LP Dispnea DGN CKD
LP Dispnea DGN CKD
LP Dispnea DGN CKD
OLEH:
KELOMPOK I
MEGA WIJAYA
150070300011007
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan
fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth, 2001).
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3
bulan. Diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus
kurang dari 60 ml/menit/1,73m. Batasan penyakit ginjal kronik :
Kerusakan ginjal > 3 bulan, yaitu kelainan struktur atau fungsi ginjal, dengan atau
tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus berdasarkan kelainan patologik, petanda
kerusakan ginjal seperti proteinuria atau kelainan pada pemeriksaan pencitraan,
laju filtrasi glomerulus < 60 ml/menit/1,73m selama > 3 bulan dengan atau tanpa
kerusakan ginjal (Price, S.A. & Wilson, 2003)
KLASIFIKASI GAGAL GINJAL KRONIK
Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium.
Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal yang masih normal,
stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang ringan, stadium
3 kerusakan ginjal dengan penurunan yang sedang fungsi ginjal, stadium 4
kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5 adalah
gagal ginjal (Price, S.A. & Wilson, 2003).
Stadium 1
Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK)
biasanya belum merasakan gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan
pada ginjalnya. Hal ini disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal
meskipun tidak lagi dalam kondisi tidak lagi 100 persen, sehingga banyak
penderita yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya dalam stadium 1. Kalaupun
hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk
penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
Stadium 2
Sama seperti pada stadium awal, tanda tanda seseorang berada pada
stadium 2 juga dapat tidak merasakan gejala yang aneh karena ginjal tetap
dapat berfungsi dengan baik. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat
penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu penderita juga harus
membatasi asupan kalsium apabila kandungan dalam darah terlalu tinggi.
Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar dalam darah diatas
normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan bagi penderita
yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol minuman diperlukan selain
pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.
Stadium 4
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 30 persen saja dan
apabila seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam
waktu dekat diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal / dialisis atau
melakukan transplantasi. Kondisi dimana terjadi penumpukan racun dalam
darah atau uremia biasanya
Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan
adanya kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami
perubahan menjadi coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur
dengan darah. Kuantitas urin bisa bertambah atau berkurang dan
terkadang penderita sering trbangun untuk buang air kecil di tengah
malam.
Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada
dapat dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal
seperti polikistik dan infeksi.
Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi
melalui bau pernafasan yang tidak enak.
Sulit berkonsentrasi
Nausea.
Sakit kepala.
Merasa lelah.
Gatal gatal.
Keram otot
Pengukuran nilai GFR untuk menentukan tahapan PGK yang paling
obat
terlarang,
seperti
heroin
atau
kokain,
dapat
Antibiotik : aminoglikosoid,
penisilin, tetrasiklin, amfotersisin B, sulfonamida, dan lain-lainnya. Obatobat dan zat kimia lain : fenilbutazon, zat-zat anestetik, fungisida,
pestisida, dan kalsium natrium adetat. Pelarut organik : karbon
tetraklorida, etilon glikol, fenol, dan metal alkohol. Logam berat : Hg,
Kulit
Mata
Kardiovaskuler
: Hipertensi,kelebihan
cairan,
gagal
jantung,
perikarditis uremik.
Pernafasan
Gastrointestinal
Kemih
Reproduksi
Saraf
Tulang
koma
Sendi
: Defisiensi vitamin D
Hematologi
defisiensi
imun,
mudah
mengalami
perdarahan
PEMERIKSAAN PENUNJANG GAGAL GINJAL KRONIK
Pemeriksaan Laboratorium
Laju endap darah: meninggi yang diperberat oleh adanya anemia dan
hipoalbuminemia
Hiponatremia: umumnya karena kelebihan cairan
Hiperkalemia: biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan
menurunnya diuresis
Hipoalbuminemia dan
hipokolesterolemia:
umumnya
disebabkan
Hb, mioglobin.
Berat jenis : < 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal tubular
Klirens kreatinin : mungkin menurun.
Natrium : > 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium.
Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan
parenkim
ginjal,
anatomi
sistem
pelviokalises,
ureter
puasa.
Endoskopi : untuk menentukkan pelvis ginjal, batu, hematuria, dan
pengangkatan tumor selektif
yang
adekuat,
medikamentosa
atau
operasi
subtotal
paratiroidektomi.
f.
Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
resiko
timbulnya
nyeri
dada.
Perawat
dapat
berkolaborasi
memberikan nitroglisernin dan obat anti angina untuk mengurangi nyeri dada
(Kallenbach, et al, 2005).
I. Pengkajian Keperawatan
1. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik,antara lain :
a) Airway
1)
2)
3)
Adanya sekret
b) Breathing
1)
2)
Pernafasan Kusmaul
3)
Dispnea
4)
c) Circulation
1) TD meningkat
2) Nadi kuat
3) Disritmia
4) Adanya peningkatan JVP
5) Terdapat edema pada ekstremitas bahkan anasarka
6) Capillary refill > 3 detik
7) Akral dingin
8) Cenderung adanya perdarahan terutama pada lambung
d.
Disability :
pemeriksaan
bahkan
koma, Kelemahan
terjadi
dan
V : Voice Respon
P : Pain Respons
U : Unresponsive
2.
PENGKAJIAN SEKUNDER
Pemeriksaan sekunder dilakukan setelah memberikan pertolongan atau
penenganan pada pemeriksaan primer.
Pemeriksaan sekunder meliputi :
1. AMPLE : alergi, medication, past illness, last meal, event
2. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
3. Pemeriksaan penunjang : lebih detail, evaluasi ulang
a) Keluhan Utama
Badan lemah, cepat lelah, nampak sakit, pucat keabu-abuan, kadangkadang disertai udema ekstremitas, napas terengah-engah.
b) Riwayat kesehatan
Faktor resiko (mengalami infeksi saluran nafas atas, infeksi kulit, infeksi
saluran kemih, hepatitis, riwayat penggunaan obat nefrotik, riwayat
keluarga dengan penyakit polikistik, keganasan, nefritis herediter)
Anamnesa :
a.
Oliguria/ anuria 100 cc/ hari, infeksi, urine (leucosit, erytrosit, WBC,
RBC)
b.
Cardiovaskuler:
Oedema,
hipertensi,
tachicardi,
aritmia,
peningkatan kalium
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Masalah keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran kapiler-alveolar
2. Penurunan cardiac output b.d perubahan preload, afterload dan sepsis
3. Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic,
pneumonitis, perikarditis
4. Kelebihan volume cairan b.d mekanisme pengaturan melemah
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk
sampah dan prosedur dialysis.
INTERVENSI KEPERAWATAN
No.
1
Diagnose
keperawatan
Gangguan pertukaran
gas b/d kongesti paru,
hipertensi pulmonal,
penurunan
perifer
yang mengakibatkan
asidosis laktat dan
penurunan
curah
jantung
Tujuan
NOC :
Intervensi
NIC :
Respiratory
Status
: a. Buka jalan nafas, gu
teknik chin lift atau jaw thr
ventilation
perlu
Vital Sign Status
b. Posisikan
pasien
memaksimalkan
ventilasi
Kriteria Hasil :
c.
Identifikasi
pasien
p
a. Mendemonstrasikan
pemasangan alat jalan
peningkatan ventilasi
buatan
d. Pasang mayo bila perlu
e. Lakukan fisioterapi dad
perlu
f. Keluarkan sekret dengan
atau suction
g. Auskultasi suara nafas,
adanya suara tambahan
h. Lakukan suction pada may
i. Berika bronkodilator bial pe
j. Barikan pelembab udara
k. Atur
intake
untuk
mengoptimalkan keseimba
l. Monitor respirasi dan status
Respiratory Monitoring
a. Monitro IV line
b. Pertahankanjalan nafas pa
Penurunan
curah NOC :
- Cardiac Pump
jantung b/d respon effectiveness
fisiologis
otot
- Circulation Status
- Vital Sign Status
jantung,
Kriteria Hasil:
peningkatan
a. Tanda Vital dalam
frekuensi, dilatasi,
rentang normal
(Tekanan darah, Nadi,
hipertrofi
atau
respirasi)
peningkatan
isi
b. Dapat mentoleransi
sekuncup
aktivitas, tidak ada
kelelahan
c. Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
asites
d. Tidak ada penurunan
kesadaran
NIC :
Cardiac Care
a. Evaluasi adanya nyeri
( intensitas,lokasi, durasi)
b. Catat adanya disritmia jant
c. Catat adanya tanda dan
penurunan cardiac putput
d. Monitor status kardiovasku
e. Monitor status pernafasan
menandakan gagal jantung
f. Monitor
abdomen
s
indicator penurunan perfus
g. Monitor balance cairan
h. Monitor
adanya
peru
tekanan darah
i. Monitor respon pasien te
efek pengobatan antiaritmia
j. Atur periode latihan dan i
untuk menghindari kelelaha
k. Monitor toleransi aktivitas p
l. Monitor adanya dyspneu,
tekipneu dan ortopneu
m. Anjurkan
untuk
menu
stress
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
2. Pola Nafas
efektif
tidak NOC :
v - Respiratory status :
Ventilation
v - Respiratory status : Airway
patency
v - Vital sign Status
Kriteria Hasil :
a. Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada
sianosis dan dyspneu
(mampu
mengeluarkan
sputum, mampu bernafas
dengan mudah, tidak ada
pursed lips)
b. Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama
nafas,
frekuensi
pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara
nafas abnormal)
c. Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)
Fluid management
a. Pertahankan catatan intak
output yang akurat
b. Pasang
urin
kateter
diperlukan
c. Monitor hasil lAb yang
dengan retensi cairan (BUN
, osmolalitas urin )
d. Monitor
status
hemod
termasuk CVP, MAP, PA
PCWP
e. Monitor vital sign
f. Monitor
indikasi
rete
kelebihan cairan (cracles,
edema, distensi vena
asites)
g. Kaji lokasi dan luas edema
h. Monitor masukan maka
cairan dan hitung intake
harian
i. Monitor status nutrisi
j. Berikan diuretik sesuai inte
k. Batasi masukan cairan
keadaan
hiponatrermi
dengan serum Na < 130 m
l. Kolaborasi dokter jika
cairan berlebih muncul mem
Fluid Monitoring
a. Tentukan riwayat jumlah d
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC
Mansjoer, Arif (2000) . Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media
Aesculspius.
Price, S.A. & Wilson, L.M. Pathophysiology: Clinical concept of disease
processes. 4th Edition. Alih bahasa : Anugerah, P. Jakarta: EGC; 2003 Ralp
& Rosenberg. 2003. Nursing Diagnosis: Definition & classification 20052006. Philadelphia USA
Suwitra K. 2006. Penyakit Ginjal Kronik. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI. 581-584.
Tierney LM, et al. 2003. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi Kedokteran
Penyakit Dalam Buku 1. Jakarta: Salemba Medika