Referat Dakriosistitis
Referat Dakriosistitis
Referat Dakriosistitis
Oleh:
Atika Caesarini, S.Ked
Pembimbing:
dr. Ratna Muslimah, Sp.M
BAB 1
PENDAHULUAN
Sistem ekskresi terdiri atas pungtum, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan
duktus nasolakrimalis. Setiap kali berkedip, palpebra menutup seperti ritsleting
mulai dari lateral, menyebarkan air mata secara merata diatas kornea dan
menyalurkannya ke dalam sistem ekskresi pada aspek medial palpebra. Pada
kondisi normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan yang kira-kira sesuai
dengan kecepatan penguapannya. (Vaughan, 2010)
Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi
karena berbagai sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua
permukaan yang saling bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa
nasal, di mana pada keadaan normal pun sudah terdapat koloni bakteri. Tujuan
fungsional dari sistem ekskresi lakrimal adalah mengalirkan air mata dari kelenjar
air mata menuju ke kavum nasal. Tersumbatnya aliran air mata secara patologis
menyebabkan terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasa disebut
dengan dakriosistitis (Gilliland, 2012).
Infeksi sakus lakrimalis adalah penyakit umum yang biasanya terdapat
pada bayi atau wanita pascamenopause. Paling sering unilateral dan selalu
sekunder akibat obstruksi duktus nasolakrimalis. Pada banyak kasus dewasa,
penyebab obstruksi itu tidak diketahui. Gejala utama dakriosistitis adalah mata
berair dan belekan (bertahi mata) (Vaughan, 2010).
Pada bayi, infeksi kronik menyertai obstruksi duktus nasolakrimalis, tetapi
dakriosistitis akut jarang terjadi. Dakriosistitis akut pada anak sering terjadi akibat
infeksi Haemophilus influenza. Tetapi harus segera dilakukan secara agresif
karena beresiko menimbulkan selulitits orbital. Dakriosistitis akut pada orang
dewasa biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau kadang-kadang
Strptococcus -hemolyticus. Pada dakriosistitis kronis, organismenya adalah
Streptococcus pneumonia atau jarang sekali Candida albicans infeksi campur
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Sistem Lakrimalis
Sistem lakrimal terdiri atas dua jaringan utama, yaitu sistem sekresi
lakrimal atau kelenjar lakrimal dan sistem ekskresi lakrimal (Ilyas, 2013).
Komponen sekresi terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur
pembentukan cairan air mata, yang disebarkan diatas permukaan mata oleh
kedipan mata. Kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis merupakan
komponen ekskresi sistem ini yang mengalirkan sekret ke dalam hidung
(Vaughan, 2010).
Kelenjar lakrimalis terletak pada bagian lateral atas mata
yang disebut dengan fossa lakrimalis. Bagian utama kelenjar ini
bentuk dan ukuranya mirip dengan biji almond, yang terhubung
dengan suatu penonjolan kecil yang meluas hingga ke bagian
posterior dari palpebra superior. Dari kelenjar ini, air mata
diproduksi dan kemudian dialirkan melalui 8-12 duktus kecil yang
mengarah ke bagian lateral dari fornix konjungtiva superior dan
di sini air mata akan disebar ke seluruh permukaan bola mata
oleh kedipan kelopak mata (Ellis, 2006)
Pasien
dapat
menunjukkan
morbiditasnya
yang
berat
namun
jarang
b. Kronis
Morbiditas utamanya berhubungan dengan lakrimasi kronis yang berlebihan
dan terjadinya infeksi dan peradangan pada konjungtiva.
c. Kongenital
Merupakan penyakit yang sangat serius sebab morbiditas dan mortalitasnya
juga sangat tinggi. Jika tidak ditangani secara adekuat, dapat menimbulkan
selulitis orbita, abses otak, meningitis, sepsis, hingga kematian. (Gilliland,
2012).
2.5 Faktor Predisposisi Dan Etiologi
Faktor risiko tertinggi adalah obstruksi duktus nasolakrimalis. Umur juga
digambarkan sebagai faktor predisposisi dikarenakan jumlah dakriosistitis akut
menjadi meningkat seiring dengan bertambahnya usia yang disertai dengan
obstruksi duktus nasolakrimalis. Wanita juga merupakan faktor risiko untuk
dakriosistitis. Selain itu, patologi hidung tampaknya memiliki peran penting
dalam risiko terbentuknya dakriosistitis berupa deviasi septum hidung, rhinitis dan
hipertrofi konka inferior dan infeksi.
5
Tanda
Akut
Infeksi pada sakus
lakrimalis, gram positif
70%
Biasanya akibat
Kronis
Terisi oleh material
mukoid
Terkadang akibat tekanan
pada sakus
tersumbatnya duktus
nasolakrimalis
Sering terjadi pada bayi
Gejala
Riwayat dakriosistitis
akut
Obstruksi duktus
nasolakrimalis kronis
Fraktur tulang wajah
Adanya benda asing
yang menyumbat saluran
lakrimalis
dewasa akibat adanya penekanan pada salurannya, misal adanya polip hidung
(Ilyas, 2013)
Dakriosistitis akut memiliki berbagai penyebab. Namun faktor umum
adalah obstruksi total duktus nasolakrimalis yang mencegah drainase normal dari
sakus lakrimalis ke dalam hidung. Stasis dan retensi air mata kronis menyebabkan
infeksi sekunder dengan bakteri. Temuan klinis meliputi edema dan eritema di
bawah medial canthal tendon dengan distensi sakus lakrimalis dengan derajat
nyeri yang bervariasi (AAO, 2005)
2.7 Gejala Klinis
Gejala umum pada penyakit ini adalah keluarnya air mata dan kotoran.
Pada dakriosistitis akut, di daerah sakus lakrimalis terdapat gejala radang,
bengkak, dan nyeri tekan. Substansi purulen dapat diperas dari sakus. Pada
keadaan kronik, gejala satu-satunya adalah mata berair dan substansi mukoid
biasanya bisa diperas keluar dari sakus. Dakriosistitis jarang disertai komplikasi
konjungtivitis walaupun sakus konjungtivalis terus menerus bermandikan pus
yang keluar dari pungtum lakrimal. Pada dakriosistitis pneumonia, sesekali timbul
ulkus kornea setelah trauma kornea ringan (Vaughn, 2010).
Akut
Tanda
Merah, pembekakan
pada sakus lakrimalis
Kronis
Hampir sama dengan
akut namun lebih berat
Onset cepat
Nyeri
Edema pada sakus
Gejala
lakrimalis
Epifora
Demam
Tahapan
pembentukan
dakriosistitis
Sumber
: The
College of Opthometri,
2011
kronis:
bahan
purulen
dengan
penekanan
pada
daerah
sakus,
dan
ringan dengan mata berair sampai konjuntivitis berat dengan sekret purulen
kental. Penyebab umumnya eksogen, tetapi bisa endogen. Gejala penting
konjungitvitis adalah sensasi benda asing, yaitu sensasi tergores atau
terbakar, sensasi penuh di sekeliling mata, gatal.
e. Episkleritis
Episkleritis adalah peradangan lokal jaringan ikat vaskular penutup sklera
yang relatif sering dijumpai. Kelainan ini cenderung mengenai orang muda.
Kekambuhan sering terjadi dan penyebabnya tidak diketahui. Gejalanya
anatara lain kemerahan dan iritasi ringan atau rasa tidak nyaman.
Pemeriksaan mata menunjukkan injeksis sklera yang bisa nodular, sektoral,
atau difus (Murphy, 2011)
2.10 Terapi
Pedoman untuk mengobati dakriosistitis akut :
Menghindari irigasi atau probing dari sistem kanalikular sampai infeksi reda
Diagnostik atau theurapeutic probing dari saluran nasolakrimal tidak
diindikasikan pada orang dewasa dengan dakriosistitis akut
Kompres hangat harus diterapkan ke daerah yang terinfeksi
Antibiotik topikal memiliki efektivitas minimal ketika didapatkan stasis,
sedangkan antibiotik oral memiliki efektivitas yang tinggi di sebagian besar
infeksi. Bakteri gram positif adalah penyebab paling umum dari
dakriosistitis akut, namun bakteri gram negatif harus dicurigai pada pasien
dengan diabetes , immunocompromised , atau tinggal di sebuah panti jompo
Antibiotik parenteral diperlukan pada kasus yang parah, terutama jika
ditemukan selulitis
Aspirasi sakus lakrimal dapat dilakukan jika didapatkan pyocele - mukosel
yang terlokalisir. Informasi mengenai terapi antibiotik sistemik yang tepat
diperoleh dari hapusan dan kultur dari aspirasi
Sebuah abses terlokalisir yang melibatkan kantung lakrimal dan jaringan
lunak disekitar kelopak mata memerlukan insisi dan drainase (AAO, 2005)
10
topikal
dalam
bentuk
tetes
(moxifloxacin
0,5%
atau
adalah
di
duktus
nasolakrimalis
dan
diindikasikan
tindakan
11
12
13
2.11 Komplikasi
Komplikasi dikarenakan adanya risiko penyebaran yang meliputi
superfisial (cellulitis), dalam (selulitis orbita, abses orbital, meningitis) atau umum
(sepsis). Komplikasi ini jarang terjadi dan lebih sering terlihat pada individu
dengan immunocompromised dan dakriosistitis kongenital. Operasi intraokular seperti operasi katarak - harus ditunda sampai dakriosistitis telah diobati, karena
adanya risiko berupa endophthalmitis. Terdapat beberapa komplikasi yang terkait
dengan DCR meliputi:
Epistaksis.
Selulitis.
2.12 Prognosis
Prognosis baik jika ditangani segera dan operasi tidak tertunda setelah fase
akut telah teratasi. Namun, dakriosistitis kongenital akan berakibat serius dan
berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas jika tidak segera diobati dengan
agresif (Hartree, 2011)
14
15
BAB 3
PENUTUP
Dakriosistitis adalah peradangan pada sakus lakrimalis. Biasanya
peradangan ini dimulai oleh terdapatnya obstruksi pada duktus nasolakrimalis.
Obstruksi ini pada anak-anak biasanya akibat tidak terbukanya membran
nasolakrimal, sedangkan pada orang dewasa akibat adanya penekanan pada
salurannya, misal adanya polip hidung. Dakriosistitis umumnya terjadi pada dua
kategori usia, yaitu anak-anak dan orang dewasa di atas 40 tahun dengan puncak
insidensi pada usia 60 hingga 70 tahun
Dakriosistitis akut memiliki berbagai penyebab. Namun faktor umum
adalah obstruksi total duktus nasolakrimalis yang mencegah drainase normal dari
sakus lakrimalis ke dalam hidung. Stasis dan retensi air mata kronis menyebabkan
infeksi sekunder dengan bakteri. Temuan klinis meliputi edema dan eritema di
bawah tendon kantus medial dengan distensi sakus lakrimalis.
Gejala umum pada penyakit ini adalah keluarnya air mata dan kotoran.
Pada dakriosistitis akut, di daerah sakus lakrimalis terdapat gejala radang, sakit,
bengkak, dan nyeri tekan. Substansi purulen dapat diperas dari sakus. Pada
keadaan kronik, gejala satu-satunya adalah mata berair dan substansi mukoid
biasanya bisa diperas keluar dari sakus
Pengobatan dakriosistitis pada anak (neonatus) dapat dilakukan dengan
masase kantong air mata ke arah pangkal hidung. Dapat juga diberikan antibiotik
dan dapat pula diberikan
dewasa, dakriosistitis akut dapat diterapi dengan melakukan kompres hangat pada
daerah sakus yang terkena dalam frekuensi yang cukup sering. Dakriosistitis
kronis pada orang dewasa dapat diterapi dengan cara melakukan
irigasi dengan antibiotik. Sumbatan duktus nasolakrimal dapat
diperbaiki dengan cara pembedahan (DCR) jika sudah tidak
radang lagi. Meskipun begitu, menghilangkan obstruksi adalah penyembuhan
satu-satunya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
18