Makalah Pupuk
Makalah Pupuk
Makalah Pupuk
KATA PENGANTAR…………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………… iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah…………………………………………...…….... 1
1.2. Perumusan Masalah………………………………………………………. 2
1.3. Tujuan Penulisan………………………………………………………….. 2
1.4. Manfaat Penulisan…………………………………………………..……. 3
BAB II. ISI
2.1. Sejarah pupuk organik……………………………………………………. 4
2.2. Pengertian pupuk organik………………………………………………… 5
2.3. Jenis-jenis pupuk organik………………………………………………… 10
2.4. Pengaplikasian pupuk organik…………………………………………… 22
BAB III. KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………. 24
3.2. Saran……………………………………………………………………... 24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….…… 25
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Hasil survei dari Pusat penelitian Tanah dan Agroklimat (Puslittanak) Bogor menyatakan
sebagian besar lahan sawah Indonesia kandungan C-Organiknya sangat rendah, kurang dari 2 %.
Sedangkan tanah yang subur kandungan C-organik tanahnya adalah 5%. Dengan kandungan C-
organik yang rendah itu respon tanah terhadap pupuk kimia semakin menurun . Kesuburan (fisik
dan biologi) tanah pun anjlok.
Bahan organik adalah sesuatu yang utuh atau sebagian dari mahluk hidup, baik berupa
kotoran maupun mahluk hidup itu sendiri yang sudah mati. Perombakan bahan organik oleh biota
perombak (makro maupun mikro organisme) akan menghasilkan humus yang kaya akan bahan
makanan bagi tanaman. Disamping itu bahan organik tanah juga dapat meningkatkan Kapasitas
Tukar Kation (KTK) dan mengkelat beberapa unsur hara sehingga menjadi tersedia bagi tanaman.
Pupuk organik juga dapat memperbaiki struktur tanah serta daya pegang air tanah.
Demikian pentingnya pupuk organik sehingga Menteri Pertanian mengeluarkan peraturan No.
02/Pert./HK.060/2/2006 yang menetapkan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar
atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui
proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik,
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Pemupukan adalah pemberian pupuk terhadap tanaman. Sedangkan pupuk adalah material
yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang
diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan
organik ataupun non-organik (mineral). Pupuk mengandung bahan baku yang diperlukan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan
tumbuhan tersebut, agar tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak unsur hara. Terlalu sedikit atau
terlalu banyak unsur hara dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah
ataupun disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk yang menjadi alternatif dan mulai popular
kembali setelah cukup lama tidak pernah digunakan dalam perkembangan pertanian organik yaitu
pupuk organik.
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa
-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan
untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan
organik dari pada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagastebu, dan sabut kelapa), limbah
ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
1.1. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana sejarah pupuk organik?
1.2.2. Apa itu pupuk organik?
1.2.3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pupuk organik?
1.2.4. Bagaimana cara pengaplikasian pupuk organik?
1.2.5. Apa manfaat pupuk organik?
1.2.6. Apa keunggulan pupuk organik?
1.2. Tujuan Makalah
1.3.1. Pemenuh tugas matakuliah kimia mengenai pupuk.
1.3.2. Untuk mengetahui asal usul (sejarah) pupuk organik.
1.3.3. Untuk mengetahui jenis-jenis pupuk organik secara jelas.
1.3.4. Untuk mengetahui cara aplikasi pupuk organik.
1.3.5. Untuk mengetahui manfaat dan keunggulan pupuk organik.
1.3. Manfaat Makalah
1.4.1. Memberikan pemahaman kepada para pembaca tentang Pupuk Organik.
1.4.2. Sebagai bahan perbandingan makalah lain yang membahas tentang Pupuk Organik
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Pupuk Organik
Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian dari pada sejarah pertanian.
Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok
tanam, yaitu sekitar 5.000 tahun yang lalu. Bentuk primitif dari penggunaan pupuk dalam
memperbaiki kesuburan tanah dimulai dari kebudayaan tua manusia di daerah aliran sungai-sungai
Nil, Efrat, Indus, Cina, dan Amerika Latin. Lahan-lahan pertanian yang terletak di sekitar aliran-
aliran sungai tersebut sangat subur karena menerima endapan lumpur yang kaya hara melalui banjir
yang terjadi setiap tahun. Di Indonesia, pupuk organik sudah lama dikenal para petani. Penduduk
Indonesia sudah mengenal pupuk organik sebelum diterapkannya revolusi hijau di Indonesia.
Setelah revolusi hijau, kebanyakan petani lebih suka menggunakan pupuk buatan karena praktis
menggunakannya, jumlahnya jauh lebih sedikit dari pupuk organik, harganya pun relatif murah dan
mudah diperoleh. Kebanyakan petani sudah sangat tergantung pada pupuk buatan, sehingga dapat
berdampak negatif terhadap perkembangan produksi pertanian.
Tumbuhnya kesadaran para petani akan dampak negatif penggunaan pupuk kimia dan sarana
pertanian modern lainnya terhadap lingkungan telah membuat mereka beralih dari pupuk
konvensional ke pupuk organik. Perkembangan terakhir menunjukan bahwa produksi pupuk
organik dan permintaan pupuk organik semakin meningkat. Karena petani semakin sadar dampak
buruk pupuk kimia pada tanah pertaniannya dan masyarakat pun menginginkan bahan makanan
yang bersih dari residu bahan kimia.
2.2 Pengertian Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup yang diolah melalui
proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai, seperti pelapukan sisa - sisa tanaman,
hewan dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Sumber bahan organik dapat berupa kompos,
pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota
(sampah).
Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dibanding bahan
pembenah lainnya. Nilai pupuk yang dikandung pupuk organik pada umumnya rendah dan sangat
bervariasi, misalkan unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) tetapi juga mengandung unsur
mikro esensial lainnya. Pupuk organik membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan mengurangi
terjadinya retakan tanah. Nitrogen dan unsur hara lain yang dikandung oleh pupuk organik
dilepaskan secara perlahan-lahan. Penggunaan secara berkesinambungan akan banyak membantu
dalam membangun kesuburan tanah, terutama apabila dilaksanakan dalam waktu yang nisbi
panjang.
2.5.7 Humus
Humus adalah material organik yang berasal dari degradasi ataupun pelapukan daun-daunan
dan ranting-ranting tanaman yang membusuk (mengalami dekomposisi) yang akhirnya mengubah
humus menjadi (bunga tanah), dan kemudian menjadi tanah. Bahan baku untuk humus adalah dari
daun ataupun ranting pohon yang berjatuhan, limbah pertanian dan peternakan, industri makanan,
agroindustri, kulit kayu, serbuk gergaji (abu kayu), kepingan kayu, endapan kotoran, sampah rumah
tangga, dan limbah-limbah padat perkotaan.
Humus merupakan sumber makanan bagi tanaman, serta berperan baik bagi pembentukan dan
menjaga struktur tanah. Senyawa humus juga berperan dalam pengikatan bahan kimia toksik dalam
tanah dan air. Selain itu, humus dapat meningkatkan kapasitas kandungan air tanah, membantu
dalam menahan pupuk anorganik larut-air, mencegah penggerusan tanah, menaikkan aerasi tanah,
dan menaikkan fotokimia dekomposisi pestisida atau senyawa-senyawa organik toksik. Kandungan
utama dari kompos adalah humus. Humus merupakan penentu akhir dari kualitas kesuburan tanah,
jadi penggunaan humus sama halnya dengan penggunaan kompos.
2.5.8 Pupuk Hayati
Istilah pupuk hayati digunakan sebagai nama kolektif untuk semua kelompok fungsional
mikroba tanah yang dapat berfungsi sebagai penyedia hara dalam tanah, sehingga dapat tersedia
bagi tanaman.
Pemakaian istilah ini relatif baru dibandingkan dengan saat penggunaan salah satu jenis
pupuk hayati komersial pertama di dunia yaitu inokulan Rhizobium yang sudah lebih dari 100 tahun
yang lalu. Pupuk hayati dapat didefinisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang
berfungsi untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah bagi
tanaman.
Memfasilitasi tersedianya hara ini dapat berlangsung melalui peningkatan akses tanaman
terhadap hara misalnya oleh cendawan mikoriza arbuskuler, pelarutan oleh mikroba pelarut fosfat,
maupun perombakan oleh fungi, aktinomiset atau cacing tanah. Penyediaan hara ini berlangsung
melalui hubungan simbiotis atau nonsimbiotis. Secara simbiosis berlangsung dengan kelompok
tanaman tertentu atau dengan kebanyakan tanaman, sedangkan nonsimbiotis berlangsung melalui
penyerapan hara hasil pelarutan oleh kelompok mikroba pelarut fosfat, dan hasil perombakan bahan
organik oleh kelompok organisme perombak.
Pupuk hayati pemasok nitrogen karena atmosfer mengandung nitrogen dalam jumlah yang
cukup banyak (78%) dan mampu disematkan oleh bebrapa jenis bakteri yang hidup bebas (non-
simbiosis) di dalam tanah atau bersimbiosis dengan tanaman, terutama tanaman jenis legume. Pada
saat ini yang banyak digunakan untuk pupuk hayati adalah Rhizobium, Azospirillium, Azotobakter,
dan Phosphobacteria.
Basyir,A,P.Slamet dan Suyamto.1994. pengelolaan hara pada lahan sawah dalam jangka panjang.
Risalah Lokakarya Komunikasi Teknologi untuk Meningkatkan Produksi Tanaman Pangan di
Jawa Timur. Edisi Khusus Balittan Malang,No.1,P.12-29.
Isgianto,S. Karsono,A. Munip, dan Riwanodjo. 1992 Penggunaan pupuk organic dan
pengelolaannya pada padi sawah. p.14-21.
Noor,A.,A. Jumberi dan R.D.Ningsih.1996. Peranan pupuk oraganik dalam meningkatkan hasil padi
gogo di lahan kering. Prosiding Seminar Teknologi Sistem Usahatani Lahan Rawa dan
Lahan Kering : Buku 2.p.575-586.