Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laporan Acara 2 Bentonik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fosil yang berukuran mikro mempunyai peranan yang sangat penting dalam

menentukan biostratigrafi suatu daerah. Dari berbagai jenis fosil mikro yang

terdapat pada di permukaan Bumi, Foraminifera merupakan yang paling luas

penyebarannya.

Foraminifera merupakan salah satu ordo dari filum protozoa. Ordo ini

memiliki spesies yang sangat bervariasi, mulai dari yang hidup plantonik sampai

bentonik. Disamping itu pada suatu fosil foraminifera memiliki umur relatif dan

kebiasaan hidup tertentu, sehingga ketepatan pendeskripsian fosil foraminifera

tidak boleh meleset.

Melalui ciri-ciri pada pada fosil foramninifera kita dapat mengetahui umur

relatif dan kebiasaan hidup fosil ini, apakah hidup secara plantonik atau bentonik.

Ciri-ciri fosil foraminifera dapat kita tentukan berdasarkan bentuk testnya, susunan

kamar, jumlah kamar, bentuk septanya, ornamentasi yang terdapat pada fosil dan

lain-lain.

Karena pentingnya penentuan ciri-ciri fosil foraminifera, maka

dilakukanlah prakitkum mengenai cara penentuan foraminifera bentonik pada alat

peraga, sebagai pengenalan awal terhadap fosil foraminifera yang hidup secara

bentonik.
1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dilaksanakan praktikum ini yaitu :

1. Mengetahui bentuk fosil berdasarkan peraga dalam laboratorium

2. Untuk mengetahui kegunaan kegunaan dari fosil bentonik

Adapun manfaat dari mempelajari fosil bentonik yaitu untuk mengetahui

lingkungan pengendapan, penentu stratigrafi, hingga dalam eksplorasi minyak.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Filum Foraminifera

Foraminifera (disingkat foram) adalah protista bersel tunggal dengan

cangkang. Cangkang foram juga disebut sebagai test karena dalam beberapa bentuk

protoplasma meliputi bagian luar cangkang. Cangkang foraminifera umumnya

dibagi menjadi beberapa kamar yang bertambah selama pertumbuhan, meskipun

bentuk yang paling sederhana adalah tabung terbuka atau bola berongga.

Tergantung pada spesies, cangkang dapat memiliki komposisi senyawa organik,

porcelain dan partikel lainnya disemen bersama-sama, atau kristal kalsit.

Foraminifera ditemukan di semua lingkungan laut, mungkin hidup secara

plantonik atau bentonik. Klasifikasi yang berlaku umum dari foraminifera

didasarkan pada klasifikasi oleh Loeblich dan Tappan (1964). Ordo Foraminiferida

(informal foram) masuk Kingdom Protista, subkingdom Protozoa, Filum

Sarcomastigophora, Subfilum Sarcodina, Superclass Rhizopoda, Kelas

Granuloreticulosea. Nama Foraminiferida berasal dari foramen, yang berarti lubang

yang menghubungkan melalui dinding (septa) antara masing-masing ruang.

2.2 Waktu Hidup Foraminifera

Dalam skala waktu geologi, foraminifera ditemukan dari kambrium awal

sampai recent. Bentuk paling awal yang muncul dalam catatan fosil (allogromiine)

memiliki dinding test organik atau tabung aglutinasi sederhana. Istilah "agglutinasi"
mengacu pada test terbentuk dari partikel asing "terrekatkan" bersama-sama dengan

oleh semen.

Foraminifera dengan tes keras jarang ditemukan sampai zaman Devon,

selama fusulinids mulai berkembang berpuncak pada test fusulinid kompleks pada

zaman Karbon dan Permian; dan punah pada akhir Palaeozoikum. Miliolids

pertama kali muncul pada awal Carboniferous, kemudian pada masa Mesozoikum

rotalinids muncul dan berkembang, dan di zaman Jurassic yang textularinids

muncul. Semua fosil awal foraminifera adalah bentonik, bentuk plantonik mulai

muncul pada masa jura tengah, namun hanya berupa meroplantonik (plantonik

hanya selama tahap akhir dari siklus hidup mereka). Naiknya sea level dan efek

rumah kaca pada kepunahan besar yang terjadi diakhir zaman kapur membuat

foram plantonik banyak yang punah. Ledakan evolusi yang cepat terjadi selama

Paleosen terutama foram plantonik globigerinids dan globorotalids dan juga di

Eosen yaitu foraminifera bentonik besar seperti Nummulites, soritids dan orbitoids.

Orbitoids mati di Miosen, ketika foraminifera besar telah menyusut. Keragaman

bentuk plantonik juga umumnya menurun sejak akhir Kapur dengan kenaikan

singkat selama periode iklim hangat dari Eosen dan Miosen.

2.3 Karakteristik Foraminifera Bentonik

Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara hidup

secara vagil (merambat/merayap) dan sessil (menambat). Alatyang digunakan

untuk merayap pada benthos yang vagile adalah pseudopodia. Terdapat yang

semula sesil dan berkembang menjadi vagil serta hidup sampai kedalaman 3000
meter di bawah permukaan laut. Material penyusun test merupakan agglutinin,

arenaceous, khitin, dan gampingan.

Foraminifera bentonik tinggal di hampir semua kedalaman laut dan

dibedakan menjadi, bentonik kecil dan besar. Perbedaan antara keduanya

didasarkan pada seberapa rumit struktur internalnya. Untuk lebih jelas mengenai

perbedaan antara dua foraminifera ini perlu dipelajari pada sayatan tipis.

foraminifera bentik dapat hidup vagil atau sessil dan menunjukkan berbagai

struktur yang berbeda yang disesuaikan dengan lingkungan di mana mereka tinggal.

Foraminifera bentonik besar dapat ditemukan di laut tropika yang kaya akan

karbonat dan cenderung ditemukan di zona neritik, sedangkan foramnifera bentonik

kecil ditemukan pada brackish water, dan pada daerah yang rendah alkalinya.

2.4 Peranan Foraminifera

Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan yang

terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan geologi.

Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi,

dan eksplorasi minyak dan gas bumi.

1. Biostratigrafi

Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada

beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat berharga

khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan sedimen laut.

Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak jaman Kambrium,

lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami perkembangan secara
terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda diketemukan pada waktu

(umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai populasi yang melimpah dan

penyebaran horizontal yang luas, sehingga diketemukan di semua lingkungan laut.

Alasan terakhir, karena ukuran fosil foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau

cara mendapatkannya relatif mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.

2. Paleoekologi dan Paleobiogeografi

Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau (skala

Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di lingkungan

yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat menggunakan fosil foraminifera

untuk menentukan lingkungan masa lampau tempat foraminifera tersebut hidup.

Data foraminifera telah dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di

masa lampau, menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan

perubahan suhu global yang terjadi selama jaman es. Jika sebuah perconto

kumpulan fosil foraminifera mengandung banyak spesies yang masih hidup sampai

sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut dapat

digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau (di tempat kumpulan fosil

foraminifera diperoleh) ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup. Jika sebuah

perconto mengandung kumpulan fosil foraminifera yang semuanya atau sebagian

besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk

menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk tersebut adalah keragaman spesies,

jumlah relatif dari spesies plangtonik dan bentonik (prosentase foraminifera

plangtonik dari total kumpulan foraminifera plangtonik dan bentonik), rasio dari
tipe-tipe cangkang (rasio Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek

kimia material penyusun cangkang.

Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena

mencerminkan sifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai

contoh, perban-dingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air

bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang lebih

ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera plangtonik

dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di seluruh dunia

telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar perairan masa

lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim dan arus laut

telah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan perubahan-perubahan di

masa yang akan datang (keakurasiannya belum teruji).

3. Eksplorasi Minyak

Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak

spesies foraminifera dalam skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang

pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada

lingkungan yang spesifik atau ter-tentu. Oleh karena itu, seorang ahli paleontologi

dapat meneliti sekeping kecil perconto batuan yang diperoleh selama pengeboron

sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur geologi dan lingkungan saat

batuan tersebut terben-uk. Sejak 1920-an industri perminyakan memanfaatkan jasa

penelitian mikropaleontologi dari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi

dengan menggunakan fosil foraminifera memberikan sumbangan yang berharga


dalam mengarahkan suatu pengeboran 8orizon samping pada 8orizon yang

mengandung minyak bumi guna meningkatkan produktifikas minyak.

BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum mengenai fosil

peraga bentonik ini adalah:

1. Alat tulis menulis

2. Tabel lingkungan pengendapan

3. Fosil peraga kayu bentonik

4. Range chart

5. Buku postuma and Cushman

3.2 Tahapan Praktikum

Adapun tahapan dalam praktikum ini yaitu sebagai beerikut.

1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan pada praktikum

2. Ambil sampel yang telah ditentukan

3. Amati sampel fosil tersebut serta sketsa sampel dari sisi ventral dan dorsal

4. Tentukan dan deskripsi dari tiap bagian-bagian fosil

5. Tentukan jenis atau nama fosil

6. Tentukan lingkungan pengendapan fosil

7. Ambil sampel selanjutnya dan ulangi tahapan diatas


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Fosil Peraga 01

Gambar 4.1 C. Leave CHUSMAN and BERMUDEZ

Fosil peraga 01 dengan nomor sampel 01 memiliki susunan kamar

Polithalamus, dimana Polithalamus merupakan susunan kamar yang lebih dari satu

susunan kamar. Bentuk test dari fosil ini ialah Uniserial Curvilinear, dan bentuk

kamarnya ialah Tabular. Adapun suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral

fosil ini tertekan kuat sedangkan dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada

ventral ialah 2, dorsal 3 kamar dan samping 20. Aperturnya ialah bentuk bulat, Pada

peraga fosil ini dijumpai hiasan smooth pada permukaan test, Pada umbilicus, dan

peri-peri tidak terdapat hiasan.

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, fosil peraga 01 termasuk dalam Filum

Protozoa, Kelas Sarcodina, Ordo Foraminifera, Family Chrysalogoniumidae,

Genus Chrysalogonium, dan Spesies C. Leave CHUSMAN and BERMUDEZ,.

Berdasarkan Klasifikasi Natland (1933) maka lingkungan pengendapan dari fosil

Bolivina subaenariensis Cushman, var. Mexicana Cushman berada pada zona 4

dengan kedalaman 300 100 meter dengan temperatur laut 5 8 oC.


4.2 Fosil Peraga 02

Gambar 4.2 Pyrgo depressa (DORBIGNY).

Fosil peraga 02 dengan nomor sampel 35 memiliki susunan kamar

Monothalamus, dimana Monothalamus merupakan susunan kamar yang terdiri dari

satu susunan kamar. Bentuk test dari fosil ini ialah Globular, dan bentuk kamarnya

ialah Spherical. Jumlah kamar pada ventral ialah 1, dorsal 1. Aperturnya ialah

bentuk Slitlike. Pada peraga fosil ini dijumpai hiasan smooth pada permukaan test.

Pada Aperture ,umbilicus, dan peri-peri tidak terdapat hiasan.

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, fosil peraga 35 termasuk dalam Filum

Protozoa, Kelas Sarcodina, Ordo Foraminifera, Family Pyrgonidae, Genus Pyrgo,

dan Spesies Pyrgo depressa (DORBIGNY). Berdasarkan Klasifikasi Natland

(1933) maka lingkungan pengendapan dari fosil Pyrgo depressa (DORBIGNY).

4.3 Fosil Peraga 03


Gambar 4.3 G. Trincherasensis (Cushman).

Fosil peraga 03 memiliki susunan kamar Polithalamus, dimana Polithalamus

merupakan susunan kamar yang lebih dari satu susunan kamar. Bentuk test dari

fosil ini ialah Uniserial tanpa leher, dan bentuk kamarnya ialah globular. Adapun

suture ialah garis pemisah antar kamar, suture pada ventral fosil ini tertekan kuat

dan juga dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 1 dan samping

4 kamar. Aperturnya memiliki bentuk bulat. Pada peraga fosil ini dijumpai hiasan

smooth (halus) pada permukaan test, suture bridge sedangkan pada aperture,

umbilicus, dan peri-peri tidak terdapat hiasan.

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, fosil peraga 03 termasuk dalam Filum

Protozoa, Kelas Sarcodina, Ordo Foraminifera, Family Gasellanidae, Genus

Gasella, dan Spesies G. Trincherasensis (Cushman).

4.4 Fosil Peraga 04


Gambar 4.4 B. plicatella Cushman

Fosil peraga 04 nomor peraga 02 memiliki susunan kamar Polithalamus,

dimana Polithalamus merupakan susunan kamar yang lebih dari satu susunan

kamar. Bentuk test dari fosil ini ialah Biserial, dan bentuk kamarnya ialah Conical.

Adapun suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral fosil ini tertekan lemah

sedangkan dorsalnya tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah samping 15

kamar. Aperturnya memiliki bentuk bulat. Pada peraga fosil ini dijumpai hiasan

smooth (halus) pada permukaan test, suture Bridge, Memiliki Aperture berbentuk

Flap sedangkan pada umbilicus, dan peri-peri tidak terdapat hiasan.

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, fosil peraga 04 termasuk dalam Filum

Protozoa, Kelas Sarcodina, Ordo Foraminifera, Family Buliminanidae, Genus

Bulimina, dan Spesies B. plicatella Cushman. Var, caroliana Cushman.

Berdasarkan Klasifikasi Natland (1933) maka lingkungan pengendapan dari fosil

Textularia flintii Cushman. Var, caroliana Cushman berada pada zona 4 dengan

kedalaman 300 - 1000 meter dengan temperatur laut 5 - 8 oC.

4.5 Fosil Peraga 05


Gambar 4.5 Cibidez Dohmi BERMUDEZ

Fosil peraga 05 nomor peraga 27 memiliki susunan kamar Polithalamus,

dimana Polithalamus merupakan susunan kamar yang lebih dari satu susunan

kamar. Bentuk test dari fosil ini ialah Discoidal, dan bentuk kamarnya ialah

Cyclical. Adapun suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral fosil ini tertekan

kuat dan pada dorsalnya juga tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 5

dorsal 7 kamar dan samping 10 kamar. Aperturnya memiliki bentuk Slitlike. Pada

peraga fosil ini dijumpai hiasan smooth (halus) pada permukaan test, suture limbate,

aperture Flap, Peri peri Raised Basses sedangkan pada umbilicus tidak terdapat

hiasan

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, fosil peraga 06 termasuk dalam Filum

Protozoa, Kelas Sarcodina, Ordo Foraminifera, Family Cibidezidae, Genus

Cibidez, dan Spesies Cibidez Dohmi BERMUDEZ. Berdasarkan Klasifikasi

Natland (1933) maka lingkungan pengendapan dari fosil Cibidez Dohmi

BERMUDEZ berada pada zona 2 dengan kedalaman 15 - 90 meter dengan

temperatur laut 3 16 oC.

4.6 Fosil Peraga 06


Gambar 4.6 Bolimina Tuxpamensis COL

Fosil peraga 06, dan nomor sampel 32 memiliki susunan kamar Polithalamus,

dimana Polithalamus merupakan susunan kamar yang lebih dari satu susunan

kamar. Bentuk test dari fosil ini ialah Biserial, dan bentuk kamarnya ialah Conical.

Adapun suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral fosil ini tertekan kuat

sedangkan dorsalnya juga tertekan sedang. Jumlah kamar pada ventral ialah 1

kamar dorsal 1. Aperturnya memiliki bentuk Slitlike. Pada peraga fosil ini dijumpai

hiasan smooth (halus) pada permukaan test, Flap pada aperture, Bridge pada suture,

sedangkan pada, umbilicus, dan peri-peri tidak terdapat hiasan

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, fosil peraga 06 termasuk dalam Filum

Protozoa, Kelas Sarcodina, Ordo Foraminifera, Family Boliminanidae, Genus

Bolimina, dan Spesies Bolimina Tuxpamensis COL.

4.7 Fosil Peraga 07


Gambar 4.7 Lagena Trinita Tensis NUTTALL

Fosil peraga 07, memiliki nomor sampel 04 memiliki susunan kamar

Monothalamus, dimana Monothalamus merupakan susunan kamar ventral dan

dorsalnya sama. Bentuk test dari fosil ini ialah Globular, dan bentuk kamarnya ialah

Spherical. Adapun suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral fosil ini tertekan

sedang dan juga pada dorsalnya juga tertekan sedang. Jumlah kamar pada ventral

ialah 1 kamar dorsal 1 kamar. Aperturnya memiliki bentuk bundar. pada

permukaan test smooth, pada suture, dan ventral umbo pada umbilicus, sedangkan

aperture dan peri-peri tidak memiliki hiasan..

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, fosil peraga 04 termasuk dalam Filum

Protozoa, Kelas Sarcodina, Ordo Foraminifera, Family Lagenanidae, Genus

Lagena, dan Spesies Lagena Trinita Tensis NUTTALL.


4.8 Fosil Peraga 08

Gambar 4.8 Charysalogonium dekesari

Fosil peraga 08, memiliki susunan kamar Polithalamus, dimana Polithalamus

merupakan susunan kamar yang lebih dari satu susunan kamar. Bentuk test dari

fosil ini ialah Uniserial Curvilinear, dan bentuk kamarnya ialah Tabular. Adapun

suture (garis pemisah antar kamar) pada ventral fosil ini tertekan kuat dan juga pada

dorsalnya juga tertekan kuat. Jumlah kamar pada ventral ialah 6 kamar dorsal 6

kamar. Aperturnya memiliki bentuk Radiate .Pada peraga fosil ini dijumpai hiasan

pada permukaan test smooth, pada suture, dan ventral umbo pada umbilicus,

sedangkan aperture dan peri-peri tidak memiliki hiasan.

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, termasuk dalam Filum Protozoa, Kelas

Sarcodina, Ordo Foraminifera, Family Chrysalogoniumidae, Genus

Charysalogonium, dan Spesies Charysalogonium dekesari CHUSMAN and

BERMUDEZ.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil ialah sebagai berikut :

1. Pada sampel pertama yaitu C. Leave CHUSMAN and BERMUDEZ, Bentuk

test dari fosil ini ialah Uniserial Curvilinear, dan bentuk kamarnya ialah Tabular,

pada sampel kedua yaitu Pyrgo depressa (DORBIGNY) bentuk test dari fosil ini

ialah Globular, dan bentuk kamarnya ialah Spherical, pada sampel ketiga yaitu G.

Trincherasensis (Cushman) bentuk test dari fosil ini ialah Uniserial tanpa leher,

dan bentuk kamarnya ialah globular, pada sampel keempat yaitu B. plicatella

Cushman Bentuk test dari fosil ini ialah Biserial, dan bentuk kamarnya ialah

Conical, pada sampel kelima yaitu Cibidez Dohmi BERMUDEZ bentuk test dari

fosil ini ialah Discoidal, dan bentuk kamarnya ialah Cyclical, pada sampel

keenam yaitu Bolimina Tuxpamensis COL Bentuk test dari fosil ini ialah Biserial,

dan bentuk kamarnya ialah Conical, pada sampel ke tujuh yaitu Lagena Trinita

Tensis NUTTALL bentuk test dari fosil ini ialah Globular, dan bentuk kamarnya

ialah Spherical, Pada sampel kedelapan Charysalogonium dekesari bentuk test

dari fosil ini ialah Uniserial Curvilinear, dan bentuk kamarnya ialah Tabular.

2. Kegunaan yang utama pada fossil foraminifera bentonik yaitu penentuan

lingkungan pengendapan, penentu stratigrafi, hingga dalam eksplorasi minyak.


5.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum mengenai fosil peraga bentonik, yaitu :

1. Sebaiknya waktu mendeskripsi peraga di tambah

2. Sebaiknya masing-masing asisten mendampinigi setiap kelompok agar tidak

terjadi kesalahan pendeskripsian

Anda mungkin juga menyukai