).
B. Tanah Oxisol 1. Sifat Tanah Oxisol Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning. Klasifikasi tanah Oxisol tersebut (Hardjowigeno, 1992) dalam tingkat famili
dikelompokan dalam kelas Rhodic Hapludox halus campuran isohipertermik. Warna tanah coklat gelap kemerahan (2,5YR 2,5/4) hingga merah ungu (10R 3/2). Tekstur tanah lempung liat berpasir, struktur gembur, dan mempunyai sifat tiksotropik. Warna merah dan sifat tiksotropik erat hubungannya dengan tingginya kandungan oksida besi. Kandungan hara makro tanah yang meliputi N, P, K, Ca, dan Mg tergolong rendah-sedang. 2. Pengelolaan Tanah Oxisol Pemanfaatan tanah Oxisol, harus diikuti dengan upaya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah. Upaya tersebut di antaranya adalah penanaman tanaman kacangan penutup tanah, pemupukan, dan aplikasi bahan organik. Selain itu perlu adanya pemupukan agar unsur hara bertambah, dilakukan pembajakan pada tanah, penanaman tanaman leguminase untuk menambah unsur N pada tanah, serta
4|Ilham Nugroho
(AnonymousC, 2010)
pengairan yang cukup pada tanah tersebut. Dengan berbagai perbaikan kondisi tanah tersebut maka produktivitas tanaman yang diusahakan pada tanah Oxisol dapat meningkat. C. Data dan Interpretasi 1. Data Pengamatan Jenis Tanah H2O Oxisol Ultisol 6,46 4,83 pH CaCo3 7,42 5,44 0,96 0,89 pH (AnonymousC, 2010)
2. Interpretasi Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dengan menggunakan media tanah oxisol dan tanah ultisol didapatkan hasil bahwa pH tertinggi dengan campuran H2O terdapat pada tanah Oxisol dibandingkan dengan tanah Ultisol yang hanya 4,83. pH tertinggi dengan campuran CaCo3 pada tanah Oxisol sebesar 7,42, sedangkan pada tanah Ultisol hanya 5,44. Dari hasil perhitungan pH, dihasilkan dihasilkan pada tanah oxisol
pHnya sebesar 0,96, dapat ditentukan bahwa kebutuhan kapurnya
adalah sebesar 3,4 ton / Ha. Sedangkan pada tanah ultisol di dapat
pHnya sebesar 0,89, dapat ditentukan bahwa kebutuhan kapurnya
adalah sebesar 3,0 ton / Ha. D. Pembahasan Berdasarkan dari data hasil pengamatan yang ada, tanah Oxisol mempunyai pH yang tinggi dibandingkan dengan tanah Ultisol. pH tanah Ultisol lebih rendah disebabkan karena sifat dari tanah ini yang hanya mempunyai kandungan bahan organik yang rendah. Unsur hara makro seperti fosfor dan kalium yang sering kahat, reaksi tanah masam hingga sangat masam, serta kejenuhan aluminium yang tinggi. Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen
5|Ilham Nugroho
kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Pada tanah Oxisol dengan pH yang tinggi karena sifat tanah yang lebih baik daripada tanah Ultisol yang pH kurang dari 5,5 dan sifat tanah Oxisol yang minim kandungan mineral tanah. Dari data diatas, dengan mengetahui pH antar tanah dengan menambahkan campuran H2O dan CaCo3, kita dapat menentukan kebutuhan kapur yang dibutuhkan untuk pengapuran dengan pH yang berbeda sehingga kapur yang dibutuhkan berbeda pula. E. Rekomendasi Pengolahan Lahan dengan Kebutuhan Kapur Jika dilihat dari aspek kebutuhan kapur maka dapat diketahui bahwa kebutuhan kapur pada tanah oxisol memerlukan kapur sebesar 3,4 ton/Ha, sedangkan pada tanah ultisol memerlukan kapur sebesar 3,0 ton/ Ha. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebutuhan kapur pada tanah ultisol lebih tinggi daripada tanah oxisol. Sehingga rekomendasi pengelolaan tanah pada tanah ultisol adalah : 1. Menerapkan teknologi pengapuran yang sesuai dengan jumlah kapur yang dibutuhkan oleh tanah tersebut dalam ukuran yang sesuai pada tabel kebutuhan kapur tanah. 2. Penambahan pupuk P dan K pada tanah untuk memperbaiki kandungan zat kimia organik yang dibutuhkan oleh tanah tersebut.
memperbaiki jumlah serta kandungan zat hara yang terdapat pada tanah tersebut. Sedangkan pada tanah oxisol memilik pH yang berkisar sekitar 6-7,22, sehingga tidak perlu dilakukan peningkatan pH lagi. Tetapi pada tanah ini dapat dilakukan pemupukan bahan organic guna menurunkan pH tanah tersebut. Selain itu, bahan organik tidak hanya menambah N, P atau Ca,
6|Ilham Nugroho
tetapi juga mampu menutupi areal erapan anion dan mengurangi kemampuan tanah meretensi P. Dalam kondisi tanah mempunyai sifat meretensi P tinggi, penggunaan pupuk P yang tidak mudah larut (slow release) sangat disarankan. (AnonymousC,2010)
7|Ilham Nugroho
DAFTAR PUSTAKA
AnonymousA.2010.http://bwn123.wordpress.com/, diakses 8 Mei 2010 AnonymousB. 2010. Tanah ultisol. [online] (http://wahyuaskari.wordpress.com/,diakses 8 Mei 2010). AnonymousC. 2010. Karakteristik tanah ultisol dan tanah oxisol. [online] (http://www.tanahultisoloxsisol.com/karakteristik.html /, diakses 8 Mei 2010) Hakim,dkk. 1986. Tanah ultisol. [online] (http://wahyuaskari.wordpress.com/literatur/tanah-ultisol, diakses 8 Mei 2010) Hardjowigeno, S. 1992. Pemanfaatan tanah. [online] (http://www.pemanfaatantanah.com/id/tanah-html, diakses 8 Mei 2010
8|Ilham Nugroho