Avicel 102
Avicel 102
Avicel 102
Abstrak
Ibuprofen merupakan bahan aktif yang memilki titik leleh yang rendah,
tetapi memiliki sifat alir dan kompaktibilitas yang buruk, hal ini menyebabkan
ibuprofen tidak sesuai untuk dibuat tablet dengan metode cetak langsung.
Penggunaan bahan pengisi yang tepat dapat memperbaiki sifat alir dan
kompaktibilitas massa tablet sehingga dapat dibuat dengan metode cetak
langsung. Bahan pengisi tablet yang umum digunakan untuk metode cetak
langsung adalah Avicel PH 102, Emcompress, SDL, dan Starch 1500. Formula
tablet ibuprofen dengan menggunakan Avicel PH 102 sebagai pengisi akan
menghasilkan tablet dengan kekerasan yang tinggi, kerapuhan yang kecil, waktu
hancur yang cepat, dan persen pelepasan obat yang besar. Hal ini disebabkan
karena sifat hidrofilik dan deformasi plastik yang dimiliki oleh Avicel PH 102.
Kata kunci: Ibuprofen, Avicel PH 102, cetak langsung
Abstract
Ibuprofen is an active ingredient having low melting point, but it has poor
flow-ability, and compactibility. This phenomenon causes ibuprofen tablets
unsuitable to be made by direct compression method. The use of appropiate
filler-binders can improved the flow-ability and compactibility making ibuprofen
suitable to be made by direct compression. Filler binders commonly used are
Avicel PH 102, Emcompress, SDl, and Starch 1500. Formula of ibruprofen tablet
applying Avicel PH 102 as filler-binder will produce tablet with good hardness,
low friability, fast disintegrating, and high dissolution. This is due to the
hydrophilic properties and plastic deformation, such properties of Avicel PH 102.
Key words: Ibuprofen, Avicel PH 102, direct compression
Pendahuluan
Ibuprofen merupakan bahan
aktif yang memiliki titik leleh
rendah yaitu 75-78C (Lund, 1994),
sehingga dipilih metode cetak
langsung untuk metode pembuatan
tabletnya
karena
dapat
mengeliminir pengaruh panas yang
berasal dari proses pengeringan
dengan menggunakan oven pada
metode granulasi basah, maupun
panas yang berkaitan dengan
penggunaan tekanan tinggi pada
saat pengempaan tablet, pada
granulasi kering. Selain mempunyai
Majalah Farmasi Indonesia (22)4, 2011
24
Lannie Hadisoewignyo
25
FI
(mg
)
F II
(mg
)
400
372
24
400
372
-
F
III
(mg
)
400
372
24
24
F IV
(mg)
FV
(mg)
F VI
(mg
)
F VII
(mg)
F VIII
(mg)
400
372
-
400
372
-
400
372
-
400
372
24
400
372
-
24
24
24
24
FI
FII
FIII
FIV
FV
F VI
3,23
0,9
9
33,5
0
0,7
3,44
0,90
2,1
0,31
2,18
0,68
29,4 29,7
35,0
6
6
1
0,8
0,6
Karakterisasi
tablet
0,88
3,55
0,48
30,9
8
0,
3,57
0,26
30,1
6
0,7
F
VII
3,92
0,64
28,4
0
3,16
Keseragaman
bobot
tablet
ditentukan dengan cara menimbang 20
tablet, lalu dihitung bobot rata-rata tiap
tablet, sesuai dengan ketentuan seperti
pada
persyaratan
yang
ada
di
Farmakope Indonesia edisi III (Anonim,
1979).
Kekerasan
tablet
ditentukan
dengan cara tablet diletakkan pada alat
hardness tester dengan skala awal 0,
alat dijalankan sampai tablet pecah,
skala pada alat dibaca pada saat tablet
pecah
dan
nilai
yang
diperoleh
menyatakan kekerasan tablet dalam Kp
(Kilopound).
Kerapuhan
tablet
ditentukan
dengan cara membebasdebukan dua
puluh tablet kemudian ditimbang (W o),
dimasukkan dalam friabilation tester,
dan diputar selama empat menit
dengan kecepatan 25 putaran per
menit. Tablet dibebasdebukan lagi dan
26
F
VIII
3,83
0,59
30,3
4
1,9
Lannie Hadisoewignyo
ditimbang
Tabel III. Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet
(W).
Dihitung
selisih
Formula
Rata-Rata Bobot Tablet Ibuprofen (mg) SD
beratnya
I
801,31 2,81
dalam
II
781,04 8,32
persen,
III
803,57 5,58
seperti pada
IV
794,96 3,68
persamaan
V
801,10 0,00
(5).
VI
VII
VIII
803,80 0,01
804,83 9,25
806,03 7,68
Uji Disolusi
.....................
(5)
28
mempunyai sifat
sehingga serbuk
dengan baik saat
cetak pada proses
Karakterisasi Tablet
Lannie Hadisoewignyo
ruang cetak
sehingga
dihasilkan
cenderung
memiliki
kekerasan
Rata-Rata
Kekerasan Tablet
Ibuprofen
(Kgf) SD
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
14,47 0,97
12,62 0,44
11,64 0,37
10,32 1,07
9,98 1,02
12,33 0,93
5,45 0,41
5,81 0,34
Rata-Rata
Kerapuhan
Tablet
Ibuprofen
(%) SD
0,27 0,07
0,25 0,13
1,52 0,08
0,86 0,13
1,56 0,32
1,49 0,24
2,51 1,04
3,09 1,33
Rata-Rata Waktu
Hancur Tablet
Ibuprofen (detik)
SD
10,33 2,08
9,00 1,00
29,67 8,14
25,00 3,61
19,67 1,53
22,00 3,00
300,00 60,00
280,00 34,64
29
kompresi,
massa
tablet
akan
mengalami deformasi plastik yang
menyebabkan
terjadinya
interlocking antar partikel sehingga
tablet menjadi lebih kompak, dan
kekerasannya meningkat.
Hasil uji kerapuhan untuk
semua formula tercantum pada
tabel IV. Persyaratan uji kerapuhan
tablet yang baik adalah kurang dari
1% (Banker dan Anderson, 1986).
Tablet yang menggunakan pengisi
SDL, dan starch
1500, baik
menggunakan
penghancur
crospovidone, SSG, maupun Ac-DiSol memiliki nilai kerapuhan lebih
besar dari 1%. Sebagai pengisi,
Starch 1500 mempunyai ikatan
intrapartikular yang baik tetapi
memerlukan tekanan kompresi yang
tinggi untuk menghasilkan tablet
yang keras.
Hasil uji waktu hancur tablet
(Tabel IV), menunjukkan bahwa
tablet yang menggunakan pengisi
Avicel PH 102, baik dengan
penghancur
SSG
maupun
crospovidone
memiliki
waktu
hancur yang paling cepat, atau
dengan kata lain, merupakan tablet
yang
lebih
cepat
hancur
dibandingkan
dengan
formula
lainnya. SSG memiliki mekanisme
kerja sebagai penghancur dengan
cara mengembang tetapi seminimal
mungkin dalam pembentukan gel.
Sedangkan crospovidone memiliki
mekanisme kerja dengan cara
menarik air, mengembang, dan ada
kecenderungan terjadinya rekoveri
dari deformasi yang terjadi pada
saat kompresi tablet. Avicel PH 102
memiliki sifat hidrofilik, sehingga
ketika kontak dengan air akan
memfasilitasi masuknya air ke
dalam tablet
dan dengan
adanya air yang masuk ke dalam
tablet akan menyebabkan bahan
penghancur mengembang dan
30
Lannie Hadisoewignyo
dengan
pengisi
lain,
Emcompress, SDL, dan
1500.
seperti
Strach
Daftar Pustaka
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia, ed. III, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia, ed. IV, Departemen Kesehatan RI,
Jakarta,.
Banker, G. S. and Anderson, N. R. 1986. Tablets, in: Lachman, L.
Lieberman, H.A., and Kanig, J.L. (eds): The Theory and Practise
of Industrial Pharmacy, 3rdEd., Marcel Dekker lnc., New York.
Bolhuis, G. K. and Chowman, Z.T. 1996. Materials Direct Compaction, in:
Pharmaceutical Powder Compaction Technology, G. Alderborn
and C. Nystrm (eds.), Marker Dekker, Inc., New York.
Gohel, M.C. 2005. A Review of Co-Processed Directly Compressible
Excipient. J Pharm Pharmaceut Sci. 8 (1): 76-93.
Lund, W. 1994. The Pharmaceutical Codex, 12 th , Pharmaceutical Press,
London.
Medina, M. D. L. L. R and Kumar, V. 2006. Evaluation of cellulose II
powders as a potential multifunctional excipient in tablet
formulations. Int. J.Pharm. 322: 31-35.
Peck, G. E., Bailey, G. J., McCurdy, V. E., and Banker, G. S. 1989. Tablet
Formulation and Design, 2nd Edition, in:Lieberman, H.A.,
Lachman, L.,and Schwartz, J.B. (eds.): Pharmaceutical Dosage
Form: Tablet, Vol. I, Marcel Dekker Inc., New York.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Owen, S. C. 2006. Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 5th ed., The Pharmaceutical Press,
London.
Voigt, R., 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi (Soewandhi, S.M.,
penerjemah), 5th ed., Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wells, J. I., 1988. Pharmaceutical Preformulation The Physicochemical
Properties of Drug Substances, Ellis Horwood Limited, Great
Britain.
*Korespondensi: Lannie Hadisoewignyo
Fakultas Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya
Jl. Dinoyo 42-44 Surabaya-60265, Telp. 031-70007576
/087852942829
E-mail: lanhadi@yahoo.com
31