Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Pupuk

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah…………………………………………...…….... 1
1.2. Perumusan Masalah………………………………………………………. 2
1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………….. 2
1.4. Manfaat Penulisan…………………………………………………..……. 3
BAB II. ISI
2.1. Sejarah pupuk organik……………………………………………………. 4
2.2. Pengertian pupuk organik………………………………………………… 5
2.3. Jenis-jenis pupuk organik………………………………………………… 10
2.4. Pengaplikasian pupuk organik…………………………………………… 22
BAB III. KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………. 24
3.2. Saran……………………………………………………………………... 24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….…… 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Hasil survei dari Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak) Bogor menyatakan
sebagian besar lahan sawah Indonesia kandungan C-Organiknya sangat rendah, kurang dari 2 %.
Sedangkan tanah yang subur kandungan C-organik tanahnya adalah 5%. Dengan kandungan C-
organik yang rendah itu respon tanah terhadap pupuk kimia semakin menurun . Kesuburan (fisik
dan biologi) tanah pun anjlok.
Bahan organik adalah sesuatu yang utuh atau sebagian dari mahluk hidup, baik berupa
kotoran maupun mahluk hidup itu sendiri yang sudah mati. Perombakan bahan organik oleh biota
perombak (makro maupun mikro organisme) akan menghasilkan humus yang kaya akan bahan
makanan bagi tanaman. Disamping itu bahan organik tanah juga dapat meningkatkan Kapasitas
Tukar Kation (KTK) dan mengkelat beberapa unsur hara sehingga menjadi tersedia bagi tanaman.
Pupuk organik juga dapat memperbaiki struktur tanah serta daya pegang air tanah.
Demikian pentingnya pupuk organik sehingga Menteri Pertanian mengeluarkan peraturan No.
02/Pert./HK.060/2/2006 yang menetapkan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar
atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik,
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Pemupukan adalah pemberian pupuk terhadap tanaman. Sedangkan pupuk adalah material
yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang
diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan
organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan
tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak unsur hara. Terlalu sedikit atau
terlalu banyak unsur hara dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah
ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk yang menjadi alternatif dan mulai popular
kembali setelah cukup lama tidak pernah digunakan dalam perkembangan pertanian organik yaitu
pupuk organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa
-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan
organik dari pada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagastebu, dan sabut kelapa), limbah
ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
1.1. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana sejarah pupuk organik?
1.2.2. Apa itu pupuk organik?
1.2.3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pupuk organik?
1.2.4. Bagaimana cara pengaplikasian pupuk organik?
1.2.5. Apa manfaat pupuk organik?
1.2.6. Apa keunggulan pupuk organik?
1.2. Tujuan Makalah
1.3.1. Pemenuh tugas matakuliah kimia mengenai pupuk.
1.3.2. Untuk mengetahui asal usul (sejarah) pupuk organik.
1.3.3. Untuk mengetahui jenis-jenis pupuk organik secara jelas.
1.3.4. Untuk mengetahui cara aplikasi pupuk organik.
1.3.5. Untuk mengetahui manfaat dan keunggulan pupuk organik.
1.3. Manfaat Makalah
1.4.1. Memberikan pemahaman kepada para pembaca tentang Pupuk Organik.
1.4.2. Sebagai bahan perbandingan makalah lain yang membahas tentang Pupuk Organik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pupuk Organik
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian dari pada sejarah pertanian.
Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok
tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam
memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai
Nil, Efrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-
aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir
yang terjadi setiap tahun. Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk
Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia.
Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis
menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah dan
mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat
berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.
Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk kimia dan sarana
pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pupuk
konvensional ke pupuk organik. Perkembangan terakhir menunjukan bahwa produksi pupuk
organik dan permintaan pupuk organik semakin meningkat. Karena petani semakin sadar dampak
buruk pupuk kimia pada tanah pertaniannya dan masyarakat pun menginginkan bahan makanan
yang bersih dari residu bahan kimia.
2.2 Pengertian Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup yang diolah melalui
proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, seperti pelapukan sisa - sisa tanaman,
hewan dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan organik dapat berupa kompos,
pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota
(sampah).

Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan
pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan sangat
bervariasi, misalkan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) tetapi juga mengandung unsur
mikro esensial lainnya. Pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi
terjadinya retakan tanah. Nitrogen dan unsur hara lain yang dikandung oleh pupuk organik
dilepaskan secara perlahan-lahan. Penggunaan secara berkesinambungan akan banyak membantu
dalam membangun kesuburan tanah, terutama apabila dilaksanakan dalam waktu yang nisbi
panjang.

2.3 Manfaat pupuk organik


 Meningkatnya produktivitas lahan pertanian. Karena dengan meningkatnya kadar
kandungan bahan organik dan unsur hara yang ada dalam tanah, maka dengan sendirinya
akan memperbaiki sifat, kimia dan biologi tadi tanah atau lahan pertanian.
 semakin mudahnya melakukan pengolahan lahan karena tanah semakin baik
 Harga pupuk organik lebih murah dan sangat mudah didapat dari alam
 Pupuk organik mengandung unsur mikro yang lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk
kimia
 Pupuk organik akan memberikan kehidupan abadi mikroorganisme tanah
 Kelebihan lain dari pupuk organik yaitu mempunyai kemampuan dalam memobilisasi atau
menjembatani hara yang ada di tanah sehingga akan membentuk partikel ion yang mudah
diserap oleh tanaman
 Mempunyai kemampuan dalam melepas hara tanah dengan sangat perlahan dan terus
menerus, seihngga akan membantu mencegah terjadinya kelebihan suplai hara yang
membuat tanaman keracuanan
 Mampu menjaga kelembaban dari tanah, sehingga akan mengurangi tekanan atau tegangan
struktur tanah pada tanaman
 Mampu membantu mencegah erosi lapisan atas tanah
 Mampu menjaga dan merawat tingkat kesuburan tanah
 Memberi manfaat untuk kesehatan manusia, karena banyak kandungan nutrisi dan lebih
lengkap dan lebih banyak
 Pupuk organik mampu menyediakan unsur makro dan mikro.
 Memperbaiki granulasi tanah berpasir hingga padat sehingga dapat meningkatkan kualitas
aerasi, memperbaiki drainase tanah dan meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan
air.
 Mengandung asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah
 Penambahan pupuk organik dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah.
 Pada tanah asam, penambahan pupuk organik dapat membantu meningkatnya pH tanah.
 Penggunaan pupuk organik tidak menyebabkan polusi tanah dan polusi air.
2.4 Keunggulan dan kelemahan pupuk organik
Keunggulan pupuk organik:
1. Meningkatkan kandungan air dan dapat menahan air untuk kondisi berpasir
2. Meningkatkan daya tahan terhadap pengikisan
3. Meningkatkan pertukaran udara, jumlah pori-pori dan sifat peresapan air untuk kondisi tanah
liat.
4. Menurunkan tingkat kekerasan lapisan permukaan tanah
5. Mengandung unsur hara makro mikro yang lengkap
6. Aman (ramah lingkungan)
7. Efektif dan ekonomis (murah / mudah di dapat)
8. Menghilangkan rasidu kimia
9. Aplikasi yang mudah (bisa di aplikasikan sebelum atau sesudah masa tanam).
Kelemahan pupuk organik:
1. Diperlukannya dalam jumlah yang sangat banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
dari suatu pertanaman.
2. Hara yang dikandung untuk bahan yang sejenis sangat bervariasi.
3. Bersifat ruah (bulky), baik dalam pengangkutan dan penggunaannya dilapangan.
4. Kemungkinan akan menimbulkan kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang diberikan
belum cukup matang.
2.5 Jenis - Jenis Pupuk Organik
2.5.1 Kompos
Kompos adalah hasil pembusukan sisa – sisa tanaman yang disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme pengurai. Kualitas kompos sangat ditentukan oleh besarnya perbandingan antara
jumlah karbon dan nitrogen (C/N rasio). Jika C/N rasio tinggi, berarti bahan penyusun kompos
belum terurai sempurna. Bahan kompos dengan C/N rasio tinggi akan terurai atau membusuk lebih
lama dibandingkan dengan bahan ber-C/N rendah. Kualitas kompos dianggap baik jika memiliki
C/N rasio antara 12 – 15.
Bahan kompos, seperti sekam, jerami padi, batang jagung, dan serbuk gergaji, memiliki C/N
rasio antara 50 – 100. Daun segar memiliki C/N rasio 10 – 12. Proses pembuatan kompos akan
menurunkan C/N rasio hingga menjadi 12-15.
Proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara
biologis, khususnya oleh mikrobamikroba yang memanfaatkan bahan organic sebagai sumber
energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos
dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang seimbang,
pemberian air yang cukup, mengaturan aerasi, dan penambahan activator pengomposan.
Cara pembuatan pupuk kompos sebagai berikut:

EM 4 BERPERAN SEBAGAI BERIKUT :


- Menekan bertumbuhnya patogen tanah
- Mempercepat fermentasi limbah dan sampah organik
- Meningkatkan ketersediaan unsur hara dan senyawa organik pada tanaman
- Meningkatkan Nitrogen
Cara Pembuatan MOL (mikro organism local):
Proses Pembuatan Kompos
Proses pembuatan kompos yang dikembangkan yaitu: Kompos Dengan Cara Berlapis
Bahan :
 Sisa tanaman, Hijauan,
 Kotoran hewan,
 Serbuk gergaji,
 Kapur (CaCo3),
 MOL.
Pembuatan/Penyusunan bahan :
 Semua bahan yang besar-besar dan panjang-panjang di potong-potong/dicincang,
 Letakan dan susun bahan-bahan diatas tempat/ tanah yang terhindar dari genangan air.
 Lapisan ke 1 letakan/sebarkan sisa tanaman seperti jerami setebal maksimal 30 Cm,
 Sirami dengan MOL hingga bahan dalam kondisi lembab (tidak terlalu basah dan tidak
kering),
 Letakkan bahan organik lain dilapisan ke2 serbuk gergaji, sirami dengan MOL,
 Lapisan ke 3 kotoran hewan, sirami dengan MOL,
 Lapisan ke 4 bahan lainnya dan terus diikuti dengan mol dan
 Paling atas taburi kapur dengan rata, hingga mencapai ketinggian 1M,
 Pada saat menyusun bahan letakan bambu dan pada ruas/bukunya dilubangi agar sirkulasi
udara berjalan dengan baik dengan jarak antara bambu yang satu dengan bambu yang lain
50 cm.
 Jika perlu tutup dengan terpal untuk menambah kelembaban agar cepat terjadi proses
penghancuran oleh mikro organisme.
 Biarkan selama 3 hari, dan lakukan pengontrolan terhadap kelembaban dan suhu udara jika
terlalu panas atur suhu dengan membalikkan bahan tersebut, jika terlalu basah tambahkan
dedak, dan jika terlalu kering tambahkan MOL.
 Selanjutnya tinggal menunggu kompos matang/ jadi.
 Karbohidrat, protein, dan lilin (bahan dengan C/N rasio tinggi) diurai menjadi senyawa
sederhana seperti NH3, CO2, H2, dan H2O. pada tahap ini, mikro organisme pengurai menyerap
unsur hara dari lingkungan sekitarnya untuk pertumbuhannya.
 Setelah perombakan selesai, mikroorganisme pengurai akan mati. Konsekuensinya, unsur hara
penyusun tubuh mikro organisme akan dilepaskan. Pada tahap ini C/N rasio menjadi lebih
rendah karena banyak karbon yang berubah menjadi CO2 dan menguap ke udara. Namun,
bertolak belakang dengan karbon, kandungan nitrogennya justru berlimpah.
 Jika C/N rasio telah mencapai angka 12 – 20 berarti unsur hara yang terikat pada humus telah
dilepaskan melalui proses mineralisasi sehingga dapat digunakan oleh tanaman.
Kandungan unsur hara kompos sebagai berikut:
 Nitrogen 0,1 – 0,6%
 Fosfor 0,1 – 0,4%
 Kalium 0,8 – 1,5%
 Kalsium 0,8 – 1,5%
Hsieh (1990) mengelompokkan kematangan kompos dalam tiga kategori:
1. Kompos belum matang: dalam kategori ini bahan yang dikomposkan warna dan bentuk dari
bahan asli mudah diidentifikasi.
2. Kompos matang sebagian: dalam kategori ini bahan yang dikomposkan berubah warna
menjadi kecoklatan, tetapi masih kelihatan bentuk aslinya dan tidak mudah dihancurkan
apabila digesek-gesek dengan jari/tangan.
3. Komposmatang: pada kompos matang sebagian besar bahan yang dikomposkan berstruktur
crumbel berwarna coklat kehitaman
Prinsip Pengomposan
Untuk mendapatkan kompos yang mempunyai kualitas yang baik, maka dalam pembuatannya
melalui beberapa langkah dan pemahaman yaitu :
a. Pengembangan MOL untuk mempercepat penghancuran bahan yang mau dikomposkan
dipotong-potong dalam ukuran kecil untuk mempercepat bakteri masuk pada bahan yang
dikomposkan.
b. Pengomposan harus terlindung dari sinar matahari langsung dan air hujan .
c. Memperhatikan perbandingan bahan yang dikomposkan disesuaikan dengan kondisi C/N
ratio dari bahan organik.
d. Mempertahankan sirkulasi udara (aerasi) pada saat pengomposan harus terpelihara.
e. Menjaga suhu dalam proses Pengomposan agar terjaga dan tetap mendukung kerja mikro
organisme.
f. Menjaga kelembaban agar tetap optimal.
Ciri fisik kompos yang baik adalah berwarna cokelat kehitaman, agak lembab, gembur, dan
bahan pembentuknya sudah tidak tampak lagi. Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian.
Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos
memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan
meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba
tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas
mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa
yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat
membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada
tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat,
lebih segar, dan lebih enak.
Manfaat kompos dalam bidang ekonomi, yaitu: menghemat biaya untuk transportasi dan
penimbunan limbah, mengurangi ukuran/volume limbah, memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari
pada bahan asalnya.
2.5.2 Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk
kandang sangat tergantung pada jenis ternak, kualitas pakan ternak, dan cara penampungan pupuk
kandang. Penambahan pupuk kandang dapat meningkatkan kesuburan dan produksi pertanian. Hal
ini disebabkan tanah lebih banyak menahan air sehingga unsur hara akan terlarut dan lebih mudah
diserap oleh buluh akar. Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang sangat
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak terdapat pada
pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain. Pupuk
kandang banyak mengandung mikroorganisme yang dapat membantu pembentukan humus di dalam
tanah dan mensintesa senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman, sehingga pupuk kandang
merupakan suatu pupuk yang sangat diperlukan bagi tanah dan tanaman dan keberadaannya dalam
tanah tidak dapat digantikan oleh pupuk lain.
Tabel 11 menunjukan pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki kandungan unsur hara
yang lebih besar dari pada jenis ternak yang lain. Penyebabnya adalah kotoran padar pada unggas
tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya, kandungan unsur hara pada urine selalu lebih tinggi
dari pada kotoran padat.
Tabel 11. Kandungan unsur hara beberapa jenis pupuk kandang
Jenis ternak N (%) P2O5 (%) K2O (%)
Ayam 1,7 1,9 1,5
Sapi 0,3 0,2 0,3
Kuda 0,4 0,2 0,3
Domba 0,6 0,3 0,2
Sumber: Hardjowigeno, 1995
Sebelum digunakan pupuk kandang perlu mengalami proses penguraian. Pupuk kandang yang
banyak mengandung jerami memiliki C/N rasio yang tinggi sehingga mikroorganisme memerlukan
waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan proses penguraiannya. Contoh pupuk kandang yang
banyak mengandung jerami, antara lain: pupuk kandang dari sapi, kerbau, atau babi.
Dalam dunia pupuk kandang, dikenal istilah pupuk panas dan pupuk dingin. Pupuk panas
adalah pupuk kandang yang proses penguraiannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas,
misalnya pupuk kandang dari kuda, kambing, domba, ayam. Sedangkan pupuk dingin terjadi
sebaliknya, C/N rasio yang tinggi menyebabkan pupuk kandang terurai lebih lama dan tidak
menimbulkan panas, misalnya pada sapi, kerbau, dan babi.
Ciri – ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimiawi. Ciri fisiknya
yakni berwarna kehitaman, cukup kering, tidak mengandung dan tidak berbau menyengat. Ciri
kimiawinya adalah C/N rasio kecil (bahan pembentuknya sudah tidak terlihat) dan temperaturnya
relative stabil.
Efek kelebihan pupuk kandang akan menimbulkan pencemaran nitrat (NO3-) dan ammonia
(NH3+) sehingga menyebabkan eutrofikasi (eutropication). Di samping itu sering pula tidak tersedia
bagi tanaman, karena diserap oleh mikroorganisme untuk kebutuhan hidupnya.
Keuntungan pemakaian pupuk kandang antara lain:
1. Dapat memperbaiki kesuburan fisika tanah melalui perubahan struktur dan permeabilitas tanah.
2. Dapat memperbaiki kesuburan kimia tanah karena mengandung unsur N, P, K, Ca, Mg, dan Cl.
3. Dapat meningkatkan kegiatan mikroorganisme tanah yang berarti meningkatkan kesuburan
biologis.
4. Dalam pelapukannya sering mengeluarkan hormon yang merangsang pertumbuhan tanaman,
seperti: auxin, gibberellin dan cytokinin.
2.5.3 Pupuk Hijau
Pupuk hijau adalah bagian dari tanaman yang masih hidup dan diberikan pada tanaman.
Pupuk hijau terbuat dari tanaman atau komponen tanaman yang dibenamkan ke dalam tanah. Jenis
tanaman yang banyak digunakan adalah dari familia Leguminoceae atau kacang-kacangan dan jenis
rumput-rumputan (rumput gajah). Jenis tersebut dapat menghasilkan bahan organik lebih banyak,
daya serap haranya lebih besar dan mempunyai bintil akar yang membantu mengikat nitrogen dari
udara.
Tujuan pemupukan hijau:
 Mempertinggi kandungan bahan organik dalam tanah, sebagai pengganti yang telah habis
diserap oleh tanaman, selama periode pengolahan tanah.
 Mengurangi leaching selama periode kosong antara dua objek agronomi yang dikelola.
 Menambah nitrogen apabila yang dijadikan pupuk hijau.
 Mengurangi erosi vertical.
 Mengurangi penyakit akar pada kapas terhadap phymatotrichum.
Keuntungan penggunaan pupuk hijau antara lain:
a. Mampu memperbaiki struktur dan tekstur tanah serta infiltrasi air
b. Mencegah adanya erosi
c. Dapat membantu mengendalikan hama dan penyakit yang berasal dari tanah dan gulma jika
ditanam pada waktu tanah bero.
d. Sangat bermanfaat pada daerah-daerah yang sulit dijangkau untuk suplai pupuk anorganik.
Namun pupuk hijau juga memiliki kekurangan yaitu: tanaman hijau dapat sebagai kendala
dalam waktu, tenaga, lahan, dan air pada pola tanam yang menggunakan rotasi dengan tanaman
legume dapat mengundang hama ataupun penyakit dapat menimbulkan persaingan dengan tanaman
pokok dalam hal tempat, air dan hara pada pola pertanaman tumpang sari.
2.5.4 Pupuk Seresah
Pupuk seresah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman yang sudah
tidak terpakai. Misal jerami kering, bonggol jerami, rumput tebasan, tongkol jagung, dan lain-lain.
Pupuk seresah sering disebut pupuk penutup tanah karena pemanfaatannya dapat secara langsung,
yaitu ditutupkan pada permukaan tanah di sekitar tanaman (mulsa). Peranan pupuk ini diantaranya:
a. Dapat menjaga kelembaban tanah, mengurangi penguapan, penghematan pengairan
b. Mencegah erosi, permukaan tanah yang tertutup mulsa tidak mudah larut dan terbawa air
c. Menghambat adanya pencucian unsur hara oleh air dan aliran permukaan
d. Menjaga tekstur tanah tetap remah
e. Menghindari kontaminasi penyakit akibat percikan air hujan
f. Memperlancar kegiatan jasad renik tanah sehingga membantu menyuburkan tanah dan
sumber humus.
2.5.5 Pupuk Organik Cair
Pupuk organik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti: pupuk anorganik.
Pupuk cair sepertinya lebih mudah di manfaatkan oleh tanaman karena unsur-unsur di dalamnya
sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa.
Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah
beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai
pupuk cair.
MOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan yang terbuat dari
bahan-bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan berkembangnya mikro organisme yang
berguna untuk mempercepat penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai
aktivator atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari mikroorganisme
yang tersedia sekitar kita.
Adapun bahan yang digunakan untuk mengembangkan (MOL) mikro organisme lokal tersebut
yaitu: Limbah Hijauan Sayuran / Limbah Dapur
Peralatan :
 Drum plastik ukuran 200 liter
 Plastik transparan 1 m2
Bahan :
 100 kg Limbah Sayuran Hijauan (Kol, Cesin, Vetsay, Mentimun, bayam, kangkung dll),
 Garam : 5 % dari berat bahan ( 5 Kg),
 Gula merah 2 % dari cairan setelah diproses selama 24 hari,
 Air cucian beras 10 liter.
Cara Pembuatan :
 Limbah sayuran hijauan diiris-iris hingga menjadi potongan-potongan kecil dan masukan
kedalam drum plastik, setiap lapisan setebal 20 cm dan taburkan garam sampai rata,
lanjutkan dengan berlapis-lapis seperti diatas sampai kedua bahan habis.
 Tambahkan air cucian beras sebanyak 10 liter,Tambahkan gula sebanyak 2 ons dan diaduk
hingga rata.
 Drum ditutup rapat dengan plastik dan diatasnya diberi air sehingga tampak plastik cekung
terisi air.
 Setelah 3-4 minggubaru dibuka, akan tampak cairan berwarna kuning kecoklatan, baunya
segar dan jika diukur PH nya 3-5
2.5.6 Guano (Kotoran Kelelawar)
Jenis pupuk ini mengandung unsur hara yang lebih lengkap dibandingkan dengan pupuk
organik lainnya. Hal ini disebabkan kotoran kelelawar mengandung biji – bijian. Namun, harga
pupuk ini relatif lebih mahal dibandingkan dengan pupuk organik lainnya. Untuk menekan biaya,
aplikasi pupuk guano umumnya dicampur dengan pupuk kandang atau pupuk kompos.
Perbandingan kandungan unsur hara yang terdapat pada kotoran kelelawar dengan kotoran unggas
bisa dilihat di tabel berikut:
Tabel 3. Perbandingan kandungan unsur hara kotoran kelelawar dengan kotoran unggas

Jenis N (%) P (%) K (%) Ca (%) Mg S (%)


hewan (%)
Kelelawar 8-13 5-12 1,5–2,5 7,5–1,1 0,5–1,0 2,0–
3,5
Ayam 1,63 1,54 0,85 - - -
Merpati 1,76 1,78 1,00 - - -
Itik 1,00 1,54 0,62 - - -
Angsa 0,55 1,40 1,40 - - -

2.5.7 Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daun-daunan
dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah
humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari
daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, industri makanan,
agroindustri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah
tangga, dan limbah-limbah padat perkotaan.
Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan
menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam
tanah dan air. Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu
dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikkan aerasi tanah,
dan menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik. Kandungan
utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah,
jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos.
2.5.8 Pupuk Hayati
Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional
mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia
bagi tanaman.

Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis
pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun
yang lalu. Pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang
berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi
tanaman.
Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman
terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat,
maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung
melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok
tanaman tertentu atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui
penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan
organik oleh kelompok organisme perombak.

Pupuk hayati pemasok nitrogen karena atmosfer mengandung nitrogen dalam jumlah yang
cukup banyak (78%) dan mampu disematkan oleh bebrapa jenis bakteri yang hidup bebas (non-
simbiosis) di dalam tanah atau bersimbiosis dengan tanaman, terutama tanaman jenis legume. Pada
saat ini yang banyak digunakan untuk pupuk hayati adalah Rhizobium, Azospirillium, Azotobakter,
dan Phosphobacteria.

2.6 Cara Aplikasi Pupuk Organik:


Tanah berpasir, bekas pertambangan, tanah tererosi, atau tanah sangat padat yang mudah retak
pada saat musim kemarau, sebaiknya diberi pupuk organik dalam jumlah besar sebelum digunakan
untuk bercocock tanam. Setelah diberi pupuk organik, dilanjutkan dengan pengolahan tanah. Kedua
perlakuan tersebut digunakan supaya sifat fisik tanah membaik dan pemakaian pupuk organik
menjadi lebih efisien.
Kebutuhan dosis pupuk organik yang sangat besar seringkali menyulitkan proses
penebarannya. Namun, sekarang telah dipasarkan pupuk organik yang dipadatkan dalam bentuk
pelet atau konsentrat. Pupuk organik dalam bentuk tersebut lebih mudah diaplikasikan dan dosis
yang diperlukan menjadi lebih kecil. Dosis pupuk organik yang besar memang tidak akan merusak
tanaman. Namun, keseimbangan antara peningkatan hasil dan biaya yang dikeluarkan harus
dipertimbangkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam aplikasi pupuk organik adalah sebagai berikut:
1. Penebaran pupuk organik sebaiknya diikuti dengan pengolahan tanah seperti pembajakan
atau penggemburan tanah agar pupuk organik dapat mencapai lapisan tanah yang lebih
dalam.
2. Pemberian pupuk organik dengan dosis kecil tetapi sering, lebih baik dari pada dosis banyak
yang diberikan sekaligus.
3. Pada jagung, cabai, tomat, dan beberapa sayuran, pupuk organik sebaiknya ditempatkan
pada lubang tanaman satu minggu sebelum bibit ditanam.
4. Pada media tanam dalam pot, perbandingan antara kompos dan tanah yang ideal adalah 1 :
1.
5. Jika harus menggunakan pupuk organik yang belum terurai sempurna (rasio C/N masih
tinggi), harus diberi jeda waktu antara pemberian pupuk organik dan penanaman bibit, yakni
minimal satu minggu. Hal itu dilakukan untuk menghindari dampak buruk yang mungkin
terjadi pada tanaman ketika proses penguraian pupuk berlangsung.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan makalah tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pupuk organik
merupakan yang sangat ramah lingkungan dan dapat membuat tanah menjadi subur. Pupuk organik
juga pupuk yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk lainnya karena akan mengurangi polusi
tanah dan dapat meningkatkan produtivitas tanah.
Pupuk organik terdiri dari beberapa jenis yaitu: pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk hayati,
pupuk cair, pupuk seresah, pupuk hijau, mikroba penyubur tanah, pupuk hayati, guano dan humus.
Penggunaan pupuk organik juga mempunyai kelemahan salah satunya yaitu akan menimbulkan
kekahatan unsur hara apabila bahan organik yang diberikan belum cukup matang.
Rakitan teknologi pembuatan pupuk altematif mulai membudaya di masyarakat kita, yaitu
upaya pembuatan kompos dengan menggunakan bioaktifator yang memang sudah cukup banyak di
pasaran, seperti EM-4, stardek/starbio, cM dll. Hal ini dilakukan petani dengan pertimbanganantara
lain :
 untuk memperoleh pupuk kandang dalam jumlah besar yang sudah masak tidaklah mudah.
 Penanaman pupuk hijau tidak selalu berhasil, karena keberatan dari petani jika harus
mengorbankan sebagian lahannya untuk tanaman pupuk hijau.
 Memberi nilai tambah bagi pupuk kandang sehingga menjadi kompos dengan kualitas lebih
baik.
 Mengurangi ketergantungan pada pupuk buatan.
DAFTAR PUSTAKA

Basyir,A,P.Slamet dan Suyamto.1994. pengelolaan hara pada lahan sawah dalam jangka panjang.
Risalah Lokakarya Komunikasi Teknologi untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan di
Jawa Timur. Edisi Khusus Balittan Malang,No.1,P.12-29.

Isgianto,S. Karsono,A. Munip, dan Riwanodjo. 1992 Penggunaan pupuk organic dan
pengelolaannya pada padi sawah. p.14-21.

Noor,A.,A. Jumberi dan R.D.Ningsih.1996. Peranan pupuk oraganik dalam meningkatkan hasil padi
gogo di lahan kering. Prosiding Seminar Teknologi Sistem Usahatani Lahan Rawa dan
Lahan Kering : Buku 2.p.575-586.

Prastowo,K.,Subowo;E.Santosa,H.Amir dan T. Prihatini. 1995. Dekomposisi jerami padi dengan


menggunakan EM4. Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian
Tanah dan Agroklimat,Buku 3, bidang kesuburan dan produktivitas tanah.p.77-90.

Suriawaria,U.1969. Ragi kompos as activator. Compost Sci.10(2):14-15.

Jumin, Hasan Basri. 2005. Dasar-dasar agronomi. PT RajaGrafindo Persada, Jakarta.


Sutanto, Rachman. 2002. Pertanian organik: Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan.
Jakarta
H, Taufik. Tadjoedin dan Hadi, Ir, Iswanto 2002. Kiat mengatasi permasalahan praktis:
mengebunkan mengkudu secara intensif. AgroMedia Pustaka, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai