Laporan Acara 2 Bentonik
Laporan Acara 2 Bentonik
Laporan Acara 2 Bentonik
PENDAHULUAN
Fosil yang berukuran mikro mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan biostratigrafi suatu daerah. Dari berbagai jenis fosil mikro yang
penyebarannya.
Foraminifera merupakan salah satu ordo dari filum protozoa. Ordo ini
memiliki spesies yang sangat bervariasi, mulai dari yang hidup plantonik sampai
bentonik. Disamping itu pada suatu fosil foraminifera memiliki umur relatif dan
Melalui ciri-ciri pada pada fosil foramninifera kita dapat mengetahui umur
relatif dan kebiasaan hidup fosil ini, apakah hidup secara plantonik atau bentonik.
Ciri-ciri fosil foraminifera dapat kita tentukan berdasarkan bentuk testnya, susunan
kamar, jumlah kamar, bentuk septanya, ornamentasi yang terdapat pada fosil dan
lain-lain.
peraga, sebagai pengenalan awal terhadap fosil foraminifera yang hidup secara
bentonik.
1.2 Tujuan dan Manfaat
cangkang. Cangkang foram juga disebut sebagai test karena dalam beberapa bentuk
bentuk yang paling sederhana adalah tabung terbuka atau bola berongga.
didasarkan pada klasifikasi oleh Loeblich dan Tappan (1964). Ordo Foraminiferida
sampai recent. Bentuk paling awal yang muncul dalam catatan fosil (allogromiine)
memiliki dinding test organik atau tabung aglutinasi sederhana. Istilah "agglutinasi"
mengacu pada test terbentuk dari partikel asing "terrekatkan" bersama-sama dengan
oleh semen.
selama fusulinids mulai berkembang berpuncak pada test fusulinid kompleks pada
zaman Karbon dan Permian; dan punah pada akhir Palaeozoikum. Miliolids
pertama kali muncul pada awal Carboniferous, kemudian pada masa Mesozoikum
muncul. Semua fosil awal foraminifera adalah bentonik, bentuk plantonik mulai
muncul pada masa jura tengah, namun hanya berupa meroplantonik (plantonik
hanya selama tahap akhir dari siklus hidup mereka). Naiknya sea level dan efek
rumah kaca pada kepunahan besar yang terjadi diakhir zaman kapur membuat
foram plantonik banyak yang punah. Ledakan evolusi yang cepat terjadi selama
Eosen yaitu foraminifera bentonik besar seperti Nummulites, soritids dan orbitoids.
bentuk plantonik juga umumnya menurun sejak akhir Kapur dengan kenaikan
Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup
untuk merayap pada benthos yang vagile adalah pseudopodia. Terdapat yang
semula sesil dan berkembang menjadi vagil serta hidup sampai kedalaman 3000
meter di bawah permukaan laut. Material penyusun test merupakan agglutinin,
didasarkan pada seberapa rumit struktur internalnya. Untuk lebih jelas mengenai
perbedaan antara dua foraminifera ini perlu dipelajari pada sayatan tipis.
foraminifera bentik dapat hidup vagil atau sessil dan menunjukkan berbagai
struktur yang berbeda yang disesuaikan dengan lingkungan di mana mereka tinggal.
Foraminifera bentonik besar dapat ditemukan di laut tropika yang kaya akan
kecil ditemukan pada brackish water, dan pada daerah yang rendah alkalinya.
1. Biostratigrafi
beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga
lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara
terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu
Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau
cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.
yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera
masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan
perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es. Jika sebuah perconto
kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih hidup sampai
digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau (di tempat kumpulan fosil
foraminifera diperoleh) ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah
besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk
plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik dan bentonik), rasio dari
tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek
contoh, perban-dingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air
bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih
dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia
telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa
lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut
3. Eksplorasi Minyak
pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada
lingkungan yang spesifik atau ter-tentu. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi
dapat meneliti sekeping kecil perconto batuan yang diperoleh selama pengeboron
sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum mengenai fosil
4. Range chart
3. Amati sampel fosil tersebut serta sketsa sampel dari sisi ventral dan dorsal
Polithalamus, dimana Polithalamus merupakan susunan kamar yang lebih dari satu
susunan kamar. Bentuk test dari fosil ini ialah Uniserial Curvilinear, dan bentuk
kamarnya ialah Tabular. Adapun suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral
fosil ini tertekan kuat sedangkan dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada
ventral ialah 2, dorsal 3 kamar dan samping 20. Aperturnya ialah bentuk bulat, Pada
peraga fosil ini dijumpai hiasan smooth pada permukaan test, Pada umbilicus, dan
satu susunan kamar. Bentuk test dari fosil ini ialah Globular, dan bentuk kamarnya
ialah Spherical. Jumlah kamar pada ventral ialah 1, dorsal 1. Aperturnya ialah
bentuk Slitlike. Pada peraga fosil ini dijumpai hiasan smooth pada permukaan test.
merupakan susunan kamar yang lebih dari satu susunan kamar. Bentuk test dari
fosil ini ialah Uniserial tanpa leher, dan bentuk kamarnya ialah globular. Adapun
suture ialah garis pemisah antar kamar, suture pada ventral fosil ini tertekan kuat
dan juga dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 1 dan samping
4 kamar. Aperturnya memiliki bentuk bulat. Pada peraga fosil ini dijumpai hiasan
smooth (halus) pada permukaan test, suture bridge sedangkan pada aperture,
dimana Polithalamus merupakan susunan kamar yang lebih dari satu susunan
kamar. Bentuk test dari fosil ini ialah Biserial, dan bentuk kamarnya ialah Conical.
Adapun suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral fosil ini tertekan lemah
sedangkan dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah samping 15
kamar. Aperturnya memiliki bentuk bulat. Pada peraga fosil ini dijumpai hiasan
smooth (halus) pada permukaan test, suture Bridge, Memiliki Aperture berbentuk
Textularia flintii Cushman. Var, caroliana Cushman berada pada zona 4 dengan
dimana Polithalamus merupakan susunan kamar yang lebih dari satu susunan
kamar. Bentuk test dari fosil ini ialah Discoidal, dan bentuk kamarnya ialah
Cyclical. Adapun suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral fosil ini tertekan
kuat dan pada dorsalnya juga tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 5
dorsal 7 kamar dan samping 10 kamar. Aperturnya memiliki bentuk Slitlike. Pada
peraga fosil ini dijumpai hiasan smooth (halus) pada permukaan test, suture limbate,
aperture Flap, Peri peri Raised Basses sedangkan pada umbilicus tidak terdapat
hiasan
Fosil peraga 06, dan nomor sampel 32 memiliki susunan kamar Polithalamus,
dimana Polithalamus merupakan susunan kamar yang lebih dari satu susunan
kamar. Bentuk test dari fosil ini ialah Biserial, dan bentuk kamarnya ialah Conical.
Adapun suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral fosil ini tertekan kuat
sedangkan dorsalnya juga tertekan sedang. Jumlah kamar pada ventral ialah 1
kamar dorsal 1. Aperturnya memiliki bentuk Slitlike. Pada peraga fosil ini dijumpai
hiasan smooth (halus) pada permukaan test, Flap pada aperture, Bridge pada suture,
dorsalnya sama. Bentuk test dari fosil ini ialah Globular, dan bentuk kamarnya ialah
Spherical. Adapun suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral fosil ini tertekan
sedang dan juga pada dorsalnya juga tertekan sedang. Jumlah kamar pada ventral
permukaan test smooth, pada suture, dan ventral umbo pada umbilicus, sedangkan
merupakan susunan kamar yang lebih dari satu susunan kamar. Bentuk test dari
fosil ini ialah Uniserial Curvilinear, dan bentuk kamarnya ialah Tabular. Adapun
suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral fosil ini tertekan kuat dan juga pada
dorsalnya juga tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 6 kamar dorsal 6
kamar. Aperturnya memiliki bentuk Radiate .Pada peraga fosil ini dijumpai hiasan
pada permukaan test smooth, pada suture, dan ventral umbo pada umbilicus,
BERMUDEZ.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
test dari fosil ini ialah Uniserial Curvilinear, dan bentuk kamarnya ialah Tabular,
pada sampel kedua yaitu Pyrgo depressa (DORBIGNY) bentuk test dari fosil ini
ialah Globular, dan bentuk kamarnya ialah Spherical, pada sampel ketiga yaitu G.
Trincherasensis (Cushman) bentuk test dari fosil ini ialah Uniserial tanpa leher,
dan bentuk kamarnya ialah globular, pada sampel keempat yaitu B. plicatella
Cushman Bentuk test dari fosil ini ialah Biserial, dan bentuk kamarnya ialah
Conical, pada sampel kelima yaitu Cibidez Dohmi BERMUDEZ bentuk test dari
fosil ini ialah Discoidal, dan bentuk kamarnya ialah Cyclical, pada sampel
keenam yaitu Bolimina Tuxpamensis COL Bentuk test dari fosil ini ialah Biserial,
dan bentuk kamarnya ialah Conical, pada sampel ke tujuh yaitu Lagena Trinita
Tensis NUTTALL bentuk test dari fosil ini ialah Globular, dan bentuk kamarnya
dari fosil ini ialah Uniserial Curvilinear, dan bentuk kamarnya ialah Tabular.