Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Geologi Struktur Tugas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Melange

karakteristik zona subduksi (Sumber: dimodifikasi dari Thompson & Turk, 1997)

Melange adalah batuan yang terbentuk dengan cara seluruhnya tercampur akibat
berada diantara 2 kerak bumi yang bergerak. Batuan melange (berasal dari bahasa
Perancis, artinya campur-aduk). Melange biasanya berasosiasi dengan zona
penunjaman (zona subduksi). Bahan pembentuk melange dapat berwujud batuan
basal yang ada di dasar laut dan batuan sedimen. Melange merupakan
kelompok batuan Pra Tersier dari berbagai jenis dan umur dari komponen
batuannya yang berbeda-beda (berkisar antara 120 65 jt tahun).
Pada zona penunjaman (subduksi), kerak samudra yang menunjam di bawah kerak
benua akan menghasilkan gesekan antar kedua kerak dan membuat blok-blok
batuan yang ada disekitarnya runtuh, tercampur aduk, dan ter-deposisi di sepanjang
zona subduksi tersebut. Akibat makin dalamnya (tebal) campuran batuan tersebut,
suhu dan tekanan akan meningkat, sehingga menghasilkan batuan yang disebut
melange. Karena pembentukannya juga dipengaruhi oleh suhu dan tekanan,
melange sering dimasukan sebagai salah satu jenis batuan metamorf (?). Melange
tidak memiliki perlapisan yang jelas dan komponen pembentuknya beraneka ragam.
Ciri utama melange yaitu tersusun atas fragmen atau blok batuan ofiolitik, batuan
metamorf berderajat tinggi, dan batuan metasedimen yang telah bercampur dalam
massa dasar lempung yang tergerus (pervasively sheared). Dapat
terlihat rekahan gerus dengan permukaan berupa cermin sesar (slickenside) dan
blok batuan exotic serta native yang mengambang dalam massa dasar yang lebih
halus (berupa lempung berwarna abuabu hingga gelap).
Bancuh (Melange) yang terbentuk di paling garis subduksi (Sumber: Internet)

Fasies Metamorfisme Regional


Sedangkan untuk fasies metamorfisme regional dibedakan menjadi:

1. Fasies zeolit
2. Fasies prehnite-pumpellyite
3. Fasies green schist
4. Fasies amphibolite
5. Fasies granulit
6. Fasies blue schist
7. Fasies eklogit
Fasies ini meliputi daerah yang penyebarannya sangat luas dan dalam suatu
sabuk pegunungan (orogenic belt). Pada batas diagenesa dan metamorfisme
regional, akan terjadi demineralisasi lempung, kristalisasi mineral kuarsa dan K-
feldspar serta terombaknya mineral temperatur tinggi dan terjadinya pengendapan
karbonat. Bila perubahan ini terjadi pada butiran yang kasar, maka akan memasuki
metamorfisme dengan fasies zeolit. Kemudian dilanjutkan dengan fasies prehnite-
pumpellyite yang berasal dari kandungan dua mineral dominan yang muncul berupa
mineral prehnite (Ca-Al-phyllosilicate) dan pumpellyite (sorosilicate). Fasies ini
terbentuk dengan kondisi suhu dan tekanan rendah, tetapi sedikit lebih tinggi
daripada fasies zeolit. Apabila fasies terbentuk pada tekanan dan temperatur yang
menengah, tetapi temperatur lebih besar daripada tekanan, maka fasies tersebut
telah memasuki tipe green schist.
Fasies ini merupakan salah satu fasies yang penyebarannya sangat luas.
Nama fasies ini sendiri diambil dari warna mineral dominan penyusunnya yakni ada
klorit dan epidot yang didominasi oleh warna hijau. Dilanjutkan dengan fasies blue
schist yang terbentuk pada tekanan dan temperatur yang menengah, tetapi
temperatur lebih kecil daripada tekanan. Fasies ini merupakan salah satu fasies
yang penyebarannya sangat luas. Nama fasies ini diambil dari warna mineral
dominan penyusunnya yakni ada glaukofan, lawsonite dan jadeite. Contoh batuan
asal yang bisa membentuk fasies ini ialah basalt, tuff, greywacke dan rijang.
Dilanjutkan dengan faises amfibolit. Untuk fasies amfibolit sendiri terbentuk pada
tekanan menengah dan suhu yang cukup tinggi. Penyebaran fasies ini tidak seluas
dari fasies sekis hijau. Fasies granulit terbentuk pada tekanan rendah hingga
menengah, tetapi pada suhu yang cukup tinggi. Fasies ini adalah hasil dari
metamorfisme derajat tinggi namun merupakan hasil metamorfisme yang paling
bawah dari kelompok gneiss. Fasies metamorfisme yang terkahir ialah eklogit yang
menempati fasies paling tinggi karena terbentuk pada tekanan yang sangat tinggi
dan suhu yang besar jauh di dalam bumi. Batuan ini biasanya sangat keras karena
terbentuk pada kedalaman yang sangat dalam pada bumi.

a. Fasies Zeolite

Fasies zeolite merupakan fasies tingkat rendah, umumnya terbentuk dari


alterasi gelas vulkanik menjadi mineral zeolite berupa heulandite atau stibnite
(terkadang berupa analcime), bersama dengan mineral-mineral phyllosilicate, seperti
celadonite, smectite, kaolinite, atau sekunder. Mineral montmorillonite, dan kuarsa
atau mineral karbonat kristalin batuan beku tidak mengalami perubahan. Pada
kedalaman yang sedikit lebih dalam, mineral klorit dapat muncul, dan heulandite
digantikan oleh laumontite, dan analcime oleh albite. Wairakite merupakan mineral
zeolite lain yang dapat terbentuk, yang umumnya lebih stabil pada grade yang lebih
tinggi dibandingkan laumontite.

b. Fasies Prehnite-pumpellyite

Fasies prehnite-pumpellyite merupakan salah satu fasies tingkat rendah


selain fasies zeolite. Pada bagian atas dari fasies zeolite, laumontite akan hilang dan
digantikan oleh mineral prehnite + pumpellyite + kuarsa yang menjadi stabil.
(umumnya bersama dengan albite, chlorite, phengite dan titanite). Fasies ini
terbentuk sesaat sebelum fasies blueschist dan greenschist terbentuk.

c. Fasies Greenschist

Dalam kondisi tekanan dan suhu fasies greenschist, batuan metabasaltik asal
punggungan tengah samudra (mid oceanic ridge basalt MORB) terubah menjadi
greenschist dengan kumpulan mineral asosiasi berupa aktinolit + klorit + epidot +
albit kuarsa. Tiga mineral pertama memberikan warna hijau. Keempat mineral
pertama merupakan mineral yang harus ada dalam greenschist dan penciri fasies
greenschist.
Fasies greenschist terbentuk pada suhu 300 oC hingga 500 oC dengan
tekanan rendah-menengah. Transisi antara fasies greenschist dan amphibolite
bergradasi. Pada suhu sekitar 450 oC, batuan metabasa akan membentuk mineral
hornblende (menggantikan aktinolit) sebagai hasil reaksi antara epidot dan klorit
serta terbentuk pula plagioklas yang lebih basa.

d. Fasies Amphibolite

Di bawah kondisi tekanan dan suhu fasies amphibolites, metabasalt terubah


menjadi amphibolites dengan kandungan plagioklas (oligoklasandesine) +
hornblende kuarsa. Mineral hornblende menjadi penciri utama fasies ini hingga >
50 %. Pada suhu lebih rendah dalam fasies ini, mineral epidot mungkin masih
tersisa. Mineral garnet juga melimpah pada banyak jenis amphibolites. Pada tingkat
yang lebih tinggi dalam fasies ini, klinopiroksen bisa hadir, tentu dalam kondisi
tekanan tinggi

e. Fasies Granulite
Fasies granulite terdiri dari batuan-batuan tingkat tinggi yang terbentuk pada
suhu tertinggi dari metamorfisme orogenik. Mineral penciri fasies ini terdiri dari
klinopiroksen + plagioklas kuarsa ortopiroksen. Klinopiroksen pada fasies ini
merupakan hasil replacement dari hornblende pada fasies amphibolite. Mineral-
mineral hydrous lain seperti mika tidak hadir dalam fasies ini, karena batuan dalam
fasies ini terdehidrasi secara kuat dan pembentukannya dipengaruhi oleh tekanan
air yang tinggi.

f. Fasies Blueschist

Nama fasies blueschist berasal dari kehadiran glaukofan dan mineral-mineral


sodic amfibol yang lainnya. Mineral-mineral tersebut umumnya dijumpai bersama
dengan mineral lawsonit, zoisit, epidot, garnet, klorit, phengite, paragonit, kloritoid,
talk, kyanit, jadeit, ankerit dan aragonit. Dalam fasies ini mineral feldspar dan biotit
tidak hadir dalam batuan. Fasies blueschist terbentuk pada suhu rendah dan
tekanan yang relatif tinggi, yaitu di sepanjang gradien geotermal rendah yang terkait
dengan proses subduksi.

g. Fasies Eclogite

Pada fasies eclogite, batuan dicirikan dengan kehadiran kelompok mineral


ompachite + garnet, sementara plagioklas tidak hadir pada fasies ini. Eklogit
merupakan batuan tekanan tinggi yang terbentuk pada rentang suhu yang luas, dan
terjadi pada tatanan geodinamik yang berbeda. Low-T eklogit dihasilkan dari proses
subduksi kerak samudra. Umumnya dicirikan oleh kehadiran mineral-mineral
hydrous seperti kloritoid, zoisit dan talk disamping mineral omfasit dan garnet.
Intermediate-T eklogit dihasilkan dari penebalan akibat akresi antara kerak benua.
Eklogit tipe ini masih mengandung mineral hydrous, umumnya berupa zoisit +
phengite. Pada high-T eklogit, mineral hydrous tidak dijumpai lagi dan dicirikan
dengan kehadiran kyanit yang berasosiasi dengan omphacite dan garnet.
Fasies eclogite yang berupa lherzolite dapat mengandung pasangan mineral
olivin + garnet. Tidak ada batas tekanan pada fasies eclogite, namun istilah ultra-
high pressure metamorphism (UHPM) digunakan untuk batuan fasies eclogite yang
mengandung mineral coesite, yang telah mengalami metamorfosa pada kondisi di
mana mineral coesite dapat stabil
Gambar Lokasi pembentukan fasies-fasies metamorfisme pada zona subduksi
(Winter, 2010)
Punggungan Busur Depan
Biasanya yang menjadi alas dari Punggunan Busur Depan (Fore arc ridge)
adalah Bancuh, terbentuk oleh penebalan kerak akibat sesar-sesar anjakan pada
ujung lempeng yang ditabrak. Pulau-pulau yang menjadi punggungan busur depan
banyak terdapat di bagian barat pulau Sumatra dan tidak di pulau Jawa. Kecuraman
menyusupnya lempeng menjadi penyebabnya. Lempeung Indo-Australia yang
bernyusup ke bawah pulau Sumatra diperkirakan lebih landai sehingga zona
gesekannya lebih luas. Akibat landainya zona subduksi ini, di Sumatra zona kuncian
lempengnya lebih luas sehingga menyebabkan deformasi berupa naiknya bagian
Bancuh dan membentuk deretan kepulauan.
Akibat lainnya dari landainya zona subduksi ini adalah, zona
kuncian gempa lebih luas sehingga di Sumatra lebih sering terjadi gempa-gempa
besar. Sedangkan di Jawa, lempeung Indo-Australia menyusup lebih terjal sehingga
tidak memungkinkan terbentuknya deretan kepulauan punggungan busur depan.

karakteristik zona subduksi (Sumber: dimodifikasi dari Thompson & Turk, 1997)
Busur Magmatik
Busur magmatik yang terbentuk sepanjang zona subduksi karena naiknya
magma ke atas permukaan melalui zona-zona lemah sehingga pada akhirnya
membentuk gunung api.
Busur magmatik ini merupakan deretan gunung api yang terbentuk sepanjang
zona subduksi yang letaknya sejajar dengan palung samudera dan berjarak 100
400 km dan bergantung sudut penunjaman.
Di pulau Sumatra dari Aceh sampai dengan selat Sunda, banyak sekali
deretan gunung api yang di mulai dari Seulawah Agam, Peut Sagoe, Burni
Telong, Sinabung, sampai Krakatau di Selat Sunda. Di pulau Jawa sendiri juga
banyak sekali deretan gunung api sampai di pulau Bali, Mataram dan kepulauan
Flores.
Cekungan Busur Depan
Untuk kawasan sumatra, cekungan busur depan adalah lautan antara
kepulauan Simeulue, Mentawai, Siberut, dan daratan sepanjang pantai
barat.Demikian juga di pulau Jawa, cekungan busur depan terbentuk sepanjang
beberapa km di di laut Selatan dan daratan di sepanjang pantai Selatan. Cekungan
busur depan ini beberapa tempat juga menjadi kawasan terbentuknya hidrokarbon
Busur Kepulauan
Busur kepulauan terbentuk sepanjang zona subduksi merupakan rangkaian
aktifitas gunung api strato.Apabila gunung api strato terbentuk di benua maka
dinamakan busur vulkanik kontinental.
Busur kepulauan merupakan gabungan beberapa gunung api baik yang masih aktif
dan sudah tidak aktif lagi. Di Pulau sumatra sendiri, deretan perbukitan bukit barisan
bisa kita katakan sebagai busur kepulauan yang membentuk pulau Sumatra.
Cekungan Busur Belakang
Cekungan busur belakang terbentuk karena kecepatan lempeng yang
menabrak lebih besar daripada lempeng yang ditabrak sehingga menyebabkan
tensional stress dan menarik bagian belakang ini ke bawah dan terbentuk cekungan.
Di Pulau Sumatra beberapa kota yang duduk di sebelah utara dari perbukitan
Bukit Barisan, merupakan kawasan cekungan busur belakang. Di pulau jawa, kota
Jakarta termasuk kota yang duduk di cekungan busur belakang dan beberapa kota
lainya yang ada di pantai Utara pulau Jawa.
Cekungan busur belakang ini, juga menjadi manisfestasi kehadiran hidro
karbon. Contohnya beberapa di kawasan Lhokseumawe Aceh dan kawasan provinsi
Riau. Kawasan cekungan ini, rata-rata ditutupi oleh sedimen yang berumur muda
dan kurang terpadatkan. Apabila terjadi gempa bumi, maka sangat dimungkinkan
terjadi amplifikasi gelombang gempa bumi atau penguatan gelombang gempa bumi.
GEOLOGI STRUKTUR INDONESIA
KARAKTERISTIK ZONA SUBDUKSI

Fauzi Achmad Wiguna


1014001

2017
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINERAL
BANDUNG
DAFTAR PUSTAKA
http://geologi.unsyiah.ac.id/mengenal-karakteristik-zona-subduksi/
http://www.geologinesia.com/2016/03/pengertian-persamaan-dan-perbedaan-
melange-dengan-olistostrome.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Fasies_metamorfisme

Anda mungkin juga menyukai