Referat Trauma Kapitis Rehab Medik
Referat Trauma Kapitis Rehab Medik
Referat Trauma Kapitis Rehab Medik
TRAUMA KAPITIS
Pembimbing:
dr. Marcus Anthonius, Sp.KFR
Disusun oleh:
Agatha Efrad Saputri
2015.04.2.0006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2016
Lembar Pengesahan
Referat Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
Trauma Kapitis
Referat Trauma Kapitis ini telah diperiksa dan disetujui sebagai salah
satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik di
bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran
Universitas Hang Tuah Surabaya
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas referat dengan judul Trauma Kapitis.
Tugas referat ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi
RSAL DR Ramelan Surabaya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Marcus Anthonius, Sp.KFR selaku dokter pembimbing
yang telah memberikan petunjuk, masukan, koreksi, serta saran
selama penyusunan tugas responsi ini.
Sebagai Dokter Muda yang menjalankan kepaniteraan klinik,
penulis melihat tugas referat ini sebagai pelatihan agar kelak
menjadi dokter umum yang selalu menambah ilmu pengetahuan,
khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penyusunan referat ini. Untuk itu saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
referat ini.
Penulis
DAFTAR ISI
3
HALAMAN
JUDUL
......................................................................................................................
1
LEMBAR
PENGESAHAN
......................................................................................................................
2
KATA
PENGANTAR
......................................................................................................................
3
DAFTAR
ISI
......................................................................................................................
4
BAB
I
PENDAHULUAN
......................................................................................................................
5
BAB II ANATOMI..............................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN.. 9
3.1 Definisi.............................................................................................9
3.2 Epidemiologi............................................................................................9
3.3 Etiologi....................................................................................................9
3.4 Klasifikasi................................................................................................9
3.5 Patofisiologi.............................................................................................13
3.6 Manifestasi klinis.....................................................................................14
3.7 Pemeriksaan klinis..................................................................................14
3.8 Penatalaksanaan....................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Trauma kapitis merupakan kasus penyebab kecacatan dan
kematian yang cukup tinggi dalam neurologi dan menjadi
masalah kesehatan oleh karena penderitanya sebagian besar
orang muda, sehat dan produktif. Sebagian besar penderita trauma
kapitis disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan sepeda
motor, mobil, sepeda dan penyeberang jalan yang ditabrak. Sisanya
disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda (ranting pohon,
kayu, dll), olahraga, dan korban kekerasan.
Kecacatan post trauma kapitis yang sering ditemukan
adalah gangguan kortikal luhur. Cedera kepala juga dapat
menimbulkan berbagai sequelae jangka pendek maupun jangka
panjang
meliputi
gangguan
kognitif,
behavioral,
dan
.
BAB II
ANATOMI
Berikut merupakan anatomi yang berkaitan dengan trauma kapitis :
1. Kulit Kepala (Scalp)
Terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai SCALP yaitu :
a. Skin (kulit)
b. Connective Tissue (jaringan penyambung)
c. Aponeurosis atau galea aponeurotika
d. Loose areolar tissue (jaringan penunjang longgar)
e. Perikranium.
2. Tulang Tengkorak
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii.
Kalvaria khususnya di bagian temporal adalah tipis, namun disini
dilapisi oleh otot temporal. Basis kranii berbentuk tidak rata sehingga
cedera pada kepala dapat menyebabkan kerusakan pada bagian
dasar otak yang bergerak akibat cedera akselerasi dan deselerasi.
Basis cranii ini dibagi menjadi 3 fossa yaitu fossa cranii anterior, fossa
cranii media, fossa cranii posterior yang membentuk dasar cavitas
cranii. Fosa anterior adalah tempat lobus frontalis, fosa media adalah
tempat lobus temporalis, dan fosa posterior adalah ruang bagian
bawah batang otak dan serebelum.
3. Meningen
Selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang.
Fungsinya melindungi struktur saraf yang halus, membawa darah dan
cairan sekresi serebrospinalis serta memperkecil benturan atau
getaran pada otak dan sumsum tulang belakang.
1. Durameter
Lapisan paling luar yang tebal dan tidak elastis. Terdiri atas
jaringan ikat fibrosa yang melekat erat pada permukaan
6
ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan masuk
ke dalam ruang subaraknoid yang berada di seluruh permukaan otak
dan medula spinalis. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena
melalui vili araknoid.
6. Tentorium
Membagi rongga tengkorak menjadi ruang supra tentorial (terdiri
atas fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang
infratentorial (berisi fosa kranii posterior).
BAB III
PEMBAHASAN
Nilai GCS sama atau kurang dari 8 didefinisikan sebagai koma atau
cedera otak berat. Pasien dengan nilai GCS 9-12 dikategorikan
sebagai cedera otak sedang, dan pasien dengan nilai GCS 13-15
dikategorikan sebagai cedera otak ringan.
3. Morfologi
1). Fraktur Kranium
Dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dapat berbentuk garis /
bintang dan dapat pula terbuka / tertutup. Adanya tanda-tanda klinis
fraktur dasar tengkorak menjadikan petunjuk kecurigaan untuk melakukan
pemeriksaan lebih rinci. Tanda-tanda tersebut antara lain ekimosis
periorbital (Raccoon eye sign), ekimosis retroaurikuler (Battle`sign),
kebocoran CSS (rhinorrea, ottorhea), parese nervus fasialis (N VII) perifer.
10
b. Perdarahan Subdural
Lebih sering terjadi daripada perdarahan epidural (kira-kira 30%
dari cedera kepala berat). Perdarahan terjadi akibat robeknya bridging
vein yang terletak antara korteks cerebri dan sinus venosus tempat vena
tadi bermuara, namun dapat juga akibat laserasi pembuluh arteri pada
permukaan otak. Kerusakan otak di bawahnya lebih berat dan
prognosisnya jauh lebih buruk daripada perdarahan epidural. Ciri
perdarahan subdural berbentuk bulan sabit.
c.
11
Biasanya terjadi di lobus frontal dan temporal, walau terjadi juga pada
setiap bagian otak, termasuk batang otak dan serebelum. Kontusio serebri
dapat saja terjadi dalam waktu beberapa hari atau jam mengalami evolusi
membentuk perdarahan intraserebral.
12
menunjukkan
gejala
disfungsi
otonom
seperti
hipotensi,
Bergeraknya
isi
dalam
tengkorak
memaksa
otak
13
2.
Muntah proyektil.
3.
Papil edema.
4.
5.
6.
7.
Anisokor.
8.
kesadaran
paling
baik
dicapai
dengan
nilai
tertinggi
adalah
15.
Dengan
melakukan
14
4
3
2
1
5
4
3
2
1
6
5
4
3
2
1
2. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis saraf kranial dan saraf perifer. Selain
itu pemeriksaan tonus, koordinasi, reflex, respon pupil, pergerakan
mata, respon sensorikk, kekuatan dan simetris dari letak anggota
gerak ekstremitas dapat dijadikan dasar untuk mencari tanda
gangguan otak dan medula spinalis.
3. Pemeriksaan Scalp dan Tengkorak
Scalp harus diperiksa untuk laserasi, pembengkakan, dan
memar.
4 Pemeriksaan radiologis
a X-ray Tengkorak
b CT-Scan
c
5. Pemeriksaan lain-lain
Serial EEG : melihat perkembangan gelombang yang patologis.
CSF, Lumbal Punksi : jika ada perdarahan subarakhnoid.
15
pernapasan
jika terjadi
Penatalaksanaan
16
1. Pada sernua pasien dengan cedera kepala dan atau leher, lakukan
foto tulang belakang servikal, kolar servikal baru dilepas setelah
dipastikan bahwa seluruh tulang servikal Cl -C7 normal.
2. Pada semua pasien dengan cedera kepala sedang dan berat, lakukan
prosedur berikut:
3. Pada pasien yang koma (skor GCS < 8), lakukan tindakan :
Elevasi kepala 300
Hiperventilasi
Berikan manitol 20 % 1g/kgbb iv dalam 20-30 menit.
Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam kemudian 1/4 dosis
semula setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam pertama
Pasang foley kateter
Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi
17
Penatalaksanaan Khusus
1. Antibiotika untuk luka terbuka yang luas, trauma tembus kepala,
fraktur tengkorak yang antara lain dapat menyebabkan liquorrhoe.
2. Perawatan luka dan pencegahan dekubitus
3. Pasien dengan cedera kepala ringan dapat dipulangkan ke rumah
tanpa perlu dilakukan pemeriksaan CT Scan bila hasil pemeriksaan
neurologis dalam batas normal dan foto servikal jelas normal
4. Pasien dengan cedera kepala berat : Setelah penilaian awal dan
stabilisasi tanda vital, tentukan apakah ada indikasi intervensi bedah
saraf segera (hematoma intrakranial yang besar). Jika ada indikasi,
segera konsulkan ke bedah saraf.
Penilaian ulang jalan napas dan ventilasi
Monitor tekanan darah
Pemasangan alat monitor TIK pada pasien dengan GCS < 8
Penatalaksanaan cairan: larutan isotonis (NS atau RL)
Nutrisi: adanya respons hipermetabolik dan katabolic menyebabkan
keperluan 50-100% lebih tinggi dari normal.
Temperatur badan: dengan asetaminofen atau kompres dingin.
Antikejang: fenitoin 15-20 mg/kgBB bolus iv, kemudian 300 mg/hari
iv. Jika pasien tidak menderita kejang, fenitoin dihentikan 7- 10 hari.
Profilaksis trombosis vena dalam
Profilaksis ulkus peptic
18
CT Scan lanjutan
Terapi operatif
Terapi operatif dilakukan bila terdapat :
Tim Rehabilitasi
Penanganannya memerlukan kerjasama multidisiplin ilmu dan
koordinasi antar disiplin yang selaras dan serasi.
1. Peranan keluarga :
a. Partisipasi
seperti
pengamatan
aktivitas
penderita
dan
mengintegrasikan
prinsip
terapi
dengan
melalui
latihan
kekuatan,
fleksibilitas,
ketahanan,
20
gangguan
komunikasi
seperti
gangguan
modalitas berkomunikasi
laporan
menentukan
diagnosis
kemampuan
penderita
tentang
sosial.
penderita
Diagnosis
menerima
defisit
dan
keluarga,
sosial
termasuk
fungsinya
dan
21
tubuh penderita.
menyebabkan
gangguan
pembuluh
darah
atau
paraplegia
dan
Anggota
gerak
yang
sehat
harus
dipelihara
22
Sistem
piramidalis
sangat
mempengaruhi
kemahiran
3. Gangguan bicara
Gangguan berkomunikasi merupakan cacat penting yang
bisa disandang oleh penderita. Berbagai klasifikasi gangguan
berkomunikasi, di antaranya yang mudah dan praktis adalah
klasifikasi Sehuell :
Gol. 1 : Afasia sederhana. Terdapat pengurangan semua
bahasa, tidak ada gangguan sensorik dan motorik, ada
disarthria.
Gol. 2 : Gol. 1 ditambah dengan gangguan visual dan
gangguan diskriminasi, pengenalan dan pengungkapan
simbol visual.
Gol. 3 : Afasia disertai gangguan proses pendengaran dan
sensorik-motorik.
Gol. 4 : Campuran gangguan pendengaran, penglihatan
dan motorik
dan
menyeluruh.
Gol. 5 : Afasia, ireversibel dan hilangnya semua modalitas
fungsi berbahasa.
Dari klasifikasi dapat diduga prognosisnya, gol. 1 afasia
sederhana adalah baik, sedangkan gol. 5 afasia ireversibel
adalah jelek. Bantuan komunikasi yang sesuai diberikan oleh
speech therapist.
23
4. Gangguan koordinasi
Campuran lesi serebelum dan piramidal mengakibatkan
gangguan koordinasi dan kurangnya gerak trampil. Perlu
diperhatikan
apakah
lesi
bersifat
tetap,
sembuh
atau
tongkat untuk
berjalan sendiri.
Gangguan koordinasi karena defek pada ekstrapiramidal
lebih sulit diatasi terutama kalau bilateral. Selain kekuatan yang
menghambat untuk bergerak, ada kegagalan mulai bergerak
walaupun penderita sudah mengerti instruksi dan penerangan.
5. Gangguan sensorik
Selain
pendengaran,
mengecap,
penciuman
dan
24
Gangguan
kejiwaan
yang
timbul
akan
sangat
Hasil
Hasil pelaksanaan program rehabilitasi akhirnya akan dapat
25
berupa
cahaya
penurunan
negatif,
visus,
atau
skotoma,
hemianopia
bitemporal.
c. Opthalmoplegi
Merupakan kelumpuhan otot-otot penggerak bola mata, umunya
disertai proptosis, dan pupil yang midriatik
d. Paresis facialis
Gangguan pengecapan, hilangnya kerutan dahi, kesulitan menutup
mata, dan mulut mencong pada sisi yang mengalami kerusakan.
e. Gangguan pendengaran
26
prognosis
adalah
terlambatnya
penanganan
27
DAFTAR PUSTAKA
American College of Surgeons. 2004. Advance Trauma Life Suport. United
States of America: Firs Impression.
Brain Injury Association of Michigan, 2005. Traumatic Brain Injury Provider
Training Manual. Michigan Department Of Community Health
Cicerone, Kalmar K. 2000. Evidance-based Cognitive Rehabilitation.
Journal of Med. Rehabilitation. h: 1596-615
Iskandar J. 2004. Penatalaksanaan Cedera Kepala secara Operatif.
Sumatra Utara: USU Press
Mansjoer A. 2000. Trauma Susunan Saraf dalam Kapita Selekta
Kedokteran edisi Ketiga jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius.
Mardjono M, Sidharta P. 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakrta : Dian
Rakyat.
Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI). 2008.
Konsensus Nasional Penanganan Cedera Kapitis dan Cedera
Spinal. Perdossi Jakarta
Rao V., Lyketsos. 2000. Neurophisiciatric Sequelae of Cederatic Brain
Injury Psychosomatic. Journal of Neuropsiciatry. h: 95-103
Sjahrir H. 2004. Ilmu Penyakit Saraf Neurologi Khusus. Jakarta : Dian
Rakyat.
28
http://ners-nerskeperawatan.blogspot.com/2011/05/askep-ciderakepala.html
http://dokmud.wordpress.com/2009/10/23/trauma-kapitis/
http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/traumatic-braininjury/basics/treatment/con-20029302
29