Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Akreditasi RS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Dalam undang-undang no.

44 tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 29 poin b menyebutkan bahwa rumah sakit wajib memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antideskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. Kemudian pada pasal 40 ayat 1 disebutkan bahwa dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 (tiga) tahun sekali. Dari kedua undang-undang tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa akreditasi rumah sakit penting dilakukan dengan alasan agar mutu di integrasikan dan dibudayakan kedalam sistem pelayanan di rumah sakit. Akreditasi rumah sakit merupakan suatu proses dimana suatu lembaga, yang independen, melakukan assesmen terhadap rumah sakit. Tujuannya adalah menentukan apakah rumah sakit tersebut memenuhi standar yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan mutu pelayanan. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah rumah sakit untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas asuhan pasien, memastikan bahwa lingkungan pelayanannya aman dan rumah sakit senantiasa berupaya mengurangi resiko bagi para pasien dan staf rumah sakit. Dengan demikian akreditasi diperlukan sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit, yang sekaligus berperan sebagai sarana manajemen.( dirjen bina upaya kes 2011 ) Tidak bisa dihindari saat ini Indonesia memasuki era globalisasi dan persaingan pasar bebas, untuk itu diperlukan peningkatan mutu dalam segala bidang, salah satunya peningkatan mutu pelayanan melalui akreditasi Rumah Sakit menuju kualitas pelayanan Internasional. dalam menjawab tantangan tersebut peningkatan kualitas pelayanan sangatlah penting agar rumah sakit mampu berkompetisi baik di tingkat regional, nasional bahkan Internasional Perubahan paradigma standar akreditasi baru diaplikasikan pada pelayanan berfokus pasien, patient safety menjadi standar utama, kesinambungan pelayanan harus dilakukan baik saat merujuk keluar maupun serah terima pasien di dalam RS, proses akreditasi bukan hanya meneliti secara cross sectional tetapi juga longitudinal, serta hasil survey pencapaian RS terhadap skoring yang ditentukan berupa level-level pencapaian pratama, madya, utama dan paripurna. Manfaat langsung dari akreditasi baru, yaitu RS mendengarkan pasien dan keluarganya, menghormati hak-hak pasien, dan melibatkan pasien dalam proses perawatan sebagai mitra; meningkatkan kepercayaan publik bahwa RS telah melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan dan keselamatan pasien;

menyediakan lingkungan kerja yang aman dan efisien yang memberikan kontribusi terhadap kepuasan karyawan; modal negosiasi dengan asuransi kesehatan dan sumber pembayar lainnya dengan data tentang mutu pelayanan menciptakan budaya yang terbuka untuk belajar dari pelaporan yang tepat dari kejadian yang tidak diharapkan; dan membangun kepemimpinan kolaboratif yang menetapkan prioritas pada kualitas dan keselamatan pasien di semua tingkat.
http://buk.depkes.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=192:tahun-2012-karsfokus-standar-akreditasi-baru-rumah-sakit(Tahun 2012 KARS Fokus Standar Akreditasi Baru Rumah Sakit) Direktorat jenderal bina upaya Kesehatan kemenkes RI.

Akreditasi rumah sakit saat ini berkiblat pada pelayanan yang berfokus pada pasien. Keselamatan pasien betul-betul menjadi indikator utama standar penilaian akreditasi. Fokus ini nyata tampak pada berbagai instrumen akreditasi internasional JCI yang menitikberatkan pada kepentingan pasien dan tertuang pada buku akreditasi, yaituinternational patient safety goals, patient and family rights, assessment of patients, patient and family education, quality improvement and patient safety, care of patients, dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk menjawab tuntutan pasien yang semakin kritis akan pelayanan rumah sakit yang optimal. Pelayanan rumah sakit sendiri dinilai belum dapat memenuhi kebutuhan pasien sepenuhnya. Dengan akreditasi rumah sakit diharapkan dapat meningkatkan standar pelayanan rumah sakit di Indonesia.
http://www.jurnalmedika.com (Edisi No 01 Vol XXXIX - 2013 - Dari Redaksi) Berlari Menuju Akreditasi Rumah Sakit Internasional

Pada tanggal 26 November 2011 yang lalu, PERSI Jabar menyelenggarakan Seminar Sehari tentang Bagaimana Rumah Sakit di masa depan dapat memiliki daya saing. Strategi yang dipromosikan dalam seminar ini adalah Akreditasi Rumah Sakit Indonesia 2012. Materi seminar disampaikan oleh DR. dr. Sutoto, MKES (Ketua Pengurus Pusat PERSI). Memang isu akreditasi ini bukan hal yang baru. Namun demikian, ada beberapa perubahan paradigma dalam proses akreditasi RS 2012 ini. Disampaikan dalam seminar ini beberapa pergeseran paradigma dalam penilaian akreditasi RS 2012, diantaranya:

1. Tujuan akreditasi bukan lagi kelulusan, tetapi harus secara efektif/nyata terjadi peningkatan mutu dalam segala aspek pengelolan dan pelayanan. 2. Dalam upaya memenuhi kriteria standar internasional, instrumen akreditasi antara lain mengacu pada instrumen JCI (Joint Commission International) 3. Berfokus pada Kepentingan Pasien 4. Berorientasi pada Keselamatan Pasien (Patient Safety) 5. Kesinambungan pelayanan, maka sangat memperhatikan detail data. Contohnya (i) Checklist pada proses transfer (serah terima) pasien antar unit pelayanan (di internal RS) maupun antar Sarana Pelayanan Kesehatan (external RS) (ii) Komunikasi dan informasi yang lengkap dan akurat

(merupakan hal mutlak). 6. Di masa lalu, akreditasi ibarat potret (melihat keadaan sesaat di satu titik waktu), berubah menjadi ibarat video yakni melihat dinamika rangkaian proses secara lengkap dan terpadu. 7. Penilaian menggunakan metoda telusur, yang semuanya berawal dari Pasien. Dokumen (SOP) sebagai hal mendasar selanjutnya dinilai apakah implementasinya konsisten dan efektif. 8. Masa lalu hasil penilaian akreditasi berupa ke-lulus-an, berubah menjadi Tingkat/level Pencapaian4 level: Dasar (4 bab); Madya (8 bab); Utama (12 bab) dan Paripurna (15 Bab). Dengan demikian pada setiap penilaian akreditasi ada hal-hal yang harus diperbaiki sebagai pekerjaan rumah* bagi RS, dan hasil perbaikannya akan dinilai pada akreditasi periode berikutnya, yang akan menentukan apakah RS mampu mencapai tingkat/level yang lebih tinggi.
Mursyid Hasanbasri http://persijabar.wordpress.com/2012/05/07/paradigma-baru-dalamakreditasi-rumah-sakit-2012/ sitasi 23 4 2013

( Dari Viva dan P.Edo )

Saat ini pemerintah telah memperbaiki dan menyempurnakan sistem penyelenggaraan akreditasi melalui penyusunan undang-undang, peraturan dan sistem akreditasi menuju akreditasi internasional. Standar Akreditasi RS baru versi 2012 telah mulai ditetapkan pada tahun 2012 dan akan dilaksanakan oleh KARS sebagai Badan Akreditasi Nasional Independen yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan sesuai dengan ketentuan UU no 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit) adalah merupakan suatu lembaga independen dalam negeri sebagai pelaksana akreditasi RS yang bersifat fungsional dan non-struktural. Survey akreditasi Rumah Sakit yang dilakukan oleh KARS akan meliputi beberapa hal sebagai berikut yaitu : Evaluasi dokumen, wawancara atau informasi verbal tentang pelaksanaan standart, onsite observasi pelayanan dan kegiatan, serta edukasi tentang pemenuhan standart dan performance improvement. Standart akreditasi Rumah Sakit ini merupakan upaya Kementerian Kesehatan menyediakan suatu perangkat yang mendorong Rumah Sakit senantiasa meningkatkan mutu dan keamanan pelayanan pasien. Dengan penekanan bahwa akreditasi adalah suatu proses belajar, maka Rumah Sakit distimulasi melakukan perbaikan yang berkelanjutan dan terus menerus. Untuk Akreditasi Rumah sakit 2012 tahun yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH pada acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional tanggal 1 Maret 2012, versi 2012 ini, KARS mengadopsi penuh standart akreditasi Rumah Sakit versi JCI ( Joint Commission International ). Hal ini dilakukan sejalan dengan visi KARS untuk menjadi bahan akreditasi berstandart Internasional, serta untuk memenuhi tuntutan Undang-undang no.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit yang mewajibkan seluruh rumah sakit di Indonesia untuk meningkatkan mutu pelayanan melalui akreditasi ( Santoso, T 2012 ).

Standart akreditasi baru tersebut terdiri dari 4 ( empat ) kelompok sebagai berikut : a. Kelompok Standart Berfokus Kepada Pasien b. Kelompok Standart Manajemen Rumah Sakit c. Kelompok sasaran Keselamatan Pasien d. Kelompok Sasaran Menuju Millenium Development Goals yaitu : 1. Penurunan angka kematian bayi dan peningkatan kesehatan ibu 2. Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS 3. Penurunan angka kesakitan TB ( Santoso, T 2012 )

Kementerian Kesehatan memilih akreditasi dengan sistem Joint Commission International (JCI) karena lembaga akreditasi tersebut merupakan badan yang pertama kali terakreditasi oleh International Standart Quality (ISQua) selaku penilai lembaga akreditasi. Standar ini akan

dievaluasi kembali dan akan dilakukan perbaikan bila ditemukan hal-hal yang tidak sesuai lagi dengan kondisi di rumah sakit. JCI adalah versi internasional dari The Joint Commission (USA), Misi JCI adalah memperbaiki kualitas dan keamanan pelayanan kesehatan di masyarakat
internasional. Selama lebih dari 75 tahun, The Joint Commission (USA) dan organisasi pendahulunya didedikasikan untuk meningkatkan kualitas dan keamanan pelayanan kesehatan. Kini The Joint Commission (USA) merupakan pemberi akreditasi terbesar di Amerika Serikat di bidang organisasi

pelayanan kesehatan, lembaga ini menyurvei hampir 16.000 program layanan kesehatan melalui
proses akreditasi sukarela. Baik The Joint Commission (USA) maupun JCI bersifat nonpemerintah, dan merupakan perusahaan nirlaba di Amerika Serikat ( Kemenkes, 2011 ) Akreditasi JCI dirancang untuk menanggapi meningkatnya kebutuhan seluruh dunia akan sebuah sistem evaluasi berbasis standart di bidang perawatan kesehatan. Tujuannya adalah untuk menawarkan kepada masyarakat internasional proses objektif untuk mengevaluasi organisasi pelayanan kesehatan yang berbasis standart. Dengan demikian diharapkan program ini akan menstimulasi perbaikan yang berkelanjutan dan terus-menerus dalam organisasi-organisasi pelayanan kesehatan lewat penerapan standart-standart konsensus internasional, Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient Safety Goals), didukung oleh pengukuran data sebagai tambahan untuk standar bagi rumah sakit. JCI juga telah mengembangkan standar dan program akreditasi dalam meningkatkan kwalitas mutu pelayanan sebagai berikut : 1. Rawat Jalan (Ambulatory Care) 2. Laboratorium Klinik (Clinical Laboratories) 3. Pusat Pelayanan Primer (Primary Care Center) 4. Perawatan Berkelanjutan (The CareContinuum; perawatan di rumah, hidup dengan dibantu, perawatan jangka panjang, perawatan di rumah sakit hingga ajal menjemput) 5. Pelayanan Transportasi Medik (Medical Transport Organization)

JCI juga menawarkan sertifikasi program perawatan klinis, seperti program untuk perawatan stroke, perawatan jantung, atau penggantian sendi. Program akreditasi JCI didasarkan pada kerangka kerja standar internasional yang disesuaikan dengan kebutuhan lokal ( JCI, 2012 ).

JCI, 2012, Akreditasi Rumah Sakit Terbaru Versi JCI, dilihat 23-4-2012, < http://jciakreditasirumahsakit.blogspot.com/ > Kemenkes, 2011, Standar Akreditasi akreditasi.web.id/blog/?page_id=1252 > Rumah Sakit, ed. 1, dilihat 23-4-2013, <

Santoso, T 2012, Persiapan Akreditasi Rumah Sakit 2012, Lean Healthcare Indonesia, dilihat 23-42013, < lean-indonesia.blogspot.com/2012/07/persiapan-akreditasi-rumah-sakit-2012.html >

Anda mungkin juga menyukai