Indonesia Bilateral Relations
Indonesia Bilateral Relations
Indonesia Bilateral Relations
Hubungan luar negeri Indonesia dengan negara-negara lain telah dimulai sejak Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Berbagai forum, baik bilateral,
regional maupun multilateral telah dirancang oleh Indonesia bersama-sama dengan negara-
negara sahabat. Dalam menjalin hubungan tersebut Indonesia senantiasa mempromosikan
bentuk kehidupan masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai saling menghormati, tidak
mencampuri urusan dalam negeri negara lain, penolakan penggunaan kekerasan serta
konsultasi dan mengutamakan konsensus dalam proses pengambilan keputusan. Saat ini
Indonesia telah menjalin kerjasama bilateral dengan 162 negara serta satu teritori khusus
yang berupa non-self governing territory. Negara-negara mitra kerjasama Indonesia ini
terbagi dalam delapan kawasan (Afrika, Timur Tengah, Asia Timur dan Pasifik, Asia Selatan
dan Tengah, Amerika Utara dan Tengah, Amerika Selatan dan Karibia, Eropa Barat, dan
Eropa Tengah dan Timur). Informasi tentang hubungan bilateral Indonesia dengan negara-
negara tersebut dapat dilihat pada halaman situs ini.
Sejarah mencatat, di era 1990-an UI telah bekerja sama dengan Universitas Peking untuk
menyusun dan menerbitkan kamus Bahasa IndonesiaMandarin sebagai alat untuk mengenal
kebudayaan dan alat komunikasi satu sama lain. Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan
rasa terima kasih yang setulusnya kepada semua dosen dan mahasiswa UI yang berupaya
memajukan persahabatan Tiongkok dan Indonesia dalam jangka panjang, kata Liu Yandong.
Langkah kedua yang harus dilakukan adalah memperdalam pertukaran antara masyarakat untuk
mendorong rakyat kedua negara saling mengenal satu sama lain. Selain itu, perlu adanya peningkatan
kerja sama di bidang pendidikan. Salah satu bentuk kerja sama di bidang pendidikan dapat dicapai
dengan penerjemahan karya klasik sastra masing-masing serta meningkatkan kerja sama di bidang
pengajaran bahasa dan budaya.
Lebih lanjut ia berharap, pemerintah Tiongkok mengharapkan adanya jalinan persahabatan antara
generasi muda Indonesia dan Tiongkok. Pemerintah Tiongkok mendorong kaum muda Tiongkok belajar
ke Indonesia dan kami juga menyambut baik pemuda Indonesia yang belajar ke Tiongkok, kata Liu
Yandong.
Sebagai perwujudan dari peningkatan kerja sama di bidang pendidikan, Liu Yandong yang mewakili
pemerintah Tiongkok memberikan dana pendidikan senilai 500 ribu Yuan RMB untuk UI. Penyerahan
dana pendidikan secara simbolis diterima oleh Rektor Universitas Indonesia, Prof. Dr. Ir. Muhammad
Anis, M.Met yang turut hadir dalam acara itu.
Tak hanya itu, Tiongkok juga akan menambah seratus kuota beasiswa yang diberikan untuk Indonesia,
serta mengundang seratus orang mahasiswa Indonesia untuk mengikuti camp musim panas Chinese
Bridge pada tahun ini. Saya yakin, asalkan kita bergandengan tangan, komunikasi kedua negara pasti
akan melangkah ke tingkat yang baru sehingga masa depan Tiongkok dan Indonesia pasti akan
melangkah lebih jauh lagi, ujar Liu Yandong mengakhiri sesi kuliah umum hari itu.
https://www.embassyofindonesia.org/index.php/bilateral-relations/
In 2011, more than 17,000 Indonesian students were enrolled in Australian schools,
universities, and VET courses, the majority of whom were studying management,
commerce, social sciences and hospitality.[161] Through the Australia Awards, the Australian
government offers more than 300 educational and professional development scholarships
to Indonesians, an initiative which commenced under the Colombo Plan.[3] More than 10,000
Indonesian students have studied at Australian universities under the scholarship program,
including the Vice President of Indonesia, Boediono, and Foreign Minister Marty
Natalegawa.[156]
Indonesian language classes are taught in many Australia schools and universities.
Between 1994 and 2002, funding provided by the Keating and Howard governments
through the National Asian Languages and Studies in Australian Schools Strategy doubled
Indonesian language enrolments in schools and universities. [164] A similar program was
implemented by the Rudd and Gillard governments with the National Asian Languages and
Studies in Schools Program between 2007 and 2012. [164]
Since 2001, however, enrolments have continued to decline. [164][165] Between 2001 and 2010,
enrolments dropped by 40%, with fewer students studying Indonesian in 2012 than in 1972.
[165]
The Australian government identified Indonesian language studies as a 'nationally
strategic language' in 2008, while a 2004 Senate inquiry into Australia's relationship with
Indonesia recommended it should be designated a "strategic national priority". [166][167] The
2012 Australia in the Asian Century white paper further suggested that all school students
should have access to one of four priority languages: Indonesian, Mandarin, Hindi and
Japanese.[168]
1. "Study in Asia a key to Asia competence: ACICIS responds to the Australia in the Asian
Century White Paper" (PDF). Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies. 30
November 2012. Retrieved 15 May 2013.
2. Department of Foreign Affairs and Trade (April 2013). "Towards 2025: Australia's Indonesia
Strategy in the Asian Century" (PDF). Australian Government. Retrieved 20 May 2013.
3. Jump up^ "What is ACICIS?". Australian Consortium for In-Country Indonesian Studies.
2012. Retrieved 15 May 2013.
4. ^ Jump up to:a b c Lindsey, Tim (2012). "'Preposterous Caricatures': Fear, Tokenism, Denial
and the Australia-Indonesia Relationship" (PDF). Australian Consortium for In-Country
Indonesian Studies. Retrieved 15 May 2013.
5. ^ Jump up to:a b Hill, David (April 2012). "Indonesian Language in Australian Universities:
Strategies for a stronger future" (PDF). Murdoch University. Retrieved 15 May 2013.
7. Jump up^ Williams, Louise (10 September 2004). "Fading expertise in close
neighbour". The Sydney Morning Herald. Fairfax Media. Archived from the original on 19
June 2014. Retrieved 15 May 2013.
8. Jump up^ McRae, David (29 October 2012). "What the Asian Century White Paper means
for our ties with Indonesia". The Interpreter. The Lowy Institute. Retrieved 15 May 2013.
Youth Exchange[edit]
The Australia Indonesia Institute, part of the Department of Foreign Affairs and Trade, funds
a number of programs designed to improve people-to-people links between young people,
including the Australia-Indonesia Youth Exchange Program and the Muslim Exchange
Program.[173]
2. Jump up^ "ANU Students and Alumni Deepen the Australia-Indonesia Relationship".
Australia-Indonesia Youth Association. 31 January 2012. Retrieved 15 May 2013.
3. Jump up^ Department of Foreign Affairs and Trade (2012). "About the Australia-Indonesia
Institute". Australian Government. Retrieved 20 May 2013.
Salah satu bidang kerjasama internasional antara Indonesia dan negara-negara maju
adalah bidang pendidikan. Pendidikan di Indonesia masih perlu banyak belajar dari
sistem pendidikan di negara-negara maju. Kerjasama internasional di bidang
pendidikan biasanya berupa pertukaran pelajar, beasiswa, pertukaran guru, hingga
bantuan dana atau hibah. Berikut ini adalah kerjasama internasional Indonesia berbagai
negara maju di bidang pendidikan.
Selain itu, program beasiswa Fulbright yang dilaksanakan oleh lembaga AMINEF
(American Indonesian Exchange Foundation) ini juga memiliki program khusus bagi
tenaga pendidik dan calon tenaga pendidik Indonesia. Fulbright dan AMINEF bahkan
memiliki program kerjasama internasional khusus untuk orang-orang Papua terkait
dengan berdirinya Freeport di provinsi timur Indonesia tersebut.
Tidak hanya itu, USINDO juga secara sukarela menyediakan tenaga pendidik untuk
mengembangkan program pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia.
Ternyata, kerjasama internasional kedua negara melalui MOU Peace Corps tersebut
berjalan lancar dan mendapat sambutan baik dari para praktisi pendidikan Indonesia
(khususnya di Jawa Timur). Kemudian Amerika Serikat menambah armada
pendidiknya pada tahun 2011.
Hingga tahun 2012 ini, jumlah tenaga pendidik sukarela dari Amerika Serikat semakin
bertambah; dan sasarannya pun meluas, tidak hanya fokus pada institusi-institusi
pendidikan di Provinsi Jawa Timur, tetapi mulai menyebar ke provinsi-provinsi lain.
Selain itu, dibentuk pula perjanjiaan pembangunan sekolah dasar dan sekolah
menengah Al-Azhar di ibukota Jakarta pada tanggal 28 September 1999. Kerjasama
internasional di bidang pendidikan antara kedua negara semakin erat seiring dengan
banyaknya MOU yang disepakati oleh berbagai universitas di Indonesia dan Mesir.
Kerjasama internasional melalui peningkatan hubungan universitas-universitas di
Indonesia dan Mesir ini ditindaklanjuti dengan berbagai program beasiswa dari
pemerintah Mesir. Universitas Al-Azhar sendiri menyediakan 115 beasiswa bagi pelajar
Indonesia setiap tahunnya. 115 beasiswa itu dianggarkan sebagai berikut: 90 beasiswa
untuk studi S1, 20 beasiswa untuk studi S2 atau program pascasarjana, dan 5
beasiswa untuk studi pra-perguruan tinggi.
Selain itu, ada juga program beasiswa dari pemerintah Mesir untuk mereka yang ingin
menempuh studi di universitas lain selain Al-Azhar. Pemerintah Mesir memberikan 5
beasiswa setiap tahunnya untuk bidang studi Hukum, Bahasa Arab, dan Ekonomi
program S1.
Semakin eratnya hubungan kerjasama internasional Indonesia dan Mesir terlihat dari
munculnya program beasiswa dari Majelis Tertinggi Urusan Agama Islam Kementerian
Wakaf Mesir. Lembaga pemerintahan Mesir tersebut menyediakan program beasiswa
bagi hingga 100 orang mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Universitas Al-
Azhar.
Sementara itu, kerjasama internasional di bidang pendidikan dan keilmuan ini juga
semakin ditingkatkan dengan dilaksanakannya program pertukaran pemuda yang
disebut Indonesia Egypt Youth Exchange (IEYE) pada tahun 2007 silam. Sebagian
besar peserta pertukaran pemuda ini adalah para mahasiswa dan mahasiswi.