Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Proposal Skripsi Kolesterol Imt

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN KADAR KOLESTROL TOTAL DENGAN IMT (INDEKS


MASSA TUBUH) PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER

Waldian Fitriandi Ismail


AK.1.12.083

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN STIKES BHAKTI KENCANA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Jl. Raya Soekarno-Hatta No. 754 Cibiru, Bandung 40617 Telp/Fax. 022-7830768
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Jantung Koroner (PJK), yang termasuk bagian dari penyakit
kardiovaskular, merupakan penyakit yang menjadi wabah di dunia modern
saat ini. Laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), September 2009,
menyebutkan bahwa penyakit tersebut merupakan penyebab kematian
pertama sampai saat ini (A. Fauzi Yahya, 2010). Di indonesia sendiri penyakit
kardiovaskuler merupakan penyebab kematian nomor satu, pada tahun 2008
di perkirakan 17,3 juta jiwa meninggal dan diperkirakan akan terus meningkat
mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030 (Kementrian Kesehatan RI,
2013). Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita Penyakit
Jantung Koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812
orang (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi
penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri
koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang
menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak
(Norhasimah, 2010).
Dalam keadaan normal, pembuluh darah arteri koroner dapat
mengalirkan hampir 10% dari curah jantung per menit, yaitu kira kira 50-70
ml darah per 100 gr otot jantung (miokard). Sedangkan dalam keadaan
penyempitan pembuluh darah koroner (stenosis) yang mencapai 70%, aliran
darah koroner tidak dapat mencukupi kebutuhan otot jantung yang
mengakibatkan iskemia (Kusmana & Hanafi, 2003). Padahal efisiensi jantung
sebagai pompa bergantung pada nutrisi dan oksigenasi otot jantung melalui
sirkulasi koroner (Prince & Wilson, 2006).
Aterosclerosis pembuluh koroner merupakan penyebab penyakit arteri
koronaria yang paling ditentukan. Atherosklerosis menyebabkan penimbunan
lipid dan jaringan fibrosa dalam arteri koronaria, sehingga secara progresif

mempersempit lumen pembuluh darah. Bila lumen menyempit maka akan


maka resisten terhadap aliran darah akan meningkat dan membahayakan
aliran darah dalam miokardium. Bila penyakit ini semakin lanjut, maka
penyempitan lumen akan diikuti perubahan vaskuler yang mengurangi
kemampuan pembuluh untuk melebar (Sylvia Price, 2006). Dengan demikian
keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen menjadi genting, dan
membahayakan miokardium. Gangguan itu dapat berasal dari tekanan darah
tinggi, lonjakan kadar gula darah, racun nikotin rokok, atau kolesterol yang
hadir dalam jumlah banyak (A. Fauzi Yahya, 2010). Sebagai penyakit yang
masih merupakan masalah besar, modifikasi faktor - faktor risiko PJK
memegang peranan penting dalam melakukan pencegahan, untuk itu, perlu
diketahui berbagai faktor risiko yang mempengaruhi timbulnya PJK. Salah
satu penyebab fundamental dari penyakit ini adalah kolesterol dan lemak
dalam darah (Sadewantoro, 2004). Hampir pada semua kasus jantung koroner
didapatkan plak aterosklerosis pada dinding arteri akibat substansi tersebut.
Komplikasi utama terbentuknya plak aterosklerosis ini adalah iskemia
miokardia dan infark miokardia (Berkow dan Fletcher, 2003).
Kolestrol adalah suatu bahan lunak dan berlemak yang dihasilkan
alami, sebagian di tentukan oleh faktor genetis, oleh hati. Kita memerlukan
kolesterol pada kadar tertentu untuk memproduksi hormon, melapisi sel saraf
agar dapat menghantarkan rangsangan secara tepat, dan membentuk membran
terluar dari sel-sel tubuh. Kolesterol merupakan sejenis lemak dan tidak dapat
larut dalam darah, kolesterol membutuhkan pengangkut agar dapat
melakukan perjalanan antar sel kendaraan ini disebut dengan lipoprotein yang
terdiri dari dua jenis yaitu, lipoprotein yang berdensitas tinggi (high-density
lipoprotein) atau kolesterol HDL, dan lipoprotein yang berdensitas rendah
(low-density lipoprotein) atau kolesterol LDL (Karen Kingham, 2009).
Peningkatan kolesterol total dalam darah >240 mg/dl disebut sebagai
hiperkolesterolemia (WHO, 2013).
Jumlah terbesar kolesterol dalam tubuh manusia disintesis dari asetil
koenzim A- di banyak jenis sel dan jaringan. Sekitar 20-25% dari produksi
harian, biasanya sekitar 1 gram per hari, terjadi dalam hati. Organ lain yang
mensintesis kolesterol adalah usus, kelenjar adrenal dan alat kelamin. Seorang

pria yang memiliki berat 70 kilogram, yang umumnya sekitar 25 gram


kolesterol dalam tubuh, dan mungkin setiap hari di 200-250 miligram melalui
diet. Sekitar 1,2-1,3 miligram untuk memasuki usus, dimana sekitar setengah
diserap ke dalam darah (macnair, 2007).
Prevalensi peningkatan total kolesterol teritinggi di Wilayah Eropa
(54% untuk kedua jenis kelamin), diikuti oleh Wilayah Amerika (48% untuk
kedua jenis kelamin) (WHO, 2008). Di Indonesia angka kejadian
hiperkolesterolemia penelitian MONICA (Multi National Monitoring of
Trends Determination in Cardio Vaskular Disease) sebsar 13,4% untuk wanita
dan 11,4% untuk pria. Pada Monica II didapatkan meningkat menjadi 16,2%
untuk wanita dan 14% untuk pria. Prevalensi hiperkolesterolemia masyarakat
pedesaan mencapai 200-248mg/dl atau mencapai 10,9% dari total populasi
pada tahun 2004. Penderita pada generasi muda yakni usia 25-34 tahun
mencapai 9,3%. Wanita menjadi kelompok yang paling banyak menderita
masalah ini yakni 14,5% atau hampir dua kali lipat kelompok laki-laki
(Linawati, 2011)
Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004
prevalensi hiperkolesterolemia di indonesia pada usia 25 hingga 34 tahun
sebesar 9,3% sementara pada usia 55 hingga 64 tahun sekitar 15,5%. Kadar
kolesterol dalam tubuh adalah satu faktor terpenting untuk menentukan resiko
seseoran untuk menderita penyakit pembuluh darah jantung. Ada beberapa
faktor yang terbukti melalui penelitian dapat mempengaruhi kolesterol, faktor
tersebut ada yang tidak dapat dirubah dan dapat di rubah,yang tidak dapat di
rubah antara lain usia, keturunan, dan jenis kelamin, sedangkan untuk faktor
yang dapat di rubah antara lain berat badan, pola makan, aktifitas fisik,
merokok, dan stress (Miranti, 2008). Berat Badan (BB) adalah parameter
antropometri yang sangat labil dan biasanya di ukur dengan Indeks Massa
Tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan yang underweight, normal,
overweight dan obesitas.
Penelitian yang dilakukan dalam Lipid Research Clinic Population
Study mengungkapkan bahwa terdapat interaksi antara kadar HDL, IMT,
merokok dan ketidakaktifan seseorang. Apabila seseorang itu tidak gemuk,
tidak merokok dan aktif, maka ia akan mendapatkan kadar HDL yang tinggi

(Soeharto, 2004). Penelitian lain di Inggris menyatakan bahwa IMT sangat


berhubungan dengan ketiga komponen lipid darah, yakni kolesterol, HDL dan
trigliserida.

Peningkatan

kolesterol

total

serum,

disebabkan

oleh

meningkatnya IMT hingga sekitar 28 kg/m2. Adapun hubungan IMT dan


HDL adalah negatif dan linier, yakni peningkatan IMT dapat menyebabkan
penurunan progresif dari konsentrasi kolesterol - HDL dalam serum
(Pietrobelli et al., 1999).
Indeks massa tubuh (IMT) adalah salah satu indikator penghitungan
untuk antropometri yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, yaitu
berat badan seseorang (dalam kg) dibagi dengan kuadrat nya tinggi (dalam
meter). Seseorang dengan IMT/BMI 30 atau lebih umumnya dianggap
obesitas. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pria dan wanita dari
berbagai kelompok umur mengalami kenaikan kadar kolesterol total dan
kolesterol LDL dengan meningkatnya IMT/BMI (Ecol, 2008). Klasifikasi
Untuk usia lebih dari 20 tahun, menurut kriteria World Health Organization
(WHO)/ International Association for the Study of Obesity (IASO)/
International Obesity Task Force (IOTF) dalam the Asian-Pacific
Perspective: Redifining Obesity and Its Treatment (2000) yang dikutip Oleh
Sugondo (2007) untuk kawasan Asia Pasifik, yaitu <18,5 Kurus (Kurang),
18,5 22,9 Normal (Ideal), 23 29,9 Kelebihan (Overweight), 30 34,9
Kegemukan (Obesitas) Tingkat I, 35 39,9 Kegemukan (Obesitas) Tingkat II,
>40 Kegemukan (Obesitas) Tingkat III.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan kadar kolesterol dengan IMT (Indeks Massa
Tubuh) pada pasien penyakit jantung koroner.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah adakah hubungan kadar kolesterol dengan IMT (Indeks
Massa Tubuh) pada pasien penyakit jantung koroner ?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kadar kolesterol dengan IMT (Indeks


Massa Tubuh) pada pasien penyakit jantung koroner
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mengidentifikasi kadar kolerterol total pada pasien penyakit
jantung koroner
b. Untuk mengidentifikasi IMT (Indeks Massa Tubuh) pada pasien
penyakit jantung koroner
c. Untuk meganalisa hubungan kadar kolesterol dengan IMT (Indeks
Massa Tubuh) pada pasien penyakit jantung koroner
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
1.4.1.1 Peneliti
Mampu menambah

pengalaman,

wawasan

penelitian

dan

memahami ilmu IMT serta mampu meningkatkan ilmu pengetahuan


tentang sistem kardiovaskular, khususnya kadar kolesterol total pada
pasien jantung koroner sehingga bisa dijadikan bahan ajar untuk
perkuliahan.
1.4.1.2 STIKes Bhakti Kencana Bandung
Dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam pembelajaran mata
kuliah keperawatan mediakl bedah khususnya sistem kardiovaskular.
1.4.1.3 Ilmu Keperawatan
Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan keperawatan
sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan
.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi profesi keperawatan
Dapat memberikan informasi yang benar dan lengkap kepada
masyarakat tentang penyakit jantung koroner.
1.4.2.2 Bagi pasien
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi bagi pasien
penderita jantung koroner tentang ada atau tidaknya hubungan antara
IMT dengan kadar kolesterol total pada pasien penyakit jantung koroner

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan jenis penelitian korelasi yaitu penelitian yang mengkaji
hubungan antara dua variabel. Menurut Arikunto (2007) penelitian korelasi
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan apabila ada, berapa
eratnya hubungan serta berarti tidak hubungan itu. Pada penelitian ini
digunakan pendekatan Cross Sectional yang berarti mempelajari dinamika
hubungan antara variabel kadar kolesterol total dengan variabel terikat IMT
(Indeks Massa Tubuh) dengan melakukan pengukuran sesaat yaitu tiap subjek
penelitian hanya di ukur sesaat dan sekali saja dalam satu waktu. Hal ini
berarti bahwa pengumpulan data hanya dilakukan satu kali pada masingmasing responden (Setiadi, 2007).
3.2 Kerangka Pikir
Kolestrol adalah suatu bahan lunak dan berlemak yang dihasilkan
alami, sebagian di tentukan oleh faktor genetis, oleh hati. Kita memerlukan
kolesterol pada kadar tertentu untuk memproduksi hormon, melapisi sel saraf
agar dapat menghantarkan rangsangan secara tepat, dan membentuk membran
terluar dari sel-sel tubuh. Kolesterol merupakan sejenis lemak dan tidak dapat
larut dalam darah, kolesterol membutuhkan pengangkut agar dapat
melakukan perjalanan antar sel kendaraan ini disebut dengan lipoprotein yang
terdiri dari dua jenis yaitu, lipoprotein yang berdensitas tinggi (high-density
lipoprotein) atau kolesterol HDL, dan lipoprotein yang berdensitas rendah
(low-density lipoprotein) atau kolesterol LDL (Karen Kingham, 2009).
Indeks massa tubuh (IMT) adalah salah satu indikator penghitungan
untuk antropometri yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa, yaitu
berat badan seseorang (dalam kg) dibagi dengan kuadrat nya tinggi (dalam
meter). Seseorang dengan IMT/BMI 30 atau lebih umumnya dianggap
obesitas. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pria dan wanita dari
berbagai kelompok umur mengalami kenaikan kadar kolesterol total dan
kolesterol LDL dengan meningkatnya IMT/BMI (Ecol, 2008).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi


penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri
koroner menyempit atau tersumbat. Arteri koroner merupakan arteri yang
menyuplai darah ke otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak
(Norhasimah, 2010).

3.3 Kerangka Konsep

Lonjakan gula
darah yang tinggi
Tekanan Darah
tinggi
Racun nikotin
rokok
Kolesterol
tinggi

Faktor yang dapat dirubah:

Faktor yang tidak dapat dirubah :

Pola makan
Aktivitas fisik
Merokok
Stress
BB
IMT

Penyakit Jantung Koroner

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak Diteliti
: Mempengaruhi
: Tidak Mempengaruhi
Sumber : A. Fauzi Yahya, 2010; Miranti, 2008
3.4 Hipotesa

Keturunan
Usia

Hipotesa adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau


pertanyaan penelitian. Menurut La Biondi dan Haber (1994) di dalam buku
Nursalam (2009) hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi tentang hubungan
antar dua atau lebih variabel yang diharapkan bisa menjawab suatu
pertanyaan dalam penelitian.
Hipotesa yang terdapat dalam penelitian ini adalah :
a. Ho : Tidak ada Hubungan kadar kolesterol total dengan antara IMT
(Indeks Massa Tubuh) pada pasien jantung koroner.
b. Ha : Terdapat Hubungan kadar kolesterol total dengan antara IMT (Indeks
Massa Tubuh) pada pasien jantung koroner.
3.5 Variabel Penelitian
Variabel adalah suatu konsep yang dapat dibedakan menjadi dua, yakni
yang bersifat kuantitatif dan kualitatif yang merupakan karakteristik subjek
penelitian yang berubah dari satu subjek ke subjek lainya (A.Aziz Alimul
Hidayat, 2014).
3.5.1 Variabel Independent
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,
Antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel
bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau
yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel independent
(terikat). Sedangkan dalam penelitian ini variabel Independennya
adalah kadar kolesterol total pada pasien jantung koroner.
3.5.2 Variabel Dependent
Variabel dependent sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabelyang dipengaruhi
atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono,
2010). Sedangkan dalam penelitian ini variabel dependennya adalah
IMT Indeks Massa Tubuh
3.6 Populasi Sampel dan Tekhnik Pengambilan Sampel
3.6.1 Populasi
Polpulasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulanya (A.Aziz Alimul, 2014) pada penelitian ini populasinya


adalah pasien dengan penyakit jantung koroner.
3.6.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(A.Aziz Alimul, 2014) sampel dalam penelitian ini adalah pasien
dengan penyakit jantung koroner
Pada penelitian ini, sampel ditentukan dengan cara teknik
sampling proporsional. Pengambilan sampel menurut admojo (2005),
dengan menggunakan rumus :
n=

n2
1+ N ( d2 )
Keterangan :
n : besar sampel
N : jumlah populasi
d : tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan (0,1)
Untuk menyesuaikan penelitian ini maka dibuat kriteria inklusi dan
eksklusi :
a. Kriteria Inklusi
Yang dimaksud sampel dalam penelitian ini adalah harus memenuhi

kriteria inklusi, yaitu :


1. Pasien dengan penyakit jantung koroner
2. Mempunyai berat badan diatas 70 kilo
3. Bersedia menjadi sampel penelitian
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria sampel eksklusi dalam penelitian ini adalah
1. Pasien yang berat badanya dibawah 70 kilo
2. Tidak hadir saat penelitian
3.7 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional
3.7.1 Definisi Konseptual
Indeks massa tubuh (IMT) adalah salah satu indikator
penghitungan untuk antropometri yang berkaitan dengan lemak tubuh
orang dewasa, yaitu berat badan seseorang (dalam kg) dibagi dengan
kuadrat nya tinggi (dalam meter) (Ecol, 2008).
Kolestrol adalah suatu bahan lunak dan berlemak yang dihasilkan
alami, sebagian di tentukan oleh faktor genetis, oleh hati. Kita
memerlukan kolesterol pada kadar tertentu untuk memproduksi
hormon, melapisi sel saraf agar dapat menghantarkan rangsangan secara

tepat, dan membentuk membran terluar dari sel-sel tubuh (Karen


Kingham, 2009).
3.7.2 Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah mengidentifikasikan variabel secara
operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga
memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran
secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (A.Aziz Alimul
Hidayat, 2014)
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No

Variabel

Kadar
Kolestero
l Total

IMT
(Indeks
Massa
Tubuh)

Definisi
Operasional
Kolesterol
adalah bahan
yang
berlemak
yang dibuat
alami, dan
diperlukan
oleh tubuh
pada kadar
tertentu
IMT adalah
alat
untuk
mengukur
lemak tubuh
orang
dewasa,
dengan
mengukur
berat badan
dan
tinggi
badan

Alat Ukur

Hasil Ukur

Accu check <240 mg/dl


>240 mg/dl

Skala
Interval

Timbangan, <18,5 Kurus Rasio


Meteran
(Kurang)
18,5 22,9
tinggi
badan
Normal
(Ideal)
23 29,9
Kelebihan
(Overweight
)
30 34,9
Kegemukan
(Obesitas)
Tingkat I
35 39,9
Kegemukan
(Obesitas)
Tingkat II
>40
Kegemukan

(Obesitas)
Tingkat III

Anda mungkin juga menyukai