Potensiometri Sela As. Sitrat
Potensiometri Sela As. Sitrat
Potensiometri Sela As. Sitrat
Golongan / Kelompok
P /C
Sela Talia
Secilia Husun
Balqis S.I.M.
Lucyanna Ayu L.A.
/ 2443014063
/ 2443014111
/ 2443014215
/ 2443014237
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
2016
I.
TUJUAN
Menjelaskan prinsip dasar titrasi potensiometri dengan metoda asidialkalimetri serta cara kerja dan penggunaannya pada penetapan kadar obat
II.
DASAR TEORI
Potensiometri adalah metode analisa kimia untuk menentukan potensial
listrik dengan menggunakan elektroda dan alat yang digunakan
dalam
apa saja. Dalam beberapa kasus elektroda yang lebih memuaskan dapat disiapkan
dengan menggunakan kawat platinum yang telah disalut dengan lapisan tipis
logam yang tepat dengan cara pengendapan secara listrik (Bassett, J. dkk., 1994).
Potensial dalam titrasi potensiometri dapat diukur sesudah penambahan
sejumlah kecil volume titran secara berturut-turut atau secara kontinu dengan
perangkat automatik. Presisi dapat dipertinggi dengan sel konsentrasi. Elektroda
indikator yang digunakan dalam titrasi potensiometri tentu saja akan bergantung
pada macam reaksi yang sedang diselidiki. Jadi untuk suatu titrasi asam basa,
elektroda indikator dapat berupa elektroda hidrogen atau sesuatu elektroda lain
yang peka akan ion hidrogen, untuk titrasi pengendapan halida dengan perak
nitrat, atau perak dengan klorida akan digunakan elektroda perak, dan untuk titrasi
redoks (misalnya, besi(II)) dengan dikromat digunakan kawat platinum sematamata sebagai elektroda redoks (Khopkar, 1990).
Pada titrasi asam basa, elektroda indikator yang digunakan adalah
elektroda membran gelas yang sensitif terhadap perubahan jumlah ion hidrogen
(H+) dan elektroda pembanding yang digunakan adalah Elektroda Kalomel.
Untuk titrasi asam basa, setiap perubahan ion hidrogen tersebut diamati. Pada
elektrode membran gelas, tidak ada elektron yang diberikan kepada membran.
Justru sebuah membran membiarkan ion H + untuk menembusnya, tetapi menahan
ion yang lain. Dengan demikian akan timbul beda potensial yang cukup besar
untuk mencegah terjadinya migrasi lebih lanjut. Kelebihan dari elektroda
membran gelas adalah tidak terjadinya kontaminasi sehingga tidak ada permukaan
katalis yang kehilangan aktivitasnya. Nilai-nilai pH dari suatu larutan yang kurang
tersangga bisa diukur secara akurat dan akhirnya elektroda jenis ini sangat cocok
digunakan untuk memonitor pH secara kontinu pada rentang waktu yang lama
(Day dan Underwood, 1981).
Melalui kurva hubungan antara volume pentiter vs pH dapat ditentukan
titik akhir titrasinya. Titik akhir titrasi dideteksi dengan menetapkan volume di
mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar ketika ditambahkan peniter
(Widjaja dan Laksmiani, 2009).
Penentuan titik ekivalen titrasi potensiometri dapat dilakukan dengan cara
diferensial yaitu dengan merajah kurva titrasi turunan pertama dan atau turunan
kedua yang disebut kurva diferensial. Kurva diferensial pertama dibuat dengan
cara menghitung kenaikan pH persatuan kenaikan volume titran ( pH/V ) atau (
pE/V ), kemudian perbandingan ( pH/V ) atau ( pE/V ) disajikan dalam
bentuk grafik sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan. Sementara itu
kurva diferensial kedua dibuat dengan cara merajah ( 2pH/V2 ) atau
( 2pE/V2 ), kemudian perbandingan ( 2pH/V2 ) atau ( 2pE/V2 ), disajikan
dalam bentuk grafik sebagai fungsi dari volume titran yang ditambahkan.
Penambahan volume ( V ) yang optimum bergantung pada besarnya arah lereng
kurva titrasi pada titik ekivalen dan ini dapat dengan mudah diperkirakan pada
titrasi pendahuluan. Pada umumnya semakin besar arah lereng pada titik ekivalen,
semakin kecil perbedaan volume titran ( V ) yang diberikan. Bila kurva titrasi
simetris di sekitar titik ekivalen, titik akhir yang didefinisikan oleh nilai
maksimum dari ( pE/V ) adalah identik dengan titik ekivalen stoikiometrik
yang sebenarnya. Kurva titrasi simetris diperoleh apabila electrode indikator
bersifat reversible dan bila dalam reaksi titrasi satu mol reagen titran bereaksi
dengan satu mol zat yang dititrasi. Kurva titrasi tidak simetris terjadi bila
banyaknya molekul atau ion reagensia dan zat yang dititrasi tidak sama dalam
reaksi titrasi ( Rohman, 2007 ).
Nama Resmi
: Acidum Citricum
Sinonim
Rumus Molekul
Berat Molekul
Pemerian
Kelarutan
Titik Lebur
: 426 K (153 C)
Densitas
Persyaratan
fisis
asam
sitrat
dirangkum
pada
tabel
di
sebelah
kanan. Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang
dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan
adalah ion sitrat. Sitrat sangat baik digunakan dalam larutan penyangga untuk
mengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam
membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ion-ion logam
dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang
kesadahan air (lihat keterangan tentang kegunaan di bawah).
Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna
putih. Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentuk anhydrous (bebas air), atau
bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam
sitrat. Bentuk anhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan
bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin.
Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan
pemanasan di atas 74 C.
Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika
dipanaskan di atas 175 C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon
dioksida dan air.
III.
DASAR REAKSI
Reaksi Netralisasi
IV.
CARA KERJA
1. Membuat larutan baku primer asam oksalat:
Timbang C2H2O4 . 2H2O sebanyak 0, 15 g
(dengan botol timbang)
Masukan dalam beaker glass
Tambahkan aquadest qs, aduk ad larut
V.
0,1567
126,07
1000
25
x2
= 0,1162 N
2. Pembakuan Baku Sekunder NaOH
Pembakuan I
V (ml)
3,5
pH
5,214
3,6
5,797
3,7
6,811
3,8
9,094
V (ml)
pH
pH/V
0,1
0,583
5,83
43,1
0,1
4,0
1,014
10,14
126,9
0,1
3,9
2,283
22,83
-179
0,1
0,493
4,93
0,1
0,271
2,71
9,587
-22,2
9,858
= V2. N2
3,0 . 0,1162
= 3,741. N2
N2
= 0,0932 N
2pH/V2
1. V1. N1
= V2. N2
3,0 . 0,1162
= 3,7201. N2
N2
= 0,0937 N
2. V1. N1
3,0 . 0,1162
N2
= V2. N2
= 3,7378. N2
= 0,0933 N
3. V1. N1
3,0 . 0,1162
N2
Aturan 4d
= V2. N2
= 3,7387. N2
= 0,0932 N
X
0,0932
0,0933
X = 0,09325
d
0,00005
0,00005
d = 0,00005
0,0932
0,0933
0,0937*
4d = 4 . 0,00005 = 0,0002
d* = [0,0937-0,09325] = 0,00045
d* > 4d -> Data dibuang
N rata-rata =
0,0933+0,0932
2
= 0,09325 N
= 13,46 %
100,5 x 0,1
% kadar S2
= 13,181 %
% kadar S3
= 12,764 %
104,2 x 0,1
Aturan 4d
13,46
13,181
X
13,46
13,181
X = 13,3185
d
0,1375
0,1375
d = 0,1375
12,764*
4d = 4 . 0,1375= 0,550
d* = [12,764-13,3185] = 0,5545
d* > 4d -> Data dibuang
Jadi % kadar asam sitrat =
13,46+ 13,181
2
= 13,3185 N
VI.
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini dilakukan percobaan titrasi asidimetri dan alkalimetri
untuk menentukan kadar asam sitrat dengan menggunakan natrium hidroksida
(NaOH). Penentuan kadar asam sitrat dalam sampel pada praktikum ini
menggunakan metode potensiometri, dimana dalam titrasi ini menggunakan
potensiometer untuk menentukan titik akhir dari titrasi ini.
Metode yang akan kita gunakan adalah titrasi potensiometri tepatnya titrasi
asam basa, ketetapan untuk dapat menemukan titik akhir pada titrasi asam basa
secara potensiometri tergantung dari konsentrasi dan kekuatan asam serta basa.
Elektroda indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah elektroda
membran gelas yang sensitif terhadap perubahan jumlah ion hidrogen (H +) dan
elektroda pembandingnya adalah Elektroda Kalomel. Dalam titrasi asam basa,
diamati setiap perubahan ion H+ atau perubahan pH yang ditunjukkan pada alat
pengukur pH. Kelebihan dari elektroda membran gelas adalah tidak terjadinya
kontaminasi sehingga tidak ada permukaan katalis yang kehilangan aktivitasnya
selain itu nilai-nilai pH dari suatu larutan yang kurang tersangga bisa diukur
secara akurat dan akhirnya elektroda jenis ini sangat cocok digunakan untuk
memonitor pH secara kontinu pada rentang waktu yang lama (Day dan
Underwood, 1981). Melalui kurva hubungan antara volume pentiter vs pH dapat
ditentukan titik akhir titrasinya dari HCl. Selanjutnya titik akhir titrasi dideteksi
dengan menetapkan volume di mana terjadi perubahan potensial yang relatif besar
ketika ditambahkan volume pentiter yang sedikit.
Berdasarkan hasil pratikum titrasi asidi-alkalimetri, kelompok kami
mendapatkan penetapan kadar asam sitrat 13,3185% dengan persen kesalahan
sebesar 34,32%.
VII.
KESIMPULAN
Setelah melakukan percobaan penentuan kadar asam sitrat dengan titrasi asidialkalimetri maka praktikan dapat menarik kesimpulan yaitu :
1. Reaksi yang ada pada titrasi ini adalah reaksi netralisasi yaitu reaksi antara
asam dengan basa untuk mencapai titik ekivalen.
2. Kadar asam sitrat dalam sampel 13,3185 % dengan persen kesalahan
sebesar 34,32%.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN