Manager Kasus
Manager Kasus
Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim
kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur kelompok yang
memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik memberikan perawat
kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin ditempuhnya. Dengan berbagai
tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran sebagai manajer asuhan keperawatan atau
sebagai perawat asosiat yang melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai
manajer, perawat mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan
mengawasi tenaga kesehatan lainnya.
archive
About
adamsmile73
Just another WordPress.com site
UU NO 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT
Sep 29 2011
Kategori: Uncategorized
Tinggalkan komentar
A. Pendahuluan
Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena
yang harus mendapat respons segera dari perawat. Respons dimaksud terutama yang bersifat
dedukatif dengan selalu meningkatkan kemampuan diri dalam hal belajar lebih banyak tentang
konsep pengelolaan pelayanan keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya.
Langkah-langkah konkrit tersebut dapat berupa penataan model pemberian asuhan keperawatan,
penataan tenaga keparawatan dan perbaikan sistem pendokumentasian keperawatan.
Manajemen keperawatan saat ini perlu mendapat perhatian dan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan ke depan. Hal ini sangat berkaitan dengan tuntutan profesi maupun
tuntutan global tentang kualitas pelayanan keperawatan, sehingga diperlukan pengelolaan secara
profesional, khususnya kemampuan profesional manajerial perawat dalam melaksanakan peran
perawat sebagai manajer. Sekarang ini, sebagaimana kita ketahui bahwa sistem pelayanan
kesehatan khususnya sistem pelayanan keperawatan mengalamin perubahan sangat pesat.
Perubahan tersebut selain karena semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi
keperawatan, juga sebagai dampak dari situasi politik dan sistem sosial, ekonomi yang sering
mengalami perubahan. Dari ketiga aspek perubahan itu berimplikasi terhadap perubahan sistem
pelayanan keperawatan sekaligus menjadi tantangan bagi tenaga perawat profesional (Nursalam,
2002).
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasi dalam tatanan pelayanan nyata, baik di rumah
sakit maupun di masyarakat, sehingga perawat perlu memahami konsep pengelolaan pelayanan
keperawatan, terutama tentang penerapan peran perawat manajer. Konsep yang harus dikuasai
adalah konsep perubahan, konsep manajemen keperawatan, penyusunan perencanaan (rencana
strategi) dan langkah-langkah penyelesaian masalah.
B. Tinjaun Pustaka
1. Konsep Manajemen Keperawatan
1) Pengertian
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui upaya staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan dan rasa aman kepada pasien,
keluarga dan masyarakat (Gillies, 1989) yang dikutip Nursalam (2002). Kita ketahu bahwa
manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus dilaksanakan oleh pengelola
keperawatan untuk merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber
sumber yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan masyrakat.
Proses manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana masing
masing komponen saling berhubungan dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan. Karena
merupakan suatu sistem maka akan terdiri dari lima elemen yaitu input, proses, output, kontrol
dan mekanisme umpan balik. Input dari proses manajemen keperawatan antara lain informasi,
personel, peralatan dan fasilitas. Proses dalam manajemen keperawatan adalah kelompok
manajer dari tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang
mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan. Output adalah asuhan keperawatan,
pengembangan staf dan riset. Kontrol yang digunakan dalam proses manajemen keperawatan
termasuk budget dari bagian keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang
standar dan akreditasi. Mekanisme timbal balik berupa laporan finansial, audit keperawatan,
survey kendali mutu dan penampilan kerja perawat.
2) Prinsip-Prinsip yang Mendasari Manajemen Keperawatan
Prinsip prinsip yang mendasari manajemen keperawatan adalah :
a. Manajemen keperawatan seyogyanya berlandaskan perencanaan karena melalui fungsi
perencanaan, pimpinan dapat menurunkan resiko pengambilan keputusan, pemecahan masalah
yang efektif dan terencana.
Selain analisis SWOT tersebut di atas, kepala ruangan juga perlu mengkaji hal-hal berikut :
Mengidentifikasi ratio perawat-pasien
Mengidentifikasi sarana penunjang
Menetapkan metode pemberian asuhan keperawatan yang tepat (misalnya metode Tim)
2) Perencanaan
Merencanakan jumlah tenaga dan fasilitas yang dibutuhkan
Membentuk tim & menetapkan ketua timnya serta mengatur penugasan anggota TIM
Membuat rancangan pengembangan SDM secara berkala mencakup pendidikan dan pelatihan
berjenjang
3) Pelaksanaan
Melaksanakan rencana yg telah dibuat dgn menggunakan skala
Prioritasnya
4) Evaluasi
Kepala ruangan melakukan evaluasi secara keseluruhan terhadap kegiatan yang telah
dilaksanakan.
Menilai kemampuan dan pencapaian ketua tim
Memberikan umpan balik terhadap hasil yang dicapainya
Merencanakan tindak lanjut
b. Penjelasan
i. Analisa Kasus
a. Kata Kunci
Ns. Daeng adalah orang baru dengan usia yang masih muda menduduki jabatan dengan
pengalaman nol tahun
b. Masalah
a. Kondisi RS (pekerjaan) tidak sesuai dengan teori yang didapatkan selama pendidikan
Rasio Pasien Perawat tidak seimbang
Latar belakang pendidikan Kepala Ruangan mayoritas SPK
Sistem pengembangan karir tidak jelas
b. Tidak ada kepercayaan dari bawahan
c. Dampak yang dapat terjadi
a. Hubungan interpersonal tidak harmonis
b. Suasana kerja tidak kondusif
c. Motivasi menurun
d. Kinerja menurun
3) Teori Perubahan
Untuk mendukung penyelesaian masalah pada kasus diatas, maka Ns. Daeng menggunakan
pendekatan teori Lippits dalam melakukan proses perubahan, dimana teori ini mencakup tahapan
sebagai berikut :
a. Menentukan masalah
b. Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
c. Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
d. Menseleksi tujuan perubahan
e. Memilih peran yang sesuai dilaksanakan oleh agen pembaharu
f. Mempertahankan perubahan yang telah dimulai
g. Mengakhiri bantuan
4) Strategi Perubahan
Strategi membuat perubahan meliputi:
a. Memiliki visi yang jelas
b. Menciptakan iklim dan budaya organisasi yang kondusif
c. Sistem komunikasi yang jelas, singkat, dan berkesinambungan
d. Keterlibatan orang yang tepat
5) Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan yang direncanakan dalam penyelesaian masalah tersebut adalah kombinasi
antara gaya kepemimpinan Otoriter dan Demokratis.
A. Pembahasan
1. Memahami Budaya Organisasi
Banyak pakar mendefinisikan tentang organisasi, yang pada dasarnya hampir sama. Stephen
Robbins yang dikutip Sobirin, A (2009) menyebutkan, organisasi adalah unit sosial yanh sengaja
didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja
bersama-sama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur untuk mencapai
tujuan bersama. Defenisi ini menggambarkan adanya dua esensi dasar dari sebuah organisasi,
yaitu sekelompok manusia dan tujuan bersama. Sekelompok manusia dimaksud adalah orang-
orang yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung berperan dalam menjalankan
roda organisasi. Sedangkan yang dimaksud tujuan bersama artinya tujuan yang ingin dicapai oleh
masing-masing anggota organisasi tidak berbeda dengan tujuan yang ingin dicapai oleh
organisasi itu sendiri.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa langkah awal yang dilakukan oleh Ns. Mawar adalah
sangat tepat yaitu memahami budaya organisasi, visi dan misi RS Tipe B, sehingga upaya
perubahan yang akan dilakukan dengan tujuan meningkatkan akreditasi rumah sakit dapat
tercapai.
2. Analisis SWOT
Analisa SWOT merupakan salah satu langkah penting dalam merencanakan suatu perubahan.
Perubahan itu sendiri tidak akan terlepas dari sebagai faktor pendukung maupun faktor
penghambat. Dengan mengetahui apa kelemahan kita, kekuatan, peluang, dan ancaman yang kita
hadapi, akan sangat membantu seorang manajer untuk membuat bentuk-bentuk perencanaan
yang tepat untuk mencapai tujuan akhir suatu organisasi.
3. Teori Perubahan
Secara umum, perubahan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perubahan terencana dan
perubahan tidak terencana. Perubahan terencana adalah suatu proses dimana adanya pendapat
baru yang dikembangkan, dikomunikasikan kepada semua orang walaupun akhirnya diterima
atau ditolak.
Berdasarkan kasus diatas, Ns. Daeng berkeinginan melakukan perubahan terencana dengan
menggunakan pendekatan teori Lippits, dimana teori ini dianggap paling tepat untuk mendukung
upaya penyelesaian masalah yang dihadapi Ns. Daeng. Lippits (1973) yang dikutip Nursalam
(2002), mengidentifikasi 7 (tujuh) tahap dalam proses perubahan, antara lain :
a. Tahap 1 : Menentukan masalah
Pada tahap ini setiap individu yang terlibat dalam perubahan harus membuka diri dan
menghindari kesimpulan sebelum semua fakta dapat dikumpulkan.
b. Tahap 2 : Mengkaji motivasi dan kapasitas perubahan
Semua orang yang terlibat dan lingkungan yang tersedia harus dikaji tentang kemampuan,
hambatan, dan dukungan yang akan diberikan. Misalnya peratuarn, kibijakan, budaya organisasi,
termasuk struktur organisasi perlu dikaji.
c. Tahap 3 : Mengkaji motivasi change agent dan sarana yang tersedia
Yang diperlukan pada tahap ini adalah suatu komitmen dan motivasi manajer dalam proses
perubahan. Manajer harus mampu menunjukkan motivasi yang tinggi dan keseriusan dalam
pelaksanaan perubahan dengan selalu mendengar masukan-masukan dari staf serta selalu
mencari solusi yang terbaik.
B. Kesimpulan
Teori tentang kepemimpinan terus berkembang dan berevolusi sesuai dengan perkembangan
zaman. Teori kepemimpinan dimulai dari the Great Man theory dan berevolusi sampai dengan
teori kepemimpinan transformasional. Mulai dari pembahasan tentang sifat-sifat atau
karakteristik khas seorang pemimpin sampai dengan situasi-situasi yang dihadapi oleh
pemimpin.
Pembahasan studi kasus mengambil contoh gaya kepemimpinan Ns. Mawar (kejadian di RS.
tsb), yang mempunyai pengalaman sangat minim tetapi memiliki pengetahuan yang tinggi
dengan latar belakang pendidikan sarjana keperawatan dan tidak diragukan dalam bidangnya
untuk mengemban tugasnya sebagai Kepala Bidan Keperawatan. Dia juga mempunyai kualitas
kepemimpinan yang baik dan telah mampu menerapkan kombinasi tipe kepemimpinan yang
bersifat otokratik dan demokratik pada saat yang bersamaan.
Pada akhirnya, jika Ns. Daeng mampu mempertahankan kombinasi gaya kepemimpinan tersebut,
maka sangat mungkin kepercayaan dan pengakuan para bawahan (staf perawat) akan semakin
baik. Integritas yang tinggi dan etika yang baik yang dimilikinya menjadi kekuatan utama,
sehingga dukungan terhadapnya tetap tinggi bahkan menjadi motivator terhadap kinerja perawat.
DAFTAR PUSTAKA