Materi NHL
Materi NHL
Materi NHL
Oleh:
Ilya Nur Rachmawati
125070200111018
Kelompok 16
Program A
A. ANATOMI FISIOLOGI
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Limfoma Secara Umum
1. Limfoma Hodgkin (LH) : patologi khas LH, ada sel sel Reed Stern berg dan/
atau sel hodgkin
2. Limfoma Non Hodgkin (LNH) : patologi khas non Hodgkin
Klasifikasi NHL
Ada 2 klasifikasi besar penyakit NHL, yaitu:
1. Limfoma non Hodgkin agresif
Limfoma non Hodgkin agresif kadangkala dikenal sebagai limfoma non
Hodgkin tumbuh cepat atau level tinggi.karena sesuai dengan namanya,
limfoma non Hodgkin agresif ini tumbuh dengan cepat. Meskipun nama
agresif kedengarannya sangat menakutkan, limfoma ini sering
memberikan respon sangat baik terhadap pengobatan. Meskipun pasien
yang penyakitnya tidak berespon baik terhadap standar pengobatan lini
pertama, sering berhasil baik dengan kemoterapi dan transplantasi sel
induk. Pada kenyataannya, limfoma non Hodgkin agresif lebih mungkin
mengalami kesembuhan total daripada limfoma non Hodgkin indolen.
2. Limfoma non Hodgkin indolen
Limfoma non Hodgkin indolen kadang-kadang dikenal sebagai limfoma
non Hodgkin tumbuh lambat atau level rendah.Sesuai dengan namanya,
limfoma non Hodgkin indolen tumbuh hanya sangat lambat.Secara tipikal,
pada awalnya tidak menimbulkan gejala, dan mereka sering tetap tidak
terditeksi untuk beberapa saat.Gejala yang paling sering adalah
pembesaran kelenjar getah bening, yang kelihatan sebagai benjolan,
biasanya di leher, ketiak dan lipat paha. Pada saat diagnosis pasien juga
mungkin mempunyai gejala lain dari limfoma non Hodgkin. Karena
limfoma non Hodgkin indolen tumbuh lambat dan sering tanpa
menyebabkan stadium banyak diantaranya sudah dalam stadium lanjut
saat pertama terdiagnosis.
F. TAHAPAN
Penentuan stadium merupakan salah satu pola penting dalam
manajemen LNH yang bertujuan untuk mengetahui status penyakit dan memilih
pengobatan yang relevan serta memudahkan evaluasi hasil terapi. Klasifikasi
yang populer digunakan adalah klasifikasi menurut Arnn Arborr (1971) sebagai
berikut:
STADIUM INTERPRETASI
Stadium I Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra
Stadium II limfatik
Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas
Stadium III diafragma dengan atau tanpa ekstra limfatik
Terserang kelenjar limfe diatas dan di bawah diafragma atau
Stadium IV disertai limfoma ekstra limfatik, limpa atau keduanya.
Tersebar menyeluruh pada organ ekstra limfatik dengan atau
tanpa melibatkan kelenjar limfe.
G. MANIFESTASI KLINIS
Kemungkinan
Gejala Penyebab
timbulnya gejala
Pengumpulan cairan di
Penyumbatan pembuluh getah
sekitar paru-paru 20-30%
bening di dalam dada
(efusi pleura)
H. DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
SDP bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.
Deferensial SDP Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia
mungkin ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
SDM dan Hb/Ht menurun. Peneriksaan SDM dapat menunjukkan
normositik ringan sampai sedang, anemia normokromik
(hiperplenisme).
LED meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau
penyakit malignansi. Berguna untuk mengawasi pasien pada
perbaikan dan untuk mendeteksi bukti dini pada berulangnya
penyakit.
Kerapuhan eritrosit osmotik meningkat.
Trombosit menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang
digantikan oleh limfoma dan oleh hipersplenisme)
Test Coomb reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun,
hasil negatif biasanya terjadi pada penyakit lanjut.
Besi serum dan TIBC menurun.
Alkalin fosfatase serum meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
Kalsium serum mungkin menigkat bila tulang terkena.
Asam urat serum meningkat sehubungan dengan destruksi
nukleoprotein dan keterlibatan hati dan ginjal.
b. Pemeriksaan THT untuk melihat keterlibatan cincin waldeyer terlibat
dilanjutkan dengan tindakan gstroskopy.
c. BUN mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL
(SGOT), klirens kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk
mendeteksi keterlibatan organ.
d. Hipergamaglobulinemia umumhipogama globulinemia dapat terjadi pada
penyakit lanjut.
e. Foto dadadapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat,
nodulus atau efusi pleural.
f. Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area tulang
nyeri tekan menentukan area yang terkena dan membantu dalam
pentahapan.
g. Tomografi paru secara keseluruhan atau skan CT dada dilakukan bila
adenopati hilus terjadi. Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa
mediatinum.
h. Skan CT abdomenial mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit
nodus pada abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada
pemeriksaan fisik.
i. Ultrasound abdominal mengevaluasi luasnya keterlibatan nodus limfa
retroperitoneal.
j. Skan tulang dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang. Skintigrafi
Galliium-67: berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya penyakit
nodul, khususnya diatas diagfragma.
k. Biopsi sumsum tulang menentukan keterlibatan sumsum tulang. Invasi
sumsum tulang terlihat pada tahap luas.
l. Biopsi nodus limfamembuat diagnosa penyakit Hodgkin berdasarkan pada
adanya sel Reed-Sternberg.
m. Mediastinoskopi mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan nodus
mediastinal.
n. Laparatomi pentahapanmungkin dilakukan untuk mengambil spesimen nodus
retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau pengangkatan limfa (Splenektomi
adalah kontroversial karena ini dapat meningkatkan resiko infeksi dan
kadang-kadang tidak biasa dilakukan kecuali pasien mengalami manifestasi
klinis penyakit tahap IV. Laporoskopi kadang-kadang dilakukan sebagai
pendekatan pilihan untuk mengambil spesimen.
J. DIAGNOSA BANDING
1. Limfadenitis Tuberculosa histopatologi, kultur, gejala klinik
2. Karsinoma metastatik ada tumor primernya, jenis PA adalah karsinoma
3. Leukemia, mononukleus infeksiosa: gambaran hematologik
K. PENATALAKSANAAN
LIMFOMA HODGKIN
1. Therapy Medik
Konsutasi ke ahli onkologi medik (biasanya RS type A dan B)
Untuk stadium II b, II E A dan B IV dan B, terapi medik adalah therapy
utama
Untuk stadium I B, I E A dan B terapy medik sebagai terapy anjuran
Misalnya
Obat minimal terus menerus tiap hari atau dosis tinggi
intermittenddengan siklofosfamid
Dosis:
- Permulaan 150 mg/m2, maintenance 50 mg/m2 tiap hari atau
- 1000 mg/m 2 iv selang 3 4 minggu
Obat kombinasi intermittend siklofosfamid (Cyclofosfamid), vinkistrin
(oncovin), prednison (COP)
Dosis :
C : Cyclofosfamid 1000 mg/m 2iv hari I
O : Oncovin 1,4 mg/m 2 iv hari I
P : Prednison 100 mg/m 2 po hari 1 5
Diulangi selang 3 minggu
Ideal:Kombinasi obat mustargen, vinkistrin (oncovin), procarbazine,
prednison (MOPP)
L. KOMPLIKASI
Komplikasi yang umum dijumpai:
Tranfusi leukemik
Superior vena cava syndrom
Ileus
Penyulit kondisi NHL
Akibat langsung penyakitnya:
a. Penekanan terhadap organ, khususnya jalan nafas, usus dan saraf
b. Mudah terjadi infeksi, bisa total
Akibat efek samping pengobatan
a. Aplasi sunsum tulang
b. Gagal jantung akibat golongan obat antrasiklin
c. Gagal ginjal akibat sisplatinum
d. Kluenitis akibat obat vinkristin
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan
secret pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat
pembesaran kelenjar limfe servikal, mediastinum.
2. Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran
kelenjar limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat
produksi asam laktat jaringan local.
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
kesulitan bernafas sukunder terhadap penekanan massa pada oesopahgus
4. Resiko tinggi terhadap infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan
system imunitas tubuh dan terapi imunosupresif (supresi tulang belakang).
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolic (proses keganasan) dan perubahan kimiawi tubuh sebagai efek
kemoterapi.
6. Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan
prognosis penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.
7. Kecemasan individu dan keluarga yang berhubungan dengan prognosis sakit.
8. Perubahan konsep diri (body Image) berhubungan dengan perubahan bentuk
anatomi tubuh (adanya limfoma)
9. Gangguan rasa nyaman (nyeri tekan) berhubungan dengan penekana saraf di
leher akibat adanya limfoma
INTERVENSI KEPERAWATAN
Bersihan Jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan peningkatan secret
pada jalan napas sekunder dan obstruksi trakeobronkhial akibat pembesaran
kelenjar limfe servikal, mediastinum.
Tujuan : dalam waktu 1x24 jam jalan napas klien kembali efektif
Criteria : secara subjektif pernyataan sesak berkurang , RR 26-24 kali/menit, tidak
ada penggunaan ototaksesori, tidak terdengar bunyi napas tambahan.
Intervensi Rasional
Kaji/awasi frekuensi pernapasan, Perubahan seperti takipnea, dipsnea,
kedalaman, irama, adanya penggunaan otot aksesori dapat
dispnea, penggunaan otot bantu mengindikasikan berlanjutnya keterlibatan
pernapasan dan gangguan kelenjar limfe mediastinal yang
ekspansi dada. membutuhkan intervensi lebih lanjut.
Bantu perubahan posisi secara Meningkatkan aerasi semua segmen paru
periodic dan membantu mobilisasi sekresi.
Ajarkan teknik napas dalam (bibir, Meningkatkan aerasi semua segmen paru
diafragma, abdomen) dan membantu mobilisasi sekresi.
Kaji/awasi warna kulit, perhatikan Proliferasi sel darah putih dapat
adanya tanda pucat/sianosis menurunkan kapasitas pembawa oksigen
darah dan menimbulkan hipoksemia.
Kaji respon pernapasan terhadap Penurunan oksigenasi seluler menurunkan
aktivitas toleransi aktivitas, istirahat menurunkan
kebutuhan oksigen serta mencegah
kelelahan dan dispnea.
Observasi distensi vena leher, Klien LNH dengan sindrom vena cava
nyeri kepala, pusing, edema superior dan obstruksi jalan napas
preorbital, dispnea, stridor menunjukkan kedaruratan onkologis.
Nyeri akut yang berhungan dengan kompresi saraf perifer, pembesaran kelenjar
limfe, efek sekunder pemberian agen antileukimia, peningkat produksi asam
laktat jaringan local.
Tujuan: dalam waktu 3x24 jam terdapat penurunan respon nyeri
Criteria: secara subjektif klien menyatakan penurunan rasa nyeri, secara objektif
didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, wajah rileks, tidak terjadi
penurunan perfusi perifer.
Intervensi Rasional
Catat karakteristik nyeri, lokasi, Variasi penampilan dan perilaku klien
intensitas, serta lama dan karena nyeri terjadi sebagai temuan
penyebarannya pengkajian
Lakukan manejemen nyeri Posisi fisiologis akan meningkatkan asupan
keperawatan: O2 ke jaringan yang mengalami nyeri
Atur posisi fisiologis sekunder dari iskemia
Istirahatkan klien Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2
jaringan perifer, sehingga akan menurunkan
kebutuhan oksigen jaringan
Manajemen lingkungan: Lingkungan tenang akan menurunkan
lingkungan tenang dan batasi stimulus nyeri eksternal dan pembatasan
pengunjung pengunjung akan membantu meningkatkan
kondisi O2 ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung yang berada
diruangan
Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
pernapasan dalam menurunkan nyeri sekunder dari iskemia
jaringan
Ajarkan teknik distraksi pada saat Distraksi (pengalihan perhatian) dapat
nyeri menurunkan stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan produksi endorvin
dan enkefalin yang dapat memblok reseptor
nyeri untuk tidak dikirimkan kekorteks
serebri sehingga menurunkan persepsi
nyeri
Lakukan manajemen sentuhan Manajemen sentuhan pada saat nyeri
berupa sentuhan dukungan psikologis dapat
membantu menurunkan nyeri. Masase
ringan dapat meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis membantu suplai darah
dan oksigen kearea nyeri dan menurunkan
sensasi nyeri
Kolaborasi pemberian terapi.
a) Analgetik Digunakan untuk mengurangi nyeri
sehubungan dengan hematoma otot yang
besar dan perdarahan sendi
Analgetika oral non oploid diberikan
menghindari ketergantungan terhadap
narkotika pada nyeri kronis.
b) Kemoterapi Pemberian disesuaikan dengan derajat
penyakit
c) Radiasi Terapi terpilih untuk penderita dengan
penyakit ekstranodal yang terbatas adalah
radiasi, radioterapi local, atau radioterapi
dengan lapangan yang luas, terutama pada
kasus limfoma histiositik difus.
Penderita
Koping individu atau keluarga tidak efektif yang berhubungan dengan prognosis
penyakit, gambaran diri yang salah, perubahan peran.
Tujuan: dalam waktu 1x24 jam klien atau keluarga mampu mengembangkan
koping yang positif
Criteria evaluasi: klien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan, mampu
menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan
perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap
situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan kedalam konsep diri dengan
cara yang akurat tanpa harga diri yang negative.
Intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan Menentukan bantuan individual dalam
persepsi dan hubungan dengan menyusun rencana perawatan atau
derajat ketidakmampuan. pemilihan intervensi.
Identifikasi arti kehilangan atau Beberapa klien dapat menerima dan
disfungsi pada klien mengatur perubahan fungsi secara efektif
dengan sedikit penyesuaian diri. Sedangkan
yang lain mempunyai kesulitan
membandingkan mengenal dan mengatur
kekurangan.
Anjurkan klien untuk Menunjukkan penerimaan, membantu klien
mengekspresikan perasaan untuk mengenal dan mulai menyesuaikan
termasuk permusuhan dan dengan perasaan tersebut.
kemarahan
Catat ketika klien menyatakan Mendukung penolakan terhadap bagian
terpengaruh seperti sekarat atau tubuh atau perasaan negative terhadap
mengingkari dan menyatakan gambaran tubuh dan kemampuan yang
inilah kematian menunjukkan kebutuhan dan intervensi
serta dukungan emosional.
Berikan informasi status kesehatan Klien dengan hemophilia sering
pada klien dan keluarga memerlukan bantuan dalam menghadapi
kondisi kronis, keterbatasan ruang
kehidupan, dan kenyataan bahwa kondisi
tersebut merupakan penyakit yang akan
diturunkan kegenerasi berikutnya.
Dukung mekanisme koping efektif Sejak masa kanak-kanak, klien dibantu
untuk menerima dirinya sendiri dan
penyakitnya serta mengidentifikasi aspek
positif dari kehidupan mereka. Mereka
harus didorong untuk merasa berarti dan
tetap mandiri dengan mencegah trauma
yang dapat menyebabkan episode
perdarahan akut dan mengganggu kegiatan
normal.
Hindari factor peningkatan stress Perawat harus mengetahui pengaruh stress
emosional tersebut secara professional dan personal
serta menggali semua sumber dukungan
untuk mereka sendiri, begitu juga untuk
klien dan keluarganya.
Bantu dan anjurkan perawatan Membantu meningkatkan perasaan harga
yang baik dan memperbaiki diri dan mengontrol lebih dari satu area
kebiasaan kehidupan.
Anjurkan orang terdekat untuk Menghidupkan kembali perasaan
mengizinkan klien melakukan kemandirian dan membantu perkembangan
sebanyak-banyaknya hal-hal untuk harga diri serta mempengaruhi proses
dirinya rehabilitasi.
Dukung perilaku atau usaha Klien dapat beradaptasi terhadap
seperti peningkatan minat dan perubahan dan pengertian tentang peran
partisipasi dalam aktivitas individu dimasa mendatang.
rehabilitasi
Dukung penggunaan alat-alat yang Meningkatkan kemandirian untuk membantu
dapat mengadaptasikan klien, pemenuhan kebutuhan fisik dan
tongkat, alat bantu jalan, tas menunjukkan posisi untuk lebih aktif dalam
panjang untuk kateter. kegiatan sosial.
Monitor gangguan tidur Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
peningkatan kesulitan konsentrasi, umumnya terjadi sebagai pengaruh dari
lethargi, dan rendah diri. stroke dimana memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi: rujuk pada ahli neuro Dapat memfasilitasi perubahan peran yang
psikologi dan konseling bila ada penting untuk perkembangan perasaan.
indikasi.
Bahan kimia
Perubahan genetik
LImfoma Hodgin
Dada Perut
Penumpukan Pembengkakanwa
nafsu makan Perut kembung Nyeri perut
cairan di paru jah
LAPORAN KASUS
Disusun Oleh :
Mahasiswa
Malang, 2016
NIP. NIP.
Kepala Ruang
NIP.
RENCANA KEGIATAN MINGGUAN
(RKM)
RUANG 26 HCU RSUD DR. SAIFUL ANWAR KOTA MALANG
Disusun untuk Melengkapi Tugas Profesi Ners di Departemen Medikal
Disusun oleh :
Nama : Ilya Nur Rachmawati
NIM : 125070200111018
Kelompok : 16 (RSSA)
B. Rencana Kegiatan
TIK Jenis Kegiatan Waktu Kriteria Hasil
1 Melakukan pengkajian pada Hari ke Mampu melakukan
pasien 1 pengkajian pada pasien
2 a. Menentukan data objektif dari Hari ke Mampu melakukan analisa
hasil pengkajian 1 data dari hasil pengkajian
b. Menenjtukan data subjektif dari
hasil pengkajian
3 a. Menentukan diagnosa Hari ke Mampu menentukan
keperawatan dari hasil analisa 1 diagnosa keperawatan serta
data prioritas diagnosa
b. Membuat prioritas diagnosa keperawatan
keperawatan
4 a. Menentukan tujuan dari Hari ke Mampu menentukan rencana
rencana asuhan keperawatan 1 asuhan keperawatan yang
tiap diagnosa keperawatan meliputi penentuan tujuan,
b. Menentukan kriteria hasil dari kriteria hasil dan rencana
rencana asuhan keperawatan intervensi keperawatan
tiap diagnosa keperawatan
c. Menentukan rencana
intervensi keperawatan dari
tiap diagnosa keperawatan
5 Melakukan implementasi rencana Hari ke Mampu melakukan
asuhan keperawatan yang telah 1-6 implementasi rencana
ditentukan asuhan keperawatan yang
telah ditentukan
6 Melakukan evaluasi terhadap Hari ke Mampu mengevalusi ashuna
asuhan keperawatan yang telah 1-6 keperawatan yang telah
dilakukan dilakukan
Mengetahui,
Perseptor Persepti
( ) ( )