Makalah Pemicu 4 - Kelompok 8 - Kimia Fisika 1
Makalah Pemicu 4 - Kelompok 8 - Kimia Fisika 1
Makalah Pemicu 4 - Kelompok 8 - Kimia Fisika 1
Disusun oleh:
Agasta Prio Prasetyo/1306415926/2013
Danny Leonardi/1306403711/2013
Farhan Fathurrahman/1306446490/2013
Rayhan Hafidz Ibrahim/1306409362/2013
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2014
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kimia fisika merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang membahas
mengenai pengaruh faktor-faktor fisika dalam reaksi kimia. Oleh karena itu,
keberadaannya sangat memberi guna bagi kehidupan manusia, karena dengan
merekayasa faktor fisika yang mendukung suatu reaksi atau proses, efisiensi
suatu reaksi dapat ditingkatkan lebih jauh dan lebih baik lagi.
Salah satu bahasan dalam kimia fisika adalah mengenai tegangan
permukaan, surfaktan, dan emulsi. Ketiga hal ini merupakan ilmu-ilmu dasar
yang digunakan di kehidupan sehari-hari. Dikarenakan manfaatnya yang
begitu besar, mahasiswa teknik kimia patut mempelajarinya. Selian itu,
diharapkan juga ilmu yang didapatkan dimanfaatkan dengan efisien dan
efektif dan dapat mengembangkannya lebih lanjut sehingga dapat lebih dapat
berguna lagi bagi kehidupan.
B. Definisi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka definisi masalah
diberikan sebagai berikut:
1. Definisi dan penjelasan tegangan permukaan.
2. Definisi dan tipe-tipe surfaktan.
3. Penggunaan surfaktan.
4. Definisi dan fungsi Hydrophilic Lipophilic Balance (HLB).
5. Definisi emulsi dan pengaruh kestabilan emulsi.
BAB II
DASAR TEORI
A. Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan adalah kecenderungan zat cair untuk merenggang
sehingga permukaannya seolah-olah dilapisi oleh suatu lapisan. Yang
menyebabkan adanya tegangan permukaan adalah gaya kohesi yang terjadi
pada suatu fluida. Setiap molekul dari suatu zat cair saling tarik-menarik dan
gaya tarik ini yang menyebabkan terbentuknya ikatan yang kuat antar molekul
zat cair tersebut.
Tegangan permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya suhu,
jenis cairan, densitas, tekanan, dan konsentrasi zat terlarut. Jika cairan
memiliki molekul besar seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar.
salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya tegangan permukaan adalah
massa jenis/ densitas (), semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan
muatan atau partikel-partiekl dari cairan tersebut. Kerapatan partikel ini
menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk memecahkan
permukaan cairan tersebut.
Tegangan permukaan air berbanding terbalik dengan suhunya. Jika suhu
air naik maka tegangan permukaannya semakin kecil. Hal ini disebabkan
karena semakin tinggi suhu, maka gaya antarmolekulnya akan semakin
melemah sehingga kerapatan molekul menjadi berkurang.
dimana, x adalah massa gas yang teradsorpsi pada massa m dari adsorben
di tekanan p dan k, n adalah konstanta yang nilainya bergantung pada
adsorben dan gas pada suhu tertentu
3. Setiap situs dapat diisi maksimal satu molekul gas dan melepaskan
kalor dalam jumlah tetap selama prosesnya
4. Kesetimbangan dinamis ada antara molekul gas teradsorpsi dan
molekul gas bebas
5. Adsorpsi satu lapisan atau banyak lapisan
Persamaan Langmuir adalah
E. Emulsi
Emulsi merupakan campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase
terdispersi) dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu campuran
yang terdiri dari dua bahan tak dapat bercampur, dengan satu bahan tersebar di
dalam fasa
Emulsifier atau
kestabilan emulsi
zat
pengemulsi
minyak
dan
adalah
air.
zat
Umumnya
yang
dapat
menjaga
emulsifier merupakan
senyawa organik yang memiliki dua gugus yaitu polar dan nonpolar sehingga
kedua zat tersebut dapat bercampur.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pembahasan Part 1
Fenomena tegangan permukaan dapat diamati pada beberapa contoh
seperti nyamuk di atas permukaan air. Silet dan jarum terapung di atas
permukaan air, deterjen membasahi pakaian, alkohol dan antiseptik
membasahi permukaan luka, butir-butir tanah yang basah saling
menempel, tetesan air berbentuk bulat. Tegangan permukaan timbul
karena adanya gaya tarik-menarik molekul-molekul zat cair yang sejajar
permukaan.
Sebelum
fenomena
tegangan
permukaan
dipahami,
permukaan
dengan
menarik
diri.
Hal
tersebut
Tegangan
permukaan
adalah
kecenderungan
zat
cair
untuk
dan
gaya
tarik
ini
yang menyebabkan
satu
faktor
yang
menaikkan
tegangan
muka
mempunyai
konsentrasi
Metode Kaplier
10
Gaya ke atas:
: tegangan permukaan
: sudut kontak
11
kapiler 1,5 cm dan sudut kontak zat cair dengan dinding kapiler adalah
37o, hitung tegangan permukaan zat cair tersebut!
Jawab:
Diketahui:
d pipa = 0,67 mm = 0,67 x 10-3 m; = 1920 kg/m3; = 37o; h= 15 x 10-2 m
Ditanyakan: tegangan permukaan zat cair?
12
2. Pembahasan Part 2
Jika surfaktan terakumulasi antarmuka, kelebihan permukaannya
positif, menunjukkan bahwa (
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
/(mN m-1)
72,8
70,2
67,7
65,1
62,8
59,8
antara
tegangan
a. Keseimbangan
permukaan
dan
gaya
eksternal
-1
/(mN m )
(M)
0,1
70,2
4,635 x 10-4
0,2
67,7
4,457 x 10-4
[A]/(mol dm
13
0,3
65,1
4,635 x 10-4
0,4
62,8
4,1 x 10-4
0,5
59,8
5,348 x 10-4
4,635 x 10-4 M.
14
3. Pembahasan Part 3
Sebuah proses untuk memproduksi minyak dari formasi bawah bumi
diperoleh dengan penggerak cairan dari sumur injeksi untuk sumur
produksi. Proses ini melibatkan penyuntikan melalui injeksi sumur ke
dalam formasi, larutan tannin sebagai sacrificial agent
untuk
15
muka
pada
sistem
tersebut
yang
molekul-molekulnya
16
ammonium
dan
garam
alkil
dimethil
benzil
ammonium.
o C12H25Cl+ N(CH3)3 [C12H25N-(CH3)3]+Cl
17
c. Salah satu sifat surfaktan adalah mengalami agregasi spontan dalam air
dan membentuk tipe struktur agregasi seperti misel, silinder, bilayer dll
seperti pada Gambar dibawah ini. Dapatkah anda jelaskan kenapa
surfaktan dapat membentuk berbagai tipe struktur seperti dibawah ini?
Sebutkan faktor-faktor penting sebagai penentu tersebut?
Jawab:
Surfaktan memiliki sifat mengalami agregasi spontan dalam air dan
kemudian membentuk struktur seperti misel, silinder, bilayer. Struktur ini
juga dinamakan koloid asosiasi. Ketika sodium dodecylsulfate (SDS)
ditambahkan
ke
air,
pada
konsentrasi
rendah,
anion
molekul
Gambar 2
18
tersembunyi
didalam
misel,
air
mengalami
NS
VC
LC A
19
20
21
e. Pada proses diatas untuk recovery of oil dan formasi bawah tanah
menggunakan metode chemistry flooding berbasis tanin.
secara umum!
22
pada daun, buah yang belum matang, batang dan kulit kayu.
4. Pembahasan Part 4
Semua deterjen adalah sabun. Deterjen adalah surfaktan. Semua
sabun tiadk terbuat dari ester sederhana, tapi terbuat dari ester
kompleks.
Pencampuran
surfaktan
umumnya
digunakan
untuk
23
Secara garis besar, kotoran secara umum terdiri atas senyawa non polar
(contoh: noda lemak pada piring, daki pada tubuh, dan lain-lain). Dengan
adanya sabun, senyawa-senyawa non polar tersebut dapat ikut terlarutkan
dalam air yang bersifat polar. Struktur senyawa sabun yang sederhana
merupakan paduan antara bagian hidrofobik (biasanya berupa rantai
hidrokarbon, yang berfungsi untuk melakukan interaksi dengan zat-zat non
polar), dan bagian hidrofilik (berupa suatu bagian/sektor yang berbentuk
ion atau memiliki keelektronegatifan tinggi, yang berfungsi untuk
melakukan interaksi dengan zat-zat polar). Salah satu contoh senyawa
24
seperti ini adalah natrium stearat. Namun selain itu, masih terdapat banyak
senyawa jenis lain yang dapat berperan sebagai sabun.
Suatu senyawa sabun dapat bekerja dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut:
i. Menjalankan fungsinya sebagai surfaktan, yaitu dengan mengurangi
tegangan permukaan dari air. Pada kondisi normal, molekul-molekul
air memiliki suatu kecenderungan untuk membentuk suatu lapisan
pada batas antarfasa (interface), seperti antara air dengan udara atau
dengan zat non polar, akibat gaya kohesif yang lebih kuat pada
permukaan air. Hal ini menyebabkan sulitnya interaksi antara air
dengan zat non polar. Keberadaan senyawa sabun dapat mengurangi
tegangan
permukaan
dari
air,
sehingga
dapat
mengurangi
b. Apakah yang terdapat dalam deterjen? Bahan kimia apa sajakah? Apa
fungsi bahan kimia tersebut?
Jawab:
Komposisi dari suatu deterjen dapat dibagi secara garis besar menjadi
4, yaitu sebagai berikut:
i. Surfaktan. Keberadaan surfaktan dalam deterjen merupakan komponen
utama yang berfungsi sebagai pengangkat/pelarut kotoran yang
terdapat pada objek pencucian, di mana kotoran secara garis besar
25
merupakan zat-zat non polar (seperti lemak). Surfakan yang ada akan
mengangkat
kotoran
tersebut
dengan
berkurangnya
tegangan
air
sebagai
gugus
hidrofiliknya.
(contoh:
C8-16
iii. Filler. Senyawa filler berfungsi sebagai penambah kuantitas dari sabun
(dalam bentuk busa), namun tidak meningkatkan daya pencuci dari
sabun itu sendiri (contoh: sodium laureth sulfat).
26
iv. Aditif. Senyawa aditif dapat berupa pengharum, pewarna, dan lain
sebagainya, dengan fungsi yang bervariasi. Terkadang, penambahan
aditif tidak mempengaruhi daya cuci suatu sabun secara langsung,
namun beberapa senyawa aditif dapat memberi dampak tambahan pada
sabun yang bersangkutan, sehingga penambahan aditif jenis ini
dispesialisasikan pada produk tertentu saja (contoh: kandungan asam
salisilat pada sabun wajah untuk mengurangi/membantu melawan
munculnya jerawat).
27
Jawab:
Kelarutan suatu surfaktan dalam pelarut ditentukan oleh gugus yang
dominan dalam surfaktan tersebut. Surfaktan dengan nilai HLB yang
rendah menandakan kemampuannya untuk larut dalam minyak (lipofilik)
dan melarutkan zat polar di dalamnya. Hal ini disebabkan oleh gugus
hidrofobik yang lebih dominan dari gugus hidrofiliknya. Sebaliknya,
surfaktan dengan nilai HLB yang tinggi menandakan kemampuannya
untuk larut dalam air (hidrofilik) dan melarutkan zat non polar di
dalamnya, karena gugus hidrofilik yang lebih dominan daripada gugus
hidrofobiknya. Dalam konteks ini, dominansi dari sifat suatu gugus akan
mempengaruhi kecenderungannya untuk larut dalam pelarut polar atau non
polar. Namun, meskipun salah satu gugus dalam surfaktan memiliki sifat
lebih dominan sehingga dapat larut dalam pelarut yang bersangkutan,
surfaktan tersebut masih dapat mengemulsikan zat dengan kepolaran yang
berlawanan di dalam pelarut tersebut.
Dalam hal ini, surfaktan hi-HLB digunakan sebagai deterjen karena
gugus hidrofilik yang lebih dominan, sehingga lebih mudah larut dalam air,
namun mampu melarutkan zat non polar di dalamnya. Sebaliknya,
surfaktan low-HLB digunakan sebagai pengemulsi water-in-oil (W/O),
karena gugus hidrofobik yang lebih dominan, sehingga lebih mudah larut
dalam minyak, namun mampu melarutkan zat polar di dalamnya. Berikut
merupakan contoh gambarannya.
28
5. Pembahasan Part 5
Makroemulsi terpenting adalah emulsi air dalam minyak (W/O) dan
emulsi minyak dalam air (O/W). Pada emulsi O/W, air membentuk fase
kontinyu yang mendispersikan tetes minyak, seperti susu. Makroemulsi
pada besaran panjang gelombang sinar tampak 0,5 10 m. Biasanya
buram (tidak tembus cahaya) karena tetes-tetesnya cukup besar untuk
menghamburkan (scatter) sinar. Hal ini menjadi alasan kenapa susu tiap
butir lemak (Globula) dikelilingi oleh selaput protein yang dapat
memelihara kestabilan emulsi. Globula ini menentukan proses pemisahan
susu, pembuatan keju dan penggumpalan susu.
Emulsi:
Emulsi adalah campuran antara partikel-partikel suatu zat cair (fase
terdispersi) dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana satu
campuran yang terdiri dari dua bahan tak dapat bercampur, dengan
satu bahan tersebar di dalam fasa yang lain. Emulsi juga merupakan
salah satu jenis koloid.
Emulsifier:
Emulsifier atau zat pengemulsi adalah zat untuk membantu
menjaga
kestabilan emulsi
minyak
dan
air.
bercampur. Gugus
nonpolar
emulsifier
akan
29
viscometer.
2. Bobot Jenis
Bobot jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis satuan benda, maka semakin besar pula massa
setiap volumenya.
30
Jawab:
Makroemulsi adalah emulsi dengan ukuran partikel (0,1-50) m.
Secara termodinamika ada 2 tipe emulsi: emulsi yang stabil secara
termodinamika disebut mikroemulsi dan emulsi yang metastabil (tidak
stabil) dinamakan makroemulsi. Makroemulsi punya kecenderungan
memisah menjadi 2 fase, hal ini disebut demulsifikasi. Demulsifikasi bisa
sangat
lambat
sehingga
seolah-olah
makromulsi
bersifat
stabil.
31
BAB IV
KESIMPULAN
Deterjen merupakan jenis surfaktan yang memiliki nilai HLB tinggi (hi-HLB),
sehingga cenderung lebih mudah untuk larut dalam air dan mengemulsikan
molekul non polar dalam air
32
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P. dan de Paula, J. (2010) Physical Chemistry, 9th edition. New York:
W.H. Freeman and Company
Levine, Ira N. (2009) Physical Chemistry 6th Ed. New York: Higher Education
Maron, S.H., Lando, J.B., Prutton, C.F. (1974) Fundamentals of Physical
Chemistry. London: Macmillan
Silberberg, Martin S. (2007) Principle of General Chemistry. New York : Higher
Education
_____. Micelles [online] Available at http://www.whatischemistry.unina.it
/en/micella.html [24 November 2014]
_____. (2008) Cermati Sabun dan Deterjen yang Anda Gunakan [online]
Available at http://matoa.org/cermati-sabun-dan-deterjen-yang-andagunakan/ [30 November 2014]
_____. (2014) Surfactant Basics - Definition of HLB, and How It Applies to
Emulsions
[online]
Available
at
http://dowac.custhelp.com/app/
[26
November 2014]
33