Tor Mtbs Who 2012 Dinkes
Tor Mtbs Who 2012 Dinkes
Tor Mtbs Who 2012 Dinkes
childgarut@yahoo.com
PELATIHAN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT(MTBS)
BAGI PERAWAT DAN BIDAN PUSKESMAS
DI KABUPATEN GARUT
TAHUN 2012
I. Pendahuluan
a. Dasar Hukum
1. UUD 1945 Pasal 28B Ayat 2 menyatakan bahwa setiap anak berhak
atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Selanjutnya Pasal 28H
Ayat 1 menegaskan bahwa setiap orang berhak untuk memperoleh
pelayanan kesehatan
2. Undang-undang no.36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (UUPA)
4. SK Menkes No.131/Menkes/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional
5. SK Menkes No.128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar
Kesehatan Masyarakat
6. Perda nomor 5 tahun 2006 tentang Perlindungan Anak
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 741/Menkes/Per/VII/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di
Kabupaten/Kota
8. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor HK.03.01/ 160/I/2010 tentang
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan (Renstra Kemenkes 2010
2014)
b. Gambaran Umum
Salah satu dari kesepakatan yang ingin dicapai Millenium
Development Goals (MDGs) dalam bidang kesehatan anak adalah MDGs 4
dengan target untuk menurunkan kematian balita 2/3-nya dibanding kondisi
tahun 1990. Dengan demikian pada tahun 2015 diharapkan angka
kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita (AKBAL) di Indonesia telah
turun menjadi 23/1000 kelahiran hidup (KH) dan 32/1000 KH.
Banyak upaya yang telah dilakukan untuk dapat menurunkan Angka
Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka
Kematian Balita (AKBAL) antara lain melalui upaya yang meliputi aspek
supply maupun deman, akan tetapi belum terjadi akselerasi penurunan
yang bermakna hal ini bias dilihat dari angka berdasarkan Survei Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 sebesar 20/1000 Kelahiran Hidup
childgarut@yahoo.com
(KH), 35/1000 KH, dan 44/1000 KH. Tingginya Angka Kematian tersebut
disebabkan oleh berbagai pola penyakit.
Berdasarkan Riskesdas 2007 menunjukan pola penyakit penyebab
utama kematian bayi-balita yang terbanyak adalah masalah neonatal yaitu
respiratory disorders (35,9%) dan premature (32,3%), sepsis neonatorum
(20,5%) dan congenital malformations (18,1%). Penyebab penyakit infeksi
adalah diare (31,4%) dan pnemonia (23,8%) pada kematian bayi,
sedangkan untuk penyebab kematian anak balita adalah diare (25,2%) dan
pnemonia (15,5%).
Berdasarkan data rutin dari laporan Puskesmas dan Rumah Sakit
Tahun 2011 kasus kematian neonatal dan Bayi di Kabupaten Garut tercatat
397 kasus dan balita tercatat 19 kasus. Kematian bayi balita disebabkan
BBLR (39,5%), Asfiksia (24,7%), Infeksi (4,03%), Icterus (1,0%), Tetanus
neonatorum (0,3%), cacat bawaan (2,3%), pneumonia (4,3%), diare (0,5%)
dan kasus lain-lain (23.4%).
Dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi-balita,
Departemen Kesehatan RI bekerja sama dengan IDAI dan WHO telah
mengembangkan paket pelatihan MTBS yang mulai dikembangkan di
Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai pada 1997 dan
saat ini telah mencakup 33 provinsi termasuk Provinsi Jawa Barat. Bank
Dunia, 1993 melaporkan bahwa MTBS merupakan intervensi yang cost
effective untuk mengatasi masalah kematian bayi-balita yang disebabkan
oleh Infeksi Pernapasan Akut (ISPA), diare, campak, malaria, kurang gizi,
yang sering merupakan kombinasi dari keadaan tersebut. Melalui
pendekatan komprehensif MTBS, maka bayi balita yang dilayani
menggunakan standar MTBS, selain dapat dideteksi kemungkinan sakit,
juga akan dipantau status gizi, status imunisasi dan adanya konseling.
Untuk itu Kabupaten Garut mencoba mengembangkan metode
pendekatan komperhensif MTBS yang diharapkan dapat mempercepat
penurunan kematian Neonatal, Bayi dan Balita sehingga dapat mendukung
tercapainya Millenium Development Goalds (MDGs 4) dalam bidang
kesehatan anak.
childgarut@yahoo.com
b. Batasan Kegiatan
Kegiatan pelatihan dengan menggunakan Modul MTBS Revisi 2010
ini merupakan kegiatan pelatihan bagi tenaga kesehatan di 8 Puskesmas
(perawat dan bidan) di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat, dilaksanakan
selama 6 hari dengan metode belajar di kelas dan praktik klinis.
b. Tujuan
Melatih MTBS kepada perawat dan bidan Puskesmas, sehingga diharapkan
dapat menerapkan Modul MTBS Revisi 2010 sebagai standar pelayanan
balita sakit di tingkat pelayanan dasar.
b. Keluaran
1. Dihasilkannya 16 orang perawat dan bidan mampu menerapkan MTBS.
2. Terlaksananya pelayanan kesehatan bayi dan balita dengan pendekatan
MTBS Revisi 2010 di 8 puskesmas.
b. Tahapan Kegiatan
Kegiatan pelatihan MTBS bagi perawat dan bidan menggunakan Modul
MTBS Revisi 2010 dilaksanakan beberapa tahap, yaitu :
1) Penjelasan modul oleh fasilitator
2) Latihan soal
3) Role play
4) Latihan soal menggunakan video
5) Praktek klinik rawat jalan
6) Evaluasi
childgarut@yahoo.com
V. Sasaran
8 puskesmas (16 orang) :
1) Puskesmas Sindangratu
2) Puskesmas Sukarame
3) Puskesmas Cisandaan
4) Puskesmas Mekarmukti
5) Puskesmas Cikelet
6) Puskesmas Bojongloa
7) Puskesmas Sukahurip
8) Puskesmas Pakuwon
2. Pengiriman undangan
3. Pelatihan MTBS
4. Pelaporan
childgarut@yahoo.com
Kegiatan ini bersumber biaya WHO T.A 2012 direncanakan sebesar Rp.
85.630.000 (Delapan puluh lima juta enam ratus tiga puluh ribu rupiah)
dengan rincian biaya terlampir.
childgarut@yahoo.com