RPP Seni Budaya 250118
RPP Seni Budaya 250118
RPP Seni Budaya 250118
(RPP)
Sekolah : SMA..................................................................
Matapelajaran : Seni Budaya
Kelas/Semester : XII/1
Materi Pokok : Musik Kontemporer
Alokasi Waktu : 6 JP
A Kompetensi inti
kontemporer
3.4.8 Memodifikasi karya musik kontemporer untuk
dibuat rancangan karya kreasi sendiri
4.4 Menampilkan karya musik 4.4.1 Mencontoh karya musik kontemporer yang
kontemporer kreasi sendiri diamati
4.4.2 Mencoba karya musik hasil pengamatan
4.4.3 Menampilkan hasil percobaan karya musik
kontemporer
4.4.4 Memodifikasi musik kontemporer yang
dipelajari
4.4.5 Menciptakan/membuat karya musik
kontemporer kreasi sendiri
C Tujuan pembelajaran
D Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran berbasis
Proyek dan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) serta pendekatan saintifik, peserta didik
dapat merancang konsep dan teknik berkreasi musik kontempoter secara mandiri dan
kelompok, serta peserta didik dapat menampilkan karya musik kontemporer kreasi
sendiri, dengan rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin (Kemandirian) selama
proses pembelajaran dan bersikap jujur (Religiolitas), percaya diri serta pantang
menyerah(Integritas).
E Materi pembelajaran
Berkreasi Musik Kontemporer, dan membuat kreasi musik kontemporer sendiri.
1. Konsep Musik Kontemporer
2. Beberapa teknik dalam berkreasi musik kontemporer mancanegara
3. Merancang dan membuat karya musik kontemporer hasil kreasi sendiri
F Metode pembelajaran
Pendekatan : saintifik
Model Pembelajaran : Project Based Learning
Metode : ATM, diskusi kelompok, tanya jawab, penugasan
PERTEMUAN PERTAMA
https://www.youtube.com/watch?v=NSFieUSfx
GU
Contoh Kedua
Tayangan kedua menyajikan permainan
cups/gelas sebagai iringan vokal dengan
penambahan beberapa alat musik sehingga
menjadi kesatuan harmoni.
PERTEMUAN KETIGA
Pendahuluan 1. Memberi salam dan berdo’a Religiositas 15’
2. Mengkondisikan suasana belajar yang
menyenangkan;
3. Mengingatkan kembali tentang materi yang
telah dipelajari berkaitan dengan
kompetensi yang akan dipelajari dan
dikembangkan, yaitu materi musik
kontemporer;
4. Menyampaikan kompetensi yang harus
dicapai dalam tes akhir, dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari berkaitan
dengan musik kontemporer;
5. Menyampaikan teknik penilaian yang akan
digunakan di evaluasi akhir untuk satu
pokok bahasan tentang musik kontemporer.
I PENILAIAN
a. Teknik Penilaian:
Penilaian Sikap : Observasi/pengamatan
Penilaian Pengetahuan : Tes Tertulis
Penilaian Keterampilan : Unjuk Kerja/ Praktik, Proyek, Portofolio
b. Bentuk Penilaian :
Observasi : lembar pengamatan aktivitas peserta didik
Tes tertulis : uraian dan lembar kerja
Unjuk kerja : lembar penilaian presentasi
Proyek : lembar tugas proyek dan pedoman penilaian
Portofolio : pedomana penilaian portofolio
e. Pengayaan
Bagi siswa yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan
sebagai berikut:
Siswa yang mencapai nilai n(ketuntasan) n n(maksimum) diberikan materi
masih dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
Siwa yang mencapai nilai n n(maksimum) diberikan materi melebihi cakupan
KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.
…………………… ……………………………
NIP. ………………. NIP. …………………….
MUSIK KONTEMPORER
Musik Kontemporer sebetulnya adalah musik yang con tempo(rary). Keberadaannya berpaut erat
dengan mengalirnya waktu atau tempo. Itulah mengapa Musik Kontemporer sering juga disebut
Musik Garda Depan (avantgarde), karena musik tersebut senantiasa mengedepani sebuah era.
Musik kontemporer lazim juga menyandang sebutan new musik atau Musik Baru (namun bukan
genre musik new age). Dikarenakan sebagai konsekuensi keberadaannya yang senantiasa
mengedepani sebuah era, Musik Kontemporer “dituntut” untuk menghadirkan sesuatu yang baru.
Beberapa orang sering menganggap bahwa Musik Kontemporer adalah produk dari modernisasi
atau salah satu pengejawantahan era modern. Sebetulnya, nilai kekontemporeran dalam musik
sudah dikenal sejak jaman Johann Sebastian Bach. Pada jamannya, musik Bach sudah dianggap
sebagai Musik Kontemporer. Komposisi musik Bach yang bagai air mengalir tanpa jeda, ditambah
gaya kontrapung (alur bass dan melodi saling kontra membentuk aliran harmoni, merupakan
sebuah komposisi yang jauh melampaui kelaziman saat itu. Untuk Musik Kontemporer sebagai
sebuah genre musik yang mandiri, keberadaannya mulai marak setelah berakhirnya Perang Dunia
II.
Dipelopori oleh Arnold Schoenberg dengan tangganada duodekatonik atau 12 nada. Tangga nada
yang umum dikenal adalah diatonik, terdiri dari 7 nada: do re mi fa so la ti. Juga musik dengan
teknik garapan yang menggunakan idiom dan tata gramatika matematika dari Pierre Boulez.
Olivier Messiaen dengan teknik garapan musik berupa perbandingan geometri bangunan.
Kemudian musik perkusi dari John Cage dan banyak lagi pemusik yang merupakan pelopor Musik
Kontemporer di dunia. Untuk kawasan Asia, harus disebut nama Nam June Paik dari Korea.
Paradigma tentang musik kontemporer akan sulit dipahami apabila kita hanya menggunakan
parameter yang sempit serta hanya berdasar pada pemahaman budaya lokal saja. Berdasar pada
berbagai referensi bahwa asal usul istilah itu datang ke negeri kita dapat dipastikan berasal dari
budaya Barat (Eropa-Amerika). Oleh karena itu pemahaman masyarakat kita terhadap musik
kontemporer seringkali agak keliru.
Bagi pemahaman sebagian orang, musik kontemporer selalu dikaitkan dengan konsep penggunaan
alat musiknya. Yang paling trend adalah ketika suatu karya musik menggunakan campuran alat
“modern” dan “tradisional” dapat memberi penegasan bahwa itulah musik kontemporer. Walaupun
pada kenyataannya banyak karya musik kontemporer menggunakan campuran alat musik seperti
yang disebutkan di atas, akan tetapi konsep atau ide dengan campuran alat musik tersebut
sebenarnya belum dapat menjamin bahwa karya musik tersebut adalah musik kontemporer. Bagi
saya, penerapan istilah “modern-tradisional” atau “konvensional-non konvensional” yang ditujukan
pada sebuah alat/instrumen musik sebenarnya agak membingungkan. Sistem pengelompokan
musik berdasar penggunaan instrumen yang dangkal tersebut justru diruntuhkan oleh ideologi
para komponis kontemporer. Bagi para komponis kontemporer, semua instrumen musik yang
digunakan dalam karyanya dikembalikan harfiahnya sebagai alat permainan. Dengan demikian
sekat-sekat cara penggunaan atau teknik bermain alat musik yang bersifat konservatif dan secara
geokultural terasa sempit itu dibuka seluas-luasnya. Bahkan penemuan-penemuan dalam bidang
organologi atau pemanfaatan teknologi canggih menjadi orientasi penting dalam perkembangan
musik kontemporer.
Secara spesifik, musik kontemporer hanya dapat dipahami dalam hubungannya dengan
perkembangan sejarah musik barat di Eropa dan Amerika. Namun, walaupun dapat mengacu pada
sebuah pemahaman yang spesifik, sesungguhnya label kontemporer yang dibubuhkan pada kata
seni maupun musik sama sekali tidak menunjuk pada sebuah pengertian yang per definisi bersifat
normatif. Itulah sebabnya, terutama bagi mereka yang awam, seni atau musik kontemporer banyak
menimbulkan kesalahpahaman yang berlarut-larut.
Untuk Musik Kontemporer, notasi balok dan/atau angka, tidaklah cukup. Konsep musik dalam
Musik Kontemporer seringkali harus disertai petunjuk yang detail tentang gambaran bunyi dan
cara memproduksi bunyi tersebut. Itulah mengapa dalam ranah Musik Kontemporer dikenal pula
notasi auditif dan notasi tindakan.
Termasuk dalam kategori ini adalah komponis Amir Pasaribu, Dua Srikandi piano: Trisutji
Kamal dan Marusya Nainggolan Abdullah. Materi garapannya dapat berupa Musik Tradisional.
Namun teknik garapannya memakai prinsip-prinsip yang lazim di kenal pada Musik Barat.
Misalnya: nuansa gendhing gamelan Jawa yang ditranskripsikan ke dalam piano. Sudah tentu,
masalah laras dan alur musiknya bukan lagi pelog, slendro, ataupun ladrang. Melainkan misalnya
mengambil bentuk sonata, prelude, dan semacamnya.
Kategori ini dimotori oleh nama-nama seperti: A.W. Sutrisna, Rahayu Supanggah, Wayan Sadra,
Dody Satya Ekagust Diman – seorang komponis muda yang banyak mendapat pujian di Jerman.
Karya dalam kategori ini dapatlah dikatakan sebuah revitalisasi Musik Tradisi. Misalnya Degung
Sunda yang diberi “baju” baru. Berupa cara menabuh dengan teknik baru misalnya dengan sendok
makan, cara memetik kecapi dengan menggunakan gesekan kuku jari. Tata gramatik musikpun
mendapat pakem baru. Misalnya perubahan fungsi tiap instrumen. Juga kemungkinan peran
sebagai solis pada tiap instrumen. Degung klasik yang murni adalah sebuah ensemble permainan
musik bersama.
3. Musik baru yang berlatar belakang budaya Indonesia dan budaya Barat
Komponis terkemuka dalam kategori ini adalah: Slamet Abdul Sjukur, Alm. Sapto Ragardjo, Alm.
Ben Pasaribu, Tony Prabowo, dan Otto Sidharta. Ciri garapan kategori ini adalah mixed culture
- percampuran dua macam budaya. Misalnya karya Slamet Abdul Sjukur yang berjudul “Tetabuhan
Sungut” adalah sebuah canon vocal, namun strukturnya mengambil teknik garapan gendhing.
Para komponis Musik Kontemporer di Indonesia, membentuk sebuah forum komunikasi yang
disebut Asosiasi Komponis Indonesia (AKI). Kiprah Indonesia di forum Musik Kontemporer
dunia sebetulnya dapat dikatakan lumayan. Mas Slamet Abdul Sjukur termasuk komponis papan
atas internasional, begitu juga dengan Tony Prabowo dan Dody Satya Ekagust Diman. Dalam
Liga Komponis Asia Pasifik pun Indonesia senantiasa berkiprah. Saya sendiri pernah mewakili
Indonesia bersama Dody Satya Ekagust Diman dalam “The 20th Asia Pacific Composer League
Festival and Conference” pada tahun 1999. Pendidikan para komponis muda dalam Musik
Kontemporer pun masih tetap intens dilakukan. Salah satu hasil dari pendidikan tersebut adalah
lahirnya sebuah kelompok yang menamakan diri “The Circle” - sebuah kelompok beranggotakan 9
komponis Musik Kontemporer. Mereka tergolong komponis belia. Pada 22 Januari 2011, mereka
menggelar konser di Komunitas Salihara Jakarta. Konsernya berjudul PHI, ditampilkan 11
komposisi Musik Kontemporer untuk piano, alat tiup, dan alat elektronik.
sumber: flickr
Musik Kontemporer di Indonesia sebetulnya dapat menjadi sebuah alternatif yang menyejukkan.
Saat industri musik mulai menancapkan taring dan kukunya. Hingga selera dan tata estetis musikal
masyarakat benar-benar didikte dan dijajah kepentingan industri. Saat musik sudah begitu banyak
dimuati unsur-unsur yang membuat musik kehilangan kesejatiannya. Saat musik menjadi
kendaraan tunggangan pesan politis yang seringkali mengada-ada. Musik Kontemporer masih
menyisakan kemurnian, bahwa musik adalah sublimasi terdalam dalam karsa manusia.
Terwujud dalam karya yang merupakan ungkapan KEMURNIAN RASA, bukan melulu tentang
cinta yang cengeng, namun kata hati dari lubuk yang paling dalam.
“Kini tak zamannya lagi membuat generalisasi bahwa aspirasi musikal masyarakat adalah satu,
dengan kata lain ia bukan miliki kebudayaan yang disimpulkan secara umum, melainkan milik
pribadi orang per orang” (Sadra, 2003).
Sebenarnya banyak komponis kontemporer di daerah Sunda yang cukup potensial, akan
tetapi sangat sedikit yang konsisten. Salah satu komponis pertama yang perlu disebut adalah Nano
S. Meskipun aktifitasnya lebih cenderung sebagai pencipta lagu, akan tetapi beberapa karyanya
seperti karya “Sangkuriang” atau “Warna” memberi nafas baru dalam pengembangan musik Sunda.
Komponis lain seperti Suhendi Afrianto, Ismet Ruhimat sangat nyata upayanya dalam
pengembangan instrumentasi pada gamelan Sunda. Dodong Kodir yang cukup konsisten dalam
upaya mengembangkan aspek organologi dalam komposisinya, Ade Rudiana yang sukses dalam
pengembangan dibidang komposisi musik perkusi, Lili Suparli yang memegang prinsip kuat dalam
pengolahan idiom-idiom musik tradisi Sunda, serta tak kalah penting komponis-komponis seperti
Dedy Satya Hadianda, Dody Satya Eka Gustdiman, Oya Yukarya, Dedy Hernawan, Ayo Sutarma yang
karya-karyanya cukup variatif dan memiliki orsinalitas dilihat dari aspek kompositorisnya. (posisi
penulis sebagai komponis juga memiliki ideologi yang kurang lebih sama dengan para komponis
yang terakhir disebutkan).
Dari beberapa komponis Sunda seperti yang telah disebutkan di atas, secara kompositoris
karakteristik karyanya dapat dipetakan menjadi tiga kategori. Pertama adalah karya musik yang
bersifat “musik iringan”. Konsep komposisi dalam karya seperti ini berdasar pada penciptaan suatu
melodi (bentuk lagu/intrumental), kemudian elemen-elemen lainnya berfungsi mengiringi melodi
tersebut. Kedua adalah karya musik yang bersifat “illustratif”. Konsep komposisinya berusaha
menggambarkan sesuatu dari naskah cerita, puisi dan lain-lain. Dengan demikian orientasi
musiknya lebih tertuju pada penciptaan suasana-suasana yang berdasar pada interpretasi
komponisnya. Ketiga adalah karya musik yang bersifat otonom. Karya musik seperti ini biasanya
sangat sulit dipahami oleh orang awam. Selain bentuknya yang tidak baku, aspek gramatika
musiknya pun sangat berbeda jika dibandingkan dengan karya-karya tradisi. Kadang-kadang
karya-karya musik seperti ini sering menimbulkan hal yang kontroversial. Seperti yang “anti
tradisi”, padahal secara sadar atau tidak, semua tatanan konsepnya bersumber dari tradisi.
Kategori yang seperti ini lebih dekat atau lebih cocok dengan fenomena musik kontemporer Barat
(Eropa-Amerika).
Kehadiran karya musik kontemporer ini mulai terasa mengguncang persepsi masyarakat
akademik di ASTI dan STSI (kini ISI) Denpasar dan juga di KOKAR Bali (kini SMK 3 Sukawati),
karena musik ini cendrung mengubah cara pandang, cita rasa, dan kriteria estetik yang sebelumnya
telah dikurung oleh sesuatu yang terpola, ada standarisasi, seragam, global, dan bersifat sentral.
Konsep musik kontemporer menjadi sangat personal (individual), sehingga perkembangannyapun
beragam. Paham inilah yang ditawarkan oleh musik kontemporer, sehingga dalam karya-karya
yang lahir banyak terjadi vokabuler teknik garapan dan aturan tradisi yang telah mapan ke dalam
wujud yang baru, terkesan aneh, nakal, bahkan urakan.
Pada tahun 1987 serangkain dengan tugas kelas mata kuliah Komposisi VI, mahasiswa
jurusan karawitan ASTI Denpasar semester VIII untuk pertama kalinya menggarap sebuah musik
kontemporer dengan judul ”Apang Sing Keto”. Karya yang berbentuk drama musik ini
menggunakan instrumen pokok Gamelan Gong Gede dipadu olahan vokal dan penggunaan lagu
”Goak Maling Taluh” sebagai lagu pokok. Karya ini kemudian ditampilkan pada Pesta Kesenian Bali
tahun 1987 dan mendapat sambutan meriah dari penonton. Pada tahun 1988 ketika Festival Seni
Mahasiswa di Surakarta, saya sendiri selaku komponis mewakili STSI Denpasar menggarap karya
musik kontemporer yang berjudul ”Belabar Agung” dengan menggunakan gamelan Gong Gede. Dua
karya terakhir ini sempat mendapat kecaman dari beberapa sesepuh karawitan, karena dianggap
memperkosa dan melecehkan gamelan Gong Gede yang telah memiliki kaidah-kaidah konvensional
yang mapan.
Dua tahun kemudian, satu garapan musik kontemporer dengan media ungkap berbeda
digarap kolaboratif oleh dua seniman I Wayan Dibia dan Keith Terry yaitu ”Body Tjak”. Karya ini
merupakan seni pertunjukan multikultural hasil kerja sama atau kolaborasi internasional yang
memadukan unsur-unsur seni dan budaya Barat (Amerika) dan Timur (Bali-Indonesia). ”Body
Tjak” digarap dengan penggabungan unsur-unsur seni Kecak Bali dengan Body Music, sebuah jenis
musik baru yang menggunakan tubuh manusia sebagai sumber bunyi. Garapan bernuansa seni
budaya global ini, lahir dengan dua produksinya yaitu Body Tjak 1990 (BT90) dan Body Tjak 1999
(BT99) (Dibia, 2000:10). Kedua karya ini memang murni lahir dari keinginan seniman untuk
mengekspresikan jiwanya yang telah tergugah oleh dinamisme seni kecak dan body music. Dengan
berbekal pengalaman estetis masing-masing, dan diilhami oleh obsesi aktualitas kekinian, kedua
seniman sepakat melakukan eksperimen dalam bentuk workshop-workshop sehingga lahirlah
musik kontemporer Body Tjak.
Kehidupan dan perkembangan musik kontemporer yang diawali event-event gelar seni
baik dalam dan luar negeri akhirnya juga masuk ke ranah akademik. Mahasiswa jurusan karawitan
ISI Denpasar telah banyak menggarap musik kontemporer sebagai materi ujian akhirnya. Hingga
tahun 2009 penggarapan musik kontemporer masih mendominasi pilihan materi ujian akhir
mahasiswa jurusan karawitan, hal ini menyebabkan secara produktivitas penciptaan musik
kontemporer sangat banyak, model dan jenisnyapun sangat beragam. Penggunaan instrumen tidak
hanya terpaku pada alat-alat musik tradisional Bali, juga digunakan instrumen musik budaya
lainnya, bahkan mahasiswa sudah mengeksplorasi bunyi dari benda-benda apa saja yang dianggap
bisa mengeluarkan suara yang mendukung ide garapannya.
Musik kontemporer yang berjudul ”Gerausch” karya Sang Nyoman Putra Arsa Wijaya adalah
salah satu contoh eksplorasi radikal dalam musik kontemporer Bali. Karya ini sempat
memunculkan polemik kecil di kalangan akademik kampus. Berkembang wacana ”apakah karya ini
tergolong musik atau tidak, termasuk karya karawitan atau bukan?”. Namun dengan pemahaman
yang cukup alot dari masyarakat akademik kampus, akhirnya karya kontroversial inipun telah
mengantarkan sang komposer memperoleh gelar S1 Komposisi Karawitan.
Sumber :
https://onesgamelan.wordpress.com/2009/06/07/musik-kontemporer-di-daerah-sunda-sebagai-
upaya-pengembangan-musik-lokal-yang-berwawasan-global/
http://imajiner07.blogspot.co.id/2013/08/sekilas-musik-kontemporer-di-indonesia.html
http://hypernet-arie.blogspot.co.id/2013/05/musik-kontemporer.html
INTRUMEN PENILAIAN SIKAP (Dengan PPK)
........................................................ ..............................................................
NIP. - NIP. -
INSTRUMEN PENUGASAN
Kelas : XII
Kompetensi dasar : 3.4 Merancang konsep dan teknik berkreasi musik kontemporer
secara mandiri
Indikator : 3.4.6 Membandingkan konsep dan teknik beberapa hasil karya musik
kontemporer
3.4.7 Menilai konsep dan teknik karya musik kontemporer
3.4.8 Memodifikasi karya musik kontemporer untuk dibuat
rancangan karya kreasi sendiri
Materi : Merancang dan membuat karya musik kontemporer hasil kreasi sendiri
Contoh Tugas:
Kriteria:
5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, dan 1 = sangat kurang
........................................................ ..............................................................
NIP. - NIP. -
INSTRUMEN TES TERTULIS
Kelas : XII
Kompetensi dasar : 3.4 Merancang konsep dan teknik berkreasi musik kontemporer
secara mandiri.
Indikator :
3.4.1 Mengidentifikasi Konsep dalam berkreasi musik kontemporer
3.4.2 Menunjukkan teknik dalam berkreasi musik kontemporer
3.4.3 Menafsirkan konsep permainan musik kontemporer
3.4.4 Menjelaskan teknik yang digunakan dalam membuat musik
kontemporer
3.4.5 Menentukan konsep dan teknik dalam berkreasi musik
3.4.6 Membandingkan konsep dan teknik beberapa hasil karya musik
kontemporer
3.4.7 Menilai konsep dan teknik karya musik kontemporer
3.4.8 Memodifikasi karya musik kontemporer untuk dibuat rancangan
karya kreasi sendiri
Soal:
A. Dalam beberapa tayangan video tentang musik kontemporer tentunya kamu dapat
menyimpulkan menjadi sebuah definisi atau dapat juga melihat ciri-ciri yang berbeda jika
dibandingkan dengan musik pada umumnya.
1. Buat definisi atau pengertian musik kontemporer yang kamu pahami !
2. Dari hasil membandingkan dengan musik yang berlaku secara umum, apa ciri-ciri musik
kontemporer menurut pendapatmu?
B. Selesaikan permasalahan berikut:
Dari hasil pengamatan terhadap musik kontemporer mancanegara tersebut tentunya kamu
dapat menilai bagaimana konsep dan teknik dalam berkarya mereka. Dengan metode ATM
yang sudah kalian gunakan, apa langkah yang kalian lakukan untuk membuat karya musik
kontemporer sendiri?
Total skor 10
........................................................ ..............................................................
NIP. - NIP. -
INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK
SatuanPendidikan : SMA.............................................
Kelas : XII
Tugas
Banyak karya musik kontemporer mancanegara yang memiliki kualitas sangat baik
dari sisi musikal. Akan tetapi terkadang ada yang kurang pas dengan karakter dan
budaya Indonesia, kita perlu menyaring budaya tersebut atau membuat
penyesuaian tanpa mengurangi kualitas musikal karya musiknya.
Langkah-langkah Pengerjaan:
........................................................ ..............................................................
NIP. - NIP. -
LEMBAR PENILAIAN PORTOFOLIO
SatuanPendidikan : SMA...................................................
Kelas/Semester : XII/ 1
Waktu Penilaian : Minggu ke-3 (pertemuan ke-3, diakhir materi dan pengumpulan tugas
terakhir)
Tugas I
1. Simpan setiap tugas yang diberikan ke dalam map individu siswa (warna map sesuai dengan
kelas masing-masing/tiap kelas beda warna map), termasuk file video yang telah dibuat dari
hasil tugas proyek yang telah di burning ke dalam CD.
2. Buat rangkuman dari setiap tugas yang telah diberikan dan rangkuman dibuat pada kertas
folio bergaris.
3. Batas waktu pengumpulan tugas adalah di pertemuan terakhir (pertemuan ke-3)
PEDOMAN PENSKORAN:
SKOR
KRITERIA YANG DINILAI
MAKSIMAL
Siswa menyimpan semua tugas yang telah dikerjakan dengan lengkap, dan 4
tugas dikerjakan dengan benar, serta dikumpulkan tepat waktu
Siswa tidak menyimpan satu pun tugas-tugas yang diberikan karena tidak 0
pernah mengumpulkan tugas
LEMBAR PENILAIAN PORTOFOLIO
Jenis Tugas :
Kelas :
Mengetahui
........................................................ ..............................................................
NIP. - NIP. -