Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Destilasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA FARMASI


DESTILASI

KELOMPOK 8
Ismy Tri Mulyawanti

P2.31.39.0.13.0.70

Kunthi Sekaring Hapsari N.P

P2.31.39.0.13.0.71

Kustina Lasmini

P2.31.39.0.13.0.72

LOKAL 2B

SEMESTER 4

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II


JURUSAN FARMASI
2014/2015

BAB I
PENDAHULUAN
I.

Tujuan Praktikum
1. Mengetahui prinsip-prinsip destilasi dan kegunaannya
2. Menentukan kadar etanol dalam minuman

II.

Prinsip Praktikum
Destilasi atau penyulingan adalah suatu teknik pemisahan berdasarkan perbedaan titik didih,

sehingga memungkinkan campuran mendidih pada saat jumlah tekanan uap menyamai tekanan
luar, dan dapat digunakan untuk memisahkan zat cair yang tidak tercampur dengan air pada
temperatur di bawah titik didihnya.

III.

Metodologi / RencanaKerja
Tempat dan Waktu
1

Tempat pengambilan data praktikum dilaksanakan di laboratorium Fisika Farmasi

Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Jurusan Farmasi


Waktu pengambilan data praktikum dilaksanakan pada hari senin tanggal 29 April
2015

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1

Teori Singkat

Destilasi dan Bobot jenis


Sediaan farmasi dilihat secara umum terdiri atas 3 bentuk :
Sediaan cair
Sediaan semipadat
Sediaan padat
Diantara ketiga sediaaan tersebut, sediaan cair termasuk yang paling banyak beredar,
seperti : bentuk potio, eliksir, emulsi dan suspensi. Pelarut yang digunakan pada sediaan cair ini
selain aqua juga berupa pelarut organik seperti: alkohol, gliserin, dan sebagainya. Kadar
alkohol atau etanol yang terdapat dalam suatu sediaan berbeda satu sama lain tergantung dari
tujuan pemakaiannya dan jenis sediaan yang akan dibuat.
Untuk mengetahui kadar etanol yang dikandung oleh sediaan farmasi ataupun oleh
minuman dapat dilakukan secara kuantitatif dari komponen lainnya, salah satu cara yang
dilakukan adalah dengan destilasi atau penyulingan.
Destilasi atau penyulingan adalah suatu teknik pemisahan berdasarkan perbedaan titik
didih. Sedangkan titik didih didefinisikan sebagai suhu pada saat tekanan cairan sama dengan
tekanan luar (atmosfer) atau suhu dimana cairan mendidih pada tekanan normal.pada
prakteknya titik didih dinyatakan sebagai suhu pada saat cairan seluruhnya (95%) atau sebagian
tersuling pada tekanan 760 mmHG. Destilat yang diperoleh selanjutnya ditentukan kadar
etanolnya dengan cara fisik yaitu seperti perhitungan bobot jenis dan indeks bias. Pada
praktikum kali ini dilakukan melalui perhitungan bobot jenis destilat dengan menggunakan
tabel khusus dari FI (Ed. III th. 1979) kadar etanol dari destilat yang diperiksa dapat diketahui.
Bobot jenis suatu cairan atau padatan adalah bobot persatuan volume dari bahan tersebut,
biasanya ditentukan adalah bobot jenis relatif yang dibandingkan dengan bobot jenis air suling
pada suhu yang sama penentuannya. Bobot jenis ini dilakukan dengan menggunakan alat
piknometer, timbangan westphal, hidrometer dan sebagainya.
Penetapan kadar Etanol
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, lakukan penetapan dengan
Metode I. Cara ini sesuai untuk penetapan sebagian besar ekstrak cair dan tingtur asalkan

kapasitas labu destilasi cukup (umumnya 2 4 x volume cairan yang dipanaskan) dan
kecepatan penyulingan diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh destilat yang jernih. Jika
Destilat yang keruh dapat dijernihkan denga pengocokan menggunakan talk p & CaCO3 (p),
saring, setelah itu suhu filtrat diatur dan kandungan etanol ditetapkan dari bobot jenis. Untuk
mencegah buih yang mengganggu dalam cairan selama destilasi, tambahkan asam folat p, asam
sulfat p, hingga larutan bereaksi asam kuat, atau tambahkan larutan CaCl p sedikit berlebih,
sedikit paraffin cair. Dan untuk mencegah cairan bergejolak mendadak, sebelum penyulingan
tambahakan silikon karbida P atau batu didih (FI IV hal. 1036)

Cara untuk cairan yang mengandung ethanol < 30% :


Pipet tidak kurang dari 25ml cairan uji kedalam alat destilasi yang sesuai, catat suhu pada
pemipetan. Tambahkan air volume sama, destilasi hingga diperoleh destilat lebih kurang 2 ml
lebih kecil dari volume cairan uji yang dipipet. Atur suhu destilat hingga sama pada suhu
pemipetan. Tambahkan air secukupnya hingga volume sama volume cairan uji. Destilat jernih
atau keruh lemah dan hanya mengandung lebih dari sesepora sisa zat mudah menguap lainnya.
Tetapkan bobot jenis cairan pada suhu 25 seperti yang tertera pada Penetapan bobo jenis.
Hitung persentase dalam volume, dari C2H5OH dalam cairan menggunakan Tabel Bobot Jenis
dan Kadar Etanol.

Cara untuk cairan yang mengandung ethanol >30% :


Lakukan menurut cara diatas, kecuali gunakan cairan uji yang diencerkan dengan air
lebih kurang dua kali volume cairan uji. Kumpulkan destilat hingga lebih kurang 2 ml lebih
kecil dari dua kali volume cairan uji yang dipipet, atur suhu sama dengan cairan uji.
Tambahkan air secukupnya hingga volume dua kali volume cairan uji yang dipipet, campur,
dan tetapkan bobot jenis. Kadar C2H5OH dalam volume destilat, sama dengan setengah kadar
etanol dalam cairan uji.

BAB III
METODE KERJA

III.1

Alat dan Bahan

1
2
3
4
5

Alat yang dibutuhkan antara lain :


Labu Destilasi
6. Corong
Termometer
7. Erlenmeyer
Pipet Volume
8. Botol semprot
Pipet tetes
9. Isolasi besar
Beaker gelas
10. Tissue

11. Piknometer
12. Adaptor
13. Selang karet
14. Batu didih

Bahan yang dibutuhkan antara lain :


1
2

III.2

Aquadest
Alkohol (bir BINTANG)

Prosedur Kerja

1. Pasang alat destilasi, kalibrasi erlenmeyer sebanyak 23 ml dan 25 ml.


2. Pipet 25 ml sampel, masukkan ke dalam labu destilasi, catat suhu pada saat awal
pemipetan. Tambahkan air suling dengan volume yang sama dari cairan uji (karena kadar
zat uji kurang dari 30%). Untuk mencegah terjadinya buih dapat dimasukkan beberapa
tetes H2SO4 (p), tambahkan juga beberapa butir batu didih.
3. Sambungkan labu destilasi tersebut dengan alat destilasi. Aliri kondensor dengan air,
panaskan labu destilasi secukupnya sehingga cairan tersuling dengan kecepatan 4-5 ml
per menit.
4. Tampung destilat sebanyak 23 ml. Atur suhu destilat sehingga sama dengan suhu pada
saat pemipetan. Tambahkan air suling sampai volume 25 ml.
Campur & kocok. Cairan harus jernih.
5. Tentukan bobot jenis cairan dengan Piknometer.
6. Timbang Piknometer kosong (W0), lalu isi dengan air suling, lalu timbang kembali (W1).
7. Buang air suling tersebut, lalu isi dengan destilat & timbang (W2).
Tentukan bobot jenis destilat dengan rumus :
W2 - W0
W1 W0
8.

Tentukan kadar ethanol dengan menggunakan Tabel Daftar Bobot Jenis kadar ethanol
dari FI (Ed. III th. 1979)

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

Sampel

: Bir BINTANG 4,7 % v/v

Data Percobaan

Suhu awal pemipetan


Suhu tetesan pertama
Suhu tetesan terakhir

: 25 C
: 64 C
: 98 C

Berat pikno kosong (W0)


Berat pikno Aquadest (W1)
Berat pikno cairan destilat (W2)

: 15,16 g
: 26,04 g
: 25,98 g

Bobot jenis cairan destilat :

W2 - W0 =
W1 W0

25,98 g 15,16 g
26,04 g - 15,16g

= 0,9945 g

Farmakope Indonesia Edisi III halaman 823


Bobot jenis (BJ)

% b/b

% v/v

0,9940

3,2

4,1

0,9950

2,7

3,4

Selisih:

0,9940 0,9950 = 0,0010


0,9940 0,9945 = 0,0005
0,9950 0,9945 = 0,0005

% b/b :

3,2 2,7 = 0,5

% v/v :

4,1 3,4 = 0,7

Perhitungan kadar

% b/b

= 2,7 +

% v/v

= 3,4 +

Penyimpangan :

0,0005
x 0, 5
0,0010

= 2,7 + 0,25 = 2,95 % b/b

= 3,4 + 0,35 = 3,75 % v/v

0,0005
x 0,7
0,0010

4,73,7 5
x 100 =20,21
4,7

BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum destilasi ini kami menggunakan sample minuman beralkohol yaitu Bir
BINTANG 4,7 % v/v. Penetapan kadar etanol dilakukan dengan Metode I cara Destilasi,
karena cara ini sesuai untuk penetapan sebagian besar ekstrak cair dan tingtur asalkan kapasitas
labu destilasi cukup (umumnya 2 4 x volume cairan yang dipanaskan) dan

kecepatan

penyulingan diatur sedemikian rupa sehingga diperoleh destilat yang jernih.


Dalam prosedur pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan yang tertera dalam Farmakope
Indonesia edisi III halaman 817 untuk cairan yang mengandung etanol < 30% karena sample
yang digunakan mempunyai kadar 4,7%, dengan cara Pipet tidak kurang dari 25 ml cairan uji
kedalam alat destilasi yang sesuai, catat suhu pada pemipetan. Tambahkan air sama dengan
volume cairan uji (total volume 50 ml). Tambahkan beberapa batu didih yang berupa pecahan
keramik yang sudah dicuci bersih gunanya untuk mencegah cairan bergejolak mendadak pada
saat destilasi berlangsung. Pasang alat destilasi dengan benar tidak lupa diberi vaselin dan lakban
pada bagian-bagian penyambungan karena dapat mempengaruhi bobot jenis, serta jangan lupa
menyalakan kran pada aliran masuk kondensor karena akan mempengaruhi pengeluaran destilat

yang ditampung. Kalibrasi erlenmeyer (wadah penampung) 23 ml dan 25 ml. Kumpulkan destilat
hingga lebih kurang 2 ml lebih kecil dari volume cairan uji yang dipipet ( 23 ml), atur suhu sama
dengan cairan uji. Tambahkan air secukupnya hingga volume 25 ml, campur, dan tetapkan bobot
jenis dengan menggunakan alat piknometer.
Setelah hasil perhitungan bobot jenis didapatkan sebesar 0.9945 g, dengan menggunakan
Tabel Daftar Bobot Jenis kadar ethanol dari Farmakope Indonesia Edisi III halaman 823
didapatkan kadar 3,75% v/v. Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan kadar yang tertera pada
sampel yaitu sebesar 4,5% v/v.
Hal ini dimungkinkan karena kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam pengerjaan /
human eror seperti kurang teliti dalam pemipetan, dalam pemasangan alat (vaselin dan lakban
kurang erat yang menyebabkan adanya uap yang keluar), serta kesalahan pada saat penggunaan
piknometer.

BAB VI
PENUTUP

VI.1

VI.2

Kesimpulan
Kadar etanol yang tertera di etiket 4,7% v/v
Kadar etanol hasil praktikum adalah 3,75% v/v
Penyimpangan yang terjadi 20,21 %

Saran

1. Pada saat percobaan lakukan semua pengerjaaan dengan hati-hati, lebih teliti dan lebih
sabar untuk mengurangi kehilangan etanol oleh penguapan sehingga akan mempengaruhi
terhadap hasil percobaan.
2. Pastikan alat destilasi yang terpasang pada tiap bagiannya telah disambungkan dengan
rapat dan kuat agar hasil yang didapatkan memperoleh hasil yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
1
2
3

Farmakope Indonesia edisi III 1979. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Farmakope Indonesia edisi IV 1905. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Panduan praktikum fisika farmasi.

Anda mungkin juga menyukai