Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Lingk Kerja Faktor Kimia Biologi PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 33

Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

LINGKUNGAN KERJA FAKTOR


KIMIA
BIOLOGI

Dosen : Latar Muhamad Arief, Ir.MSc


Mata kuliah : Higiene Industi (IKK.354)

Fakulatas Ilmu-Ilmu Kesehatan


Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Univ. Esa Unggul

halaman 1
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

BAGIAN - 1
LINGKUNGAN KERJA
FAKTOR KIMIA

I. PENGANTAR

Lima puluh tahun yang lalu hanya satu juta ton bahan-bahan kimia telah dihasilkan
setiap tahunnya, sedikit sekali telah diketahui, dan sedikit pula dikerjakan,
sehubungan dengan bahaya-bahaya kimia dan prosesnya. Sekarang ini lebih dari
400 juta ton bahan-bahan kimia dihasilkan setiap tahunnya, dan diantara 5-7 juta
bahan kimia yang telah diketahui, lebih dari 80.000 dipasarkan. Lebih dari 1000
bahan kimia baru dihasilkan setiap tahunnya. Diperkirakan 500-10.000 bahan kimia
diperdagangkan mengandung bahaya, diantaranya 150–200 kemungkinan
penyebab kanker.
Bahan kimia telah meningkatkan mutu kehidupan. Bahan kimia disektor
pertanian dalam bentuk pembasmian hama (pestisida) dan pupuk (fertilizer) telah
secara besar-besaran meningkatkan produksi makanan. Obat kemotrapi telah
memberikan kontribusi terhadap pengobatan kanker dan obat-obat baru terus
menerus secara konstan memasuki pasaran untuk pengobatan penyakit jantung
misalnya. Serat karbon secara luas digunakan dipabrik pembuatan bahan baru
yang ringan, sementara serat keramik digunakan sebagai bahan penyekat dan
sering digunakan sebagai pengganti asbestos.
Kini sesungguhnya setiap tempat kerja, tercemar oleh bahan kimia seperti bahan
pelarut yang digunakan untuk membersihkan dan menghilankan minyak, campuran
cat dan pernis dan pelarut campuran yang kental dan bahan campuran lainnya.
Bahan kimia dalam bentuk padat dapat berubah dijadikan bubuk atau partikel abu
selama proses manufaktur dan dapat bersisa masuk kedalam udara ambient untuk
jangka waktu yang lama.
Gas dan uap digunakan dalam operasi industri seperti pengelasan dan
pendinginan, atau pada bermacam-macam proses kimia lainnya, gas juga
dipergunakan dirumah sakit sebagai bahan anestesi. Laboratorium di Sekolah,
Universitas, Badan penelitian, Perwakilan pemerintah dan Perusahaan perorangan
banyak menggunakan berbagai macam bahan kimia baik dalam jumlah besar
maupun kecil.

II. PENGERTIAN

Faktor kimia adalah faktor didalam tempat kerja yang bersifat kimia, yang meliputi
bentuk padatan (partikel, cair, gas, kabut, aerosol, dan uap yang berasal dari
bahan- bahan kimia, mencakup wujud yang bersifat partikel adalah debu, awan,
kabut, uap logam, dan asap ; serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan
uap (pasal 1, butir 11, dan butir 12. Permennakertransi No.PER. 13/MEN/X/2011,
tentang NAB (Nilai Ambang Batas) Faktor Fisika dan Kimia di Tempat Kerja).

halaman 2
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

Sedangkan bahan kimia (chemical), adalah unsur kimia dan senyawanya


dan campurannya, baik yang bersifat alami maupun sintetis.
Keracunan bahan kimia, dimana dalam keadaan normal, badan manusia
mampu mengatasi bermacam-macam bahan dalam batas-batas tertentu.
Keracunan terjadi apabila batas-batas tersebut dilampui dimana badan tidak
mampu mengatasinya(melalui saluran pencernaan, penyerapan atau pembuangan).
Derajad racun (toxicity), adalah potensi kandungan bahan kimia yang
menyebabkan keracunan. Racun dari bahan kimia sangat beragam (contoh ;
beberapa tetesan bahan kimia bisa mematikan, sementara yang lain baru
memberikan efek kalau dikonsumsi dalam jumlah yang besar)
Bahaya kimia (chemical hazard) adalah bahan kimia yang digolongkan
kedalam bahan-bahan berbahaya atau memiliki informasi yang menyatakan bahwa
bahan tersebut berbahaya, biasanya informasi tersebut dalam “lembar data
keselamatan (chemical safety data sheet)”, yang memuat dokumen dan informasi
penting untuk para pengguna yang bertalian dengan sifat kandungan bahayanya
dan cara-cara penggunaan yang aman, ciri-ciri,supplier, penggolongan, bahayanya,
peringatan-peringatan, bahaya dan prosedur tanggap darurat.
Faktor-faktor yang menciptakan kondisi intensitas bahaya di area
lingkungan tempat kerja yang berhubungan dengan penggunaan bahan kimia
meliputi ; (i) derajat racun, (ii) sifat-sifat fisik dari bahan, (iii) tata cara kerja, (iv) sifat
dasar, (v) tempat/jalan masuk, (vi) kerentanan individu para pekerja, dan (vii)
kombinasi faktor-faktor (i) sampai dengan (vi) akan menibulkan situasi yang
berbahaya

Debu diudara (airbon dust)


adalah suspensi partikel benda padat diudara . Butiran debu ini dihasilkan oleh
pekerjaan yang berkaitan dengan gerinda, pemboran dan penghancuran pada
proses pemecahan bahan-bahan padat.
Ukuran besarnya butiran-butiran tersebut sangat bervariasi mulai yang dapat dilihat
oleh mata telanjang (> 1/20 mm) sampai pada tidak kelihatan. Debu yang tidak
kelihatan berada diudara untuk jangka waktu tertentu dan hal ini membahayakan
karena bisa masuk menembus kedalam paru-paru.

Gas
adalah bahan seperti oksigen, nitrogen, atau karbon dioksida dalam bentuk gas
pada suhu dan tekanan normal, dapat dirubah bentuknya hanya dengan kombinasi
penurunan suhu dan penambahan tekanan.

Aerosol (partikel)
yaitu setiap sistem titik-titik cairan atau debu yang mendispersi diudara yang
mempunyai ukuran demikian lembutnya sehingga kecepatan jatuhnya mempunyai
stabilitas cukup sebagi suspensi diudara. Perlu diingat bahwa partikel-partikel debu
selalu berupa suspensi.

Kabut (mist) ,
adalah sebaran butir-butir cairan diudara. Kabut biasanya dihasilkan oleh proses
penyemprotan dimana cairanh tersebar, terpercik atau menjadi busa partikel buih
yang sangat kecil.

Asap (fume)

halaman 3
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

adalah butiran-butiran benda padat hasil kondensasi bahan-bahan dari bentuk uap.
Asap ini biasanya berhubungan dengan logam di mana uap dari logam
terkondensasi menjadi butiran-butiran padat di dalam ruangan logam cair tersebut.
Asap juga ditemui pada sisa pembakaran tidak sempurna dari bahan-bahan yang
mengandung karbon, karbon ini mempunyai ukuran lebih kecil dari 0,5  (micron)

Uap Air (Vavor)


adalah bentuk gas dari cairan pada suhu dan tekanan ruangan cairan
mengeluarkan uap, jumlahnya tergantung dari kemampuan penguapannya. Bahan-
bahan yang memiliki titik didih yang rendah lebih mudah menguap dari pada yang
memiliki titik didih yang tinggi.

MSDS
adalah singkatan dari material safety data sheet memuat informasi mengenai
sifat-sifat zat kimia, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengunaan zat kimia,
pertolongan apabila terjadi kecelakaan, penanganan zat yang berbahaya.

Sistem Harmonisasi Global tentang Klasifikasi dan Pelabelan Bahan Kimia


(Globally Harmonized System of Classification and Labelling of Chemicals)
adalah sistem global yang diinisiatifkan dan diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) untuk menstandarisasi kriteria dan mengharmonisasikan sistem
klasifikasi bahaya bahan kimia serta mengkomunikasikan informasi tersebut pada
label dan Lembar Data Keselamatan

Label
adalah keterangan mengenai bahan kimia yang berbentuk piktogram/simbol,
tulisan, atau kombinasi keduanya atau bentuk lain yang juga berisi informasi
identitas produk dan pemasok serta klasifikasi bahan kimia.

Keselamatan bahan kimia (Chemical Safety)


adalah upaya perlindungan kesehatan manusia dan atau pekerja, fasilitas dan
instalasi serta lingkungan di setiap kegiatan pada simpul daur hidup bahan kimia
dari penyalahgunaan bahan kimia dan penggunaan bahan kimia yang salah

III. MENGENAL BAHAYA BAHAN KIMIA DI TEMPAT KERJA

a. Bahan kimia berbahaya

Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada suatu
kondisi tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap tingkat
pekerjaan yang dilakukan (penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan
dan pembuangan).

Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan menjadi :

b. Bahan kimia mudah meledak


Adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan, atau campurannya yang sebagai
akibat suatu perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, atau perubahan
lainnya) menjadi bentuk gas yang berlangsung dalam proses yang relative singkat

halaman 4
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

disertai dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan yang besar serta
suara yang keras.

c. Bahan kimia mudah terbakar


Adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi
tertentu, Akan menghasilkan nyala API. Tingkat bahaya dari bahan-bahan ini
ditentukan oleh titik bakarnya, makin rendah titik bakar bahan tersebut semakin
berbahaya.
Tabel.1. Beberapa titik nyala yang umum

Bahan kimia Titik Nyala (0C)


Gasoline -43 0
0
Acetene -19
0
Methyl alcohol 11
Kerosene 430
Heptane -40
Toulene 60

d. Bahan kimia beracun


Merupakan bahan kimia dalam jumlah relative sedikit, dapat mempengaruhi
kesehatan manusia atau bahkan menyebabkan kematian, apabila terabsorbsi tubuh
manusia melalui injeksi. Sifat racun dari bahan dapat berupa kronik atau akut dan
sering tergantung pada jumlah bahan tersebut yang masuk kedalam tubuh.

e. Bahan kimia korosif


Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat
lainnya, yang sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau
penyimpan. Senyawa asam alkali dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh,
merusak mata, merangsang kulit dan system pernafasan.

e. Bahan kimia radioaktif


Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar
radioaktif seperti sinar alfa, beta, sinar gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang
dapat membahayakan tubuh manusia.
Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau lebih dari
sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat didalam bahan kimia tersebut, yang selain
mudah meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan meracuni kehidupan.

f. Bahan kimia oksidator


Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil,
mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga dapat
menimbulkan kebakaran selain ledakan. Bahan oksidator terdiri dari :
– Oksidator organik : Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen Peroksida,
Periodat, Persulfat.
– Peroksida organik : Benzil Peroksida, Asetil Peroksida, Eteroksida, Asam
Parasetat.
– Peroksida-peroksida organik dapat pula terbentuk pada penyimpanan
pelarut organik seperti eter, keton, ester, senyawa-senyawa tidak jenuh dsb
yang bersifat eksplosif.

halaman 5
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

g. Bahan kimia reaktif


Adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya,
disertai pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau
keracunan, atau korosi.
Sifat reaktif dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas dua jenis :
– Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi
dengan air, mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
– Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah
bereaksi dengan asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar
atau gas-gas beracun serta bersifat korosif.

h. Bahan reaktif terhadap air


Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau
terbakar. Ini disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan
panas) yang besar atau mengeluarkan gas yang mudah terbakar, contoh :
– Alkali (Na, K) dan Alkali tanah (Ca)
– Logam Halida (Alumunium tibromida)
– Oksida logam anhidrat (CaO)
– Oksida non logam Halida (Sulfuril Halida)
Jelas bahan-bahan tersebut harus jauh dari air atau disimpan ditempat yang kering
dan bebas dari kebocoran bila hujan turun, dan bahan reaktif diatas juga reaktif
terhadap asam. Selain itu juga terdapat bahan-bahan lain yang dapat bereaksi
dengan asam secara hebat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi eksotermis atau
menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau eksplosif, contoh : Kalium
Klorat/perklorat, Kalium Permanganat, Asam Akromat (Cr₂O₃).

i. Gas bertekanan
Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium.
Bahaya dari gas tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga
efek yang mungkin juga bersifat racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar.

Tabel .2. penggunaan gas bertekanan dan bahayanya

GAS Penggunaan Bahaya


Asetilen Gas bakar Mudah terbakar, aspiksian
Ammonia Bahan baku pupuk Beracun
Etilen Oksida Sterilisasi Beracun dan mudah terbakar
Hidrogen Hidrogenasi, gas karier Mudah terbakar dan meledak
Nitrogen Gas pencuci, membuat Aspiksian
udara inert
Klor Klorinasi Beracun, korosif
Vinil Klorida Produksi plastic Beracun dan mudah terbakar

Gas-gas tersebut diatas dalam silinder yang bertekanan, harus disimpan dalam
keadaan terlindung, bebas panas, dan goncangan serta terikat kuat dan bebas dari
kebocoran kran.

halaman 6
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

i. Identifikasi Bahaya Bahan Kimia di Tempat Kerja

Bahan-bahan kimia adalah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi dan
atau proses kerja serta sisa sisa proses produksi dan atau proses kerja. Potensi
bahaya kimia yang memungkinkan terjadi di lingkungan kerja akibat penggunaan
bahan kimia dalam proses produksi atau proses kerja.
Ada dua cara praktis yang dapat digunakan untuk mengenal bahaya bahan kimia di
tempat kerja, yakni :
 Membaca Diagram Alir Proses Produksi.
 Melakukan survey bahan – bahan kimia di tempat kerja

Membaca Diangram Alir Produksi

Dengan melihat secara garis besar tentang diagram alir proses produksi di dalam
suatu industri sehingga dapat diketahui di setiap bagian mana saja yang
memungkinkna untuk menimbulkan bahaya dan dapat dicegah agar tidak berlanjut
ke proses berikutnya.

Melakukan Survey Bahan – Bahan Kimia di Tempat Kerja

Tujuan utama dari kegiatan ini adalah untuk menentukan apakah ada bahaya
potensial dari bahan – bahan yang ada di lingkungan kerja. Jadi di dalam survey ini
harus mencatat dan melakukan inventarisasi terhadap semua bahan yang
digunakan dalam proses produksi itu maupun yang dihasilkan selama proses
sampai akhir proses.

1. Nama bahan kimia:


Nama merek harus di berikan sebagaimana nama kimianya. Hal ini seperti asam
asetil salisilat yang berarti aspirin bagi ahli kimia, tidak membingungkan operator
yang telah berpengalaman. Contoh lain adalah H2S bagi ahli kimia berarti hidrogen
sulfida bagi insinyur, kalsium hipoklorit sama dengan kapur klor, fenol menjadi asam
karbolat, dan soda kue menjadi soda bikarbonat.

2. Apa kondisi fisiknya?


Apakah bahan kimia yang diterima berbentuk padat,cair, atau gas- bukan sifat fisik
secara umum. Juga harus diperhatikan pada kondisi apa suatu bahan kimia
berbentuk padat,cair, atau gas. Misalnya natrium hidroksida (NaOH) yang dapat
dibeli sebagai padatan di drum atau larutan kuat di tankker atau drum; karbon
dioksida dapat dibeli sebagai padatan,cairan, atau gas. Secara umum, panas
masuk atau panas keluar diperlukan untuk pengubahan bentuk, sehingga
identifikasi ini menentukan bagaimana dan dimana bahan kimia harus disimpan.
Apakah matahari dan panas mempengaruhi? Apakah bahan itu akan membeku bila
dibiarkan terbuka? Bila berbentuk padat, apakah berupa bubuk ? Perhatian harus
diberikan jika bahan disimpan dalam bentuk yang stabil, seperti karbon dioksida
yang disimpan dalam bentuk padat. Bahaya dapat terjadi karena beberapa hal,
seperti temperatur yang naik dengan cepat karena kebakaran.dan emisi yang cepat
karena kebocoran. Bila berupa cairan, kemana mengalirnya kebocoran? Dapatkah

halaman 7
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

aliran dari drum ke lubang penampung (damp ground), atau membuat korosi
internal bila disimpan dalam waktu lama?

3. Apakah beracun?
 Apakah menyebabkan akut?
 Apakah menyebabkan kronis?
 Apakah masuk melalui saluran makanan?
 Apakah masuk melalui pernapasan?
 Apakah masuk melalui absorpsi?
 Apakah kadar toksisitas dapat segera ditentukan?
 Berapakah Nilai Ambang Batas (NAB) nya?
Klarifikasi antara kadar racun dengan bahaya harus dimengerti dengan jelas. Kadar
racun bahan kimia adalah satu dari sipat-sipat alami nyang tidak dapat dihilangkan
bila bahan kimia tersebut tetap sama rumus bangunnya, tetapi bahaya ditentukan
oleh frekuensi dan lamanya pemaparan dan konsentrasi bahan kimia. Cedera tidak
akan terjadi tanpa pemaparan konsentrasi yang diberikan dan rancangan dan
operasi proses bahan kimia yang menentukan banyaknya pemaparan,konsentrasi
dan lain-lain. Karenanya, dengan rancangan yang benar dan penanganan yang
aman, bahaya dapat dihilangkan atau tanda-tanda potensinya dapat diredakan.
Karena penggunaannya yang sangat umum, hampir dapat dikatakan bahwa semua
mengetahui bahwa asam sulfat pekat merupakan cairan korosif yang dengan cepat
dapat menghancurkan jaringan badan dan membuat luka bakar. Meskipun
demikian, ratusan ton asam sulfat dimanipulasi,ditransfer, dan disimpan setiap hari
tanpa bahaya yang besar. Hal ini disebabkan sifat-sifat racunnya telah diketahui
dan difahami dan cara-cara pencegahan kecelakaannya telah dibuat. Hasil; kontak
dengan asam sulfat terjadi dengan cepat dan akut, tetapi meskipun benzene dalam
kuantitas sedikit dikulit tidak merupakan hal yang berbahaya, efek akumulatif dari
sifat-sifatnya dapat memicu anemia yang serius dan kematian.
Aspek lanjutan dari pertanyaan mengenai kadar racun dapat segera ditentukan dan
apakah Nilai Ambang Batas (NAB) yang dinyatakan dalam bagian per juta, yang
menyatakan kondisi yang karyawan dapat terpapar setiap hari tanpa mengalami
efek yang berarti. Tetapi, peringatan harus diberikan bahwa NAB, dalam konteks
yang benar, hanya dapat dinterpretasikan dengan benar oleh personil yang terlatih
dalam higiene industri, dan tidak boleh digunakan sebagai:
 Indeks relatif atas bahaya atau kadar racun;
 Alat evaluasi pada gangguan polusi udara;
 Perkiraan potensi racun pada pemaparan terus-menerus yang tidak
berhenti.
Meskipun bahaya yang terditeksi sebagai bau tidak dapat diyakinkan benar, tetapi
tidak ada keraguan bahwa bau khas dari beberapa bahan kimia merupakan indikasi
yang jelas akan adanya bahan kimia tersebut, meskipun bukan konsentrasinya.
Berikut ini adalah bahaya dari pemantauan dengan orang. Sebagai contoh, bau dari
klorin (Cl2 ) dapat dikenali dengan tercium pada konsentrasi yang sangat kecil, dan
karena tidak ada efek iritasi yangnyata dalam waktu cepat, maka tidak ada tindakan
perbaikan. Tetapi konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk klorin di udara
adalah satu bagian klorin per satu juta bagian udara untuk delepan jam pemaparan,
dan konsentrasi terkecil yang dapat terditeksi oleh manusia pada umumnya adalah
tiga sampai empat bagian klorin per satu juta bagian udara. Hal ini menunjukkan
bahwa bila klorin tercium berarti ada instalasi yang perlu diperbaiki.

halaman 8
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

4. Berapakah :
 Densitas uap?
 Tekanan uap?
 Titik beku?
 Specific Gravity?
 Kelarutan dalam air?
Pengetahuan atas kelima karakter fisik di atas memberikan fakta dan informasi
yang terpisah dan berharga. Semua cairan akan menguap, tetapi kecepatan
penguapannya tergantung pada suhu dan tekanan; secara umum cairan panas
menguap lebih cepat daripada cairan dingin. Tekanan uap cairan dan larutan harus
diperhatikan, terutama pada suhu ruang. Hal ini sangat penting bila menyimpan
drum berisi cairan berbahaya. Kebocoran dari beberapa bahan kimia, dapat
menimbulkan bahaya. Perbandinga berat jenis antara uap/gas dengan udara
menunjukkan apakah uap pada suhu normal (0°C) dan tekanan normal (76cm-Hg)
lebih padat atau lebih renggang daripada udara; karena uap itu akan naik ke
atmosfir atau turun. Sebagai contoh adalah petroleum yang memiliki berat jenis 2,5.
Kebocoran petroleum, setelah menguap pada suhu normal, membentik uap
cenderung bergerak sepanjang permukaan. Beberapa kondisi yang mempengaruhi
seperti kecepatan angin dan suhu sekitar membantu petrpleum menyebar cukup
jauh dari lubang inpeksi, tetapi uap petroleum bergerak disepanjang lubang,
menghasilkan atmosfir mudah meledak yang dapat menghasilkan bencana hanya
dengan adanya letikan api
Pentingnya pengetahuan tentang specfic grafvity terlihat nyata saat menentukan
tindakan yang hrus diambil saat menghadapi kebocoran besar. Perbandingan berat
jenis bahan kimia dengan berat jenis air menunjakan apakah bahan kimia akan
mengambang di atas air atau tenggelam. Semua cairan bocor diarahkan mencapai
saluran buang, dan ledakan dibawah tanah akibat kontaminasi oleh cairan sangat
mudah terbakar dapat membuat kerusakan hebat di area yang luas. Bahan tersebut
contohnya adalah petroleum memiliki berat jenis 0,80, sehingga bocoran akan
mengambang di atas air. Karenanya air tidak direkomendasikan sebagai bahan
pemadam untuk kebakaran petroleum cair, karena air akan tenggelam di bawah
petroleum, dan dengan naiknya volume cairan, maka akan cenderung memperlebar
area kebakaran. Membiarkan petroleum keluar kesaluran buang hanya akan
meningkatkan bahaya.
Sebaliknya, bila cairan karbon disulfida yang sangat mudah terbakar, memiliki titik
nyala yang rendah dan titiok bakar yang rendah, memiliki specific gravity 1,26
terbakar, maka dapat dikendalikan dengan menggunakan air yang cukup.
Bila bahan kimia dapat larut dalam air, kebocoran apapun akan mudah bergabung
karena dapat dijenuhkan dengan air dan setelah pencegahan yang layak telah
dilakukan, dapat dikeluarkan ke sistem efluen.
Sehubungan dengan kemampuan pelarutan bahan kimia ke dalam air, harus pula
diperhatikan bahaya yang mungkin terjadi pada beberapa bahan kimia. Beberapa
kasus pernah terjadi yang menimbulkan cedera serius yang timbul akibat masuknya
air ke dalam wadah kosong berbagai bahan kimia menyebabkan reaksi yang hebat.
Sebagai contoh adalah fosfor klorida yang bukan bahan kimia korosif, tetapi setelah
kontak dengan air atau uap air, akan bereaksi hebat, melepas panas dan uap
klorosif asam klorida. Contoh lain adalah sejumlah natrium sianida dengan air di
saluran buang. Reaksi antara natrium sianida dengan air di saluran buang
memperbesar volume gas asam sianida yang mematikan. Bahan kimia seperti
asam sulfat jika bercampur dengan air akan menghasilkan uap air yang cukup untuk

halaman 9
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

menyebabkan semburan. Karenanya, kemempuan suatu bahan kimia untuk larut


dalam air memerlukan penanganan yang tepat.

5. Apa bahan yang inkompatibilitas?


Beberapa bahan kimia bereaksi hebat dengan bahan kimia lain dan bahan-bahan
yang berhubungan tersebut disebut inkompatibel. Sebagai contoh adalah asetilene
yang akan bereaksi hebat dengan klorin, Sehingga kecelakaan yang
memungkinkan bergabingnya dua bahan kimia tersebut harus dicegah. Sama
halnya dengan asam nitrat yang tidak boleh dibawa sampai kontak dengan cairan
yang mudah terbakar. Bahaya sesungguhnya dari inkompatibilitas terjadi akibat
kesalahan dalam melakukan asesmen, sehingga saat beberapa bahan kimia
dibawa bersama-sama dengan kurang hati-hati, terjadi reaksi hebat, dan merusak
pabrik dan personilnya. Kemungkinan akibat pencampuran yang tidak direncanakan
harus selalu diawasi.
Bahan inkompabilitas lain adalah oksidator dan reduktor. Beberapa bahan kimia
yang tidak terbakar mampu membantu dengan baik pembakaran saat berkombinasi
dengan bahan kimia lain yang menghasilkan oksigan dalam jumlah yang besar.
Tidak hanya atmosfir dengan cepat dipenuhi oleh oksigen, tetapi panas reaksi
mungkin cukup untukj membuat pembakaran dan kebakaran dapat terjadi. Oksidsi
adalah kombinasi oksigen bahan kimia denga bahan lain; dapat cepat atau lambat,
dan bahan yang dengan cepat dapat memberikan oksigennya ke bahan lain disebut
oksidator, seperti asam nitrat (HNO3), mangan oksida (MnO2), hidrogen peroksida
(H2O2 ), dan asam kromat (CrO3)
Sebaliknya, bahan yang mengambil oksigen dari senyawa dan kombinasinya
disebut reduktor, seperti hidrogen, karbon,hidrokarbon, bahan organik, dan lain-lain.
Oksidasi dan reduksi adalah proses yang berlawanan yang selalu terjadi
bersamaan, dan bahan yang inkompatibilitas seperti kalium permanganat (KmnO4 ),
yang merupakan oksidator kuat, bila tergabung dengan bubuk alumunium, yang
merupakan reduktor kuat, dengan cepat mengibah sifat-sifat alamiahnya dengan
memperlihatkan bahwa kedua bahan tidak boleh disimpan berdekatan.

6. Apakah bahan mudah


terbakar atau sangat mudah
terbakar?
 Berapa titik nyalanya?
 Berapa batas LEL (batas
bawah ledakan) dan UEL
(batas atas ledakan) nya?
 Berapa titik bakarnya?
Gambar.2.1. Cairan yang mudah terbakar akan
mulai terbakar hanya apabila bagian bahan bakar
dan zat asam porsinya memadai

7. Sistem Klasifikasi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)


Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations) memberikan klasifikasi bahan
berbahaya seperti tabel berikut ini.

halaman 10
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

Tabel..3. Klasifikasi bahan berbahaya berdasarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa


(PBB)

Klas Penjelasan
Klas I (Eksplosif) Dapat terurai pada suhu dan tekanan tertentu
dan mengeluarkan gas kecepatan tinggi dan
merusak sekeliling
Klas II (Cairan mudah 1. Gas mudah terbakar
terbakar) 2. Gas tidak mudah terbakar
3. Gas beracun
Klas III (Bahan mudah 1. Cairan : F.P <23oC
terbakar) 2. Cairan : F.P >23oC
( F.P = flash point)
Klas IV (Bahan mudah 1. Zat padat mudah terbakar
terbakar selain klas II 2. Zat yang mudah terbakar dengan
dan klas III) sendirinya
3. Zat yang bila bereaksi dengan air dapat
mengeluarkan gas mudah terbakar
Klas V (Zat pengoksidasi) 1. Oksidator bahan anorganik
2. Peroksida organic
Klas VI (Zat racun) 1. Zat beracun
2. Zat menyebabkan infeksi
Klas VII (Zat radioaktif) Aktifitas : 0.002 microcury/g
Klas VIII (Zat korosif) Bereaksi dan merusak

3.3.5. MSDS ( Material Safety Data Sheet )

MSDS ( Material Safety Data Sheet ) atau Lembar data keselamatan bahan
(LDKB) merupakan suatu berkas data yang mengandung informasi mengenai sifat-
sifat suatu bahan. Lembar data ini bertujuan memberikan informasi kepada para
pekerja dan personel gawat darurat mengenai informasi penanganan suatu bahan
dengan aman. Lembar data ini memberikan informasi data seperti titik leleh, titik
didih, titik nyala, toksisitas, efek kesehatan, perawatan pertama, reaktivitas, cara
penyimpanan, cara pembuangan, peralatan pelindung yang diperlukan, dan
prosedur penanganan tumpahan bahan. Format lembar data ini berbeda-beda
bergantung pada persyaratan tiap-tiap negara.
Lembar data keselamatan bahan juga digunakan secara luas dalam
mengkatalogkan informasi bahan-bahan dan campuran kimia. Lembar data ini
dapat ditemukan di mana pun suatu bahan kimia digunakan, yang isinya paling
tidak ada 8 informasi penting yang termuat dalam sebuah dokumen MSDS atau
LDKB. Informasi tersebut meliputi:

halaman 11
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

1. Identifikasi bahan (material identification): berisi informasi mengenai nama


produk, alamat dan nomor telepon emergency dari Perusahaan pembuat
bahan kimia tersebut.
2. Komposisi bahan (identity information): mengandung informasi mengenai
komposisi bahan kimia yang terkandung di dalamnya, di mana konsentrasi
bahan yang tertera minimal 1% atau 0.1% untuk bahan kimia yang
berpotensi menyebabkan kanker.
3. Sifat fisika dan kimia (Physical and chemical properties): sifat fisika dan
kimia yang tertera di dalam Lembar Keselamatan dan Keamanan Bahan
meliputi warna dan bau, serta sifat yang menunjukkan seberapa mudah
suatu bahan kimia dapat menguap dan terlepas ke udara. Sifat tersebut
antara lain titik didih, tekanan uap, masa jenis uap, berat jenis dan laju
penguapan.
4. Data potensi bahaya kebakaran (Fire explosion and hazard data): berisikan
informasi mengenai potensi bahaya kebakaran dari produk, serta hal-hal
yang perlu diperhatikan apabila terjadi kebakaran yang melibatkan bahan
kimia tersebut. Informasi yang disajikan meliputi:
a. flash point: temperatur terendah dimana suatu cairan melepaskan
cukup uap untuk membentuk campuran yang dapat terbakar oleh
suatu percikan api
b. extinguishing media: jenis pemadam api yang dapat digunakan.
c. special fire fighting procedures: prosedur khusus yang dapat
diterapkan ketika kebakaran yang melibatkan bahan kimia tersebut.
5. Data reaktifitas (reactivity data): bagian ini menjelaskan mengenai tingkat
kereaktifan suatu bahan kimia bila tercampur dengan bahan kimia lain, atau
bila disimpan pada tempat yang tidak sesuai.
6. Data mengenai bahaya terhadap kesehatan (health hazard data): bagian ini
menjelaskan pengaruh paparan (exposure) bahan kimia terhadap
kesehatan, beserta tanda-tanda dan gejalanya bila seseorang terkena
paparannya. Pengaruh terhadap kesehatan dapat bersifat langsung (acute)
atau jangka panjang (chronic). Bagian ini menjelaskan pula jalan masuk
yang memungkinkan bahan kimia masuk ke dalam tubuh (kontak dengan
kulit, terhirup, tertelan, dan lain-lain), termasuk pula target organ tubuh yang
paling rentan terkena paparan.
7. Hal-hal yang harus diperhatikan selama penanganan dan penggunaan
(precaution for safe handling and use, or spill and leak procedures): bagian
ini berisikan informasi mengenai peralatan yang tepat untuk digunakan dan
tindakan yang harus dilakukan bila terjadi tumpahan atau bocoran. Selain
itu, dijelaskan pula mengenai prosedur pembuangan limbah bahan kimia
tersebut dan hal-hal yang perlu diperhatikan selama penanganan dan
penyimpanannya.
8. Tindakan pengendalian (control measures): berisikan penjelasan mengenai
tindakan-tindakan pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi
potensi bahaya yang mungkin ditimbulkan, seperti penyediaan sarana
ventilasi, prosedur kerja yang aman, dan alat pelindung diri yang sesuai.

Material safety data sheet atau dalam Surat Keputusan Menteri Perindustrian No.
87/M-IND/PER/9/2009, tentang global harmonize system (GHS) dinamakan Lembar
Data Keselamatan Bahan (LDKB) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi
bahan kimia meliputi sifat fisika, kimia, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara

halaman 12
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

penanganan, tindakkan khusus dalam keadaan darurat, pembuangan dan informasi


lain yang diperlukan.
Semua bahan kimia berbahaya diwajibkan memiliki MSDS, hal ini diatur dalam
berbagai peraturan seperti Keputusan Menteri Kesehatan nomor 472 tahun 1996,
Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 187/Men/1999, Peraturan Pemerintah nomor.
74 tahun 2001 tentang B3, dan keputusan menteri perindustrian nomor 87 tahun
2009, tentang Global Harmonize System (GHS).
Didalam OSHA Hazard Communication 29 CFR 1919.1200 juga dinyatakan bahwa
pihak manufaktur bahan kimia harus memastikan bahwa semua bahaya bahan
kimia yang diproduksi sudah dievaluasi dan memastikan bahwa bahaya tersebut
diinformasikan kepengguna bahan kimia tersebut melalui MSDS. Menurut
OSHA,yang bertanggung jawab membuat MSDS adalah pihak manufaktur yang
memproduksi bahan kimia tersebut. Dan semua pihak-pihak yang berkaitan dengan
aliran distribusi bahan kimia tersebut bertanggung jawab menyampaikan MSDS
tersebut sampai kepengguna. Bahkan MSDS tersebut harus selalu menyertai bahan
kimia tersebut sepanjang pendistribusiannya.
Pembuatan MSDS adalah kewajiban pembuat bahan kimia dan pengguna bahan
kimia memiliki hak untuk memperoleh MSDS dari pihak pemasok,meskipun pihak
pemasok bukan pembuat atau manufaktur bahan kimia tersebut,namun pihak
pemasok berkewajiban menyediakan MSDS dari bahan kimia yang didistribusikan
yang dia peroleh dari pihak manufaktur. Pihak perusahaan sebagai pengguna
berkewajiban menyediakan MSDS ditempat kerja atau area yang mudah dijangkau
atau diketahui oleh pekerja. Pihak perusahaan juga berkewajiban memberikan
training mengenai MSDS kepada pekerja agar mereka dapat membaca dan
memahami MSDS tersebut.
Format MSDS disarankan sebaiknya mengikuti format global harmonize system
(GHS) yang sudah ditetapkan oleh peraturan menteri perindustrian nomor 87 tahun
2009. Dalam peraturan ini ditetapkan bahwa MSDS harus terdiri dari 16 section
dengan urutan sebagai berikut:
1 Indentifikasi Senyawa (Tunggal atau Campuran)
2. Identifikasi Bahaya
3. Komposisi / Informasi tentang Bahan Penyusun Senyawa Tunggal
4. Tindakan Pertolongan Pertama
5. Tindakan Pemadaman Kebakaran
6. Tindakan Penanggulangan jika terjadi Kebocoran
7. Penanganan dan Penyimpanan
8. Kontrol Paparan / Perlindungan Diri
9. Sifat Fisika dan Kimia
10. Stabilitas dan Reaktifitas
11. Informasi Teknologi
12. Informasi Ekologi
13. Pertimbangan Pembuangan / Pemusnahan
14. Informasi Transportasi
15. Informasi yang berkaitan dengan Regulasi
16. Informasi lain termasuk informasi yang diperlukan dalam pembuatan dan revisi
SDS.

Penggunaan dan Penyimpanan MSDS


Sebagian besar MSDS berbahasa Inggris terutama MSDS bahan kimia yang
diimport dari Negara lain, meskipun dalam peraturan pemerintah sudah ditetapkan

halaman 13
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

bahwa semua MSDS harus menggunakan bahasa Indonesia, ini berarti para
pemasok dan importir bertanggung jawab menterjemahkan MSDS tersebut kedalam
bahasa Indonesia. Penggunaan MSDS dalam bahasa Indonesia memang lebih
tepat mengingat sebagian besar pengguna bahan kimia dilapangan (para pekerja)
tidak bisa berbahasa Inggris. Jika MSDS yang disediakan dilapangan berbahasa
Inggris dan para pekerja tidak memahaminya maka MSDS tersebut menjadi tidak
berguna. Maka sebaiknya pihak perusahaan meminta kepada pihak pemasok untuk
menyediakan MSDS dalam bahasa Indonesia, jika tidak mungkin maka perusahaan
sebaiknya menterjemahkan sendiri MSDS tersebut kedalam bahasa Indonesia
sebelum diberikan kepada pengguna dilapangan.
Selama transportasi atau pengiriman bahan kimia juga harus disertai dengan
MSDS,misalnya pada saat bahan kimia tersebut dikirim dengan menggunakan truk
container maka MSDS bahan kimia harus dibawa oleh sopir truk bersamaan
dengan dokumen pengiriman lainnya. Jangan sekali-kali menyimpan MSDS
didalam container atau packaging bahan kimia yang dikirim karena akan sulit untuk
diambil jika terjadi kecelakaan.
Jangan mengirimkan MSDS kepada pengguna atau pembeli dengan cara
memasukkan MSDS tersebut kedalam kemasan bahan kimia,tetapi dapat dikirim
melalui email,fax atau system database menggunakan internet.

IV. BAHAYA KESEHATAN AKIBAT PAPARAN BAHAN KIMIA

a. Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Kondisi Bahaya

1. Jalur Masuk

Masuk bahan kimia ke dalam tubuh bisa melalui 3 jalan yakni melalui; (i)
Pernapasan ( inhalation ), (ii) Kulit (skin absorption ), dan (iii) tertelan ( ingestion)
Untuk mengetahui suatu jenis bahan kimia dan kandungannya maupun tingkat
bahayanya, maka setiap bahan kimia harus memiliki material safety data set
(MSDS).

Pernapasan (inhalation)

Paru merupakan sumber pernapasan


yang umum, dan jaringan paru bukan
merupakan barier yang sangat
protektif terhadap paparan bahan
kimia.
Luas area permukaan paru-paru
sebesar 90 m 2, orang yang dewasa
2
yang sehat bias menghirup 8,5m
udara dalam melaukuan pekerjaan.
Sistem pernapasan terdiri dari :
Saluran pernapasan bagian atas,
(hidung, mulut, dan tenggorokan), dan
saluran udara (trachea, bronchi,
Gambar 2.2. Perjalanan udara masuk kedalam paru-paru bronchioles, saluran alveoli)

halaman 14
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

dan meyebar ke kantung-kantung udara yang sangat halus,


dimana O2 dan CO2 terjadi pertukaran
Fungsi utama paru adalah proses pertukaran antara oksigen dari udara dan
karbondioksida dari darah keudara.
Akibat jaringan paru yang sangat tipis dan halus memungkinkan aliran masuk bukan
saja oksigen, tetapi berbagai zat kimia lainnya kedalam darah. (gambar 2.2)
Selain kerusakan sistemik, bahan kimia berhasil melewati permukaan paru
mencederai jaringan paru dan menganggu fungsi fitalnya untuk memasok oksigen.
Sedangkan efek pemaparan polutan udara terhadap kesehatan tenaga kerja sangat
beragam tergantung pada jumlah dan lamanya pemaparan, juga tergantung pada
status kesehatan tenaga kerja itu sendiri . Di industri inhalasi bahan kimia dalam
bentuk, gas, uap, atau partikel dan absorsinya melalui paru-paru merupakan jalur
pemaran yang paling penting .

Kulit (skin absorption )

Kulit merupakan jalur pemaparan yang paling umum dari suatu zat kimia, tetapi
untungnya kulit merupakan barrier yang paling efektif terhadap berbagai jenis zat
kimia. Apabila zat kimia menembus kulit toksitasnya tergantung pada derajat
absorpsi yang berlangsung, semakin besar absorpsi zat tersebut semakin besar
kemungkinan zat tersebut mengeluarkan efek toksitnya. Zat kimia begitu masuk
menembus kulit, zat tersebut akan memasuki darah dan terbawah keseluruh tubuh.
Kemampuan suatu zat kimia menembus kulit tergantung pada dapat larutnya zat
tersebut dalam lemak, seperti pelarut organik dan fenol dapat terserap melalui kulit.
Apabila kulit mengalami kerusakan akibat ter-iris, tergores, atau penyakit, maka
penyerapan bahan-bahan kimia yang kontak dengannya masuk kedalam tubuh
lebih cepat .

Tertelan ( ingestion )

Ingesti adalah jalur masuknya senyawa


yang terkandung dalam makanan dan
minuman ke dalam mulut. Zat kimia
ditelan masuk kedalam tubuh melalui
absorpsi di saluran gastrointestinal. Jika
tidak absorpsi, zat kimia itu tidak dapat
menimbulkan kerusakan sistemik.
Absorpsi zat kimia dapat berlangsung
sepanjang saluran pencernaan makanan
pada manusia terdiri dari beberapa organ
berturut-turut dimulai dari mulut (cavum
oris), kerongkongan (esofagus), lambung
(ventrikulus), usus halus (intestinum),
usus besar (colon), dan anus. Lokasi
utama absorpsi adalaha usus halus,
karena fungsi fisiologisnya dalam
mengabsorpsi zat gisi. Untuk lebih
Gambar 2.3 Sitem gastrointestinal jelasnya, dapat dilihat pada gambar 2.3.
berikut ini.

halaman 15
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

2. Pengaruh Gabungan Dari Bahan-bahan Kimia

Pengaruh gabungan paparan


dari bahan-bahan kimia, terjadi
karena reaksi kombinasi
(gabungan) dari dua bahan kimia
atau lebih peyerapannya
ketubuh manusia, dapat
membentuk senyawa baru yang
sangat berbeda dengan
kandungan dan sifat asalnya,
dan bahkan lebih
membahayakan terhadap
kesehatan dai pada pengaruh
Gambar.2.4. Pengaruh racun dari gabungan dua bahan dari masing-masing asalnya,
kimia yang dapat saling memperkuat dibandingkan dengan gambar 2.4
jumlah dari masing-masing penaruh

b. Pengaruh Racun dari Bahan Kimia

Bahan kimia dapat menimbulkan pengaruh yang berbeda-beda sesuai dengan


perbedaan cara dan jenis pemaparannya, untuk itu penaruh bahan kimia dapat
dikelompokan sebagai berikut, penyebabkan iritasi ;
 Alergi
 Kekurangan zat asam (oksigen)
 Keracunan sistemik
 Kanker
 Merusak janis dalam rahim
 Pengaruh terhadap generasi mendatang
 Paru debu (pneumoconiosis)

1. Iritasi

Iritasi adalah diartikan suatu keadaan yang dapat menimbulkan bahaya apabila
tubuh kontak dengan bahan kimia. Bagian tubuh yang terkena biasanya kulit, mata
dan saluran pernapasan.

Iritasi melalui kulit,


apabila terjadi kontak antara bahan kimia tertentu dengan klulit, bahan itu akan
merusak lapisan yang berfungsi sebagai pelindung, sehingga kulit menjadi kering,
kasar dan luka. Keadaan ini disebut dermatitis (peradangan kulit). Gambar 2.5

halaman 16
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

Contoh ,

Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .


Pelarut adalah suatu zat yang
mengandung beberapa bahan (material)
yang digunakan untuk melarutkan bahan
(material) lainnya
Larutan encer: pedih dengan waktu
pemaparan yang lama, infeksi kulit bila
Gambar.2.5 Bahan kimia yang kontak langsung
menyebabkan dermatetis

Iritasi melalui mata

Kontak yang terjadi antara bahan-bahan kimia


dengan mata bisa menyebabkan rusaknya
mulai yang ringan sampai kerusakan
permanen. Tingkat keparahan dari kerusakan
tersebut tergantung dosis (jumlah) dan
kecepatan penanggulangan P3K. Sebgai
contoh bahan kimia yang menyebabkan iritasi
mata ialah asam dan alkali dan bahan-bahan
Gambar.2.6. Bahan kimia beracun
pelarut.
yang dapat merangsang mata

Saluran pernapasan

Iritasi oleh karena bahan-bahan kimia


berupa bercak-bercak cair, gas atau uap
akan menimbulkan rasa terbakar
apabila terkena pada daerah saluran
pernapasan bagian atas (hidung dan
kerongkongan).
Pada umumnya hal ini terjadi di
sebabkan oleh bahan-bahan yang
mudah larut seperti ammonia,
formaldehid, sulfur oksida, asam dan
Gambar.2.7. Apabila melakukan penyemprotan, alkalis yang diserap oleh lapisan lendir
berhati-hatilah agar uap dan racunnya jangan hidung dan kerongkongan.
sampai terhirup

Pelarut organik (melalui uapnya): pada umumnya mudah menguap, menimbulkan


gangguan pada pernafasan, keracunan yang mempengaruhi sistem syaraf,
tergantung dari derajat penguapan

halaman 17
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

2. Reaksi Alergi

Elergi bisa terjadi melalui proses paparan terhadap bahan kimia. Bahan kimia
alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ
pernapasan.

Kulit :
Reaksi elergi dari kulit adalah suatu keadaanyang sering kita lihat menyerupai
dermatitis. Contoh bahan kimia : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti
chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine.

Pernapasan :
Kepekaan saluran pernpasan menyebabkan asma pada waktu bekerja . Contoh
bahan kimia : disocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.

3. Kekurangan zat asam ( asphyxiation)

Istilah sesak napas dihubungkan dengan gangguan proses oksigensi dalam


jaringan tubuh yaitu ada dua jenis:
 Simple asphyxiantion, dan
 Chemical asphyxiantion

Simple asphyxiation (sesak napas yang sederhana)

Karena ini berhubungan dengan kadar zat asam di udara yang digantikan dan
didominasi oleh gas seperti nitrogen, karbon dioksida, ethane, hydrogen atu helium
yang kadar tertentu mempengaruhi kelangsungan hidup. Udara normal biasanya
mengandung 21% zat asam. Apabila kandungan zat asam turun dibawah 17%,
maka jaringan tubuh akan mengalami kekurangan zat asam, sehingga
menimbulkan gejala-gejala seperti pusing , mual dan kehilangan konsentrasi.
Situasi seperti ini bisa terjadi dalam ruangan-ruangan kerja tertutup. Proses
penurunan kadar zat asam secara terus-menerus bisa menyebabkan kehilangan
kesadaran dan kematian.

Chemical asphyxiation (sesak napas karena bahan-bahan kimia).

Pada situasi ini, bahan-bahan kimia langsung dapat mempengaruhi dan


mengganggu kemampuan tubuh untuk mengangkut dan menggunakan zat asam,
sebagai contoh adalah karbon monoksida. Pada konsentrasi 0.05% karbon
monoksida di udara, dapat menurunkan kapasitas darah untuk mengangkut zat
asam ke sberbagai jaringan tubuh.
Contoh lain adalah pengaruh racun dari hydrogen sanida atau hydrogen sulfida.
Bahan-bahan ini mengganggu kemampuan dari sel-sel tubuh untuk menerima zat
asam, meskipun darahnya kaya akan zat asam.

4. Kehilangan kesadaran dan mati rasa.

Paparan terhadap konsentrasi yang relatif tinggi dari bahan kimia tertentu seperti
ethyl dan prophyl alcohol (alipaphatic alcohol), dan methylethyl keton (aliphatic

halaman 18
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

keton), acetylene hydrocarbon ethyl dan isoprophyl ether, dapat menekan susunan
syaraf pusat.Bahan –bahan kimia tersebut akan mengakibatkan efek yang sama
seperti dalam keadaan mabuk. Paparan pada konsentrasi yang tinggi bisa
menimbulkan kehilangan kesadaran, bahkan bisa mematikan.

5. Keracunan Sistemik

Tubuh manusia memiliki sistem yang


komplek. Keracunan sistemika
dihubungkan dengan reaksi dari
salah satu sistem atau lebih dari
tubuh terhadap bahan-bahan kimia
yang mana reaksi ini merugikan dan
dapat menyebar keseluruh tubuh.
Pengaruhnya tidak seperti local
pada salah satu bahagian atau
daerah dari tubuh. Salah satu fungsi
organ hati adalah membersihkan
bahan-bahan beracun dari dalam
darah serta mengubahnya menjadi
bahan-bahan yang aman dan dapat
larut dalam air sebelum dibuang.
(gambar 2.8)

Gambar.2.8. Organ hati merupakan target untuk


mendapatkan kerusakan akibat pemaparan terhadap
bahan kimia tertentu
.
Namun demikian ada beberapa bahan kimia yang merusak organ hati.
Tergantung dari dosis (jumlah) dan kekerapan dari paparan, kerusakan yang terjadi
terus menerus pada jaringan hati akan mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi
hati. Cedera hati bisa disebbkan oleh bahan kimia seperti bahan pelarut (alcohol,
karbon tetraklorida, trikloro ethylene, kloroform) dan hal ini bisa salah diagnosa
sebagai hepatitis, sebagaimana gejolak-gejolak kulit dan mata berwarna kekuning-
kuningan yang diakibatkan oleh bahan-bahan kimia tersebut, mempunyai efek yang
sama yang terjadi pada hepatitis
Bahan kimia yang mencegah ginjal dari pembuangan hasil-hasil bahan
beracun meliputi karbon tetraklorida, karbon disulfida, bahan kimia lainnya seperti
kadmium, timbal, turpentine, methanol, toluene dan xylene akan secara perlahan
mengganggu fungsi ginjal.

6. Kanker

Paparan bakan-bahan kimia tertentu bisa menyebabkan pertumbuhan sel-sel yang


tidak terkendali, menimbulkan tumor (benjolan-benjolan) yang bersifat karsinogen.
Tumor tersebut mungkin baru muncul setelah beberapa tahun bevariasi antara 4
tahun sampai 40 tahun. Bahan kimia seperti arsenic, asbestos, chromium, nikel
dapat menyebabkan kanker paru-paru, Kanker rongga hidung dan sinus disebabkan
oleh chromium, isopropyl oils, nikel, debu kayu dan debu kulit. Kanker kandungan

halaman 19
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

kencing erat hubungannya dengan kepajanan terhadap benzidine, 2-napthyllamine


dan debu kulit. Kanker sumsum tulang belakang disebkan oleh benzene.

7. Efek Reproduksi

Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang


manusia.
Dari perkembangan studi bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan
pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, seperti : manganese,
carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury.
Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.

8. Paru-paru kotor (pneumoconiosis)

Adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh mengendapnya partikel-partikel debu


halus daerah pertukaran gas dalam paru-paru dan adanya reaksi dari jaringan paru.
Dengan adanya pneumoconiosis kemampuan paru-paru untuk menyerap zat asam
akan menurun dan korbannya akan mengalami/merasakan napas yang pendek
pada saat melakukan jenis pekerjaan yang berat. Pengaruh ini sifatnya menetap .
Contoh bahan-bahan yang menyebabkan pneumoconiosis adalah crystalline silica,
asbestos, talc, batubara dan beryllium.

V. EVALUASI FAKTOR KIMIA DI LINGKUNAN KERJA

Evaluasi factor lingklungan kerja kimia dimaksudkan sebagai usaha teknis untuk
mengetahui secara baik kualitatif maupun kuantitatif factor apa yang terdapat di
lingkungan kerja tersebut. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI
No.Kep.187/MEN/1999, tentang pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat
kerja, dimana bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia dalam bentuk tunggal
atau campuran yg berdasarkan sifat kimia dan atau fisika dan atau toksikologi
berbahaya terhadap tenaga kerja, instalasi dan lingkungan
Menurut Olishifski.J.B (1988) : tanggung jawab dan kewajiban manajemen
dalam program pengendalian bahaya ditempat kerja antara lain sebagai berikut :

 Pengendalian bahaya- bahaya kesehatan


 bahan baku dari segi produksi dan faktor resiko
 proses produksi yang aman dan dipahami oleh tenaga kerja
 Isolasi peralatan produksi
 perlengkapan kerja tenaga kerja
 perlengkapan alat pengaman untuk mesin/alat, maupun untuk tenaga kerja
(personal protective equipment)
 melaksanakan pengukuran dan monitoring lingkungan kerja (monitoring and
measurement procedures)
 prosedur tetap keadaan darurat (emergency respone procedures)
 pengendalian tekinis(engineering contorl) ....1. Gambar.2.9

1
..... Olishifski.J.B. (1988) . Fundamental of Industrial Hygiene

halaman 20
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

Untuk mengetahui besarnya


paparan bahaya bahan kimia
terhadap tenaga kerja diupayakan
Pengendalian secara Tekinis
(engineering contorl) pada :
o sumber/surce,
o sebaran/path,
o receiver/penerima

Gambar 2.9. evaluasi sumberbahaya kimia (mengetahui


besar paparan bahaya kimia terhadap tenaga kerja)

Pada pengkajian hirarki pengendalian (Hierarchy of Control ) menurut OSHA =


Occupational Safety and Health Administration, dan ANSI = American National
Standards Institution Z10:2005, seperti dilukis pada gambar.2.10

1. Eliminasi, yaitu menghilangkan


suatu bahan/tahapan proses
berbahaya
2. Subtitusi, yaitu menganti dengan
bahan lain yang kurang berbahaya
3. Isolasi, yaitu proses kerja
berbahaya disendirikan
4. Engeneering control/pengemdalian
teknis, adalah pengendalian yang
sifatnya teknis
5. Pengendalian administrasi
6. PPE/personal protective
equipment, yaitu penggunaan alat
pelindung diri (masker, kaca mata,
pakaian kerja khusus, sepatau, dan
lain- lain )
Gambar 2.10 Hierarchy of Control OSHA
dan ANSI Z10:2005

Dalam upaya pengendalian potensi bahaya di tempat kerja, maka perlu adanya
pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar pengendalian yang harus diikuti yaitu
melalui tahapan sebagai berikut : lihat Gambar 2.11
 Pengenalan potensi bahaya yang ada maupun resiko yang mungkin timbul
(Hazards Identification).
 Penilaian tingkat resiko yang mungkin timbul (Risks Assessment).
 Penentuan dan pemilihan tindakan pencegahan monitoring atau
pengukuran lingkungan kerja, untuk mengetahui besarnya tingkat resiko di

halaman 21
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

tempat kerja . Dari data hasil pengukuran lingkungan kerja bila telah
melebihi ketentuan stdard Nilai Ambang Batas (NAB) dan pengendalian
yang tepat dengan menggunakan metode hirarki pengendalian (Risks
Control), diadakan suatu analisa dan disusun sebagai umpan balik dalam
proses pencegahan, dengan eliminasi atau sibtitusi, bila bahaya tersebut
bisa di eliminasi atau disibtitusi (ya), baru didakan pengendalian bahaya,
dan bila (tidak) berarti dilaksanakan proses isolasi, proses selanjut bisa
dilihat pada gambar 2.11

Gambar.2.11 Usaha - usaha pencegahan bahaya bahan kimia

6.1. Subtitusi

Yang dimaksud subtitusi adalah penggantian bahan-bahan berbahaya/beracun


dengan bahan yang tidak beracun, hal ini agak sukar dilaksanakan mengingat
banyak dari bahan kimia yang dipakai dalam proses produksi yang apabila diganti
dengan bahan lain dapat mempengaruhi dari hasil produksi dengan kata lain
produksi mungkin akan tidak sama bila memakai bahan aslinya dan untuk
mendapatkan hasil yang sama diperlukan penelitian-penelitian yang saksama dan
membutuhkan biaya tinggi.

halaman 22
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

penggantian bahan-bahan berbahaya/beracun denagn bahan yang lebih aman,


faktor –faktor yg dipertimbangkan :
 Pemakaian teknologi dan faktor ekonomi
 Ketersedian bahan pengganti
 Toxicologi dan aspek K3

Pengantian bahan beracun


o Menggunakaan cat larut air atau
perekat sebagai penganti larut
organic (gambar 2.12)
o Menggunakaan larutan air
dtergen sebagai penganti bahan
pelarut
o Menggunakaan bahan kimia yang
memiliki titik nyala yang lebih
tinggi dari pada yang memiliki
titik nyala rendah

Pengantian/perubahan proses Gambar 2.12 Bila mungkin, bahan berbahaya


harus diganti dengan yang kurang berbahaya.
o Mengganti cat semprot dengan
Sebagai contoh lem dengan pelarut organik
elektrostatic atau cat celup harus diganti dengan pelarut air.
o Mengganti pengisian secara
manual dengan pengisian secara
mechanical
o Mengganti abrasive blasting
kering dengan blasting basah

6.2. Isolasi

Isolasi yang dimaksud disini adalah mengisolir tempat atau ruangan-ruangan yang
mengandung aspek bahan kimia yang berbahaya dari para pekerja atau tidak
kontak langsung bahan-bahan berbahaya tersebut, cukup dilakukan dengan
mengontrol dari luar atau tempat lain.
Jaga Jarak atau menggunakan pelindung (antara pekerja dg bahan berbahaya)
– Pemagaran seluruh mesin
– Menutup titik- titik daerah penyebar debu dari ban berjalan/conveyors
– Memasang tirai pelindung proses operasi abrasive blasting

halaman 23
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

6.2. Ventilasi Industri

Ventilasi, adalah proses pertukaran


udara dengan cara pengeluaran udara
terkontaminasi dari suatu ruang kerja,
melalui saluran buang, dan pemasukan
udara segar melalui saluran masuk
Alternatif lainnya untuk mengurangi
kontaminan/polutan atau konsentrasi
termasuknya adalah perubahan proses,
perubahan cara kerja, substitusi dengan
bahan kimia beracun yang kurang, atau
Gambar.2.13 Vintilasi industri penghapusan penggunaan bahan kimia
beracun

Tujuan

Sedangkan tujuan dari sebuah sistem ventilasi, adalah sebagai berikut :


a. Menyediakan pasokan udara segar di luar secara kontinu.
b. Mempertahankan suhu dan kelembaban di tingkat yang nyaman.
c. Mengurangi potensi bahaya kebakaran atau ledakan.
d. Mencairkan konsentrasi kontaminan dalam udara di lingkungan tempat
kerja
e. Mengontrol kontaminan meliputi:
 menghilangkan penggunaan bahan kimia berbahaya atau material,
 pengganti dengan bahan kimia yang kurang beracun, atau perubahan
proses
Penerapan sistem ventilasi industri berkaitan dengan ; sistem pabrik, perbedaan
pemakaian bahan baku, perbedaan proses, perbedaaan senyawa kimia karena
penggunaan bahan kimia. Karena banyaknya variasi pencemar antara satu pabrik
dengan pabrik lain maka banyak pula, berbagai macam ventilasi yang digunakan di
industri antara lain, seperti ; ventilasi sistem pengenceran, ventilasi pengeluaran
setempat, ventilasi sistem tertutup, ventilasi kenyamanan dan lain- lain sebagainya

Ada beberapa jenis ventilasi di tempat kerja:

 Dilusin (general) ventilasi/Ventilasi Pengenceran Udara, pengenceran


terhadap udara yang terkontaminasi di dalam bangunan atau ruangan,
dengan meniup udara bersih (tidak tercemar), tujuannya untuk
mengendalikan bahaya di tempat kerja.

 Lokal exhaust ventilasi/Ventilasi pengeluaran setempat, adalah proses


pengisapan dan pengeluaran udara terkontominasi secara serentak dari
sumber pencemaran sebelum udara berkontominasi berada pada
ketinggian zona pernapasan dan menyebar keseluruh ruang kerja,
umummnya ventilasi jenis ini di tempatkan sangat dekat dengan sumber
emisi .

 Eshausted Enclosure /Ventilasi sistem tertutup, dimana kontaminan yang


beracun yang dipancarkan dari suatu sumber dengan kecepatan yang tinggi

halaman 24
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

harus dikendalikan dengan isolasi sempurna, atau menutup proses


(kususnya pada pekerjaan blasting). Pekerjaan balasting adalah suatu
proses yang tertutup, misalnya disebabkan oleh emisi debu silica bebas
yang sangat besar.

 Confort ventilation/Ventilasi kenyamanan. Pertukaran udara didalam industri


merupakan bagian dari ‘Air Conditiong/AC, sering digunakan bersama –
sama degan alat pemanas atau alat pendingin dan alat pengatur
kelembaban udara.

1. Dilusin (general) ventilasi/Ventilasi Pengenceran Udara

Dilusi ventilasi biasanya dicapai


dengan cara mengencerkan udara
yang terkontaminasi atau
mengandung gas yang mudah
terbakar dengan meniupkan udara
ketempat kerja dan mengeluarkan
kembali lewat saluran buang.
Ventilasi pengenceran udara dapat
lebih efektif jika exhaust fan terletak
dekat dengan pekerja yang terpapar
Gambar 2.14, tipe dilusi ventilasi, yang dan udara yang di makeup terletak
direkomendasikan oleh ACGIH (American di belakang pekerja sehingga udara
Conference Of Goveremental Industrial yang tercemar akan jauh dari zona
Hygienist). pernapasan pekerja.

Jika 6 liter methanol yang tertumpah dalam


selang waktu 1 jam pada suatu ruang kerja.
Hitunglah tingkat pengenceran (dalam cfm),
yang diperlukan untuk mengurangi tingkat
pemaparan kepada pekerja yang
terpapar,dengan level dibawa NAB/TLV?
Asumsikan k = 4,
Data ,
NAB/TLV = 220 ppm
Berat Jenis ,------SG = 0,792
Tingkat emisi , ---ER = 6/60 liter/menit
Berat Melekul, MW = 32,04
Factor k, k= 4
Gambar 2.15, dilusi ventilasi

Q' = (403 * 10 6 * SG * ER)


(MW * C)

halaman 25
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

Q' = (403 * 10 6 * 0,792 * 6/60) = 4528,09 cfm


32,03 * 220

Q = Q’.k

Q = 4528,09 * 4 =
Q = 18.126,36 cfm
Maka tingkat pengenceran adalah sebesar 18.126 cfm

2. Lokal exhaust ventilasi/Ventilasi pengeluaran setempat

Lokal exhaust ventilasi/ventilasi pengeluaran setempat, umumnya merupakan cara


yang jauh lebih efektif untuk mengontrol kontaminan yang sangat beracun sebelum
mencapai zona pernapasan pekerja, dan berfungsi untuk menangkap semua
kontaminan pada sekitar sumber.

Gambar, 2.16. Ada dua cara ventilasi pengeluaran setempat Sebelah kiri kontaminan ditarik mlalui
meja kerja sebelum mencapai zona pernapasan si pekerja. Sebelah kanan asap dari pengelasan ditarik
kedalam sistim pembuangan udara

Tujuan dari sistem ini adalah mengeluarkan udara kontaminan bahan kimia dari
sumber tanpa memberikan kesempatan kontaminan mengalami difusi dengan udara
di tempat kerja.

Local Exhaust Ventilasi (LEV)


termasuk alat kontrol engineering
(kerekayasaan) yang utama dan
harus tersedia untuk mengurangi
konsentrasi dari gas, debu, uap, asap
dan kotoran di udara
Secara ideal, Lokal Exhaust Sistem terdiri
dari 4 komponen, yaitu ; (i) hood, (ii) duct
work, (iii) air cleaning device, dan (iv) fan
Gambar , 2.17. Komponen Dasar Lokal
Exhaust Sistem

halaman 26
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

6.3. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

Alat keselamatan kerja adalah sebagai cara terakhir bila teknik-teknik pengamanan,
dan usaha- usaha rekayasa (engineering) tidak berhasil dilaksanakan seperti
dilukiskan pada gamabar-.2.11 Alat keselamatan ini belum sepenuhnya
menjamain seseorang untuk tidak celaka, karena fungsi alat keselamatan hanyalah
mengurangi akaibat dari kecelakaan.

Alat pelindung pernapasan

Alat pelindung pernapasan ini dapat memberikan proteksi pernapasan dalam


keadaan darurat terhadap berbagai jenis bahan pengotoran udara (misalnya
debu,bahan-bahan kimia,uap/gas-gas beracun lainnya). Alat pelindung pernapasan
ini tidak boleh digunakan apabila konsetrasi oxygen kurang dari 19,5%. Dalam
pemakaiaan/penggunaan alat pelindung pernapasan ini harus disesuaikan dengan
jenis bahan pengotorannya atau uap/gas-gas apa yang terkontamina di atmosfir.
Beberapa Jenis alat pelindung pernapasan.
 Respirator yang bersifat memurnikan udara.
 Respirator yang dihubungkan dengan suply udara bersih
 Respirator dengan pemasok oksigen

Sarung tangan (Sarung Tangan Karet)

Sarung tangan dipakai guna melindungi jari-jari tangan dan telapak tangan dari
kontak dengan bahan kimia berbahaya
Kaca mata
Kaca mata tipe goggle ini lensanya berwarna putih bening, sehingga cocok untuk
pekerjaan yang menimbulkan debu, pekerjaan-pekerjaan yang ada hubungannya
dengan bahan kimia serta dipakai pada pekerjaan mengetok/memukul yang
menimbulkan partikel beterbangan.Misalnya : mengetok,memukul dan
menggerindo.

halaman 27
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

DAFTAR PUSTAKA

Abu Bakar Che Man, David T. Gold (2005),


Keselamatn Dan Kesehatan Dalam Penggunaan Bahan Kimia Di Tempat Kerja:
Manual Latihan, MDC Publishers, 2005
British Safety Council,
5 star Health & safety Management System (1989)

ILO (1988)
Accident Prevetion a Workers. Education Manual, Geneva Switzerland
NIOSH (1988)

Introduction to Occupational Safety 508. U.S Departemen of Health, Education

Jullian B. Olishifski (1988)


Fundamentals of Industrial Hygiene (3rdED). New Yourk : National Safety
Council .655-666

Joe Riordan- Charperson (1995)


Echancing Safety an Australia Workplace Primer, TAFE Publication Prospect
Place Perth WA. 6005

Industrial Hygiene and Chemical Safety M.H. Fulekar Professor Life Science (2006)
Department University of Mumbai I.K. International Publishing House Pvt. Ltd.
New Delhi Published by I.K. Internatinal Pvt. Ltd. S-25, Green Park Extension i.
Jack T. Garrett, Lewis J. Cralley, Lester V. Cralley - 1988

eRobert W. Allen, Michael D. Ells, Andrew W. Hart - 1976 - Industrial hygien363 halaman

halaman 28
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

BAGIAN - 2
LINGKUNGAN KERJA
FAKTOR BIOLPGI

I. PENGENALAN

Higiene industri adalah Ilmu dan seni yang mencurahkan perhatian pada
pengenalan, evaluasi dan kontrol faktor lingkungan yang muncul di tempat kerja
yang mungkin menyebabkan sakit, gangguan kesehatan dan kesejahteraan atau
menimbulkan ketidaknyamanan pada tenaga kerja maupun lingkungan. Faktor
lingkungan kerja yang dapat menimbulkan bahaya di tempat kerja(occupational
health hazards) adalah bahaya : (i) Faktor fisik (panas, cahaya, noise, vibrasi,
ioniasing radiation, debu, tekanan, suhu, listrik, gelombang elektromagnitik, dll ), (ii)
Faktor kimia ( logam berat, non logam, gas, vapor, uap, fume, asap , dll), (iii)
Biologie ( jamur, bakteri, fungi, serangga, dll), (iv) Ergonomi.
Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari
sumber-sumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari
binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang
terdegradasi.
Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu (i) yang menyebabkan
infeksi dan (ii) non-infeksi.
Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi (i)
organisme viable, (ii) racun biogenik dan (iii) alergi biogenik.

II. IDENTIFIKASI RESIOKO BAHAYA BIOLOGI DI TEMPAT KERJA

Identifikasi resiko bahaya factor biologi di lingkungan tempat kerja, yaitu


melalui agents penyebab penyakit seperti: (i) Mikro organisme (bakteri, virus,
fungi)  toksin, infeksi, alergi, (ii) Arthopoda (serangga, dll)  sengatan  infeksi,
(iii) Tumbuhan tingkat tingkat tinggi (toksin & allergen)  dermatitis, asma, pilek, (iv)
Tumbuhan tingkat tingkat rendah (yang membentuk spora), (v) Vertebrata (protein
allergen)  urine, saliva, faeces, kulit/rambut  allergi, (vi) Inervertebrata selain
Arthopoda (cacing, protozoa)

2.1. Bakteri

Bakteri mempunyai tiga bentuk dasar yaitu (i) bulat (kokus), (ii) lengkung
dan (iii) batang (basil). Banyak bakteri penyebab penyakit timbul akibat kesehatan
dan sanitasi yang buruk, makanan yang tidak dimasak dan dipersiapkan dengan
baik dan kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi. Contoh penyakit yang
diakibatkan oleh bakteri : anthrax (kulit dan paru), tuberculosis (paru), burcelosis
(sakit kepala,atralagia, enokkarditis), lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan
sebagainya

2.2. Bahaya infeksi

halaman 29
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja
yang potensial mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak,
penjaga binatang, dokter hewan dll.
Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia,
psittaci
Masuknya M.O. kedalam tubuh tidak selalu mengakibatkan infeksi, dipengaruhi oleh
banyak faktor, aanata lain : (i)Virulensi, (ii) Route of infection, (iii) Daya tahan tubuh

2.3. VIRUS

Virus mempunyai ukuran yang sangat kecil antara 16 - 300 nano meter.
Virus tidak mampu bereplikasi, untuk itu virus harus menginfeksi sel inangnya yang
khas. Contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus : influenza, varicella, hepatitis,
HIV, dan sebagainya
(HIV)  menyebabkan penurunan daya kekebalan tubuh, ditularkan melalui:
Tranfusi darah yang tercemar, Tertusuk/teriris jarum/pisau yag terkontaminasi,
Hubungan sexual, Luka jalan lahir waktu melahirkan
Pekerja berisiko (HIV)  Pekerja RS, Pekerja yang sering ganti-ganti pasangan

2.4. Parasit

(i) Malaria  gigitan nyamuk anopheles, (ii) Ansxylostomiosis 


anemia khronis (iii) Jamur  gatal-gatal dikulit
Jamur dapat berupa sel tunggal atau koloni, tetapi berbentuk lebih komplek
karena berupa multi sel. Mengambil makanan dan nutrisi dari jaringan yang mati
dan hidup dari organisme atau hewan lain.

2.5 .HEWAN

 Seraangga  sengatan
 Binatang berbisa  gigitan  ular
 Binatang buas  Carnovora

2.6. Tumbuhan

 Debu kayu Allergi & asma


 Debu kapas  allergi saluran nafas

2.7. Organisme viable dan racun biogenic.

 Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins;


Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri.
 Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu,
kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko:
pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge
treatment, dll.
 Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease

2.8. Alergi Biogenik

halaman 30
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

 Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim.


 Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang,
rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang.
 Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi,
pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga
dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan).
 Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan
gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma.
 Contoh :
o Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang
dsb.

III, MIKROORGANISME PENYEBAB PENYAKIT DI TEMPAT KERJA

Beberapa literatur telah menguraikan infeksi akibat organisme yang mungkin


ditemukan di tempat kerja, diantaranya :

3.1 Daerah pertanian :

Lingkungan pertanian yang cenderung berupa tanah membuat pekerja


dapat terinfeksi oleh mikroorganisme seperti : Tetanus, Leptospirosis, cacing, Asma
bronkhiale atau keracunan Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.

3.2. Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) :

Di tempat kerja seperti ini, mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah


bakteri penyebab penyakit saluran napas, seperti : tuberculosis (paru), burcelosis
(sakit kepala,atralagia, enokkarditis), Bronchitis dan Infeksi saluran pernapasan
lainnya seperti Pneumonia.

3.3. Daerah peternakan : terutama yang mengolah kulit hewan serta


produk-produk dari hewan

Penyakit-penyakit yang mungkin ditemukan di peternakan seperti ini


misalnya : Anthrax yang penularannya melalui bakteri yang tertelan atau terhirup,
burcelosis (sakit kepala,atralagia, enokkarditis), Infeksi Salmonella.

3.5. Di Laboratorium :

Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko yang besar terinfeksi,


terutama untuk laboratorium yang menangani organisme atau bahan-bahan yang
megandung organisme pathogen

3.6. Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa


ventilasi alami

Para pekerja di perkantoran seperti itu dapat berisiko mengidap penyakit


seperti : Humidifier fever yaitu suatu penyakit pada saluran pernapasan dan alergi
yang disebabkan organisme yang hidup pada air yang terdapat pada sistem

halaman 31
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

pendingin, Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan dengan sistem


pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja dengan usia lanjut

IV. CARA PENULARAN KEDALAM TUBUH MANUSIA

Banyak dari mikroorganisme ini dapat menyebabkan penyakit hanya


setelah masuk kedalam tubuh manusia dan cara masuknya kedalam tubuh, yaitu :
1. Melalui saluran pernapasa
Inhalasi spora/debu tercemar : Kokidiomikosis,Histoplasmosis, New Castle,
Ornitosisk, Q fever, Tbc
2. Melalui mulut (makanan dan minuman)
Hepatitis, Diare, Poliomyelitis
3. Melalui kulit (i). Kulit utuh : antrax, Bruselosis, Leptospirosi,Skistosomiasis,
Tularemia, Cacing tambang, (ii) Kulit rusak : erisipeloid, rabies, sepsis,
tetanus,hepatitis, (iii) Kulit maserasi : infeksi jamur (iv) Gigitan serangga :
leismaniasis, malaria, riketsiosis (v) Gigigtan sengkenit : Tripanosomiasis

V. MENGONTOROL BAHAYA DARI FAKTOR BIOLOGI

Faktor biologi dan juga bahaya-bahaya lainnya di tempat kerja dapat


dihindari dengan pencegahan antara lain dengan :
1. Penggunaan masker yang baik untuk pekerja yang berisiko tertular lewat
debu yang mengandung organism patogen
2. Mengkarantina hewan yang terinfeksi dan vaksinasi
3. Imunisasi bagi pekerja yang berisiko tertular penyakit di tempat kerja
4. Membersihkan semua debu yang ada di sistem pendingin paling tidak satu
kali setiap bulan
5. Membuat sistem pembersihan yang memungkinkan terbunuhnya
mikroorganisme yang patogen pada system pendingin.

Dengan mengenal bahaya dari faktor biologi dan bagaimana mengotrol dan
mencegah penularannya diharapkan efek yang merugikan dapat dihindari.

DAFTAR PUSTAKA

Bird, F.E., Jr., (c.1980)


Mine safety and Loss Control . Loganville, Ga : Intiute Press.
Heinrich, H.W. al al (1980),
Principles of Accident Prevention. Industrial Accident Prevention, New York
; McGraw Hill
Nedved, M etall, (1991)
Fundamentals of Chemical Safety and Major Hazard Control, ILO Publication,
genewa
National Safety Counsil (USA),. (1988),
Accident Prevention Manual for Industrial Operations,

halaman 32
Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN BIOLOGI Higiene Industri

Taylor Easter Hegney, (1997),


Enhancing Safety an Auatralian Workplace Primer, Joe Riordan -
Chairperson worksafe Auatralia, editor G.A. Taylor cover design Paul rochford,
TAFE publication :
Olishifski Julian, McElroy, Frank E. eds.,“Fundamentals of Industrial Hygiene.”,
Chicago L Nat’l Safety Council
Velle, R. (1980)
Facts About Safety Training . Safery training methods

halaman 33

Anda mungkin juga menyukai