Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Laprak Kosmet Pelembab

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI

SEDIAAN KRIM PELEMBAB

Dosen Pembimbing :
Nelly Suryani, M.Si., Ph.D., Apt
Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt
Hardini,M.Si., Apt
Via Rifkia, M.Farm., Apt
Dimas Agung Waskito W, S.Far

Disusun Oleh:

Farmasi 6C 2015

Kelompok 6C

Yusuf Nur Pradana 11151020000028


Salman Al Farisi 11151020000035
M. Rasyid Wicaksono 11151020000037
Yuyun Anugrah 11151020000050

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
APRIL/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Kosmetologi tepat
waktu. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan Nabi Muhammad SAW beserta
keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
Sebagaimana dalam peribahasa bahwa “tak ada gading yang tak retak”, dalam
penyusunan laporan praktikum ini pun kami menyadari bahwa banyak sekali kekurangannya,
maka dari itu kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penyusunan di masa yang akan
datang sangat kami harapkan.

Kami pun menghaturkan terima kasih kepada Tim dosen praktikum Kosmetologi yang
tak pernah lelah dan bosan memberikan bimbingannya dan arahannya yang selalu
membangunkan semangat kepada para mahasiswanya.

Dengan adanya pembuatan makalah ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa/i dalam
menguasai materi pelajaran. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan senantiasa membawa
kemudahan kita dalam belajar untuk meraih prestasi yang kita inginkan.

Jakarta, April 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................4
C. Tujuan Praktikum.................................................................................................................4
BAB II DASAR TEORI..................................................................................................................5
A. Klasifikasi Tanaman Tomat..................................................................................................5
B. Morfologi Tanaman Tomat...................................................................................................5
C. Kandungan dan Manfaat Tanaman Tomat............................................................................5
D. Masker Peel Off....................................................................................................................6
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM........................................................................................9
A. ALAT DAN BAHAN...........................................................................................................9
B. FORMULA...........................................................................................................................9
C. PERHITUNGAN FORMULASI........................................................................................10
D. Cara Kerja...........................................................................................................................11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................12
A. Hasil....................................................................................................................................12
B. Pembahasan........................................................................................................................12
BAB V KESIMPULAN.................................................................................................................15
A. Kesimpulan.........................................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap orang memiliki jenis kulit yang berbeda-beda hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor baik dari luar maupun dalam tubuh, misalnya: udara kering, terik sinar
matahari, bertambahnya usia, ras, serta penyakit kulit sering kali dapat menyebabkan
kulit menjadi lebih kering akibat kehilangan air oleh penguapan yang tidak kita rasakan,
sehingga permukaan pada kulit menjadi lebih bersisik dan garis pada kerutan akan
terlihat lebih jelas serta dapat menimbulkan rasa gatal.

Tubuh mempunyai daya kelembaban alami, dimana kulit mengeluarkan lubrikan


alami (sebum) untuk mempertahankan agar permukaan kulit tetap lembut, lunak dan
terlindung. Akan tetapi jika sebum hilang maka permukaan kulit akan mudah pecah, kulit
menjadi kering dan bersisik.

Kekeringan kulit merupakan masalah bagi jutaan orang dan seringkali


menyebabkan rasa tidak nyaman bahkan stres psikologis. Gejala klinis kulit kering di
antaranya permukaan kulit terasa kencang dan kaku, kasar, kusam, bersisik, gatal,
kemerahan bahkan nyeri. Kulit kering terutama menggambarkan abnormalitas pada
stratum korneum epidermis (Egelrud, 2000).

Pada keadaan tidak seimbang, kulit menjadi kering karena ketidakmampuan


mempertahankan air (kelembaban). Untuk mendapatkan jenis kulit yang lembab, halus
dan sehat, maka dibutuhkan sediaan kosmetik yang berperan sebagai pelembab
(moisturizer) untuk melindungi kulit dengan cara membentuk lapisan lemak tipis di
permukaan kulit, 2 sehingga dapat mencegah penguapan air pada kulit serta
menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut.

Pelembab bekerja dengan komposisi yang bersifat oklusif dan atau humektan
seperti halnya komponen pada Natural Moisturizing Factor (NMF). Komposisi yang
bersifat oklusif secara fisik memblokir kehilangan air dari permukaan kulit sedangkan
komposisi yang bersifat humektan bekerja dengan menarik air ke dalam kulit. Kulit yang

4
dijaga kelembabannya dapat mempertahankan diri terhadap kerusakan akibat proses
penuaan (Warner and Boissy, 2000)

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana formulasi sediaan krim pelembab?
b. Bagaimana cara pembuatan sediaan krim pelembab

C. Tujuan Praktikum
a. Menjelaskan formulasi sediaan krim pelembab
b. Menjelaskan cara pembuatan sediaan krim pelembab

5
BAB II
DASAR TEORI

A. Klasifikasi Tanaman Jeruk Bali


Taksonomi :
Divisio: Spermatophyta
Sub divisio: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Sapindales
Familia: Rutaceae
Genus: Citrus
Spesies: C.grandis( Ahsofyan, 2013 )

B. Morfologi Tanaman Buah Jeruk Bali


Tanaman jeruk besar merupakan jenis jeruk yang memiliki tinggi tanaman sampai lebih
dari 5 meter dengan cabang-cabangnya banyak dan letak daun tersebar (folia sparsa). Daunnya
merupakan daun tunggal, dengan tangkai daun bersayap sempit. Letak bunga terdapat pada
ketiak daun, memiliki bau yang harum,jumlah bunga untuk setiap tandannya antara 5-15 buah,
serta tajuk bunga 5sampai 7 lembar berwarna putih. Jenis buah buni, berbentuk bulat, dengan
diameter 10-20 cm,berkulit tipis, berwarna hijau yang akan menjadi kuning jika matang, rasanya
manis sedikit asam dan kelat. Bentuk bijinya agak pipih, bulat telur sungsang (Niyomdham,
1992).
Daun tanaman berbentuk bulat telur dan berukuran besar, dengan bagian puncak atau
ujung tumpul dan bagian tepi hampir rata, serta bagian dekat ujung agak berombak. Letak daun
terpencar dengan tangkai daun bersayap lebar, warna kekuningan, dan berbulu (Ahsofyan, 2013).
Batang tanaman agak kuat, garis tengah 10-50 cm, berkulit agak tebal, kulit bagian luar berwarna
coklat kekuningan, bagian dalam berwarna kuning.
Pohon jeruk mempunyai banyak cabang yang terletak saling berjauhan dan merunduk
pada bagian ujungnya.Cabang yang masih muda bersudut dan berwarna hijau, namun lama-lama
menjadi berbentuk bulat dan berwarna hijau tua.Tanaman citrus memiliki batang yang tergolong
dalam batang berkayu, yaitu batang yang biasanya keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri
dari kayu.

6
Batangnya berbentuk bulat, berduri (spinosus) pendek, kaku dan juga tajam. Selain itu
arah tumbuh batangnya mengangguk (nutans), dimana batangnya tumbuh tegak lurus ke atas
tetapi ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah. Akar tanaman jeruk merupakan akar
tunggang.(Ahsofyan, 2013 ).
Buah berukuran besar dan berkulit tebal, Buahnya berbentuk bulat atau bola yang tampak
tertekan.Warna daging buah merah muda atau merah jambu. Daging buah memiliki tekstur keras
sampai lunak, rasa manis sampai sedikit asam, dan berbiji sedikit. Bunga jeruk besar adalah
bunga majemuk (inflorescentia), tersusun dalam malai yang keluar dari ketiak daun, bunga
berbentuk bintang, diameter 1.5 – 2.5 cm, bunga berwarna putih, dan baunya harum.( Ahsofyan,
2013 )
Buah jeruk bali (Citrus maxima (Burm.) Osbeck) adalah bahan alam yang dapat
digunakan sebagai bahan pelembab kulit dan bersifat sebagai antioksidan. Buah jeruk bali
mengandung likopen, flavonoid, provitamin A, vitamin C, pektin, vitamin B1, vitamin B2, asam
folat, energi, air, gula, protein, lemak, karbohidrat, retinol, kalsium dan fosfor (Junaidi, 2011;
Wildana, 2009)

C. Krim Pelembab
Krim adalah bentuk sediaan semisolida yang viskos dan pada umumnya merupakan
emulsi minyak dalam air dan air dalam minyak. Emulsi adalah sistem termodinamika yang tidak
stabil terdiri paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur dimana fase satu terdispersi
sebagai globul (fase terdispersi) dan fase yang lainnya sebagai fase cair (fasa kontinyu),
distabilisasi dengan adanya agen pengemulsi. Pada sistem emulsi pada umumnya ukuran globul
yang terbentuk antara 100-100.000 nanometer (Martin,1993).

Ditinjau dari sifat fisiknya, krim dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Emulsi air dalam minyak atau emulsi A/M


2. Emulsi minyak dalam air atau M/A

Penetrasi krim jenis air dalam minyak atau A/M jauh lebih kuat dibandingkan dengan
M/A karena komponen minyak menjadikan bentuk sediaan bertahan lama di atas permukaan
kulit dan mampu menembus lapisan kulit lebih jauh. Namun krim A/M kurang disukai secara
kosmetik karena komponen minyak yang lama tertinggal di atas permukaan kulit. Krim minyak

7
dalam air atau M/A memiliki daya pendingin lebih baik dari krim A/M, sementara daya emolien
A/M lebih besar dari M/A (Djuanda A, 1994)

Pada emulsi kosmetik, dua fase secara terpisah dipanaskan pada suhu yang sama,
kemudian fase yang satu dituang ke fase lainnya dan dipanaskan pada suhu yang sama dengan
pengadukan. Pengadukan dilakukan sampai emulsi tercampur. Fase air dan fase minyak
digabbung pada suhu 70-75 oc karena pada suhu ini, pencampuran fase air dapat terjadi dengan
baik. Temperatur dapat diturunkan beberapa derajat jika titk leleh fase minnyak cukup rendah
(Idson dan Lazarus, 1994)

Waktu variasi temperatur, dan proses pencampuran mempunyai pengaruh yang kompleks
pada proses emulsifikasi. Pengocokan dibutuhkan untuk emulsifikasi sehingga terbentuk tetesan.
Pada pengocoksan selanjutnya, kemungkinan terjadi koalisi antara tetesan menjadi semakin
sering, sehingga dapat bergabung. Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari waktu
pengocokan yang terlalu lama, pada waktu dan sesudah pembentukan emulsi. Selama
penyimpanan, ketidakstabilan emulsi dapat dibuktikan oleh pembentukan krim, agregasi bolak-
balik, atau agregasi yang tak dapat balik (Rieger, 1994)

Kestabilan emulsi berhubungan dengan viskositasnya. Semakin tinggi viskositas suatu


bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit
(Schmitt1996). Pada emulsi m/a, bulatan gumpalan emulsi menyebabkan peningkatan viskositas
secara tiba-tiba. Viskositas emulsi akan megnalami perubahan untuk beberapa lama (sekitar 5-
15menit pada suhu kamar). Biasanya penurunan viskositas dengan waktu mencerminkan
peningkatan ukuran partikel karena penggumpalan dan menunjukkan shelf-life yang buruk
(Rieger, 1994)

D. Sifat Fisikokimia
1. Asam stearat (HOPE 6thedition hal. 494)

8
 Pemerian : Kristal Putih atau kuning berwarna, kristalin padat, atau putih.
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagian etanol (95%)P, dalam 2
bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P.
 Konsentrasi: 1-20%
 Kegunaan : emulsifying agent, zat tambahan untuk melembutkan kulit dengan
konsentrasi 1-20%.
 OTT : Inkomapatibel dengan hamper semua logam hidroksida dan zat pengoksidasi.
 Stabilitas : Zat stabil, harus disimpan di tempat tertutup.

2. Vit E tokoferol (HOPE 6th Hal : 31)

 Nama Lain : Vitamin E


 Berat Molekul : 450,72
 RM : C29H50O2
 Pemerian : Cairan berminyak kental, jernih, tidak berwarna, atau cokelat kekuningan;
tidak berbau dan tidak berasa.
 Ph : 5
 Titik lebur : 70’ celcius
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, mudah larut dalam aseton, etanol, eter, dan
minyak nabati.
 Stabilitas : tokoferol teroksidasi oleh adanya oksigen atmosfer secara perlahan dan
dipercepat oleh adanya garam besi dan perak.
 Penyimpanan : Tokoferol harus disimpan dalam gas inert, dalam wadah kedap udara yang
sejuk dan kering dan terlindung dari cahaya.

9
 Indikasi : Vitamin E berperan sebagai antioksidan dan dapat melindungi kerusakan
membrane biologis akibat radikal bebas. Mencegah degenerasi otot, rusaknya sel darah
merah, menghambat menuanya sel-sel tubuh.

3. Nipagin / Methylis Parabenum (Excipient Hal 441)

 Rumus Molekul : C8H8O3


 Berat Molekul : 152,15
 Pemerian : hablur atau serbuk tidak berwarna, atau kristal putih, tidak berbau atau
berbau khas lemah, dan mempunyai rasa sedikit panas.
 Kelarutan : mudah larut dalam etanol, eter; praktis tidak larut dalam minayak; larut
dalam 400 bagian air
 OTT : surfaktan non-ionik seperti polisorbat 80, bentonit, magnesium
trisilikat, talk, tragakan, dan sodium alginat
 Kegunaan : antifungi
 Konsentrasi : 0.02–0.3% untuk topikal

4. Minyak Kelapa (HOPE 6th edition p.184 ; FI edisi III h.456)

Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan endosperm
kering Cocos nucifera L.

 Nama Kimia : Coconut oil

10
 Nama Lain: Aceite de cocos; Cocois oleum raffinatum; Coconut butter; Copra oil;
Oleum cocois; Pureco 76; Refined coconut oil.
 Organoleptis: Cairan jernih, Tidak berwarna atau kuning pucat, bau khas, tidak tengik
 Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat larut dalam dikloromethane dan
dalam petroleum; larut dalam eter, karbon disulfide dan kloroform, larut pada suhu
600C dalam 2 bagian etanol (95%) tapi kurang larut pada suhu lebih rendah.
 Titik lebur : 23-26 oC
 BJ : 0,845-0,905
 Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, dan di tempat
yang sejuk
 Inkompatibilitas : Minyak kelapa bereaksi dengan agen oksidasi, asam dan basa.
 Aplikasi : Sebagai emolien

5. Cetil Alkohol (HOPE 6th Hal:155)

 Nama lain : Alkohol cetylicus. Ethal


 Sinonim : 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol; palmityl alcohol
 Nama Resmi : Alcoholum Cetylicum, cetyl alkohol
 Rumus Molekul : C16H34O
 Berat Molekul : 242,44
 Pemerian : Serpihan putih licin, graul, atau kubus putih, bau khas lemah, rasa
lemah
 Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutan
bertambah dengan naiknya suhu.
 Stabilitas : Dalam asam, basa, cahaya dan udara stabil
 Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi kuat
 Fungsi : Setil alkohol digunakan dalam formulasi karena mempunyai efek atau manfaat
ganda, yakni dapat digunakan sebagai emulgator dan sebagai stiffering agent. Stiffering
agent adalah suatu zat yang ditambahkan kedalam suatu formula, yang berfungsi sebagai
pengental / pengeras didalam sedian lotion.

11
6. Air suling (aquadest) (Farmakope Indonesia III halaman 96)

 BM = 18,02.
 Rumus molekul = H2O.
 Pemerian = Cairan jernih tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
 Penyimpanan = Dalam wadah tertutup baik.
 Stabilitas = Air adalah salah satu bahan kimia yang stabil dalam bentuk
Fisik (es , air , dan uap). Air harus disimpan dalam wadah yang sesuai. Pada saat
penyimpanan dan penggunaannya harus terlindungi dari kontaminasi partikel - pertikel
ion dan bahan organik yang dapat menaikan konduktivitas dan jumlah karbon organik.
Serta harus terlindungi dari partikel - partikel lain dan mikroorganisme yang dapat
tumbuh dan merusak fungsi air.
 OTT = Dalam formula air dapat bereaksi dengan bahan eksipient
lainya yang mudah terhidrolisis.

7. Trietanolamin (TEA) (Handbook of Excipients 6th edition hal. 663)


 Rumus struktur

 Rumus empiris : C6H15NO3


 Berat molekul : 149.19
 Pemerian : Berwarna sampai kuning pucat, cairan kental.
 Kelarutan : bercampur dengan aseton, metanol, dan air, dalam benzene 1 : 24,
dalam etil eter 1:63, dan larut dalam kloroform.
 Titik leleh : 20-21oC
 Konsentrasi : 2-4%
 Kegunaan : Zat pengemulsi
 OTT : akan bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam kristal
dan ester dengan adanya asam lemak tinggi.
 Stabilitas : TEA dapat berubah menjadi warna coklat dengan paparan udara
dan cahaya.
8. Gliserin (FI IV hal 413, Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi 6 hal 283).

12
 Rumus Molekul = C3H8O3.
 Berat Molekul = 92,09
 Pemerian = Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna; rasa manis;hanya boleh berbau
khas lemah (tajam atau tidak enak). Higroskopis, netral terhadaplakmus.
 Kelarutan = Dapat bercampur dengan air dan dengan etanol; tidak larutdalam kloroform,
dalam eter, dalam minyak lemak, dan dalam minyak menguap.
 Titik Beku = -1,60 C.
 Khasiat = Pelarut.
 Konsentrasi = 50 – 50 % ( sebagai solvent parentral ) (Excipient hal 257)
 Bj = Tidak kurang dari 1,249. 1,2620 g/cm3 pada suhu 250 C.
 OTT = Gliserin bisa meledak jika bercampur dengan oksidator kuat seperti kromium
trioksida, potasium klorat atau potasium permanganat. Adanya kontaminan besi bisa
menggelapkan warna dari campuran yang terdiri dari fenol, salisilat dan tanin.
 Gliserin membentuk kompleks asam borat, asam gliseroborat yang merupakan asam yang
lebih kuat dari asam borat.
 Stabilitas = Gliserin bersifat higroskopis. Dapat terurai dengan pemanasan yang bisa
menghasilkan akrolein yang beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol 95 % dan
propilena glikol secara kimiawi stabil. Gliserin bisa mengkristal jika disimpan pada suhu
rendah yang perlu dihangatkan sampai suhu 200 C untuk mencairkannya.
 Penyimpanan = Wadah tertutup rapat

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. ALAT DAN BAHAN


Bahan Alat
Ekstrak Tomat Cawan penguap
Minyak kelapa Gelas ukur

13
Asam stearat Pipet
Gliserin Beaker glass
TEA Batang pengaduk
Cetil alkohol Lumpang
Vitamin E Alu
Nipagin Corong
Parfum Kertas saring
Aquadest Spatel
Sudip
Kaca objek
Stopwatch
pH indicator
Wadah primer
Kemasan primer dan sekunder

Pipet tetes

B. FORMULA
Formula yang digunakan untuk pembuatan 50 gram Krim Pelembab

NO Bahan Konsentrasi (%)


1 Ekstrak Jeruk Bali 2,5%
2 Minyak Kelapa 15%
3 Asam Stearat 7%
4 Gliserin 10%
5 TEA 2%
6 Setil Alkohol 2%
7 Vit. E 0,5%
8 Nipagin 0,1%
9 Parfum q.s
10 Aquades ad 100%

C. PERHITUNGAN FORMULASI
NO Bahan Timbangan (gram)
1 Ekstrak Jeruk Bali 2,5% x 50 gram = 1,25 gram
2 Minyak Kelapa 15% x 50 gram = 7,5 gram

14
3 Asam Stearat 7% x 50 gram = 3,5 gram
4 Gliserin 10% x 50 gram = 5 gram
5 TEA 2% x 50 gram = 1 gram
6 Setil Alkohol 2% x 50 gram = 1 gram
7 Vit. E 0,5% x 50 gram = 0,25 gram
8 Nipagin 0,1% x 50 gram = 0,05 gram
9 Parfum q.s
50 – (1,25 + 7,5 + 3,5 + 5 + 1 + 1 +
10 Aquades ad
0,25 + 0,05) = 30,15 mL

D. CARA KERJA
1. Disaring ekstrak tjeruk bali agar mendapatkan filtrate bening sebanyak 5%
2. Fase minyak (minyak kelapa, asam stearat, dan setil alkohol) dilebur diatas penangas
air hingga suhu 700C
3. Pada saat yang bersamaan, fase air (glisetin,TEA, nipagin, dan air) dileburkan diatas
penangas air hingga suhu 700C
4. Dicampurkan fase minyak dan fase air ke dalam mortir yang sebelumnya telah
dihangatkan, lalu diaduk hingga terbentuk massa putih seperti susu.
5. Setelah mendingin hingga 400C, ditambahkan vitamin E, ekstrak jeruk bali 5%, dan
parfum secukupnya. Lalu diaduk hingga homogen.
6. Dimasukkan ke dalam wadah apabila telah selesai
7. Dilakukan evaluasi sediaan meliputi uji homogenitas, uji organoleptis, dan uji Ph

15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Evaluasi Keterangan

Bentuk : krim o/w (semisolid)


Warna : putih susu
Bau : wangi Lemon

Organoleptik

Ph : Ekstrak 4 dan Sediaan 7

pH

Homogenitas Homogeny dengan baik


Daya Sebar Baik dan merata

Viskositas Baik seperti krim seharusnya


Keterangan 1 2 3 4
Hedonik
1 : tidak suka Kelembutan X
2 : sedang Kehalusan X
3 : suka Kesegaran X
4 : sangat suka
Kenyamanan X

16
B. Pembahasan
Krim adalah bentuk sediaan setengah padat, berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar. Krim atau Cremores juga
diartikan sebagai suatu sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau
lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai dan
mengandung air tidak kurang dari 60% (FI ed.III).
Suatu sediaan krim terdiri dari dua fase, yaitu fase minyak dan fase air. Jadi
langkah pertama yang dilakukan adalah kedua fase ini dileburkan diatas penangas air,
setelah masing-masing bahan yang termasuk kedalam fasenya dicampurkan dalam wadah
yang berbeda (dari segi fasenya) berupa cawan porselen. Dalam formula krim ini yang
termasuk ke dalam fase minyak yaitu Minyak kelapa, asam stearate, dan setil alkohol.
Sedangkan yang termasuk ke dalam fase air adalah gliserin, TEA, nipagin dan air. Kedua
fase ini dileburkan pada suhu 70 ºC. Karena pada suhu ini (70 ºC) merupakan titik
dimana menjadi titik leleh tertinggi untuk melelehkan/meleburkan bahan dalam fase
minyak. Bahan tersebut adalah asam stearate dengan titik leleh 69-70 ºC, diikuti setil
alkohol dengan titik leleh 45-52 ºC (HOPE 6th ed. 2009).
Pertama fase air dipanaskan hingga suhu yang sama (70 ºC) dengan fase minyak.
Karena apabila fase air tidak sama temperaturnya dengan fase minyak saat dicampurkan
dalam lumpang, maka beberapa bahan akan menjadi padat, sehingga terjadi pemisahan
antara fase minyak dan fase air. Hal ini juga yang mendasari mengapa lumpang yang
menjadi wadah pencampuran harus di tuangkan air panas didalamnya sesaat sebelum
dicampurkan dua fase didalamnya temperature terus dipertahankan selama beberapa
menit untuk mencegah kristalisasi dari lilin/lemak.
Kemudian campuran Fasa Minyak secara perlahan-lahan ditambahkan ke dalam
larutan Fasa air dan diaduk secara konstan. Setelah suhu turun hingga 40 0C maka baru
ditambahkan Ekstrak jeruk bali dan Vitamin E sebagai zat antioksida. Penambahan ini
dilakukan pada suhu 400C karena dikhawatirkan ekstrak jeruk bali dapat terdegradasi
pada suhu tinggi dan vitamin E berdasarkan data dapat terdegradasi pada suhu diatas
400C. Lalu dilakukan penambahan parfum yang berfungsi untuk memberikan aroma yang
menyenangkan pada sediaan topikal.
Pada formula krim pelembab digunakan minyak kelapa yang merupakan natural
oil. Minyak kelapa memiliki rantai carbon yang pendek sehingga efek iritasinya tinggi
namun efek saponifikasinya baik.Efek tersebut dapat dikurang dengan membuat pH

17
sediaan krim sekitar 4-7 yang merupakan pH terbaik untuk kulit. Minyak kelapa juga
memiliki berat molekul yang kecil sehingga efek spreading atau penyebarannya baik.
Emulgator yang digunakan untuk pembuatan sediaan kosmetik tidak hanya satu, ada yang
bertindak sebagai emulsifier dan co-emulsifier.
Emulgator yang digunakan yaitu asam stearat, trietanol amin (TEA) dan setil
alkohol. Asam stearat akan dinetralkan sebagian dengan alkalis atau TEA, asam stearat
digunakan sebagai pembentuk krim. Asam stearat yang dinetralkan sebagian, membentuk
basis yang creamy ketika dicampurkan dengan 5-15 kali berat fase airnya.Gliserin yang
digunakan pada formula memiliki fungsi utama sebagai humektan dan emollient, juga
dapat berfungsi sebagai co-solvent pada sediaan krim. Setil alkohol yang digunakan
sebagai emolient, penyerap air serta emulgator. Setil alkohol meningkatkan stabiliitas,
memperbaiki tekstur (stiffening agen), dan meningkatkan konsistensi sediaan krim.
Namun, konsentrasi setil alkohol yang digunakan hanya 2% sehingga menyebabkan
tekstur dan konsistensi krim yang dihasilkan masih terbilang encer atau mudah dituang
dari wadah kemasan.
Nipagin digunakan sebagai pengawet yang larut dalam fase air, karena sediaan
krim yang dibuat merupakan tipe minyak dalam air sehingga beresiko sebagai tempat
pertumbuhan mikroba. Vitamin E yang ditambahkan sebagai antioksidan, peningkat
elastisitas, pencegah proses penuaan dini, pelindung kulit dari kerusakan akibat radiasi
sinar UVmembuat krim yang dihasilkan tidak hanya berfungsi sebagai pelembab saja,
melainkan terdapat fungsi-fungsi lain yang menguntungkan untuk kulit.

BAB V
KESIMPULAN

18
A. Kesimpulan
Pada praktikum pada hariJumat tanggal 16 Maret 2018, dibuat sediaan sediaan masker peel
off. Masker peel off merupakan masker gel, termasuk salah satu masker yang praktis karena
setelah kering masker tersebut dapat langsung diangkat dari permukaan wajah tanpa perlu
dibilas. Ekstrak yang digunakan merupakan ekstrak tomat yang memiliki kandungan yang tidak
hanya baik untuk kesehatan, namun juga kecantikan. Didapatkan sediaan yang cukup baik
dengan hasil evaluasi yaitu massa kental dengan warna merah keorangean, kurang homogen
yang disebebakan adanya kesalahan pada penggerusan PVA, waktu kering 6 menit 45 detik,
dan memiliki pH 8. Sediaan yang basa menyebabkan kulit menjadi kering.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C., Sheskey,
P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Jilid III. Jakarta: BPOM RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Jilid IV. Jakarta: BPOM RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Jilid V. Jakarta: BPOM RI

Djuanda A. 1994. Pengobatan topikal dalam bidang dermatologi. Jakarta: Yayasan Penerbitan
IDI.
Harry, Ralph G.. Harry’s Cosmeticology. New York: Chemical Publishing, 2000. Farmasi
Industri II Edisi Ketiga. Jakarta: UI Press
Junaidi, I. 2011. Ensiklopedia Jus Sayur dan Buah. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer
Martin, A., James S., dan Arthur C. 1993. Farmasi Fisik Dasar-Dasar Kimia Fisik Dalam Ilmu
Farmasetik Edisi Kedua, Jakarta: UI Press

19
Niyomdham C. 1992. Citrus maxima Merr. dalam Verheij EWM, Coronel RE (Eds.). Plant
Resources of South-East Asia No.2. Edible Fruits and Nuts.
Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. Paye, M., dkk., ed. Handbook of Cosmetics Science and
Technology, 2nd ed. Boca Raton: CRC Press, 2006..
Rowe, Raymond C, et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition. London:
Pharmaceutical Press
Warner, R.R. and Boissy, Y.L.Effect of Moisturizing Product on the Structure of Lipid in the
Outer Stratum Corneum of Human. In : Loden, M., Maibach, H.I., editors. Dry Skin and
Moisturizer, Chemistry and Function. Boca Raton, London, New York, Washington,
DC. : CRC Press, 2000
Wildana, D.T. 2009. 1001 Khasiat Buah Jeruk. Yogyakarta: e-Nusantara

20

Anda mungkin juga menyukai