Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab 1 Lokomotor

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR PADA

HEWAN PERCOBAAN

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk menempuh

DIAH SITI FATIMAH 260110160041


SHELLA WIDIYASTUTI 260110160042
DEDE JIHAN OKTAVIANI 260110160044
QUINZHEILLA PUTRI A. 260110160045
SHINTA LESTARI 260110160046
SAQILA ALIFA RAMADHAN 260110160047
ALIA RESTI AZURA 260110160048
INDAH PERTIWI 260110160049
REZA LAILA NAJMI 260110160050
HAMMAM HAFIDZURAHMAN 260110160053

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2018
PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR PADA
HEWAN PERCOBAAN

PROPOSAL PENELITIAN

DIAH SITI FATIMAH 260110160041


SHELLA WIDIYASTUTI 260110160042
DEDE JIHAN OKTAVIANI 260110160044
QUINZHEILLA PUTRI A. 260110160045
SHINTA LESTARI 260110160046
SAQILA ALIFA RAMADHAN 260110160047
ALIA RESTI AZURA 260110160048
INDAH PERTIWI 260110160049
REZA LAILA NAJMI 260110160050
HAMMAM HAFIDZURAHMAN 260110160053

Jatinangor, Maret 2018


Menyetujui,
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam kehidupan sehari-hari makhluk hidup selalu melakukan pergerakan


seperti “berjalan” dimana secara automatis seseorang berjalan ketempat yang
dituju dikarenakan adanya koordinasi system lokomotor yang baik pada tubuh
tanpa disadari (Priguna Sidharta, 1979). Dalam hal ini yang mengatur seluruh
pergerakan adalah bagian dari system saraf pusat (SSP). Sistem saraf pusat
merupakan bagian dari system saraf pusat yang mengkoordianasi kegiatan dari
semua bagian tubuh yang dapat bergerak kecuali hewan simetris radial spons dan
binatang seperti ubur-ubur. Didalam tubuh hewan vertebrata, system saraf pusat
ditutupi oleh meninges yang sebagian besar system saraf yang terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang. Bersamaan dengan system saraf perifer yang memiliki
peran fundamental dalam control perilaku. Dalam hal ini yang termasuk system
saraf pusat adalah otak dan sumsumg tulang belakang dimana otak dilindungi oleh
tengkorak, dan sumsum tulang belakang dilindungi oleh tulang belakang (Neal,
2005).

Di dalam sel saraf energi dialihkan melalui proses elektrik murni dimana
proses hantaran sinaptik dari ujung cabang akson pada neuron satu ke neuron
yang lainya yang tidak saling berhubungan. Perubahan aktivitas listrik ini
disebabkan oleh adanya perubahan permeabilitias membrane sel pascasinaptik
oleh pelepasan transmitter. Dimana kerja transmitter menimbulkan peningkatan
dan penurunan secara selektif permeabilitas membrane terhadap ion (Sukandar,
2010).

Pada saat makhluk hidup dalam keadaan tidur ataupun mengantuk akan
mengalami penurunan aktivitas system lokomotor dalam tubuhnya dikarekanan
pada saat tertidur aktivitas cortex cerebri terderpresi tetapi tidak sepenuhnya
hilang (Houssay, 1955). Peristiwa ini akan terjadi pada penggunaan obat-obatan
golongan sedative. Dimana terjadi penurunan aktivitas yang disebabkan karna
kurang tidur atau mengonsumsi obat-obat yang dapat menekan system saraf pusat
seperti obat tidur dan obat anti cemas. (Nino&Murcia, 1992)

Obatan golongan sedative yang biasa digunakan sebagai obat depresan


bagi system saraf pusat (SSP) mulai dari obat ringan yang memberikan efek
samping tenang, kantuk, menidurkan, hingga yang berat seperti kehilangan
kesadaran, dan koma, semua tergantung dosis yang digunakan. Salah satu obat
yang sering digunakan adalah diazepam dari golongan benzodiazepine. Dimana
benzodiazepine terikat pada reseptor GABA yang menyebabkan saluran klorida
dalam tubuh terbuka dan mengakibatkan ion klorida masuk kedalam sel sehingga
terjadi hiperpolarisasi dan menghambat letupan neuron. (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik, 2007)

Obat lainnnya yang memiliki efek pada system saraf pusat adalah kafein.
Kafein digunakan sebagai stimulant dan mempercepat metabolisme. Kafein
sangat banyak ditemukan dalam lingkungan masyarakat seperti kopi, teh, soda,
dan coklat banyak mengandung kafein didalamnya. Kafein biasa digunakan
sebagai penenang maupun untuk mengurangi kelelahan fisik serta dapat
mengembalikan kewaspadaan mental saat lemah dan mengantuk. Bekerja dengan
menyekat reseptor adenosine dan menghambat enzim fosfodiesterasi yang
menginduksi kalsium intraseluler. Kafein dapat meningkatkan aktivitas dari
system saraf pusat yaitu dapat meningkatkan aktivitas mental seseorang dan
meningkatkan hormone adrenalin dalam darah. Namun perlu diperhatikan juga
bahwa kafein dapat berpengaruh terhadap reseptor GABA dan serotonin. (Orru
M., et al. 2013)

Berdasarkan pemaparan diatas maka dilakukan percobaan terhadap hewan


mencit untuk….
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, permasalahan

yang dapat diidentifikasi yaitu:

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi ilmiah dalam

1.5 Metode Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada ........... bertempat di Laboratorium

Farmakologi, Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi,

Universitas Padjadjaran.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian yaitu kandang stainless steel

(34 cm x 47 cm x 18 cm) yang berisi serutan kayu dan memiliki akses untuk

sumber makanan dan minuman, timbangan mencit, sonde oral mencit, alat suntik

1 mL, roda putar (wheel cage), dan stopwatch.

3.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit jantan dengan

berat 25 sampai 30 gram yang berumur 2 sampai 3 bulan, Diazepam, Kafein, dan

NaCl fisiologis 0,9%.

3.3 Metode Penelitian

Tahapan kerja ini meliputi perlakuan terhadap hewan uji sebelum

pengujian dan pengujian aktivitas lokomotor dengan metode roda putar (wheel

cage).

3.3.1 Perlakuan terhadap Hewan Uji Sebelum Pengujian

Mencit jantan dengan berat 25 sampai 30 gram yang berumur 2 sampai 3

bulan digunakan untuk percobaan ini. Mencit tersebut diadaptasikan ke

laboratorium dimana pengujian aktivitas lokomotor dilakukan. Mencit

ditempatkan dalam kandang stainless steel (34 cm x 47 cm x 18 cm) yang berisi

serutan kayu untuk tempat tidur dan kondisi kandang dikontrol dengan suhu yang
dijaga pada 24-25ºC, kelembaban relatif 60-70%, dan siklus gelap-terang setiap

12 jam. Kandang juga harus memiliki akses terhadap sumber makanan dan

minuman untuk mencit. Selain itu, dipilih tikus yang dapat berputar dengan rotasi

roda putar antara 150-300 rpm sebelum percobaan dimulai.

3.3.2 Pengujian Aktivitas Lokomotor dengan Metode Roda Putar (Wheel

Cage)

Aktivitas lokomotor mencit diukur dengan menggunakan roda putar,

dimana mencit berlari dan jumlah rotasi dicatat. Mencit dipilih berdasarkan berat

(20-30 gram) dan kemampuannya untuk memutar roda putar (wheel cage) sampai

300 kali dalam 30 menit. Tikus yang memenuhi syarat kemudian dibagi menjadi

tiga kelompok: kelompok kontrol (menggunakan NaCl fisiologis 0,9%),

kelompok yang diberi Diazepam (8 mg/kg-1), dan kelompok yang diberi Kafein

(16 mg/kg-1). Pemberian obat dilakukan secara oral. Diazepam dan Kafein

masing-masing digunakan sebagai depresan dan stimulan sistem saraf pusat

(SSP). Setelah 30 menit pemberian obat, mencit tersebut dimasukkan ke roda

putar (wheel cage) dan setelah 5 menit, jumlah rotasi dicatat selama 75 menit

dengan interval 15 menit.

Sumber:

Adongo, D. W., P. K. Mante, E. Woode, E. O. Ameyaw, dan K. K. E. Kukuia.


2014. Effects of Hydroethanolic Leaf Extract of Pseudospodians
microcarpa (A. Rich.) Engl. (Anacardiaceae) on the Central Nervous
System in Mice. Journal Phytopharmacology. 3(6): 410-417.
Houssay B.A. 1995. Sleep In : Human physiology. 2 nd ed. London : McGraw-
Hill Book Company Inc.
Muchtaridi, I. Musfiroh, A. Subarnas, I. Rambia, H. Suganda, dan M. E.
Nasrudin. 2014. Chemical Composition and Locomotors Activity of
Essential Oils from the Rhizome, Stem, and Leaf of Alpinia malaccencis
(Burm F.) of Indonesian Species. Journal of Applied Pharmaceutical
ScienceI. 4(01): 052-056.

Neal, M,J., 2005. At A Glance Farmakologi Medis. Jakarta: Penerbit Buku EGC

Nino & Murcia. 1992. Management of Insomnia. In : Hardman, J.G. ; Limbird,


L.E., editors : Goodman & Gilman’s The pharmacological Basis of Therapeutics.
10th ed. New York : McGrawHill.
Priguna, Sidharta.1979. Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian
Rakyat

Sukandar, dkk., 2010. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI

Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi 5,


Editor Utama Sulistia Gan Gunawan, Penerbit Gaya Baru, Jakarta

Orru M., et al. 2013. Psychostimulant pharmacological profile of paraxanthine,


The main metabolite of caffeine in humans. Neuropharmacology.

Anda mungkin juga menyukai