SAFTIAN ROSY ANGGARA Askep Syndrom Steven Jhonson
SAFTIAN ROSY ANGGARA Askep Syndrom Steven Jhonson
SAFTIAN ROSY ANGGARA Askep Syndrom Steven Jhonson
Di susun oleh :
SAFTIAN ROSY ANGGARA
(712.6.2.0434 P)
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Tugas ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA
SINDROM STEVENS JOHNSON..
Kami menyadari bahwa Askep ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan askep ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan Askep ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sindrom Stevens-Johnson, biasanya disingkatkan sebagai SJS, adalah reaksi buruk
yang sangat gawat terhadap obat. Efek samping obat ini mempengaruhi kulit, terutama
selaput mukosa. Prediksi : mulut, mata, kulit, ginjal, dan anus.
Sindrom ini jarang dijumpai pada usia 3 tahun, kebawah kemudian umurnya
bervariasi dari ringan sampai berat. Pada yang berat kesadarannya menurun, penderita dapat
soporous sampai koma, mulainya penyakit akut dapat disertai gejala prodiomal berupa
demam tinggi, malaise, nyeri kepala, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan.
Sindrom Steven Johnson ditemukan oleh dua dokter anak Amerika. A. M. Steven dan
S.C Johnson, 1992 Sindrom Steven Johnson yang bisa disingkat SSJ merupakan reaksi alergi
yang hebat terhadap obat-obatan.
Angka kejadian Sindrom Steven Johnson sebenarnya tidak tinggi hanya sekitar 1-14
per 1 juta penduduk. Sindrom Steven Johnson dapat timbul sebagai gatal-gatal hebat pada
mulanya, diikuti dengan bengkak dan kemerahan pada kulit. Setelah beberapa waktu, bila
obat yang menyebabkan tidak dihentikan, serta dapat timbul demam, sariawan pada mulut,
mata, anus, dan kemaluan serta dapat terjadi luka-luka seperti keropeng pada kulit. Namun
pada keadaan-keadaan kelainan sistem imun seperti HIV dan AIDS angka kejadiannya dapat
meningkat secara tajam.
Dari data diatas penulis tertarik mengangkat kasus Sindrom Steven Johnson karena
Sindrom Steven Johnson sangat berbahaya bahkan dapat menyebabkan kematian. Sindrom
tidak menyerang anak dibawah 3 tahun, dan penyebab Sindrom Steven Johnson sendiri
sangat bervariasi ada yang dari obat-obatan dan dari alergi yang hebat, dan ciri-ciri penyakit
Steven Johnson sendiri gatal-gatal pada kulit dan badan kemerah-merahan dan Sindrom ini
bervariasi ada yang berat dan ada yang ringan.
( Support, Edisi November 2008 )
1.2.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Rumusan Masalah
Apa pengertian Steven Johnson?
Apa etiologi dari Steven Johnson?
Apa tanda dan gejala Steven Johnson?
Apa faktor predisposisi Steven Johnson?
Bagaimana patofisiologi dari Steven Johnson?
Apa komplikasi dari Steven Johnson?
Apa saja pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
Bagaimana penatalaksanaan untuk sindrom Steven Johnson?
Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit Steven Johnson?
1.3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tujuan
Mengetahui pengertian Steven Johnson?
Mengetahui etiologi dari Steven Johnson?
Mengetahui faktor predisposisi Steven Johnson?
Mengetahui tanda dan gejala Steven Johnson?
Mengetahui patofisiologi dari Steven Johnson?
Mengetahui komplikasi dari Steven Johnson?
Mengetahui pemeriksaan penunjang untuk Steven Johnson?
Mengetahui penatalaksanaan untuk Syndrom Steven Johnson?
Mengetahui asuhan keperawatan pada Syndrom Steven Johnson?
1.4.
Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi
pembaca tentang Syndrom Steven Johnson.
BAB II
LANDASAN TEORITIS MEDIS
2.1 Pengertian
1. Steven Johnson Adalah sindroma yang mengenai kulit, selaput lendir di
orifisium dan mata dengan keadaan umum bervariasi dari ringan sampai berat,
kelainan
2.
pada
kulit
berupa
eritema,
vesikel/bula,
dapat
disertai
3.
pada
kulit
berupa
eritema
vesikel
bula,
dapat
disertai
4.
5.
6.
konjung
2.2 Etiologi
Etiologi pasti Sindrom Stevens Johnson (SSJ) belum diketahui. Salah satu
penyebabnya ialah alergi obat sistemik, diantaranya penisilin dan semisintetiknya,
metamizol,
metampiron,
dan
parasetamol),
klorpromazin,
karbamazepin, kinin, antipirin, dan jamu. Selain itu dapat juga disebabkan oleh infeksi
(bakteri, virus, jamur, parasit), neoplasma, psca vaksinasi, radiasi, dan makanan.
Penyebab belum diketahui dengan pasti, namun beberapa factor yang dapat
dianggap sebagai penyebab adalah:
a) Alergi obat secara sistemik ( misalnya penisilin, analgetik, anti piretik )
Penisilline
Sthreptomicine
Sulfonamide
Tetrasiklin
Kloepromazin
Karbamazepin
Kirin Antipirin
Tegretol
f)
Makanan (coklat)
2.3 Klasifikasi
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh,
pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi.
Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan
jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit
bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak
kaki, punggung, bahu dan bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat
1. Lapisan Kulit
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler..Epidermis terdiri
atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : Stratum
Korneum,Stratum Lusidum,Stratum Granulosum,Stratum Spinosum,Stratum
Basale (Stratum Germinativum),
Fungsi Epidermis :Proteksi barier,Organisasi sel, Sintesis vitamin D dan
sitokin, Pembelahan dan mobilisasi sel, Pigmentasi (melanosit), Pengenalan
alergen (sel Langerhans),
b. Dermis
Dermis Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis.
Fungsi Dermis : Struktur penunjang, Mechanical strength, Suplai nutrisi,
Menahan shearing forces dan respon inflamasi.
c. Subcutis
Subkutan Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri
dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbedabeda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang
suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : Melekat ke struktur dasar,
Isolasi panas,
dicegah agar tidak masuk ke dalam tubuh, dan silia pada traktus respiratorius
bersama respons batuk serta bersin yang bekerja sebagai filter dan
membersihkan saluran nafas atas dari mikroorganisme pathogen sebelum
mikroorganisme tersebut dapat menginvasi tubuh lebih lanjut.
Sawar kimia seperti getah lambung yang sam, enzim dalam air mata
serta air liur (saliva) dan substansi dalam secret kelenjar sebasea serta
lakrimalis, bekerja dengan cara nonspesifik unuk menghancurkan bakteri dan
jamur yang menginvasi tubuh. Sel darah putih atau leukosit turut serta dalam
respons imun humoral maupun seluler. Leukosit granuler atau granulosit yang
mencakup neutrofil, eusinofil, dan basofil.
b. Imunitas didapat (akuisita)
Imunitas yang didapat (acquired immunity) terdiri atas respons
imunyang tidak dijumpai pada saat lahir tetapi akan diperoleh kemudian dalam
hidup seseorang. Imunitas ini didapat biasanya terjadi setelah seseorang
terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respons
imunyang bersifat protektif. Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan
imunologo akan dibentuk tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut.
Imunitas ini biasanya berlangsung selama bertahun tahun atau bahkan
seumur hidup. Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang
ditransmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebalan setelah
penderita sakit atau menjalani imunisasi. Gama globulin dan antiserum yang
didapat dari plasma darah rang yang memiliki imunitas didapatkan dalam
keadaan darurat untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit ketika resiko
terjangkit suatu penyakit tertentu cukup besar.
merekrut, mengaktifkan serta mengatur limfosit dan sel sel darah putih
lainnya.
Limfosit lain yang membantu dalam memerangi mikroorganisme yaitu
limfosit null dan sel natural killer (NK). Limfosit null, merupakan
subpolpulasi limfosit yang kurang mengandung cirri cirri khas dari limfosit
B dan T. Sel NK yang mewakili suppulasi limfosit lainnya tanpa karakteristik
sel B dan T yang akan mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme dan
beberapa
tipe
sel
malignan.
Sel
NK
dapat
membunuh
langsung
PATHWAY
Alergi obat2an, infeksi mikroorganisme, neoplasma dan faktor endokrin, faktor fisik dan
makanan
Masuk ke dalam tubuh
Sel B dan plasma cel
Antigen berikatan dengan antibodi (Ig M dan Ig G)
Komplek imun
Deposit pembuluh darah
Mengaktifkan komplemen & degranulasi sel mast
Neutrofil tertarik kedaerah infeksi
Kerusakan jaringan
kapiler/ organ
Kerusakan
submukosa : lidah
inflamasi
akumulasi neutrofil
nociseptor
reaksi radang
intake in adekuat
kelainan kulit
& eritema
MK:gangguan
integritas kulit
merangsang
peningkatan
kelemahan fisik
lemas
permeabilitas vaskuler
impuls
respon inflamasi
MK : Gangguan
rasa nyaman
nyeri
2.6 Penatalaksanaan
1. Kortikosteroid
Bila keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan
prednisone 30-40 mg sehari. Namun bila keadaan umumnya buruk dan lesi
menyeluruh harus diobati secara tepat dan cepat. Kortikosteroid merupakan tindakan
file-saving dan digunakan deksametason intravena dengan dosis permulaan 4-6 x 5
mg sehari.
Umumnya masa kritis diatasi dalam beberapa hari. Pasien steven-Johnson
berat harus segera dirawat dan diberikan deksametason 65 mg intravena. Setelah
masa krisis teratasi, keadaan umum membaik, tidak timbul lesi baru, lesi lama
mengalami involusi, dosis diturunkan secara cepat, setiap hari diturunkan 5 mg.
Setelah dosis mencapai 5 mg sehari, deksametason intravena diganti dengan tablet
kortikosteroid, misalnya prednisone yang diberikan keesokan harinya dengan dosis 20
mg sehari, sehari kemudian diturunkan lagi menjadi 10 mg kemudian obat tersebut
dihentikan. Lama pengobatan kira-kira 10 hari.
Seminggu setelah pemberian kortikosteroid dilakukan pemeriksaan elektrolit
(K, Na dan Cl). Bila ada gangguan harus diatasi, misalnya bila terjadi hipokalemia
diberikan KCL 3 x 500 mg/hari dan diet rendah garam bila terjadi hipermatremia.
Untuk mengatasi efek katabolik dari kortikosteroid diberikan diet tinggi
protein/anabolik seperti nandrolok dekanoat dan nanadrolon. Fenilpropionat dosis 2550 mg untuk dewasa (dosis untuk anak tergantung berat badan).
2. Antibiotik
Untuk mencegah terjadinya infeksi misalnya bronkopneumonia yang dapat
menyebabkan kematian, dapat diberi antibiotic yang jarang menyebabkan alergi,
berspektrum luas dan bersifat bakteriosidal misalnya gentamisin dengan dosis 2 x 80
mg.
3. Infus dan tranfusi darah
Pengaturan keseimbangan cairan/elektrolit dan nutrisi penting karena pasien
sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan tenggorokan serta kesadaran
dapat menurun. Untuk itu dapat diberikan infus misalnya glukosa 5 % dan larutan
Darrow. Bila terapi tidak memberi perbaikan dalam 2-3 hari, maka dapat diberikan
transfusi darah sebanyak 300 cc selama 2 hari berturut-turut, terutama pada kasus
yang disertai purpura yang luas. Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula
ditambahkan vitamin C 500 mg atau 1000 mg intravena sehari dan hemostatik.
4. Topikal
Terapi topical untuk lesi di mulut dapat berupa kenalog in oral base. Untuk lesi
di kulit yang erosif dapat diberikan sufratulle atau krim sulfadiazine perak.
2.7 Komplikasi
Bronkopneumonia
(16%),
sepsis,
kehilangan
cairan/darah,
gangguan
Deposit IgM dan C3 di pembuluh darah dermal superficial dan pada pembulih
darah yang mengalami kerusakan
Terdapat komplek imun yang mengandung IgG, IgM, IgA secara tersendiri atau
dalam kombinasi
2.9 Prognosis penyakit
Tes SCORTEN adalah tes untuk menskoring derajat keparahan Sindroma Steven Johnson.
Perhitungan dilakukan dalam 24 jam untuk memprediksi kematian. Adanya penampakan dari
tiap hal dibawah ini mendapat skor 1, dan jumlah dari poin-poin inilah yang dinamakan
angka SCORTEN dengan maksimum skor 7. Penampakan yang diukur : umur lebih dari 40
tahun, adanya keganasan, nadi lebih dari 120 kali per menit, kadar glukosa lebih dari 252
mEq/L5, luas permukaan tubuh yang terkena lebih dari 10 % (Gustiawan, 2010,
Menurut Siregar, RS (2005, hlm.142) prognosis umumnya baik, dapat sembuh secara
sempurna bergantung pada perawatan dan cepatnya mendapat terapi yang tepat. Jika terdapat
purpura, prognosisnya lebih buruk, angka kematian lebih kurang 5-15 % karena purpura
dapat menyebabkan pendarahan kecil didalam kulit, membran mukosa, atau permukaan
serosa tetapi dapat menyebabkan terjadinya lesi bercorak anular atau serpiginosa dan
biasanya terjadi setelah penyakit menular yang ditandai dengan gejala demam, anemia, dan
pendarahan kulit simetris yang timbul mendadak serta cepat meluas pada ekstrimitas bawah,
sring ditandai dengan ganggren dan trombosis intravaskuler yang luas.
BAB III
LANDASAN TEORITIS KEPERAWATAN
1.
2.
-
3.1 Pengkajian
Identitas
Kaji nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan,
pekerjaan, alamat, dan nomor register.
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Kaji apa alasan klien membutuhkan pelayanan kesehatan
Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji bagaimana kondisi klien saat dilakukan pengkajian. Klien dengan Steven Johnson
biasanya mengeluhkan dema, malaise, kulit merah dan gatal, nyeri kepala, batuk, pilek, dan
sakit tenggorokan.
Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji riwayat alergi makanan klien, riwayat konsumsi obat-obatan dahulu, riwayat penyakit
yang sebelumnya dialami klien.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah di dalam keluarga klien, ada yang mengalami penyakit yang sama.
Riwayat Psikososial
Kaji bagaimana hubungan klien dengan keluarganya dan interaksi sosial.
3.
-
f.
Pola eliminasi
: pada pola ini kita mengkaji:
Bagaimanakah pola BAB dan BAK klien ?
Apakah klien menggunakan alat bantu untuk eliminasi?
Kaji konsistensi BAB dan BAK klien
Apakah klien merasakan nyeri saat BAB dan BAK?
: Klien dengan Steven Johnson, biasanya akan mengalami retensi urin, konstipasi,
membutuhkan bantuan untuk eliminasi dari keluarga atau perawat.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
4
d.
b.
c.
d.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi: Warna, suhu, kelembapan, kekeringan
5.
3.2 DIAGNOSA
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
2. Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi
lapisan kulit
3. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan perpindahan cairan dari
intravaskuler ke dalam rongga interstisial, hilangnya cairan secara evaporasi, rusaknya
jaringan kulit akibat luka.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan menelan.
5. Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
6. Infeksi berhubungan dengan hilangnya barier/perlindungan kulit
7. Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan,
kejadian traumatic
3.3 Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit
Tujuan
: Nyeri dapat dikontrol atau hilang
Kriteria hasil :
RR : 16 - 20 x/menit
TD : 100-130/60-90 mmHg
N : 60 90 x/menit
No
Intervensi
Rasional
Kaji tingkat skala nyeri 1 10, lokasi Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan
dan intensitas nyeri
merupakan data dasar untuk memberikan
intervensi
2.
Gangguan integritas kulit berhungan dengan kerusakan permukaan kulit karena destruksi
lapisan kulit
Tujuan
: integritas kulit menunjukkan regenerasi jaringan
Kriteria hasil :
Luka mencapai penyembuhan tepat pada waktunya dan bebas dari purulen
Tidak ada tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, bengkak, panas, fungsio lesi)
TD : 100-130/60-90 mmHg
N : 60 90 x/menit
Intervensi
Rasional
3.
4.
Intervensi
Rasional
cairan
tubuh
klien
No
Intervensi
Rasional
5.
Kolaborasi dengan tim medis tentang Memberikan dukungan nutrisi bila klien tidak
makanan pengganti (enteral
bisa mengkonsumsi jumlah yang cukup
/parenteral)
banyak peroral.
Rasional
Untuk mengetahui tingkat kemampuan
individu dalam pemenuhan aktivitas seharihari.
Energi yang dikeluarkan lebih optimal
6.
Tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, panas, nyeri, fungsio lesi)
RR : 16 20 x/menit
TD : 100-139/60-96 mmHh
N : 60 100 x/menit
Luka mencapai penyembuhan tepat waktu, bebas dari purulen dan tidak demam
No
Intervensi
Rasional
9
7.
Gangguan citra tubuh : penampilan peran berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan,
kejadian traumatic
Tujuan : terjadi perbaikan penampilan peran
Kriteria hasil :
Klien bicara dengan keluarga terdekat tentang situasi/ perubahan yang terjadi
No
Intervensi
Rasional
BAB IV
TINJAUAN KASUS
KASUS
Seorang anak usia 5 Tahun di bawa ke RS. Sari Mutiara dengan Keluhan Sakit Kepala,
batuk,Pilek dan demam dengan Temperatur 390C, sulit menelan dikarenakan adanya lesi di
bibir dan nyeri tenggorokan, muncul bintik-bintik merah, eritema di seluruh tubuh dan wajah,
tidak selera makan, mual dan muntah. TTV : RR 28 x/i, HR 80 x/i. Turgor Kulit Jele. Ibu
mengatakan BB anak menurun dari 25 kg menjadi 22 kg dalam waktu 2 bulan dan anak tidak
selesara makan.
4.1 Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA SISTEM INTEGUMEN PADA Valen Zega
I.
BIODATA
A.
Identitas Pasien
Nama
:Valen Zega
Umur
: 5 Tahun
Status Kesehatan
: Sakit
Agama
: Kristen Protestan
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
Alamat
Tanggal Masuk
: 1 desember 2014
No. Register
: 11112014
Ruang/Kamar
: II/Rajawali
Golongan Darah
: AB
Tanggal Masuk
: 1 desember 2014
Tanggal Pengkajian
: 2 desember 2014
Diagnosa Medis
B.
Pekerjaan
: Wiraswasta
Keluhan Utama
tenggorokan,muncul bintik-bintik merah pada kulit, tidak selera makan, mual, muntah, berat
badan menurun (sebelum 25kg, sesudah 22kg)
II.
RESUME
TTV :
Temp : 390C
Nadi : 80x/menit
RR : 28x/menit
BB : 22 kg
III.
1.
Faktor Pencentus
: alergi obat
2.
Lamanya keluhan
: 2 bulan
3.
: nyeri
4.
5.
: garukan
6.
7.
8.
Pola nutrisi
Diet
: Bubur
Nafsu makan
: menurun
Mual
: ada
Muntah
: ada
Frekuensi makan
: 2 kali/ hari
Minum
Berat badan
: 22 kg
Tinggi badan
: 100 cm
D.
1.
a.
Masa kanan-kanak
: flu
b.
Riwayat kecelakaan
: tidak ada
c.
Pernah dirawat
: tidak
d.
Pernah operasi
: tidak
2.
Riwayat Alergi
a.
Tipe alergi
b.
Reaksi
c.
Tindakan
: menggaruk
3.
Kebiasaan
: main bola
4.
Imunisasi
5.
Pola nutrisi
Diet
: Nasi biasa
Nafsu Makan
: berkurang
Mual
: ada
Muntah
: ada
Frekuensi makan
: 2kali/ hari
Makan
: 1/2 piring
Minum
Berat Badan
: 22 kg
Tinggi Badan
: 100 cm
E.
1.
Orang tua
: tidak ada
2.
Saudara Kandung
: tidak ada
3.
4.
: tidak ada
F.
1.
Biologis
No POLA
1
SEBELUM
SESUDAH
MASUK RS
MASUH RS
Coklat
Tidak ada
Diet
Nasi
Bubur
Nafsu makan
Menurun
Normal
Lain-lain
Tidak ada
Tidak ada
Pola minum
5 gelas
7 gelas
Jenis minuman
Air putih
Teh, air
Banyaknya
1,25 L
putih,susu
The
1,75 L
Nutrisi :
Minum :
Teh,susu
3
Pola istirahat/tidur :
Waktu tidur
Siang
Tidak ada
13.00-14.00 Wib
Malam
Lama tidur
7 Jam/hari
9 jam/hari
Terganggu
Terganggu
Bisa tidur
Kesulitan tidur
(+)
Menurun
Cara mengatasinya
Tidak ada
Tidak ada
Frekuensi
2 kali/ hari
2 kali/ hari
Konsistensi
Cair
Padat
Warna
Kuning
Kuning
Waktu (pagi,siang,malam)
3 kali/ hari
5 kali/ hari
Banyaknya/Jumlah
800 cc
900 cc
Kejernihannya/Warna
Kuning
Kuning
Bau
Khas
Khas
Kelainan
Tidak ada
Tidak ada
--
Tidak ada
Pola Aktivitas :
Bekerja di
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
1-2 x / hari
3 x / hari
Kebiasaan mandi
2 kali/hari
3 Kali/ Hari
Menggosok gigi
1/hari
3 Kali/hari
Mencuci rambut
1x/2bulan
1 kali/bulan
Tempat hiburan/liburan
Tidak ada
Tidak ada
Jenis olahraga
Tidak ada
Tidak ada
Frekuensi olahraga
Tidak ada
Tidak ada
Jenis pekerjaan
Pelajar
Tidak ada
Tidak ada
Memotong kuku
8
G.
Riwayat Lingkungan
a.
: Kurang Bersih
b.
Bahaya
: Penumpukan Sampah
c.
: Polusi Kendaraan
H.
1.
: Bahasa Indonesia
2.
: Tidak Sembuh
3.
4.
Pola koping
a.
Harga diri
: Menurun
b.
Ideal diri
: Menurun
c.
Identitas diri
: Menurun
d.
Gambaran diri
5.
Suasana hati
: Nyeri
6.
Kegemaran
: Main bola
7.
Daya adaptasi
: Kurang
8.
Hubungan / Komunikaksi
a.
Bicara
: Jarang
b.
Tempat tinggal
: Kurang
c.
Kehidupan keluarga
: Biasa
d.
Keuangan
: Mencukupi
9.
Pertahanan koping
a.
Pengambilan keputusan
b.
c.
d.
e.
:
:::: Memberi Lingkungan Yang
nyaman
10. System nilai kepercayaan
a.
b.
Kepercayaan
c.
I.
Pemeriksaan Fisik
1.
Tanda-tanda vital
(Tanggal : 1 Maret )
a.
Keadaan umum
: lemah
b.
Tingkat kesadaraan
: sadar
c.
Suhu / Temp
: 390C
d.
e.
Pernafasan / RR
2.
: pasti sembuh
: 80X/menit
: 28X/menit
: tidak ada
a.
Kepala
Bentuk kepala
: Bulat
Ukuran
: Simetris
Posisi
: Simetris
Warna Rambut
: Hitam
Bentuk Rambut
: keriting
Warna
Struktur wajah
b.
: ada ketombe
: putih
: Oval
Mata
Bentuk
Sclera
: normal
Konjungtiva
: Ananemis
Pupil
: isokor
Fungsi penglihatan
: normal
Retina
: normal
c.
: Sipit (Simetris)
Hidung / Penciuman
Bentuk
: simetris
Peradangan
: tidak ada
Perdarahan
: tidak ada
Cairan
: tidak ada
Fungsi penciuman
: baik
Lubang hidung
: simetris
Polip
: tidak ada
Sinusitis
: tidak ada
: pernah
d.
Telinga / Pendegaran
Bentuk
: normal
Peradangan
: tidak ada
Perdarahan
: tidak ada
Cairan
: tidak ada
Fungsi pendegaran
: baik
e.
Keadaan bibir
: lesi
Mukosa gigi
: kering
Kesulitan menelan
: ada
: tidak ada
Gigi
: kotor
Tonsil / faring
Peradangan
: tidak ada
Perdarahan
: tidak ada
Laring
: Normal
Peradangan
: tidak ada
Fungsi pengecapan
: baik
f.
Leher
Kelenjar tiroid
: Normal
Vena jugularis
: normal
Kekakuan
: Tidak ada
g.
Thorax
Bentuk rongga
: simetris
Bunyi nafas
: tidak ada
Irama pernafasan
: Normal
Bunyi jantung
: tidak ada
Nyeri dada
: tidak ada
h.
Abdomen
Bentuk
: simetris
Turgor kulit
: jelek
Massa / cairan
: tidak ada
Hepar
: baik
Ginjal
: normal
: kering
: Normal
Bising usus
i.
Perineum / Genetalia
Kebersihan perineum
Perdarahan
: tidak ada
Peradangan
: tidak ada
Haemoroid
: tidak ada
Alat genetalia
: bersih
j.
Sirkulasi
Suara jantung
Palpitasi
Edema jaringan
Nadi
: normal
: bersih
: Normal
: tidak ada
: normal
: tidak ada
: tidak Normal
k.
Neurologis
: Normal
: Normal
Keluhan pusing
: ada
Lama tidur
: 7 jam
Gangguan tidur
: (+)
l.
Muskuloskletal
Pergerakan ekstremitas
Kekuatan otot
: menurun
Fraktur
: tidak ada
m.
: melemah
: lemah
: tidak ada
Pencernaan
Mulut
Tenggorokan
: nyeri
Abdomen
: normal
Nafsu makan
: menurun
Porsi makan
:1/2piring
n.
Eliminasi
Pola BAB
: 2 kali/Hari
Konstipasi
: tidak ada
Diare
: tidak ada
Pola BAK
Jumlah urin
Inkontinensia
: mampu
Karakter urin
: bau ke kuning-kuningan
Hematuria
: tidak ada
Peradangan
: tidak ada
o.
Integumen
Turgor kulit
: jelek
Tekstur kulit
: kering
Kelembapan
: kering
Lesi
: (+)
Jaringan parut
: tidak ada
Suhu
: 390C
Edema
: tidak ada
Eritema
: Kemerahan
: 5 kali/hari
: 900 cc
: ada
PENGKAJIAN
A. Analisa data
No. Data
1.
Etiologi
Problem
Kekurangan Volume
Hipertermi
Cairan
Nyeri
adanya lesi
kebutuhan
eritema
DS :
Demam
Mual & muntah
Nyeri tenggorokan
DO
0
Suhu 39 C
RR 28 x/i
Turgor kulit jelek
Eritema Seluruh tubuh
DS :
Nyeri Tenggorokan
Sakit kepala
DO :
2.
Wajah meringis
Lesi di bibir
Eritema
RR 28x/i
DS :
mual dan muntah
sulit menelan
tidak selera makan
3
DO :
lesi di bibir
Nyeri Tenggorokan
4
DO :
Bintik-bintik merah
pada kulit dan wajah
Kulit kering
4.2 Diagnosa
1.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit ditandai
dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.
2.
Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i
3.
Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
karena adanya lesi ditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25
kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
4.
gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit
kering
4.3.Prioritas Masalah
1.
Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan kerusakan jaringan kulit ditandai
dengan suhu 390C, turgor kulit jelek,lesi di bibir,RR 28x/i, HR : 80x/i.
2.
Nyeri berhubungan dengan inflamasi pada kulit ditandai dengan wajah meringis,nyeri
tenggorokan,lesi di bibir,sakit kepala, Eritema, RR 28x/i
3.
Perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
karena adanya lesi ditandai dengan nyeri tenggorokan,sulit menelan,mual dan muntah,BB 25
kg menurun menjadi 22 kg, tidak selera makan
4.
gangguan integritas kulit b/d eritema d/d bintik-bintik merah pada kulit dan wajah, kulit
kering
Dx.Keperawatan
Tujuan/KH
Tujuan : tidak
Intervensi
Observasi
Rasional
Untuk memonitor
Implementasi
Jam 09.00 wib
tanda-tanda vital
Suhu : 38,50C
KH:
keluaran urine
RR : 20x/m
Monitor dan
Agar
BB/jam)
Urin jernih dan
terpantau
Kaji dan catat
Untuk
Pols : 60x/m
Jam 10.00 wib
Memonitor dan
EVALUASI
Subjek :
Demam
Objek :
lesi (+)
turgor jelek
RR 26x/m
Pols :80x/m
Temp :38,50C
mencatat cairan
Assestment :
Belum Teratasi
Planning :
keluar
mengetahui
Intervensi dilanjutkan
Cairan infus : RL 20 (1-3)
keseimbangan
tetes/menit
cairan tubuh
(60-100 x/menit)
Tujuan : nyeri
Kaji tingkat
Untuk
dapat
meringis,nyeri
dikontrol/hilang
lokasi dan
skala Nyeri
Subjek :
Nyeri Tenggorokan
Objek :
tenggorokan,lesi di
bibir,sakit kepala,
Eritema, RR 28x/i
KH :
intensitas nyeri
Klien
merupakan data
dasar untuk
melaporkan nyeri
memberikan
berkurang Skala
intervensi
nyeri 0-2
Klien dapat
beristirahat
Anjurkan dan
mengurangi persepsi
tehnik relaksasi
nyeri, meningkatkan
rileks
RR : 16 -20
Tingkatkan
Assestment :
Belum Teratasi
Untuk
ajarkan klien
x/menit
Lesi bibir
Wajah
Skala nyeri 4
Skala : 7
Planning :
Jam 13.30 wib
relaksasi dan
Menganjurkan dan 3)
menurunkan
mengajarkan teknik
ketegangan otot
relaksasi
periode tidur
tanpa gangguan
persepsi nyeri
Tujuan : nutrisi
Anjurkan
klien terpenuhi
keluarga untuk
KH :
membersihkan
makan dan
keluarga untuk
mulut klien
memberikan rasa
membersihkan
Tidak terjadi
tenggorokan,sulit
menelan,mual dan
ideal
muntah,BB 25 kg
Nafsu makan
Untuk
mulut klien.
sesudah makan
Mengajarkan cara
Berikan makan
dan makanan
membersihkan
Membantu
Hidangkan
makanan dalam
keadaan hangat
mulut
Jam 10.00 wib
gaster
Memberikan
danmeningkatkan
pemasukan
sering
Subjek :
Nyeri tenggorokan
Sulit menelan
Mual
muntah
Objek :
Ansietas (+)
BB turun 3 kg
Assestment :
Belum Teratasi
Planning :
Intervensi 1-3 diulangi
Meningkatkan
nafsu makan
Jam 11.30 wib
Memberikan
makanan hangat
Pertahankan
Friksi kulit
disebabkan oleh
Subjek:
Normal
seprei bersih,
--
KH :
kering dan tidak kain yang berkerut lama dengan seprei Objek
Tidak ada
berkerut
bintik-bintik
menyebabkan iritasi
dan potensial
dan wajah
terhadap infeksi
Turgor
Kaji Kulit
Bintik-bintik merah
pada kulit dan wajah
Assestment :
perubahan pada
Belum teratasi
warna, turgor
dibandingkan dan
sirkulasi dan
melakukan
sensasi.
intervensi tepat.
dan amati
iskemia jaringan,
mengurangi tekanan
Berikan matras
Planning :
Ulangi intervensi 1-3
Menurunkan
Kolaborasi
busa /flotasi
dasar dimana
Setiap hari. Catat status dapat
Gambarkan lesi
Turgor mulai
membaik
Menentukan garis
membaik
Kulit lembab
baru
Jam 09.50
Memberikan matras
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem imunitas atau Pertahanan dalam tubuh manusia yang berfungsi melindungi tubuh
manusia dari masuknya infeksi baik itu virus, bakteri, protozoa maupun penyakit. Apabila
pertahanan tubuh manusia tidak dapat mengenali antigen yang masuk kedalam tubuh maka
akan meyebabkan penyakit sistem imun dan hematologi seperti salah satunya Syndrom
Steven Johnson atau yang biasanya disebut dengan penyakit kulit yang sangat parah atau akut
berat. Penyakit ini disebabkan oleh adanya reaksi hipersensitivitas terhadap obat, infeksi
virus, bakteri, radiasi, makanan dan sebagainya. Apabila mengalami penyakit ini maka akan
mengalami tanda dan gejala seperti adanya eritema, vesikel, bula, selaput lendir orifisium,
dan kelainan pada mata. Sedangkan penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah dengan
tiga (3) cara yaitu dengan penatalaksanaan umum, khusus sistemik dan topikal.
Adapun asuhan keperawatan yang akan dilakukan mencakup pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana asuhan keperawatan dan evaluasi. Pengkajian yang dapat kita lakukan
adalah mencakup inspeksi kulit, inspeksi mulut, kemampuan menelan, TTV, sistem
pernafasan, nutrisi / berat badan, dan tingkat nyeri. Berdasarkan pengkajian diatas maka
dapat diangkat empat (4) diagnosa sekaligus menyusun rencana asuhan keperawatan
berdasarkan diagnosa ini yaitu gangguan integritas kulit yang b.d dengan inflamasi dermal
dan epidermal, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kesulitan menelan,
gangguan rasa nyaman nyeri b.d inflamasi pada kulit, gangguan intoleransi aktivitas b.d
kelemahan fisik, dan gangguan persepsi sensori; kurang penglihatan b.d konjungtivitis.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangak
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Adapun saran-saran adalah sebagai berikut :
1. Pasien
Apabila sudah mengetahui dan memahami gejala dari penyakit steven johnson
hendaknya segera membawa pasien kerumah sakit agar dapat dilakukan tindakan
keperawatan.
2. Perawat
Bagi seorang perawat sebaiknya harus memahami dan mengerti baik secara teoritis
maupun praktek tentang penyakit steven johnson agar dapat melakukan tindakan
keperawatan.
3. Rumah Sakit
Bagi rumah sakit hendaknya melengkapi fasilitas rumah sakit sehingga pada penderita
steven johnson mendapatkan ruangan dan fasilitas medis yang seharusnya ada sehingga dapat
melakukan tindakan keperawatan untuk mengurangi dari gejala dan komplikasi penyakit
steven johnson.
DAFTAR PUSTAKA
Askep Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen, Sister School Program Dinas
Kesehatan Propinsi Jateng Semarang, 2004
Carpenito, Lynda Jual, 2004 Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth. J. 2001. Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC.
Doenges, Marilyn E, 2002, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III, Jakarta : EGC
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.Jakarta: EGC.
Hamzah, Mochtar. 2005. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 4. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.
Price dan Wilson. 1991. Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit Edisi
2. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson 1995, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit.
Edisi IV, Jakarta : EG
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8, volume 3.Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Tim Penyusun. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Tim Penyusun. 2000. Kapita Selekta Kedokteran 2.Jakarta: Media Aesculapius.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3, jilid 2. Media
Aesculapius : Jakarta