Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Studi Banten

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

STUDI KE-BANTENAN

KEBUDAYAAN BANTEN

Disusun Oleh:

NAMA : SUKMA MEGAWAN


NIM : 3332160088
DOSEN : ALIEF MAULANA, S.T., M.T.

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Makalah ini berjudul “KEBUDAYAAN BANTEN” yang
membahas tentang potret budaya banten dimasa lalu, masa sekarang,
hingga masa yang akan datang.
Penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan
mendidik untuk perbaikan selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terima kasih.

Cilegon, Februari 2018


Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN….................................................... 4
1.1 Latar Belakang.......................................................... 4
1.2 Rumusan masalah……............................................. 5
1.3 Tujuan....................................................................... 5
1.4. Manfaat .................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN…..................................................... 7
2.1 Kebudayaan Banten.................................................. 7
2.2 Budaya Lokal............................................................ 9
2.3 Budaya Banten dan Perubahan-perubahannya.......... 9
2.4 Keberagaman Budaya Banten................................... 18
2.5 Upaya pelestarian Budaya Banten............................ 31
BAB II PENUTUP….............................................................. 33
3.1 Kesimpulan............................................................... 33
3.2 Saran......................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 34

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penduduk masyarakat dan kebudayaan adalah konsep-konsep
yang pertautannya satu sama lain sangat berdekatan. Bermukimnya
penduduk dalam suatu wilayah tertentu dalam waktu yang tertentu
pula, memungkinkan untuk terbentuknya masyarakat di wilayah
tersebut. Ini berarti masyarakat akan terbentuk bila ada penduduknya
sehinggat idak mungkin akan ada masyarakat tanpa penduduk,
masyarakat terbentuk karena penduduk. Penduduk disini yang
dimaksud adalah kelompok manusia, bukan penduduk/populasi dalam
pengertian umum yang mengandung arti kelompok organisme yang
sejenis yang hidup dan berkembang biak pada suatu daerah tertentu.
Goodenough (dalam kalangie, 1994) mengemukakan, bahwa
kebudayaan adalah suatu sistem kognitif yaitu suatu sistem yang
terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan nilai yang berada dalam
pikiran anggota-anggota individual masyarakat. Dalam masyarakat,
setiap daerah memiliki budayanya masig-masing yang disebut budaya
lokal. Budaya lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat
suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses
belajar dari waktu ke waktu. Budaya lokal dapat berupa hasil seni,
tradisi, pola pikir, atau hukum adat. Budaya lokal merupakan asset
Negara yang perlu dijaga, dikembangkan, dan dipertahankan.
Kebudayaan merupakan hasil budi daya manusia, ada yang
mendefinisikan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

4
Karya manusia menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan,
sedangkan rasa mewujudkan segala norma dan nilai untuk mengatur
kehidupan dan selanjutnya cipta merupakan kemampuan berpikir
kemampuan mental yang menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan
(Selo Sumarjan dan Sulaiman S.)

1.2 Rumusan masalah

1. Apa definisi dari kebudayaan dan unsur-unsur kebudayaan?


2. Apa yang dimaksud budaya lokal?
3. Bagaimakah perubahan-perubahan budaya banten?
4. Bagaimanakah keberagaman budaya banten?
5. Bagaimana upaya pelestarian budaya banten?

1.3 Tujuan

Penyusunan makalah ini merupakan sebuah bentuk


pengaplikasian dari bagian proses pembelajaran yang cukup kompleks
tentang budaya banten. Untuk memperjelas, maka dapat di rumuskan
sebuah maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini.
1. Untuk mengetahui definisi kebudayaan dan unsur-unsur
kebudayaan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan budaya lokal
3. Untuk mengetahui perubahan-perubahan budaya banten
4. Untuk mengetahui bagaimana ragam budaya di Banten
5. Untuk mengetahui bagaimana pelestarian budaya Banten

5
1.4 Manfaat

1. Bagi penyusun, makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah


Studi Ke-Bantenan
2. Meningkatkan rasa cinta terhadap kebudayaan asli bangsa
Indonesia seperti budaya banten
3. Bagi pembaca, Mengenal budaya di Banten dan keberagaman
budaya Banten

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kebudayaan Banten


Istilah ”culture” (kebudayaan) berasal dari bahasa Latin yakni
”cultura” dari kata dasar ”coler” yang berarti ”berkembang tumbuh”.
Secara umum pengertian ”kebudayaan” mengacu kepada kumpulan
pengetahuan yang secara sosial yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Makna ini kontras dengan pengertian
”kebudayaan” sehari-hari yang hanya merujuk kepada bagian-bagian
tertentu warisan sosial, yakni tradisi sopan santun dan kesenian
(D’Andrade, 2000: 1999).
Dr. Koentjaaningrat. Ia menyatakan bahwa kebudayaan ialah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia
dengan belajar. Definisi ini menunjukkan dengan jelas bahwa
kebudayaan itu meliputi :
1. Dimensi gagasan (sebagai aspek ideal yang tidak terlihat),
2. Dimensi perbuatan/tindakan (sebagai aspek faktual yang dapat
dilihat),
3. Dimensi hasil karya (sebagai aspek fisik yang dapat dilihat dan
diamati berulang kali).

7
Dari ketiga dimensi tersebut yang bisa dikenali secara langsung
adalah kebudayaan pada dimensi fisik dan perbuatan (kelakuan).
Kemudian diperlukan juga kejelasan pada unsur apa dua dimensi
tersebut diamati. Yang paling mungkin ialah pada unsur-unsur
kebudayaan yang menurut Koentjaraningrat ada tujuh unsur, yaitu:

 Bahasa
 Sistem Pengetahuan
 Organisasi Sosial
 Sistem Religi
 Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
 Sistem Mata Pencaharian Hidup
 Kesenian

Banten sebagai komunitas kultural sebagaimana dinyatakan di


atas, tentu dengan kebudayaannya itu dapat diamati (dipotret) melalui
unsur-unsur kebudayaannya, khususnya melalui dan pada dimensi
fisik atau kelakuan (perbuatan). Unsur-unsur kebudayaan tersebut
memang ada pada kebudayaan Banten yang berarti bahwa Banten
sebagai komunitas kultural adalah benar. Pengamatan untuk ini
dilakukan dengan melihat sisi-sisi tradisi dan sisa-sisa peninggalan
fisik (artefak) di Banten yang secara simbolik dapat diinterpretasi.
Apalagi sisa-sisa tradisi dan sisa-sisa peninggalan fisik itu menurut
Ambari, sarat dengan ciri dan pengaruh Islam.

8
2.2 Budaya Lokal
Budaya Lokal adalah budaya yang yang berkembang di daerah-
daerah dan merupakan milik suku-suku bangsa di wilayah nusantara
Indonesia. Budaya lokal hidup dan berkembang di masing-masing
daerah/suku bangsa yang ada di seluruh Indonesia. Budaya lokal
adalah budaya yang tumbuh dan berkembang serta dimiliki dan diakui
oleh masyarakat suku bangsa setempat. Budaya lokal biasanya
tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat suku atau daerah
tertentu karena warisan turun-temurun yang dilestarikan.

2.3 Budaya Banten dan Perubahan-perubahannya


Melalui unsur-unsur kebudayaan, kiranya dapat digambarkan
keberadaan Banten dari masa pertama dan perkembangannya kini.
Secara deskriptif dapat dikemukakan sbb :

A. Bahasa
Sebelum kedatangan Syarif Hidayatullah di Banten bahasa
penduduk yang pusat kekuasaan politiknya di Banten Girang, adalah
bahasa Sunda. Sedangkan bahasa Jawa, dibawa oleh Syarif
Hidayatullah, kemudian oleh puteranya, Hasanuddin, berbarengan
dengan penyebaran agama Islam. Dalam kontak budaya yang terjadi,
bahasa Sunda dan bahasa Jawa itu saling mempengaruhi yang pada
gilirannya membentuk bahasa Jawa dengan dialek tersendiri dan
bahasa Sunda juga dengan dialeknya sendiri. Artinya, bahasa Jawa
lepas dari induknya (Demak, Solo, dan Yogya) dan bahasa Sunda juga
terputus dengan pengembangannya di Priangan sehingga membentuk

9
bahasa sunda dengan dialeknya sendiri pula; kita lihat misalnya di
daerah-daerah Tangerang, Carenang, Cikande, dan lain-lain, selain di
Banten bagian Selatan.
Bahasa Jawa yang pada permulaan abad ke-17 mulai tumbuh
dan berkembang di Banten, bahkan menjadi bahasa resmi keraton
termasuk pada pusat-pusat pemerintahan di daerah-daerah.
Sesungguhnya pengaruh keraton itulah yang telah menyebabkan
bahasa Jawa dapat berkembang dengan pesat di daerah Banten Utara.
Dengan demikian lambat laun pengaruh keraton telah membentuk
masyarakat berbahasa Jawa. Pada akhirnya, bahasa Jawa Banten tetap
berkembang meskipun keraton tiada lagi.
Bahasa Jawa dimaksud dalam pengungakapannya
menggunakan tulisan Arab (Pegon) seperti kita temukan pada
manuskript, babad, dan dokumen-dokumen tertentu. Penggunaan
huruf Arab (Pegon) didorong oleh dan disebabkan karena :

Penggunaan aksara lama terdesak oleh huruf Arab setelah


Islamisasi.

Huruf Arab menjadi sarana komunikasi kaum maju, sedangkan


aksara menjadi alat komunikasi kaum elit/lama/feodal, ditambah pihak
kolonial yang mengutamakan aksara Ijawa). Kaum maju tersebut
adalah masyarakat pemberontak, atau setidak-tidaknya tidak setuju
dengan adanya penguasaan asing sehingga huruf Arab dipergunakan
sebagai sarana lebih aman dan juga rahasia.

10
Di lain pihak, terutama kaum lama, penggunan huruf Pegon
memberikan corak Islam dalam tulisan yang tidak selalu bersifat
Islam, sehingga lebih aman beredar/mengisi permintaan rakyat. Untuk
mempermudah kajian dan penelitian isi, terutama masalah-masalah
hukum, huruf Arab lalu disalin ke dalam tulisan (huruf) latin sebelum
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa lain, terutama Belanda.
Bahasa Jawa dengan tulisan latin itu merupakan perkembangan
kemudian karena pada aslinya menggunakan tulisan Arab. Demikian
pula perkembangan perbendaharaan kata dipengaruhi oleh lingkungan
bahasa Sunda, bahasa Arab, dan bahasa lain. Pada jaman penjajahan
Belanda, ada juga pengaruh bahasa Belanda yang masuk ke dalam
bahasa Jawa, misalnya sekola, yang semula ginau. Pada
perkembangan sekarang, bahasa Jawa Banten ternyata juga
dipengaruhi oleh bahasa Indonesia; mungkin demikian seterusnya,
tetapi bahasa ini akan tetap ada sesuai dengan keberadaan
pendukungnya.

B. Sistem Pengetahuan
Pengetahuan manusia merupakan akumulasi dari tangkapannya
terhadap nilai-nilai yang diacu dan dipahami, misalnya agama,
kebiasaan, dan aturan-aturan. Pengetahuan manusia tidak berdiri
sendiri melainkan berhubungan dengan elemen-elemen lain, dan
karena itu maka disebut sistem pengetahuan. Salah satu (sistem)
pengetahuan sebagai salah satu unsur kebudayaan Banten adalah
misalnya pengetahuan tentang kosmologi (alam semesta). Pada fase
perkembangan awal pengetahuan tentang kosmologi orang Banten

11
adalah bahwa alam ini milik Gusti Pangeran yang dititipkan kepada
Sultan yang berpangkat Wali setelah Nabi. Karena itu hierarchi Sultan
adalah suci.
Gusti Pangeran itu mempunyai kekuatan yang luar biasa yang
sebagian kecil dari kekuatannya itu diberikan kepada manusia melalui
pendekatan diri. Yang mengetahui formula-formula pendekatan diri
untuk memperoleh kekuatan itu adalah para Sultan dan para Wali,
karena itu Sultan dan para Wali itu sakti. Kesaktian Sultan dan para
wali itu dapat disebarkan kepada keturunan dan kepada siapa saja
yang berguru (mengabdi).
Pengetahuan yang berakar pada kosmologi tersebut masih ada
sampai kini sehingga teridentifikasi dalam pengetahuan magis.
Mungkin dalam perkembangan kelak tidak bisa diprediksi menjadi
hilang, bahkan mungkin menjadi alternartif bersama-sama dengan
(sistem) pengetahuan yang lain.

C. Organisasi Sosial
Yang dimaksud dengan organisasi sosial adalah suatu sistem
dimana manusia sebagai mahluk sosial berinteraksi. Adanya
organisasi sosial itu karena ada ketundukan terhadap pranata sosial
yang diartikan oleh Suparlan sebagai seperangkat aturan-aturan yang
berkenaan dengan kedudukan dan penggolongan dalam suatu struktur
yang mencakup suatu satuan kehidupan sosial, dan mengatur peranan
serta berbagai hubungan kedudukan, dan peranan dalam tindakan-
tindakan dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

12
Di antara bentuk organisasi sosial di Banten adalah stratifikasi
sosial. Pada awal di jaman Kesultanan, lapisan atas dalam stratifikasi
sosial adalah pada Sultan dan keluarganya/keturunannya sebagai
lapisan bangsawan. Kemudian para pejabat kesultanan, dan akhirnya
rakyat biasa. Pada perkembangan selanjutnya, hilangnya kesultanan,
yang sebagian peranannya beralih pada Kiyai (kaum spiritual), dalam
stratifikasi sosial merekalah yang ada pada lapisan atas. Jika peranan
itu berpindah kepada kelompok lain, maka berpindah pulalah palisan
itu.

D. Sistem Religi
Yang dimaksud dengan sistem religi adalah hubungan antar
elemen-elemen dalam upacara agama. Agama Islam sebagai agama
resmi keraton dan keseluruhan wilayah kesultanan, dalam upacara-
upacaranya mempunyai sistem sendiri, yang meliputi peralatan
upacara, pelaku upacara, dan jalannya upacara. Misalnya dalam
upacara Salat, ada peralatan-peralannya dari sejak mesjid, bedug,
tongtong, menara, mimbar, mihrab, padasan (pekulen), dan lain-lain.
Demikian pula ada pelakunya, dari sejak Imam, makmum, tukang
Adzan, berbusana, dan lain-lain; sampai kemudian tata cara
upacaranya.
Di jaman kesultanan, Imam sebagai pemimpin upacara Salat itu
adalah Sultan sendiri yang pada transformasinya kemudian diserahkan
kepada Kadi. Pada perubahan dengan tidak ada sultan, maka upacara
agama berpindah kepemimpinannya kepada kiyai. Perkembangan

13
selanjutnya bisa jadi berubah karena transformasi peranan yang
terjadi.

E. Peralatan Hidup dan Teknologi


Kehidupan masyarakat memang memerlukan peralatan dan
teknologi. Memperhatikan paralatan hidup dan teknologi dalam
kebudayaan Banten, dapat diperoleh informasinya dari peninggalan
masa lalu. Salah satu diantaranya misalnya relief, penemuan benda-
benda arkeologis, dan catatan-catatan masa lalu. Di jaman kesultanan,
kehidupan masyarakat ditandai dengan bertani, berdagang, dan
berlayar termasuk nelayan. Dari corak kehidupan ini terlihat bahwa
peralatan hidup bagi petani masih terbatas pada alat-alat gali dan lain-
lain termasuk pemanfaatan hewan sebagai sumber energi.
Angkutan dan teknologi pelayaran masih memanfaatkan energi
angin yang karenanya berkembang pengetahuan ramalan cuaca secara
tradisional, misalnya dengan memanfaatkan tanda-tanda alam.
Demikian pula teknik pengolahan logam, pembuatan bejana, dan lain-
lain, memanfaatkan energi alam dan manusia. Tentu saja aspek (unsur
kebudayaan) ini secara struktural mengalami perubahan pada kini dan
nanti, meski secara fungsional mungkin tetap.

G. Sistem Mata Pencaharian Hidup


Gambaran perkembangan mengenai hal ini untuk sejarah
manusia, akan tersentuh dengan kehidupan primitif, dari hidup
berburu sampai bercocok tanam. Hubungannya dengan kebudayaan
Banten, sistem mata pencaharian hidup sebagai salah satu unsur

14
kebudayaan, terlihat dari jaman kesultanan. Mata pencaharian hidup
dari hasil bumi menampilkan adanya pertanian. Dalam sistem
pertanian itu ada tradisi yang masih nampak, misalnya hubungan
antara pemilik tanaman (petani) dan orang-orang yang berhak ikut
mengetam dengan pembagian tertentu menurut tradisi.
Dalam nelayan misalnya ada sistem simbiosis antara juragan
dan pengikut-pengikutnya dalam usaha payang misalnya. Kedua belah
pihak dalam mata pencaharian hidup itu terjalin secara tradisional
dalam sistem mata pencaharian. Mungkin pula hubungan itu menjadi
hubungan kekerabatan atau hubungan Patron-Clien. Pada masa kini
kemungkinan sistem tersebut sudah berubah, disamping karena
perubahan mata pencaharian hidup, juga berubah dalam sistemnya
karena penemuan peralatan (teknologi) baru. Demikian pula
kemungkinan di masa yang akan datang.

H. Kesenian
Kesenian adalah keahlian dan keterampilan manusia untuk
menciptakan dan melahirkan hal-hal yang bernilai indah. Ukuran
keindahannya tergantung pada kebudayaan setempat, karena kesenian
sebagai salah satu unsur kebudayaan. Dari segi macam-macamnya,
kesenian itu terdapat banyak macamnya, dari yang bersumber pada
keindahan suara dan pandangan sampai pada perasaan, bahkan
mungkin menyentuh spiritual.
Ada tanda-tanda kesenian Banten itu merupakan kesenian
peninggalan sebelum Islam dan dipadu atau diwarnai dengan agama
Islam. Misalnya arsitektur mesjid dengan tiga tingkat sebagai

15
simbolisasi Iman, Islam, Ihsan, atau Syari’at, tharekat, hakekat.
Arsitektur seperti ini berlaku di seluruh masjid di Banten. Kemudian
ada kecenderungan berubah menjadi bentuk kubah, dan mungkin pada
bentuk apa lagi, tapi yang nampak ada kecenderungan lepas dari
simbolisasi agama melainkan pada seni itu sendiri.
Arsitektur rumah adat yang mengandung filosofi kehidupan
keluarga, aturan tabu, dan nilai-nilai prifasi, yang dituangkan dalam
bentuk ruangan paralel dengan atap panggung Ikan Pe, dan tiang-tiang
penyanggah tertentu. Filosofi itu telah berubah menjadi keindahan
fisik sehingga arsitekturnya hanya bermakna aestetik. Mengenai
kesenian lain, ada pula yang teridentifikasi kesenian lama (dulu) yang
belum berubah, kecuali mungkin kemasannya. Kesenian-kesenian
dimaksud ialah :

 Seni Debus Surosowan


 Seni Debus Pusaka Banten
 Seni Rudat
 Seni Terbang Gede
 Seni Patingtung
 Seni Wayang Golek
 Seni Saman
 Seni Sulap-Kebatinan
 Seni Angklung Buhum
 Seni Beluk
 Seni Wawacan Syekh
 Seni Mawalan

16
 Seni Kasidahan
 Seni Gambus
 Seni Reog
 Seni Calung
 Seni Marhaban
 Seni Dzikir Mulud
 Seni Terbang Genjring
 Seni Bendrong Lesung
 Seni Gacle
 Seni Buka Pintu
 Seni Wayang Kulit
 Seni Tari Wewe
 Seni Adu Bedug
 Dan lain-lain

Kesenian-kesenian tersebut masih tetap ada, mungkin belum


berubah kecuali kemasan-kemasannya, misalnya pada kesenian
kasidah dan gambus. Relevansi kesenian tradisional ini mungkin, jika
berkenaan dengan obyek kajian penelitian maka yang diperlukan
adalah orsinilitasnya. Tetapi jika untuk kepentingan pariwisata maka
perlu kemasan yang menarik tanpa menghilangkan
substansinya.Walaupun mungkin, secara umum kesenian-kesenian
tersebut akan tunduk pada hukum perubahan sehubungan dengan
pengaruh kebudayaan lain. Mungkin karena tidak diminati yang
artinya tidak ada pendukung pada kesenian itu, bisa jadi lama atau
tidak, akan punah. Karena itu, mengenai kesenian yang tidak boleh

17
lepas dari nilai-nilai Kebudayaan Banten, bisa jadi atau malah harus
ada perubahan kemasan.
Banten sebagai komunitas kutural memang mempunyai
kebudayaannya sendiri yang ditampilkan lewat unsur-unsur
kebudayaan. Dilihat dari unsur-unsur kebudayaan itu, masing-masing
unsur berbeda pada tingkat perkembangan dan perubahannya. Karena
itu terhadap unsur-unsur yang niscaya harus berkembang dan
bertahan, harus didorong pula bagi pendukungnya untuk terus
menerus belajar (kulturisasi) dalam pemahaman dan penularan
kebudayaan.
Kalau boleh dikatakan, menangkap potret budaya Banten adalah
upaya yang harus serius, kalau tidak ingin menjadi punah. Kepunahan
suatu kebudayaan sama artinya dengan lenyapnya identitas. Hidup
tanpa identitas berarti berpindah pada identitas lain dengan
menyengsarakan identitas semula.

2.4 Keberagaman Budaya Banten


A. Budaya
Sebagian besar anggota masyarakat memeluk agama Islam
dengan semangat religius yang tinggi, tetapi pemeluk agama lain
dapat hidup berdampingan dengan damai.Potensi dan kekhasan
budaya masyarakat Banten, antara lain :

1. Kabupaten Lebak
a. Kasepuhan cisunsang,disana terdapat kebudayaan seren tahun
atau perayaan panen yakni tradisi yang masih dipertahankan
masyarakat secara turun menurun. Mempersembahkan tradisi

18
ini merupakan perwujudan rasa syukur atas hasil panen padi
yan diberikan oleh sang khalik. Upacara seren taun merupakan
ritual tahunan yang khusus digelar untuk memohon berkah serta
memanjatkan rasa syukur atas pemberian alam agar hasil tahun
panen mendatang lebih meningkat.
b. Masyarakat adat baduy, masyarakat tradisional baduy terletak di
desa kanekes kecamatan leuwi damar kabupaten lebak.
Masyarakat tradisional baduy merupakan suku yang unik, yang
terbagi dalam 2 bagian yaitu baduy luar dan baduy dalam,
mereka hidup selaras dengan alam dan menghindari kehidupan
dunia modern. Mereka tidak boleh sekolah, memelihara hewan
yang berkaki empat, berpergian dengan kendaraan,
menggunakan alat elektronik, dengan mata pencaharian utama
masyarakatnya adalah bercocok tanam padi huma. Kekaguman
untuk menggambarkan komunitas masyarakat tradisional
baduy, tidak hanya pada masyarakat dan tata nilai budaya yang
sampai saat ini masih dipertahankan keasliannya,
mencerminkan bahwa masyarakat baduy hidup dan harmonis
dengan alam dan lingkungannya. Di Provinsi Banten terdapat
Suku Baduy. Suku Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda
Banten yang masih menjaga tradisi anti modernisasi, baik cara
berpakaian maupun pola hidup lainnya. Suku Baduy-Rawayan
tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas
5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar,
Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya
terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan

19
Kendeng. Daerah ini dikenal sebagai wilayah tanah titipan dari
nenek moyang, yang harus dipelihara dan dijaga baik-baik,
tidak boleh dirusak. Rumah tradisional masyarakat baduy
sangat mempertahankan gaya arsitektur tradisional, bentuknya
sederhana tetapi menarik dengan letak tertata rapih yang
menghadap utara-selatan mencerminkan bahwa masyarakat
baduy peduli terhadap estetika alam dan lingkungan. Kampung-
kampung baduy luar mempunyai tugas menjaga dan melindungi
keberadaan kampong baduy dalam. Ini dimaksudkan agar
keutuhan nilai-nilai kebaduy-an tetap utuh dan lestari hingga
akhir zaman, orang baduy meyakini,para orang tua di baduy
dalam adalah “orang suci” yang sedang bertapa menjaga pancer
bumi dan secara intensif melakukan komunikasi batin dengan
Tuhan pencipta alam. Banyak orang dari luar yang datang ke
Baduy Dalam untuk menyampaikan permintaan atau belajar
ilmu kebatinan, karena orang baduy dalam sebagai orang suci,
bersih. Kesucian dan kebersihan jiwa mereka dianggap bisa
langsung berhbungan dengan Tuhan dan juga mampu
merasakan getaran alam serta mampu membaca tanda-tanda
zaman.
c. Masyarakat adat citorek, masyarakat adat citorek memiliki
karakteristik yang hampir sama yaitu masih mempertahankan
nilai-nilai tradisi yang diwariskan oleh para sesepuhnya sebagai
sarana dalam menyeimbangkan antara lingkungan kehidupan
alam dan sosial masyarakat, hal ini diperlukan agar lingkungan
alam dan budaya tetap terjaga sebagai suatu warisan kepada

20
anak cucunya. Hal yang unik yang masih bisa di jumpai dimana
masyarakat adatnya masih menjalani tradisi-tradisi ritual seperti
neres, sedekah bumi, dan seren taun, dimana seren taun
merupakan tradisi yang masih dilaksanakan di daerah adat
kaolotan citorek. Secara geografis daerah ini berada di wilayah
gubung halimun tepatnya dikecamatan cibeber kabupaten lebak
yang dikawasan ini pula terdapat situs masa pra sejarah yaitu
lebak si bedug. Dikabupaten lebak terdapat tempat wisata yang
menarik seperti pantai sawarna, pantai tanjung layar, pantai
bagedur, pantai pasir putih suka hujan, pantai cihara, pantai
karang taraje, pantai pulau manuk, pantai karang songsong,
curug cihear, sungai cibeurang, arum jeram, sungai ciberang,
lebak sibedug.

2. Kabupaten Serang
Di daerah ini memiliki budaya berupa beragam kerajian seperti :
a. Keramik bumi jaya, banten memiliki kerajinan khas daerah
salah satunya adalah kerajinan keramik. Yang dihasilkan oleh
masyarakat desa bumi jaya kecamatan ciruas kabupaten serang,
yang terkenal dengan kekuatan bahannya, karena tanah
lepungnya memiliki kualitas yang baik sebagai bahan
pembuatannya, dibuat oleh masyarakat setempat yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi selanjutnya dengan
berbagai desain dan motif. Keramik ini dipasarkan dipasar
lokal, regional, dan ekspor.

21
b. Golok ciomas, kerajinan golok banyak tersebar di daerah
banten, sering disebut sebagai kerajinan pande golok, namun
yang paling termashur bahkan konon terkenal dengan
kesaktiannya, yaitu golok yang berasal dari daerah ciomas
kecamatan padarincang, kabupaten serang, di daerah terebut
kerajinan golok dibuat secara turun temurun, bahkan telah
menjadi profesi sebgian warga sekitar.
c. Kesenian budaya putih, kesenian tradisional yang berkembang
di kampong curug dahu desa kadubeureum kabupaten serang,
iringan arak buaya putih biasanya dilakukan dalam kegiatan
mengirimkan bahan-bahan keperluan hajatan yag menjadi ciri
khas daerah setempat, dimana keperluan hajatan ditata
sedemikian rupa pada sebatang pohon bamboo yang dibentuk
kerangka mirip seekor buaya. Wisata yang terdapat di daerah ini
yaitu pantai mercusuar anyer, pantai anyer, pantai
karangbolong, gunung anak Krakatau, pantai pandulu sambolo,
pantai tanjung tum, rawa dano, gunung santri, bendungan
pamarayan, menhir baros, situs patapan situ wulandira, situ
tasik kardi

3. Kabupaten Tangerang
Merupakan salah satu dari delapan kabupaten/kota di provinsi
banten, berdasarkan sejarah pembentukannya ditindaklanjuti dengan
UUD no 14 tahun 1950 tentang pembentukkan daerah daerah
kabupaten dalam lingkungan provinsi jawa barat. Pada era otonomi
daerah sebagai mana diatur dalam uud no.22 tahun 1999 tentang

22
pemerintahan daerah, telah terjadi dinamika sosial politik yang cukup
signifikan, salahsatu diantaranya adalah terbentuknya provinsi banten
sebagaimana diatur dalam UUD no.23 tahun 2000 tentang
pembentukan provinsi banten, dimana sejak tanggal 4 oktober 2000,
kabupaten tangerang yang semula bagian dari wilayah provinsi jawa
barat resmi menjadi bagian wilayah administrative provinsi banten.
a. Vihara tjoe soe kong, berada di tepi pantai tanjung kait desa
tanjung anom kecamatan mauk-kebupaten tangerang.
Diperkirakan dibangun pada tahun 1792. Sebagai tempat
peribadatan umat kong hu chu. Pengunjung vihara berasal dari
dalam kota, luar kota bahkan dari Malaysia dan singapura yang
berkunjung secara rutin. Makam dwi neng berada tidak jauh
dari komplek vihara dan banyak dikunjungi oleh peziarah.
b. Makam keramat panjang, makam ini luasnya kurang lebih 1Ha
berada di kampong keramat Desa Sukawali Kecamatan Paku
Hji yang berjarak 30 km dari kota Tangerang, makam ini adalah
makam Habib Abdullah bin Ali yang wafat pada tahun 300
Hijriyah. Peziarah yang datang selain dari Tangerang, ada juga
yang datang dari Jakarta, indramayu, bogor, bekasi, depok,
Madura, bahkan ada juga peziarah yang datang dari Turki.
Umumnya para peziarah datang pada setiap malam jum’at dan
pada hari-hari besar islam.
c. Kesenian marawis. Kesenian bernuansa islami yang
berkembang di Tangerang, kesenian ini pada awalnya di bawa
oleh orang Yaman, dan sangat menarik karena di dalamnya
terdapat kombinasi music perkusi diiringi vocal dan tabuhan

23
ritmis yang dinamis yang dimainkan oleh 16 sampai 18 orang
pemain laki-laki terdiri dari pemain musik, penyanyi dan penari.
Wisata yang terdapat di kabupaten Tangerang antara lain Pulau
cangkir, pantai tanjung kait, pantai tanjung pasir, citra raya
water world, situ cihuni, peziarahan keramat solear, dan lain
sebagainya.

4. Kota Tangerang
Sebagai bagian dari sebuah kawasan besar yang bernama
tangerang, kota tangerangpun memiliki beragam benda budaya dari
masa lalu. Akan tetapi dari aspek kesejarahan dan kepurbakalaan
sangat sedikit yang dapat diungkapkankarna keterbatasan sumber
sejarah dan data arkeologi kepurbakalaan dari masa yang terkini
pun(periode islam) masih sebatas pada bangunan kelenteng/vihara,
masjid dan makam-makam.
a. Vihara boen tek bio, vihara tertua di tangerang, dibangun pada
tahun 1684. Boen tek bio artinya kebajikan setinggi gunung dan
sedalam lautan. Vihara ini selain sebagai tempat beribadah umat
kong hu chu dan tao juga memiliki berbagai aktivitas bidang
pendidikan, kegiatan sosial, seni budaya seperti perlombaan
perahu naga, barongsai, dan liong yang dikemas dalam
perayaan peh chun.
b. Barongsai, kesenian yang berkembang di tangerang, terdiri dari
beberapa jenis antara lain : kilin, peking say, lang say, dan
samujie. Kesenian yang menampilkan singa batu model dari
cieh say ini ada bermacam-macam, dimana yang utama

24
mengikuti dua aliran, yaitu aliran utara dan selatan, yang
dimaksud adalah sebelah utara sunga yang zi, bentuknya
garang, badannya tegap, mulutnya oersegi seperti yang kita lihat
dikelompok istana kekaisaran di Beijing, sedangkan aliran
selatan adalah terdapat di sebelah selatan sungai yang zi
bentuknya kebih bervariasi dan luwes, tapi kurang gagah.
Aliran selatan pada umumnya berada di klenteng-klenteng
Indonesia kususnya di kota tangerang.
c. Festival cisadane, merupakan lomba perahu naga, erahu
tradisional(kole-kle), bazar dan pagelaran seni tradisionl yang di
selenggarakan di bantaran kali cisadane, yang telah menjadi
event tahunan pemerintah kota tangerang, event ini bertujuan
untuk mempromosikan potensi wisata dan media hiburan/ pesta
rakyat agar mampu memberikan tampilan yang menjadi daya
tarik wisatawan
d. Taro cokek, kesenian ini merupakan perpaduan antara kesenian
cina dan sunda yang mempunyai keunikan tersendiri, yang pada
awalnya berkembang di daerah betawi. Ksenian cokek
berkembang di kota tangerang di daerah sela pajang jaya dan
neglasari khususnya ditapilkan di rumah kawin cina yang
diiringi oleh musik gampang kromo. Kesenian lainnya yang
berkembang di kota tangerang antara lain, lenong, rebana
ketimpring, tanjidor, marawis sebagai kesenian yang bernuansa
islam.
e. Masjid kali pasir, peninggalan masa kejayaan islam di kota
tangerang yaitu peninggalan masjid-masjid tua yang sampai

25
sekarang masih kokoh berdiri. Untuk saat ini masjid-masjid
tersebut menjadi tujuan wisata ziarah.

5. Kota Cilegon
Cilegon dari aspek ksejarahan dan kepurbakalaan sangat sedikit
untuk diungkap karena keterbatasan sumber sejarah dan data-data
arkeologis. Bukti-bukti arkeologis dari masa prasejarah hingga masa
klasik sampai sejauh ini belum ada yang ditemukan. Kepurbakalaan
dari masa islam yang masih ada pun hanya sebatas :
a. Batu lawang. Terletak di kawasan gunung batur, menyajikan
petualangan perjalanan yang menantang melalui jalan yang
setapak berkelok-kelok, mendaki perbukitan yang ada. Kurang
lebih berjarak 5-6 km, atau dapat ditempuh selama kurang kebih
2-3 jam perjalanan.
b. Bendrong Lesung. Merupakan salah satu kesenian tradisional
unggulan kota cilegon yang tumbuh dan berkembang secara
turun temurun di lingkungan masyarakat sampai sekarang.
Kesenian tradisional bendrong lesung ini pada mulanya adalah
tradisi masyarakat desa dalam menyambut panen raya sebagai
ungkapan kebahagiaan atas jerih payah yang dilakukan dan
telah membuahkan hasil panen.

6. Kota Serang :
a. Keratin kaibon, merupakan tempat kediaman ib ratu asyiah,
ibunda sultan syafiuddin. Pada tahun 1832 kerato ini di bongkar
oleh pemerintah hindia-belanda, yang tersisa sekarang hanya

26
pnodasi dan tembok-tembok serta gapuranya saja. Keraton ini
mempunyai sebuah pintu besar yang dinamai pintu dalem. Di
pintu gerbang sebelah barat menuju masjid kaibon terdapat
tembok yang dipayungi sebuah pohon beringin.
b. Masjid agung banten, didirikan pada masa pemerintahan
maulana hasanuddin, masjid ini memiliki rancang bangun
tradisional. Bangunan induk masjid ini berdenah segiempat
dengan atap bertingkat bersusun lima atau dikenal dengan
istilah atap tumpang.
Peninggalan-peninggalan lain yang terdapat di kawasan banten
lama yaitu watu singa yaksa, watu gilang, Mariam kiamuk,
gedong ijo, kerkhof, benteng speelwijck, pengindelan putih,
pengindelan abang.

7. Kabupaten pandeglang
a. Debus
Seni pertunjukkan ini merupakan kesenian yang sangat populer
di Provinsi Banten, karena hampir ada dan tumbuh berkembang
denagan baik disetiap pelosok daerah di Banten, termasuk
Pandeglang. Sehingga debus dapat dikatakan sebagai seni
pertunjukkan ciri khas Banten, walaupun debus terdapat pula
didaerah lain, seperti Garut, Bandung, bahkan di Aceh
sekalipun. Permainan debus merupakan seni pencak silat yang
berhubungan dengan ilmu kekebalan sebagai refleksi sikap
masyarakat Banten untuk mempertahakan diri. Kesenian
tradisional yang dikombinasi dengan seni tari, seni suara, dan

27
seni kebatinan ini bernuansa magis. Debus adalah seni
pertunjukkan yang memperlihatkan permainan kekebalan tubuh
terhadap pukulan, tusukan, dan tebas benda tajam. Dalam
permainannya , debus banyak menampilkan atraksi kekebalan
tubuh sesuai dengan keinginan pemainnya. Pada masa
pemerintah Sultan Ageng Tirtayasa sekitas abab ke-17, debus
difokuskan sebagai alat untuk membangkitkan semangat para
pejuang dalam melawan penjajah. Pada perkembangan
selanjutnya, debus menjadi salah satu bagian dari ragam seni
budaya masyarakat Banten ini banyak digemari oleh
masyarakat sebagai hiburan yang langka dan menarik.
b. Rampak Bedug
Seni rampak bedug adalah kesenian tradisional masyarakat
pandeglang dan sekitarnya ynag merupakan kulminasi estetik
dari tradisi ngadu bedug yang biasa yang dilakukan warga pada
perayaan hari raya idul fitri atau idul adha. Perangkat peralatan
yang digunakan meliputi : satu set bedug kecil sekalu pengatur
irama, tempo dinamika, sedangkan bedug besar sebagai bass,
sementara melodi hanya berasal dari lantunan solawatan ynag
dilakukan sambil menabuh. Pola tubuh yang biasa mereka sebut
dengan lagu diantaranya : ping-ping cak-cak, nang tang,
celementre, rurudatan, antingsela, selagunung,
kelapasamanggar, dan lain-lain.
c. Pandingdang Pandegalangan
Padingdang Pandeglang merupakan salah satu kesenian hasil
dari kolaborasi rampak bedug pandeglang dengan kendang

28
pencak, tarian saman, teriakan beluk, lagu-lagu buhun
gendereh, tarian pencak silat, angklung dodod dan jenis seni
tradisi lainnya yang ditata sesuai kebutuhan paket pertunjukan
modern didalamnya terdapat pola tabuhan perkusi melalui
widerata bedug, kendang, dan terbang yang terbalut rapih
aransemen musik dan melodi vokal saman, beluk dan
sholawatan terbang tandak serta lengkingan terompet pencak.
d. Dzikir Saman
Seni saman disebut juga dzikir maulud yaitu keseni tradisional
rakyat Banten khususnya dikabupaten Pandeglang yang
menggunakan media gerak dan lagu (vokal) dan syair-syair
yang dilantunkan mengagungkan Asma Allah dan pujian
kepada Nabi Syeh Saman dari Aceh. Tari saman berasal dari
kesultanan Banten ynag dibawa para ulama pada abad 18
sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran
Nabi Muhammad SAW pada bulan maulud, namun dapat
berkembang selanjutnya dapat pula dilakukan pada upacara
selametan khitanan, pernikahan atau selametan rumah. Pemain
seni dzikir saman berjumlah antara 26 orang sampai 46 orang. 2
sampai 4 orang sebagai vokalis yang membacakan syair-syair
kitab “berjanji”, sementara 20 sampai 40 orang ynag semuanya
laki-laki mengimbangi lengkingan suara vokalis dengan saling
bersahutan bersamaan (koor) sebagai alok. Pola peermainan
seni dzikir saman dilakukan sehari penuh dengan tiga babakan,
yaitu : babakab dzikir, babakan asroqol, dan babakan saman.
e. Ubrug

29
Ubrug adalah seni pertunjukan teater rakyat, yang menampilkan
cerita atau lakon, lawakan, tarian dan lagu. Masyarakat
menyebut ubrug karena kesenian ini setiap tampilannya dulu
selalu menimbulkan keramainan yang luar biasa. Sebagian
masyarakat memanggilnya pula dengan sebutan topeng, karena
dibagian awal pertunjukkan ditampilkan pula tarian pembuka,
yang disebut sebagai topeng ubrug atau ronggeng ubrug. Lakon
yang dipentaskan biasanya tergantung pada permintaan yang
empunya hajat. Berupa lakon jaman “ Baheula” babad atau
legenda, atau juga cerita masa kini, misalnya drama rumah
tangga. Pementasan diawali dengan “ Tatalu” dari penabuhan
gamelan, dimaksudkan untuk menarik perhatian penonton agar
segera berkumpul, kemudian dari balik layar keluarlah beberapa
orang penari wanita (ronggeng) mempertunjukkan
kebolehannya dalam menari. Pada acara ini biasanya
dimanfaatkan oleh para penonton untuk bergabung ikut menari
berpasang-pasangan sampai beberapa lagu yang telah dibeli
atau dipesan para penonton.
Beberapa tempat wisata yang ada di Pandeglang antara lain
:Taman Nasional Ujung Kulon, Pantai Ciputih, Pantai Tanjung
Lesung, Pantai Kalicca, Pantai Panimbang, Pulau Umang, Pulau
Oar, Pantai Carita, Pemandian Alam Cikoromoy, Pemandian
Air Panas Cisolong, Situ Cikedal, Cikole, Masjid Caringin,
Masjid Carita, Prasasti Muruy, Gedung Kodim Pandeglang,
Pendopo Kabupaten Pandeglang, Gedung Penjara Pandeglang,
Menara Air Pandeglang, Menhir Sanghyang Heuleut, Batu

30
Ranjang, Prasasti Munjul, Situs Gunung Cupu, Batu Sorban,
Menhir Batu Lingga, Menhir Pasir Peteuy, Sanghyang
Dengdek, Batu Bergores Cidaresi, Situs Batu Goong, dan lain
sebagainya.

B. Bahasa

Penduduk asli yang hidup di Provinsi Banten berbicara


menggunakan dialek yang merupakan turunan dari bahasa Sunda
Kuno. Dialek tersebut dikelompokkan sebagai bahasa kasar dalam
bahasa Sunda modern, yang memiliki beberapa tingkatan dari tingkat
halus sampai tingkat kasar (informal), yang pertama tercipta pada
masa Kesultanan Mataram menguasai Priangan (bagian tenggara
Provinsi Jawa Barat). Namun demikian, di Wilayah Banten Selatan
Seperti Lebak dan Pandeglangmenggunakan Bahasa Sunda Campuran
Sunda Kuno, Sunda Modern dan Bahasa Indonesia, di Serang dan
Cilegon, bahasa Jawa Banten digunakan oleh etnik Jawa. Dan, di
bagian utara Kota Tangerang, bahasa Indonesia dengan dialek Betawi
juga digunakan oleh pendatang beretnis Betawi. Di samping bahasa
Sunda, bahasa Jawa dan dialek Betawi, bahasa Indonesia juga
digunakan terutama oleh pendatang dari bagian lain Indonesia.

2.5 Upaya pelestarian Budaya Banten

Pentingnya menanamkan Budaya Banten harus dimulai sejak


dini, salah satunya yaitu Dinas Pendidikan Provinsi Banten harus
menerapkan Studi Kebudayaan Banten ke sekolah-sekolah yang ada di
Provinsi Banten dimulai dari bangku Sekolah dasar hingga Perguruan

31
Tinggi/Universitas, hal ini dimaksudkan sebagai pembekalan diri
khususnya untuk masyarakat Banten dan umumnya untuk masyarakat
pendatang baik yang berdomisili di banten maupun tidak, dan sebagai
bentuk kepedulian dunia pendidikan di Provinsi Banten dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan di bidang kebudayaan Banten.
walau tidak mudah upaya-upaya pelestarian budaya kita harus
tetap gencar dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah
pementasan-pementasan seni budaya tradisional di berbagai pusat
kebudayaan atau tempat umum yang dilakukan secara
berkesinambungan. Upaya pelestarian itu akan berjalan sukses apabila
didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan adanya
sosialisasi luas dari media massa termasuk televisi. Maka cepat atau
lambat, budaya tradisional kembali akan bergairah

32
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan


Kebudayaan merupakan hasil budi daya manusia, ada yang
mendefinisikan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
Karya manusia menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan,
sedangkan rasa mewujudkan segala norma dan nilai untuk mengatur
kehidupan dan selanjutnya cipta merupakan kemampuan berpikir
kemampuan mental yang menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan
(Selo Sumarjan dan Sulaiman S.)

B. Saran

Kita sebagai generasi muda jangan buta terhadap warisan


kebudayaan nusantara, salah satunya yaitu kebudayaan banten yang
memiliki nilai sejarah serta nilai nilai lainnya. Perlu dukungan dari
pemerintah supaya kebudayaan banten tidak hangus ketinggalan
jaman. penulis mengajak marilah kita lestarikan dan kita tanamkan
sendi – sendi kebudayaan di dalam diri kita serta Perlu diadakannya
penelitian lanjut mengenai kebudayaan Indonesia terutama
kebudayaan Banten, untuk mengetahui seluk beluk sejarah dan
perkembangan kebudayaannya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Banten. Tersedia dari:


https://bantenprov.go.id/
[URL dikunjungi pada tanggal 24 Februari 2017, 13:28 WIB]

TINJAUAN MENGENAI PENGEMBANGAN DESA WISATA YANG


MENGUSUNG KARAKTER BUDAYA LOKAL. Tersedia dari:
http://e-journal.uajy.ac.id/7092/3/2TA13569.pdf
[URL dikunjungi pada tanggal 23 Februari 2017, 20:28 WIB]

Keberagaman Kebudayaan Banten. Tersedia dari:


http://suviyah2.blogspot.co.id/2016/12/keberagaman-kebudayaan-
banten.html
[URL dikunjungi pada tanggal 23 Februari 2017, 21:01 WIB]

34

Anda mungkin juga menyukai