Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Materi Pemenuhan Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

MATERI

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT


1.1 Pendahuluan
Agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya, manusia
membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat diberbagai
jaringan tubuh. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Air menyusun 75%
berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa dan 55% tubuh pria lanjut usia.
Karena wanita mempunyai simpanan lemak yang relative lebih banyak, kaandungan
air pada tubuh wanita 10% lebih rendah dibandingkan pria.
Cairan tubuh menempati kompartemen intrasel dan ekstrasel. 2/3 sebagian
cairan dari cairan tubuh berada dalam sel ( cairan intrasel/CIS ) dan 1/3 bagian berada
diluar sel ( cairan ekstrasel/CES ). CES dibedakan menjadi cairan intravaskuler atau
plasma darah yang meliputi 20% CES atau 15% dari total berat badan; dan cairan
intersisial yang mencapai 80% CES atau 5% dari total berat badan.
1.2 Definisi Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stressor fisiologi dan lingkungan.
1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara lain:
a. Usia
Pada bayi atau anak-anak, keseimbangan cairan dan elektrolit dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya adalah asupan cairan yang besar yang diimbangi dengan
haluaran yang besar pula, metabolism tubuh yang tinggi, masalah yang muncul akibat
imaturitas fungsi ginjal, serta banyaknya cairan yang keluar melalui ginjal, paru-paru,
dan proses penguapan. Pada orang tua atau lansia, gangguan yang muncul berkaitan
dengan masalah ginjal dan jantung terjadi karena ginjal tidak mampu mengatur
konsentrasi urin.
b. Temperatur lingkungan
Lingkungan yang panas menstimulus sistem saraf simpatis dan menyebabkan
seseorang berkeringat. Pada cuaca yang sangat panas, seseorang akan kehilangan
700-2000 ml air/jam dan 15-30 g gram/hari.
c. Kondisi stress
Kondisi stress mempengaruhi metabolism sel , konsentrasi glukosa darah, dan
glikolisis otot. Kondisi stress mencetuskan pelepasan hormon anti diuretik sehingga
produksi urin menurun.
d. Keadaan sakit
Kondisi sakit yang dapat mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit antara
lain karena luka bakar, gagal ginjal dan payah jantung.
e. Diet
Diet dapat mempengaruhi asupan cairan dan elektrolit. Asupan nutrisi yang tidak
adekuat dapat berpengaruh terhadap kadar albumin serum. Jika albumin serum turun,
cairan intersisial tidak bisa masuk kepembuluh darah sehingga terjadi edema.

1.4 Fungsi Cairan


Fungsi cairan antara lain:
a. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh
b.Transpor nutrien ke sel
c.Transpor hasil sisa metabolisme
d. Transpor hormon
e. Pelumas antar organ
f. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskuler.
1.5 Pergerakan Cairan Tubuh
Mekanisme pergerakan cairan dan elektrolit tubuh ada 4 macam, yaitu:
a. Difusi
Difusi adalah perpindahan larutan dari area konsentrasi tinggi menuju konsentrasi
yang rendah dengan melintasi membrane semipermiable. Kecepatan laju difusi
dipengaruhi oleh:
1) Peningkatan perbedaan konsentrasi substansi
2) Peningkatan permeabilitas
3) Peningkatan luas permukaan difusi
4) Berat molekul substansi
5) Jarak yang ditempuh untuk difusi
b. Osmosis
Perpindahan pelarut murni melalu membrane semipermiable berpindah dari
konsentrasi solute rendah kekonsentrasi solute tinggi. Bila konsentrasi solute disatu
sisi membrane semipermeable lebih besar laju osmosis akan cepat sehingga
percepatan transfer zat menembus membrane semipermeable. Larutan yang
osmolaritasnya plasma darah disebut isotonic.
c. Filtrasi
Perpindahan air dan sustansi yang dapat larut secara bersama sebagai respon karena
tekanan cairan. Jumlah caairan yang keluar sebanding dengan besar perbedaan
tekanan luas permukaaan membrane dan permeabilitas membrane. Tekanan yang
dihasilkan likuid dalam sebuah ruangannya disebut tekanan hidrostatik.
d. Transport aktif
Transport aktif adalah gerakan partikel dari konsentrasi rendah ketinggi karena
adanya daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung. Memerlukan banyak ATP karena
untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membrane sel. Contohnya
pompa Na untuk keluar dari sel dan kalium masuk ke sel.
1.6 Pengaturan Keseimbangan Cairan
a.

Rasa dahaga

Mekanisme rasa dahaga:


1) Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan rennin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotesin II yang dapat merangsang hipotalamus untuk
melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
2) Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa dahaga.

b. Anti diuretik hormon (ADH)


ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipoofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormone ini meningkatkan reabsorbsi air pada duktus
koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.
c. Aldosteron
Hormon ini di sekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal
untuk meningkatkan reabsorbsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh
perubahan konsentrasi kalium, natrium serum, dan system angiotensin renin.
d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan
berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus,
dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur
sirkulasi ginjal, respon natrium, dan efek ginjal pada ADH.
e. Glikokortikoid
Meningkatkan reabsorbsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi
retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada
keseimbangan volume darah.
1.7 Cara Pengeluaran Cairan
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti:
a.

Ginjal

Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter darah
untuk disaring setiap hari. Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam. Pada orang
dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hari. Jumlah urine yang diproduksi pleh ginjal
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron.
b. Kulit
Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang aktivitas
kelenjar keringat. Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam. Disebut juga Isensible Water
Loss(IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam.
c. Paru-paru
Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari. Meningkatnya cairan yang hilang sebagai
respon terhadap perubahan kecepatan atau kedalaman napas akibat pergerakan atau
demam.
d. Gastrointestinal
Dalam kondisi normal cairan yang hilang di gastrointestinal setiap hari sekitar 100200 ml. perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam, dengan
kenaikan10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 10 celcius.

1.8 Pengaturan Elektrolit


a.

Natrium (sodium)

Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ekstrasel.


Na+memengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Sodium
diatur oleh intake garam, aldosteron, dan pengeluaran urine. Normalnya sekitar 135148 mEq/lt.
b. Kalium (potassium)
Merupakan kation utama cairan intrasel. Berfungsi sebagai excitability
neuromuskulerdan kontraksi otot. Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa
protein, pengaturan keseimbangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion
hydrogen (H+). nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
c. Kalsium
Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan darah,
serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstrasel diatur oleh
kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormone paratiroid mengabsorbsi kalsium melalui
gastrointestinal, sekresi melalui ginjal. Hormone thirocalcitonin menghambat
penyerapan Ca++ tulang.
d. Magnesium
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat penting untuk
aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility. Nilai normalnya sekitar 1,52,5 mEq/lt.
e. Klorida
HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan ekstrasel dan
intrasel. Biknat diatur oleh ginjal.
f. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Berfungsi untuk
meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme karbohidrat, pengaturan asam
basa. Pengaturan oleh hormone paratiroid.
1.9 Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
a.

Gangguan Keseimbangan Cairan

1) Defisit volume cairan ( fluid volume defisit/ FVD ) atau Hipovolemia


Adalah suatu kondisi ketidakseimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan
elektrolit diruang ekstrasel, namun kedua proporsi antara keduanya mendekati
normal. Kehilangan cairan diakibatkan oleh berbagai faktor antara lain kurangnya
asupan cairan, tingginya asupan pelarut ( misalnya protein, klorida dan natrium )yang
dapat menyebabkan ekskresi urine berlebih, keringat yang banyak serta kelainan yang
menyebabkan pengeluaran urine berlebih.
Secara umum kondisi defisit volume cairan ( dehidrasi ) terbagi 3 yaitu:
a) Dehidrasi isotonic. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang sebanding dengan
jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma darah 130-150 mEq/l.
b) Dehidrasi hipertonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih besar
daripada jumlah elektrolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma 130-150 mEq/l.
c) Dehidrasi hipotonik. Ini terjadi bila jumlah cairan yang hilang lebih sedikit
daripada jumlah elektolit yang hilang. Kadar Na+ dalam plasma adalah 130mEq/l.

Kondisi dehidrasi dapat digolongkan menurut derajat keparahannya antara lain:


a) Dehidrasi ringan. Pada kondisi ini kehilangan cairan mencapai 5% dari berat
tubuh.
b) Dehidrasi sedang. Kondisi ini terjadi apabila kehilangan cairan mencapai 5-10%
dari berat tubuh atau sekitar 2-4 liter. Kadar natrium berkisar 152-158 mEq/l. salah
satu gejalanya adalah mata cekung.
c) Dehidrasi berat
Kondisi ini terjadi bila kehilangan cairan mencapai 4-6 liter. Kadar natrium serum
berisar 159-166 mEq/l. pada kondisi ini penderita dapat mengalami hipotensi.
Tanda - tanda dehidrasi:
1) dehidrasi derajat ringan sedang:
a) mulut kering
b) kantuk atau kelelahan, pada anak cenderung kurang aktif
c) rasa haus
d) penurunan output urin, pada bayi popok tetap kering selama 3 jam dan
delapan jam atau lebih tanpa buang air kecil pada anak-anak dan remaja
e) sedikit atau tidak ada air mata saat menangis
f) kulit kering
g) sakit kepala
h) sembelit
2) dehidrasi derajat berat:
a) rasa haus yang ekstrim
b) sangat rewel dan kantuk pada bayi dan anak, mudah marah dan kebingungan
(konsentrasi kurang) pada orang dewasa
c) mulut, kulit dan membrane mukosa sangat kering
d) sedikit keringat walaupun udara panas
e) sedikit atau tidak buang air kecil, setiap urin yang dihasilkan akan berwarna
kuning gelapnatau kecoklatan
f) mata cekung
g) kulit keriput dan kering, kurang elastic (turgor turun) sehingga bila dicubut
tidak cepat kembali (tetap mengkerut)
h) pada bayi, fontanel (ubun-ubun) cekung
i) tekanan darah rendah
j) detak jantung cepat
k) nafas cepat
l) tidak ada air mata saat menangis
m) demam
n) delirium
2) Volume cairan berlebih (fluid volume eccess/ FVE) atau hipervolemia
Volume cairan berlebih ( overhidrasi ) adalah kondisi ketidakseimbangan yang
ditandai dengan kelebihan ( retensi ) cairan dan natrium diruang ekstrasel. Umumnya
terjadi akibat adanya masalah di ginjal.
b. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
1) Ketidakseimbangan Natrium:
a) Hiponatremia
Kekurangan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan perubahan
tekanan osmotic dimana kadar natrium serum <136 mEq/l dan berat jenis urin
<1,010. Diakibatkan gagal ginjal penyakit adison, pengeluaran keringat berlebih
dieresis, dan asidosis metabolic.
b) Hipernatremia

Kelebihan kadar natrium dicairan ekstrasel yang menyebabkan peningkatan


tekanan osmotic ekstrasel dimana kadar natrium serum >144 mEq/l dan berat
jenis urine >11,30. Diakibatkan diare disfagia, poliuria karena diabetes insipidus.\
2) Ketidakseimbangan Kalium:
a) Hipokalemia
Kekurangan kadar kalium dalam cairan ekstrasel yang menyebabkan pindahnya
kalium keluar sel dimana kadar kalium <4 mEq/l.
b) Hiperkalemia
Kelebihan kadar kalium dalam cairan ekstrasel dimana kadarnya >5 mEq /l.
3) Ketidakseimbangan Kalsium
a) Hipokalsemia
Kekurangan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar kalsium serum
<4,5 mEq/l atau 10 mg/100 ml.
b) Hiperkalsemia
Kelebihan kadar kalsium dalam cairan ekstrasel dimana kadar kalsium serum >
5,8 mEq/l atau 10 mg/100 ml.
4) Ketidakseimbangan Magnesium
a) Hipomagnesemia
Kondisi dimana kadar magnesium kurang dari 1,5 mEq/l. umumnya disebabkan
oleh konsumsi alcohol, malnutrisi, diabetes, gagal ginjal, gagal hati dan absorbs
usus yang buruk.
b) Hipermagnesemia
Kondisi dimana kadar magnesium lebih dari 3,4 mEq/l. Umumnya disebabkan
oleh konsumsi antasida yang mengandung magnesium.
5) Ketidakseimbangan Klorida
a) Hipokloremia
Penurunan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar klorida >95 mEq/l.
Disebabkan oleh kehilangan sekresi gastrointestinal yang berlebihan seperti
diare, muntah, uresis.
b) Hiperkloremia
Peningkatan kadar ion klorida dalam serum, dimana kadar klorida <105 mEq/l.
Disebabkan oleh dehidrasi dan masalah ginjal.
6) Ketidakseimbangan Fosfat
a) Hipofosfatemia
Penurunan kadar fosfat didalam serum, dimana nilainya <2,8 mg/dl. Disebabkan
oleh alkoholisme, malnutrisi, hipertiroidisme.
b) Hiperfosfatemia
Peningkatan kadar fosfat dalam serum, dimana nilainya >4,4 mg/dl atau >3,0
mEq/l. Disebabkan oleh penggunaan laksatif yang mengandung fosfat, penurunan
hormone paratiroid dan kasus gagal ginjal.

1.10. Keseimbangan asam basa

Keseimbangan asam basa adalah homeostasis dari kadar hydrogen (H +) dalam


tubuh. H+ yang stabil perlu dipertahankan agar fungsi sel dapat berjalan normal.
Peningkatan H+ membuat larutan bertambah asam (H+) dan penurunannya membuat
bertambah basa (OH). Kadar normal ion hydrogen dalam arteri adalah 4x10 -8 mEq/lt.
pH berbanding terbalik dengan H+ artinya jika H+ meningkat maka pH akan turun
yang disebut asam (H+). Sebaliknya jika H+ menurun maka pH akan meningkat yang
disebut basa (OH). Batas normal pH darah adalah antara 7,35 7,45 mEq/L. Kadar
pH darah < 7,35 disebut Alkalemia dan proses penyebabnya disebut alkaliosis. Kadar
pH darah > 7,45 disebut asidemia dan proses penyebabnya disebut asidosis.
Sistim dapar/penyangga dalam tubuh:
1. Asam karbonat (NaHCO3) atau Bikarbonat (H2CO3)------ system dapar di CES
2. Protein (PR-/HPr-) ------ system dapar di CIS dan CES
3. Haemoglobin (HbO2 dan HHbO2)-------sistem dapar di eritrosit untuk asam
karbonat
4. Phosphate (Na2HPO4 dan NaH2PO4) --------sistem dapar di ginjal dan CIS
Mekanisme regulasi keseimbangan asam basa.
System dapar hanya mengatasi ketidakseimbangan sementara. Ginjal
meregulasi keseimbangan ion H+ dengan menghilangkan ketidakseimbangan kadar
H+ secara lambat dengan mensekresi ion H dan menambahkan bikarbonat baru
kedalam darah karena memiliki dapar fosfat dan ammonia. Paru paru berespon
secara cepat terhadap perubahan kadar H+ dalam darah dan mempertahankan
kadarnya sampai ginjal menghilangkan ketidakseimbangan tersebut.
Regulasi pernafasan dalam keseimbangan asam basa.
Jika kadar CO2 meningkat maka pH menurun sebaliknya jika kadar CO2 menurun
maka pH akan meningkat. Kadar CO2 dan pH merangsang kemoreseptor yang
kemudian akan mempengaruhi pusat pernafasan. Sehingga pada kondisi hipoventilasi
meningkatkan kadar CO2 dalam darah dan sebaliknya kondisi hiperventilasi
menurunkan kadar CO2 dalam darah.
Gangguan Keseimbangan Asam Basa
1) Asidosis respiratorik.
Adalah gangguan asam basa yang disebabkan oleh retensi CO2 akibat gangguan
hiperkapnia.
a) Tanda-tandanya meliputi: nafas dangkal, gangguan pernafasan yang menyebabkan
hipoventilasi, depresi susunan saraf pusat, gangguan kesadaran dan disorientasi,
pH plasma <7,35; pH urine <6, PCO2 tinggi (>45 mmHg).
b) Penyebabnya antara lain penyakit obstruksi, restriksi paru, polimielitis, penurunan
aktivitas pusat pernafasan karena trauma kepala, pendarahan, narkotik, anestesi)
2) Asidosis metabolic
Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa.
a) Tanda-tandanya meliputi: pernafasan kussmaul ( nafas cepat dan dalam ),
kelelahan ( malaise ), disorientasi, koma, pH plasma <3,5, PCO2 normal atau
rendah jika sudah mencapai kompensasi, kadar bikarbonat rendah ( anak-anak <20
mEq/l, dewasa <21 mEq/l )
b) Penyebabnya adalah penimbunan asam nonkarbonat dan pengeluaran cairan kaya
HCO3- secara berlebihan.
3) Alkalosis respiratorik
Merupakan dampak utama pengeluaran CO2 berlebih akibat hiperventilasi.

a) Tanda-tandanya meliputi: penglihatan kabur, kesemutan pada ujung jari tangan


dan kaki, kemampuan konsentrasi terganggu, tetani, kejang, aritmia jantung dan
Ph>7,45
b) Penyebabnya adalah demam, kecemasan dan keracunan aspiri yang kesemuanya
merangsang ventilasi yang berlebihan.
4) Alkalosis metabolic
Merupakan kondisi penurunan H+ plasma yang disebabkan oleh difisiensi relatif asam
nonkarbonat.
a) Tanda-tandanya meliputi: apatis, lemah, gangguan mental ( misalnya gelisah,
bingung, letargi ), kram, pusing.
b) Penyebabnya adalah muntah yang terus menerus dan ingesti obat-obat alkali.
1.11 Asuhan Keperawatan
a. Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau situasi social
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan
b. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan cairan:
+/- 2% ringan
+/- 5% sedang
+/- 10% berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
2) Keadaan umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi, pernafasan. Tingkat
kesadaran.
3) Pengukuran pemasukan cairan
a) Cairan oral: NGT dan oral
b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
c) Makanan yang cenderung megandung air
d) Irigasi kateter atau NGT

4) Pengukuran pengeluaran cairan


a) Urine: volume, kejernihan/kepekatan

b) Feses: jumlah dan konsentrasi


c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL
5) Ukur keseimbangan cairan dengan akurat: normalnya sekitar +/- 200 CC.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada kebutuhan cairan dan elektrolit difokuskan pada:
1) Integumen: keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani, dan
sensasi rasa
2) Kardiovaskuler: distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin, dan bunyi
jantung
3) Mata: cekung, air mata kering
4) Neurologi: reflek, ganguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
5) Gastrointestinal: keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah, dan
bising usus.
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap :pemeriksaan ini melewati jumlah sel darah merah
hemoglobin (HB),dan hematrokit (HT).
a) Ht naik

:adanya dehidrasi berat dan gejala syok

b) Ht turun :adanya perdarahan akut,massif dan reaksi hemilitik,


c) Hb naik

:adanya hemokonsentrasi.

d) Hbturun :adanya perdarahan hebat,reaksi hemolitik.


2) Pemeriksaan elektrolit serum :pemeriksaan ini di lakukan untuk mengetahui kadar
natrium,kalium,klorida,ion bikarbonat,
3) Ph dan berat jenis urine :berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine,normalnya Ph urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
4) Analisa gas darah :Biasanya yang di periksa adalah pH,PO,HCO,PC0, dan saturasi
02 nilai PCO2 normal:35-40 mmHg: PO2 normal:80-100 Hg:HCO3-normal;25-29
mEq/1,sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan
jumlah oksigen yang dapat di bawa oleh darah,normalnya di arteri (95%-98%)dan
vena(60%-85%).

e. Diagnosa dan Intervensi


1) Aktual/resiko defisit volume cairan

a) Definisi: kondisi dimana pasien mengalami resiko kekurangan cairan pada


ekstraseluler dan vaskuler.
b) Kemungkinan berhubungan dengan:
Kehilangan cairan secara berlebihan
Berkeringat secara berlebihan
Menurunnya intake oral
Pengunaan diuretic
Perdarahan
c) Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

Penyakit Addison

Koma

Ketoasidosis pada diabetik

Anoreksia nervosa

Perdarahan gastrointestinal

Muntah, diare

Intake cairan tidak adekuat

AIDS

Perdarahan

Ulcer kolon

d) Tujuan yang diharapkan:


Mempertahankan keseimbangan cairan.

Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine adekuat, tekanan


darah stabil, membrane mukosa mulut lembab, turgor kulit baik.

Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.

INTERVENSI
RASIONAL
1. Ukur dan catat setiap 4 jam: 1. Menentukan kehilangan dan
kebutuhan cairan
Intake dan output cairan
Warna muntahan, urine, dan
feces
Monitor turgor kulit
Tanda vital
Monitor IV infuse
CVP
Elektrolit, BUN, hematokrit dan
hemoglobin
Status mental
Berat badan

2. Berikan makanan dan cairan

2. Memenuhi kebutuhan makan


dan minum

3. Berikan pengobatan seperti


antidiare dan antimuntah

3. Menurunkan pergerakan usus


dan muntah
4. Berikan dukungan verbal dalam
pemberian cairan
4. Meningkatkan konsumsi yang
lebih
5. Lakukan kebersihan mulut
sebelum makan
5. Meningkatkan nafsu makan
6. Ubah posisi pasien setiap 4 jam
7. Berikan pendidikan kesehatan 6. Meningkatkan sirkulasi
tentang:
7. Meningkatkan informasi dan
Tanda dan gejala dehidrasi
kerjasama
Intake dan output cairan
terapi

2) Volume cairan berlebih


a) Definisi: kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema.
b) Kemungkinan berhubungan dengan:
Retensi garam dan air
Efek dari pengobatan
Malnutrisi
c) Kemungkinan data yang ditemukan:
Orthopnea
Oliguria
Edema
Distensi vena jugularis
Hipertensi
Distress pernafasan
Anasarka
Edema paru

d) Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:

Obesitas
Hipothiroidism
Pengobatan dengan kortikosteroid
Imobilisasi yang lama
Cushings syndrome
Gagal ginjal
Sirosis hepatis
Kanker
Toxemia
e) Tujuan yang diharapkan:
Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan
Menurunkan kelebihan cairan
INTERVENSI
RASIONAL
1. Ukur dan monitor:
1. dasar pengkajian kardiovaskuler
Intake dan output cairan, berat
dan respon terhadap penyakit
badan, tensi, CVP distensi vena,
jugularis dan bunyi paru
2. Monitor rontgen paru

2. mengetahui adanya edema paru

3. Kolaborasi dengan dokter dalam3. kerjasama disiplin ilmu dalam


pemberian cairan, obat, dan efek perawatan
pengobatan
4. Hati-hati dalam pemberian
cairan

4. mengurangi kelebihan cairan


5. mengurangi edema

5. Pada pasien yang bedrest:


Ubah posisi setiap 2 jam
Latian pasif dan aktif
6. Pada kulit yang edema berikan
lotion, hindari penekanan yang
terus menerus

6. mencegah kerusakan kulit

7. pasien dan keluarga mengetahui


7. Berikan pengetahuan kesehatan dan kooperatif
tentang:
Intake dan output cairan
Edema, berat badan
pengobatan

Anda mungkin juga menyukai