Proposal Robekan Perineum Derajat 2
Proposal Robekan Perineum Derajat 2
Proposal Robekan Perineum Derajat 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat di hindarkan atau
dikurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala
janin dengan cepat dan adanya robekan perineum ini di bagi menjadi: robekan
terjadi 2,7 juta kasus rupture perineum pada ibu bersalin. Angka diperkirakan
akan meningkat mencapai 6,3 juta pada tahun 2050 jika tidak mendapat perhatian
karenakan persalinan dengan bayi berat lahir cukup atau lebih (Fathus, 2014).
Penyebab terjadinya ruptur perineum dapat dilihat dari dua faktor yaitu
faktor maternal dan janin. Faktor janin yang menjadi penyebab terjadinya ruptur
perineum adalah berat badan lahir, posisi kepala yang abnormal, distosia bahu,
kelainan bokong dan lain-lain. Berat badan lahir yang lebih dari 4000 gram dapat
meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum hal ini disebabkan oleh karena
perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan
namun dapat juga bilateral. Perlukaan pada diafragma urogenetalis dan muskulus
levator ani, yang terjadi pada waktu persalinan normal atau persalinan dengan
alat, dapat terjadi tanpa luka kulit perineum atau pada vagina., sehingga tidak
mencuci luka perineum dengan air sabun mengeringkan daerah genetalia setelah
BAK dan BAB dan melakukan cebok dari depan ke belakang akan mencegah
akan lebih besar karena kesalahan dalam perawatan luka perineum (Yuliana,
2013).
salah satu intervensi yang bisa dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan
bakteri eksogen (kuman dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam
tubuh), endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari
infeksi pada perineum. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada
saluran kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan lahir
(Herawati, 2010).
Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga
ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka (Herawati,
2010).
kebutuhan/masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa hamil, nifas, bayi
pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
kewenangan dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan
(Dodiet, 2012)
Berdasarkan data yang diperoleh dari RSU Anutapura palu, angka kejadian
masih tinggi pada tahun 2013 yaitu jumlah persalinan normal 1232 terjadi 29
Palu tahun 2011 sebanyak 29 kasus perlu mendapat perhatian khuus mengingat
salah satu faktor terjadi infeksi adalah perawatan perineum masa nifas yang
kurang baik dan benar diharapkan mampu menurunkan AKI akibat infeksi pada
masa nifas, maka penulis tertarik untuk mengaji ruptur perineum deerajat II akan
dituangkan dalam bentuk proposal dengan judul Asuhan Kebidanan pada Ibu
Post Partum dengan Robekan Perineum Derajat II di ruang kasuari RSU
kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia
saluran kemih, retensio urin, atau inkontinensia. Banyak ibu mengalami nyeri
pada daerah perineum dan vulva selama beberapa minggu, terutama apabula
terdapat kerusakan jaringan atau episiotomi pada persalinan kala II. Perineum ibu
(Sarwono, 2008).
B. Rumusan Masalah
berikut: Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Post Partum Dengan Robekan
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
SOAP.
2. Tujuan Khusus
perineum derajat II
6) Dapat melaksanakan tindakan kebidanan pada ibu bersalin dengan robekan
perineum derajat II .
7) Dapat mengevaluasi tindakan asuhan yang telah diberikan pada ibu bersalin
pengetahuan peran dan sikap bidan dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu
dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu post partum derngan robekan
asuhan kebidanan yang baik dan benar pada setiap kasus kebidanan yang ada
ini, salura reproduktif anatominya kembali keadaan tidak hamil yang normal
(Rukiah, 2010).
c. Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
samapai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas 6-
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
dimaksud dengan masa nifas adalah disebut juga masa puerperium atau masa post
partum dimulai sejak 1 jam setelah bayi lahir dan plasenta lahir atau keluar dari
dari pemberian asuhan pada ibu masa nifas, tujuan diberikan asuhan pada ibu
asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat penting, dengan pemberian nutrisi,
melakukan manajemen asuhan kebidanan pada ibu masa nifas secara sistematis
darah tersebut sehingga tujuan asuhan masa nifas ini dapat mendeteksi masalah
Asuhan ibu selama masa nifas, bidan bidan mempunyai peran dan tanggung
a. Bidan harus tinggal bersama ibu dan bayi dalam beberapa saat untuk mamastikan
kontraksi tidak kuat. Masasse uterus sampai keras karena otot akan menjepit
kenakan pakaian bersih, biarkan ibu istrahat, beri posisi yang nyaman, dukung
program bounding attachman dan ASI eksklusif, ajarkan ibu dan keluarga untuk
memeriksa fundus dan perdarahan, beri konseling tentang Gizi, perawatan
dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama
masa nifas.
f. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
g. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
h. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial: masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ genital,
terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan atau persalinan mempunyai
tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi sebagai berikut:
symphisis
Dua minggu Tak teraba di atas 350 gram
symphisis
Enam minggu Bertambah kecil 50 gram
Delapan minggu Sebesar normal 30 gram
Tabel 2.1
Involusi uterus
kasar dan menonjol kedalam cavum uteri, penonjolan tersebut diameternya kira-
kira 7,5 cm. Sesudah 2 minggu diameternya berkurang menjadi 3,5 cm, dan
akhirnya akan pulih kembali. Di samping itu, dari cavum uteri keluar cairan sekret
a. Lochea rubra (cruenta): berwarna merah, berisi darah segar dan sisa-sisa darah
segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,verniks kaseosa, lanugo, dan
pasca persalinan.
c. Lochea serosa: berwarnah kuning, cairan tidak berdarah lagi hari ke 7-14 pasca
bakteri nonpatologis.
d. Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu sebagian besar cairan dan lekosit
kerutan-kerutan) kembali.
b. Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak
sering dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering
terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
spekulum.
c. Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum pada hampirt semua persalinan pertama dan tidak
digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil dari biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
(Rahmawati, 2009).
B. Perubahan pada sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya
samping itu rasa takut untuk buang air besar, sehubungan jahitan pada perineum,
jangan sampai lepas dan juga takut akan rasa nyeri. Buang air besar harus
dilakukan 3-4 hari setelah persalinan. Bilamana masih juga terjadi konstipasi dan
beraknya mungkin keras dapat diberikan obat laksan peroral atau per rektal. Bila
masih juga belum berhenti, dilakukan klysma (klisma), enema (ing) artinya
besarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan (Rahmawati, 2009).
D. Perubahan sistem muskuloskeletal atau diatesis rectie abdominis
1. Diathesis
Setiap wanita nifas memiliki derajat diathesis/konstitusi (yakni keadaan
tubuh yang membuat jaringan-jaringan tubuh bereaksi secara luar biasa terhadap
beberapa hari setelah itu, peritonium yang membungkus sebagian besar dari
karena sebagai konsekuensi dari putusnya serat-serat elastis kulit dan distensi
2009).
E. Perubahan tanda-tanda vital
1. Suhu badan
a. Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,20C-
persalinan karena ibu dalam waktu istrahat penuh. Ini terjadi utamanya pada
gejala syok karena infeksi, khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
3. Tekanan darah
a. Tekanan darah < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup; minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum tiap kali menyusui);
pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca persalinan; minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
c. Ambulasi
Ibu yang baru melairkan mungkin enggan banyak bergerak karena merasa
letih dan sakit. Namun ibu harus dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jham
mencegah trombosis vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu
dapat dibantu untuk duduk di atas kursi berlubang tempat bunag air kecil
kesulitan untuk buang air kecil dengan pispot di atas tempat tidur. Meskipun
melambat dan ibu yang baru melahirkan mudah mengalami konstipasi, pemberian
usus. Ibu mungkin memerlukan bantuan untuk memilih janis-jenis makanan yang
tepat dari menunya. Ia mungkin pula harus diingatkan mengenai manfaat ambulasi
2010).
d. Kebersihan diri atau perineum
Pada ibu masa nifas sebaiknya anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva
kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan
dikeringkan dibawah sinar matahari atau disetrika. Sarankan ibu untuk mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah
kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa
rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan
hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana
dan panggul kembali normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan
otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.;
jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sampai dapat
bilateral. Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang
terjadi pada waktu persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka pada kulit
perineum atau pada vagina, sehingga tidak terlihat dari luar. Perlukaan demikian
(Rukiah, 2010)
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun hal ini dapat di hindarkan atau
dikurangi dengan jalan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala
janin dengan cepat dan adanya robekan perineum ini di bagi menjadi : robekan
sfingterani.
d. Derajat IV: robekan yang terjadi mengenai selaput lendir vagina sampai anus
(Rukiah, 2009).
Gambar 2.1
Ruptur perineum derajat 1.2,3 dan 4
2. Penyebab robekan
1. Partus presipitatus yang tidak dikendalikan dan tidak ditolong
2. Pasien tidak mampu berhenti mengejan
3. Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus yang berlebihan
4. Edema dan kerapuhan pada perineum
5. Varikositas vulva yang melemahkan jaringan perineum
6. Arcus pubis sempit dengan pintu bawah panggul yang sempit pula sehingga
akibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakkan kepala
janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur
lendir vagina, cincin himen, jaringan septum rektovaginal, otot-otot dan fasia
perineum, serta kulit sebelah depan perineum untuk melebarkan jalan lahir
melalui vulva yang terbuka atau akbat dari perkembangbiakan bakteri pada
d. Waktu perawatan
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut, setelah terbuka
maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung
pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian
pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum (Rukiah,
2010).
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni
pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk
misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan
gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka (Rukiah, 2010).
f. Dampak perawatan luka perineum yang tidak benar
Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal
berikut ini:
1. Infeksi
Kondisi perineum yang terkena lokia dan lembab akan sangat menunjang
kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi
infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir (Rukiah, 2010).
3. Kematian ibu post partum
Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian
ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu post partum madsih lemah (Rukiah,
2010).
g. Fase-fase penyembuhan luka
Fase-fase penyembuhan luka menurut smeltzer (2002:490) adalah sebagai berikut:
1. Fase inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.
Respon vaskuler dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau mengalami
upaya untuk mengontrol pendarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai
selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri.
2. Fase proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari
Fibrolas memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel yang
bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka; kuncup ini
parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih
padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi
yang logis untuk pengambilan suatu keputusan terfokus pada klien (Suryani,
2008).
merupakan salah satu teori yang dapat digunakan dalam manajemen kebidanan.
Dalam text book kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen
(1997) melihat ada beberapa hal yang penting ang perlu disempurnakan sehingga
ditambahkan dua langkah lagi untuk menyempurnakan teori lima langkah yang
yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi diagnosis atau masalah
potensial.
Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar
awal yang lengkap. Bila klien mengajukan komplikasi yang perlu dikonsultasikan
Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah
kelima dan keenam (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena
kebutuhan klien berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah
diagnosa seperti post partum hari pertama, subinvolusi, anemia post partum,
informasi, ibu tidak pernah ANC, sakit pada luka episiotomi, keluhan mules yang
penjelasaan KB, imunisasi bayi, kebiasaan yang tidak bermanfaat atau berbahaya
(Rukiah, 2010).
Langkah III: Mengidentifikasi diagnosa dan potensial masalah
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lain berdasarkan
anemia post partum, subinvolusi, perdarahaan post partum, febris post partum,
infeksi post partum. Sedangkan untuk masalah potensial seperti sakit pada luka
episiotomi, nyeri kepala atau mules. Antisipasi dengan pemberian tablet zat besi
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien. Misalnya jika klien mengalami kejang atau
dari langkah sebelumnya. Adapun rencana asuhan adalah: kontak dini dan
sesering mungkin dengan bayi, mobilisasi atau istrahat baring di tempat tidur, gizi
(diet), perawatan perineum, buang air kecil spontan, obat pengilang rasa sakit,
obat tidur atau obat pencahar bila diperlukan, pemberian methergin bila
tambahan vitamin daan zat besi atau keduanya, bebas dari ketidaknyamanan post
terhadap kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi, mobilisasi atau istrahat
baring di tempat tidur, gizi (diet), perawatan perineum, buang air kecil spontan,
obat penghilang rasa sakit, obat tidur atau obat pencahar bila diperlukan,
pemberian methergin bila diperlukan, IV tidak dilanjutkan (bila diberikan),
pemberian tambahan, vitamin dann zat besi atau keduanya, bebas dari
(jika diperlukan), rancana KB, tanda-tanda bahaya, kebiasaan rutin yang tidak
manajemen dengan benar terhadap semua aspek asuhan yang telah diberikan
namun belum efektif dan merencanakan kembali yang belum terncana (Rukiah,
2010).
1. pengertian
asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi
persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Muslihatun, 2009).
2. tujuan asuhan kebidanan
tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan dan keselamatan ibu dan
dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
membutuhkannya.
Untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang berkualitas diperlukan
adanya standar sebagai acuan bagi bidan dalam memberikan asuhan kepada klien
acuan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilkukan oleh
bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu
dan kiat bidan, mulai dari pengkajian, perumusan diagnosis dan atau masalah
(Muslihatun, 2009)
relevan dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Kriteria pengkajian:
a. data tepat, akurat dan lengkap
b. terdiri dari data subjektif (hasil anamnesis, biodata, keluhan utama, riwayat
rujukan.
Standar III: perencanaan
Pernyataan standar: bidan merencanakan asuhan kebidanan
evidence based dan memastikan bahwa asuhan yang diberikan bermanfaat untuk
klien
e. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya serta
Kriteria:
a. Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk bio-psikososial-spritual-kultural.
b. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien dan atau
dari catatan informasi dalam sistem terintegrasi untuk penggunaan yang efisien
informasi dan merusak catatan. Cara yang benar adalah dengan membuat suatu
garis pada tulisan yang salah, tulis kata salah lalu diparaf, kemudian tulis
yang lain, karena pernyataan tersebut dapat digunakan sebagai bukti perilaku tidak
profesional atau asuhan kebidanan yang tidak bermutu. Tulislah hanya uraian
objektif tentang perilaku klien dan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang lain.
c. Mengoreksi semua kesalahan sesegera mungkin karena kesalahan menulis dapat
Pastikan apa yang ditulis adalah fakta, jangan berspekulasi atau menulis perkiraan
saja.
e. Jangan membiarkan bagian kosong pada catatan bidan, karena orang lain dapat
menambahkan informasi yang tidak benar pada bagian kosong tersebut. Buat garis
jika bidan melakukan tindakan yang diketahui tidak benar, dapat dituntut karena
berubah karena informasi yang spesifik tentang kondisi klien atau kasus bisa
secara tidak disengaja terhapus jika informasi bersifat terlalu umum. Oleh karena
anda. Pastikan urutan kejadian dicatat dengan benar dan tanda tangan
ditunggu sampai akhir giliran dinas untuk mencatat perubahan penting yang
diterapkan dengan metode SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data subjektif,
Merupakan catatan yang bersifat sederhana jelas, logis dan singkat. Prinsip dari
1. S: data subjektif
Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan
menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang
diproleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari
yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan
menurut Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh
keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan
memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dan diagnosis.
3. A (Assessment)
A (Analysis/asessment), merupakan pendokumentasian hasil analsis daa
bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data
subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat
dinamis
Analisis/assessment merupakan pendokumentasien manajemen kebidanan
menurut Hln Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-
akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasi analisis dan interpretasi
ketujuh.
5 LANGKAH SOAP
7 LANGKAH VARNEY (KOMPETENSI NOTES
KEBIDANAN)
Data Subjektif
1. Pengumpulan data dasar (hasil
anamnesis)
objektif
(pemeriksaan)
2. Interprestasi data: Assesment/diagnosis Assesment
diagnosis, masalah, (analisis dan
kebutuhan interprestasi
data)
Diagnosis
3. Identifikasi dianosa atau
masalah potensial dan masalah
Diagnosis
atau masalah
4. Identifikasi kebutuhan potensial
yang memerlukan Kebutuhan
penanganan segera tindakan
secara Mandiri, segera
konsultasi atau
kolaborasi
7. Evaluasi Evaluasi
Gambar2.2 keterkaitan antara manajemen kebidanan dan sistem
pendokumentasian SOAP
D. Konsep Tentang Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Dengan Ruptur
Perineum Derajat II
dikonsultasikan atau di tangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan yang ada dalam kasus ruptur perineum derajat II.
7. Evaluasi
Langkah akhir dari proses asuhan kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah
tindakan pengukuran antara kebersihan oleh rencana. Tujuan dari evaluasi dalam
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah kelanjutan dari kerangka teori atau landasan teori
yang diseuaikn dengan tujuan khusus penelitian yang akan dicapai, yakni sesuai
dengan apa ang telah ditulis dalam rumuan masalah (Machfoedz, 2009).
pendokumntasian.
B. Definisi Operasional
1. Asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang diberikan
oleh seorang bidan yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan
ibu pada masa kehamilan, persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga
berencana.
2. Ruptur perineum
Ruptur perineum adalah luka perineum yang diakibatkan oleh rusaknya
jaringan secara alamiah karena proses desakkan kepala janin atau bahu pada saat
persalinan.
3. Ibu nifas dengan ruptur perinum
Ibu nifas dengan ruptur perineum adalah ibu nifas dengan luka hecting
A. Metode Penelitian
Dalam penyusunan proposal ini, penulis menggunakan metode penulisan
sebagai berikut:
1. Studi kasus
Pada kasus ini digunakan pendekatan pemecahan masalah dalam asuhan
dari catatan dokter, bidan atau perawat maupun sumber lisan yang menunjang.
4. Diskusi
Diskusi dilakukan dengan tim kesehatan yang bertugas diruang Kasuari
RSU Anutapura palu, dokter, bidan dan perawat yang melayani langsung klien
benda yang memiliki sifat atau ciri, adalah subjek yang bisa diteliti (Machfoedz,
2009).
2. Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari populasi
(Machfoedz, 2009).
Karena penelitian merupakan studi kasus maka yang akan menjadi sampel
adalah 1 orang ibu nifas yang bersalin dengan robekan perineum derajat II di
2. Data primer
pada klien di ruang Kasuari RSU Anutapura Palu dengan menggunakan teknik
sebagai berikut:
a. Anamnese
Anamnese adalah suatu teknik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu
percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya seara langsung atau dengan
orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data
kebidanan melalui asuhan yang diberikan secara langsung. Dengan ini dapat
http://nhiiloonkpoenya.blogspot.co.id/2015/04/proposal-robekan-perineum-
derajat-2.html