Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

FCC

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI DAN STRATEGI KONSEP FAMILY CENTERED CARE PADA

HOSPITALISASI ANAK PRA SEKOLAH

Arie Kusumaningrum PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya ABSTRAK


Hospitalisasi pada anak pra sekolah akan menimbulkan ketidaknyamanan. Anak pra sekolah
akan merasa kehilangan berkaitan dengan keterbatasan fisik, kehilangan rutinitas,
ketergantungan, takut cedera dan nyeri pada tubuh. Perpisahan dalam hal ini akan
mempengaruhi anak yang menganggap hal tersebut sebagai perasaan ditinggalkan.
Hospitalisasi ini meningkatkan ansietas perpisahan pada anak.

Konsep Family-Centered Care (FCC) sebagai filosofi dalam memberikan pelayanan


keperawatan di Rumah Sakit merupakan pendekatan yang bisa dilakukan karena dalam
pendekatan ini terjadi hubungan timbal balik antara penyedia pelayanan, pasien dan keluarga
sehingga akan meminimalkan konflik. Aplikasi family centered care anak pra-sekolah yang
mengalami hospitalisasi melibatkan kebijakan, fasilitas dan perawat. Kebijakan terkait
dengan jam kunjung, pre konseling, dan prosedur. Sedangkan fasilitas meliputi ruang
pengkajian khusus anak, bed orang tua, longue, foto, telepon, ruang bermain, perpustakaan
dan ruang konsultasi. Sedangkan perawat yang perlu diperhatikan adalah pakaian, metode
penugasan, dan pelatihan rutin. Strategi dan evaluasi yang dapat dilaksanakan adalah
sosialisasi FCC, pilot project, evaluasi pilot project dan aplikasi pada unit yang lebih besar.
Kesimpulan bahwa penerapanan family centered care dalam perawatan pra-sekolah
melibatkan semua aspek dari kebijakan, fasilitas dan perawat (staf) menjadi satu-kesatuan
sinergi dalam perawatan anak. Kata kunci: family centered care, pra sekolah, hospitalisasi,
asuhan keperawatan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Konsep sehat sakit menjelaskan manusia bahwa manusia berada pada suatu
rentang sehat pada suatu ujung dan sakit pada ujung yang lain. Semua orang dalam
segala tingkatan usia termasuk usia pra sekolah mengharapkan hidup sehat dan
terhindar dari berbagai penyakit. Namun demikian manusia pernah merasakan sakit,
dan salah satu upaya pengobatan itu adalah dengan hospitalisasi. Hospitalisasi pada
anak pra sekolah akan menimbulkan ketidaknyamanan. Anak pra sekolah akan
merasa kehilangan berkaitan dengan keterbatasan fisik, kehilangan rutinitas,
ketergantungan, takut cedera dan nyeri pada tubuh. Perpisahan dalam hal ini akan
mempengaruhi anak yang menganggap hal tersebut sebagai perasaan ditinggalkan.

Hospitalisasi ini meningkatkan ansietas perpisahan pada anak.1 Konsep


Family-Centered Care sebagai filosofi dalam memberikan pelayanan keperawatan di
Rumah Sakit merupakan pendekatan yang bisa dilakukan karena dalam pendekatan
ini terjadi hubungan timbal balik antara penyedia pelayanan, pasien dan keluarga
sehingga akan meminimalkan konflik yang selama ini timbul sebagai akibat
kurangnya informasi dan komunikasi. Family-Centered Care dapat dipraktekkan
dalam segala tahapan usia dan berbagai macam latar belakang.

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep keluarga Keluarga adalah dua orang atau lebih yang mempunyai
hubungan secara biologis, legal emosional.2 Keluarga bisa besar, kecil, inti, extend,
multi-generasi, satu orang tua, dua orang tua, dan kakek nenek. Tinggal dalam satu
atap rumah atau lebih. Keluarga dapat dalam jangka waktu tertentu, beberapa minggu,
permanen dan selamanya. Menjadi bagian dalam keluarga dengan cara melahirkan,
adopsi, pernikahan, adanya hubungan saling menguntungkan. Keluarga menciptakan
kultur dari diri sendiri yang berinteraksi dengan nilai-nilai yang berbeda dan dengan
cara yang unik mewujudkan mimpinya. Secara bersama, keluarga kita akan menjadi
sumber kekuatan kultual dan spiritual.

Keluarga akan berkembang dan membentuk tetangga, komuniti, wilayah, dan


negara.3 Dalam pendekatan Family-Centered Care keluarga mempunyai tingkat
kedekatan dan keterlibatan dalam pelayanan kesehatan. Dalam Family-Centered Care
keluarga diharapkan membuat keputusan terkait dengan pasien dan pemberi
pelayanan kesehatan.

Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit
keluarga4 . Berikut beberapa alasan mengapa keluarga harus dilakukan kerjasama
dalam perawatan:

a. Disfungsi dalam satu anggota keluarga akan mempengaruhi yang lain.

b. Ada hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatannya.


c. Melalui perawatan bersama dengan keluarga yang berfokus pada
peningkatan, perawatan diri, pendidikan kesehatan dan konseling keluarga dapat
mengurangi resiko yang diciptakan oleh pola hidup dan bahaya lingkungan.

d. Upaya menemukan masalah e. Keluarga merupakan sistem pendukung yang


vital bagi individu-individu Family-Centered Care Family-Centered Care
didefinisikan oleh Association for the Care of Children's Health (ACCH) sebagai
filosofi dimana pemberi perawatan mementingkan dan melibatkan peran penting dari
keluarga, dukungan keluarga akan membangun kekuatan, membantu untuk membuat
suatu pilihan yang terbaik, dan meningkatkan pola normal yang ada dalam
kesehariannya selama anak sakit dan menjalani penyembuhan (Johnson, Jeppson, &
Redburn, 1992)

Sejarah Family-Centered Care Pada tahun 1987, ACCH mengidentifikasi


adanya delapan element Family-Centered Care (Shelton et al., 1987)5 yang
dikemukanakn oleh C. Everest Koop dalam Surgeon General's Report: Children With
Special Health Care Needs (U.S. Department of Health and Human Services, 1987)5 .
Sejak saat itu, definisi Family-Centered Care telah mendapatkan perhatian social dan
cultural dari keluarga (Johnson et al., 1992)5 dan mendukung peran administrasi para
staff. Family-Centered Care tidak hanya di peruntukkan pada standar praktik
perawatan pada anak sakit tetapi juga didukung USA dengan tindakan yang dilakukan
legislatifnya pada Maternal Child Health Block Grant Amendments in the Omnibus
Budget and Reconciliation Act of 1989, the Individuals with Disabilities Education
Act, the Developmental Disabilities Assistance and Bill of Rights Act, and the Mental
Health Amendments of 1990 (Johnson et al., 1992) 5

Alasan dilakukan Family-Centered Care2

1. Membangun sistem kolaborasi daripada kontrol.

2. Berfokus pada kekuatan dan sumbersumber keluarga daripada kelemahan


keluarga

3. Mengakui keahlian keluarga dalam merawat anak seperti sebagaimana


profesional

4. Mebangun pemberdayaan daripada ketergantungan


5. Meningkatkan lebih banyak sharing informasi dengan pasien, keluarga dan
pemberi pelayanan dari pada informasi hanya diketahui oleh professional.

6. Menciptakan program yang fleksibel dan tidak kaku. Elemen Family-


Centered Care Sembilan element Family-Centered Care yang teridentifikasi oleh
ACCH (Shclton et al., 1987)5 :

1. Keluarga dipandang sebagai unsur yang konstan sementara kehadiran


profesi kesehatan fluktuatif

2. Memfasilitasi kolaborasi orang tua – professional pada semua level


perawatan kesehatan.

3. Meningkatkan kekuatan keluarga, dan mempertimbangkan metode-metode


alternative dalam koping.

4. Memperjelas hal-hal yang kurang jelas dan informasi lebih komplit oleh
orang tua tentang perawatan anaknya yang tepat.

5. Menimbulkan kelompok support antara orang tua.

6. Mengerti dan memanfaatkan sistem pelayanan kesehatan dalam memenuhi


kebutuhan perkembangan bayi, anak, dewasa dan keluarganya

7. melaksanakan kebijakan dan program yang tepat, komprehensif meliputi


dukungan emosional dan finansial dalam memenuhi kebutuhan kesehatan
keluarganya.

8. Menunjukkan desain transportasi perawatan kesehatan fleksibel, accessible,


dan responsive terhadap kebtuhan pasien

9. Implementasi kebijakan dan program yang tepat komprehensif meliputi


dukungan emosional dengan staff. Konsep dari Family Centered Care

1. Martabat dan kehormatan Praktisi keperawatan mendengarkan dan


menghormati pandangan dan pilihan pasien. Pengetahuan, nilai, kepercayaan dan latar
belakang budaya pasien dan keluarg abergabung dalam rencana dan intervensi
keperawatan
2. Berbagi informasi Praktisi keperawatan berkomunikasi dan
memberitahukan informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga denganbenar dan
tidak memihak kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima informasi
setiap waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan dan
pengambilan keputusan.

3. Partisipasi Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam perawatan


dan pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka buat.

4. Kolaborasi Pasien dan keluarga juga termasuk ke dalam komponen dasar


kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam pengambilan
kebijakan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi, desain fasilitas
kesehatan dan pendidikan profesional terutama dalam pemberian perawatan. Fokus
lama System-Centerd care2

(1) Konsep Keluarga dipertentangkan;

(2) Definisi keluarga masih dipertentangkan;

(3) Ketidakmampuan pasien dan keluarga;

(4) Majunya teknologi dan biomedis, meletakkkan nilai interaksi manusia


dalam perawatan kesehatan pada posisi bawah;

(5) dan digerakkan oleh sistem. Fokus baru Family-Centered Care

(1) Menghormati; (2) Kekuatan; (3) Pilihan; (4) Fleksibel; (5) Informasi; (6)
Support; (7) Kolaborasi; dan (8)Pemberdayaan

Keuntungan Keuntungan Family-Centered Care sebagai filosofi dalam


pemberi pelayanan dilaporkan dari berbagai literature. Dalam praktek Family-
Centered Care, kehidupan pasien ditingkatkan dengan memfasilitasi proses yang
adaptive pada anak yang dirawat di rumah sakit dengan keluarganya. Komunikasi
orang-tua dan pemberi pelayanan akan meningkat, sehingga kepuasan terhadap
pelayanan terbentuk dari orang tua yang lebih merasa percaya diri, dan kompeten
dalam memberikan perawatan pada anaknya. Meningkatkan financial dan hasil
perawatan yang berkualitas juga merupakan keuntungan dari Family-Centered Care
dengan terhindarnya lebih banyak uang untuk pembayaran perawatan jika tercipta
kolaborasi antara keluarga dan pemberi pelayanan dalam perawatan anak. (Als et al.,
1994; Buchlcr, Als, Duffy, McAnulty, & Liederman, 1995; Van Riper, 2001).5

Karakteristik pra-sekolah Anak pra-sekolah perkembangan bahasa, motorik


halus dan kasar serta sosialisasi meningkat. Anak berada pada tahap perkembangan
pre-konseptual dan intuitif menurut teori Piaget. Anak pada fase ini belum mampu
menggunakan penalaran yang logis. Anak berada pada fase falik dengan ketertarikan
pada alat genetal menurut teori psikoseksual Freud. Anak berada pada tahap inisiatif
versus guilt menurut teori psikososial Erikson. Anak mulai mengembangkan
kemampuan otonom dan mengeksplorasi kondisi disekelilingnya.

Tahap perkembangan moral berada pada tahap pre-konvensional dengan


orientasi hukuman dan perintah.6 Konsep hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu
proses yang mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit, menjalani terapi dan
perawatan sampai pemulangan kembali dari rumah sakit7 . Stressor dan reaksi anak
saat hospitalisasi Stressor pada anak pra-sekolah dirawat dirumah sakit adalah;

1) cemas perpisahan, 2) perasaan kehilangan kontrol, 3) nyeri dan cedera


tubuh8 . Reaksi anak pra-sekolah terhadap perpisahan adalah; 1) menolak makan, 2)
kesulitan tidur, 3) menangis, 4) menanyakan kapan orangtua akan menengok, 5)
menyendiri.

Ekspresi kemarahan pra-sekolah dimanifestasikan dengan merusak boneka,


menendang, menolak dilakukan tindakan. Perasaan kehilangan kontrol pada
prasekolah terjadi akibat pembatasan aktivitas, perubahan rutinitas, dan kondisi yang
menyebabkan ketergantungan8 .

Perasaan kehilangan kontrol mengakibatkan anak merasa kehilangan


kemampuan atau kekuatan dirinya. Pra-sekolah memiliki karakteristik egosentris dan
pemikiran magis. Karakteristik ini membatasi pemahaman anak, karena anak berfikir
dari sudut pandang dirinya sendiri. Anak mempersepsikan sakit adalah hukuman bagi
anak. Respon yang timbul pada anak pra-sekolah adalah malu, bersalah dan takut.
Anak pra sekolah memiliki pemikiran pre-operasional yang berarti penjelasan
diberikan pada anak untuk suatu kejadian yang nyata.

Pra-sekolah juga memiliki pemikiran transduktif, anak menggeneralisasikan


sesuatu. Apabila anak merasa disakiti oleh perawat, anak akan mempersepsikan
semua perawat menyakiti. Pemahaman anak terhadap nyeri dipengaruhi
perkembangan kognitif anak yang berada pada tahap pre-oprasional. Anak memahami
kejadian sakit berasal dari luar, takut disuntik karena berfikir semua darah akan
keluar, kehilangan anggota badan merupakan ancaman bagi anak seperti sirkumsisi,
pengambilan tonsil.

Anak akan mamampu melokakisasi nyeri dan perawat dapat menggunakan


skala nyeri untuk anak.8 Reaksi orangtua saat anak hospitalisasi Reaksi orang tua
terhadap kondisi anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya adalah; tidak
percaya, marah, berseih, takut, cemas, frustasi dan depresi. Faktor yang
mempengaruhi reaksi orang tua terhadap kondisi sakit anak adalah; keseriusan
penyakit, pengalaman hospitalisasi sebelumnya, prosedur medik, diagnosa dan
penatalaksanaan, support sistem, kekuatan ego, kemampuan koping, stres tambahan
dalam keluarga, keyakinan kultural dan religi, dan pola komunikasi diantara anggota
keluarga8 .

Sibling saudara kandung Reaksi sibling saudara kandung meliputi ketakutan,


cemburu, kespeian, marah dan bersedih. Faktor yang mempengaruhi sibling
diantaranya; perubahan pengalaman, perubahan pemberi perawatan, sedikit informasi
tentang saudara yang sakit, ancaman perubahan pengasuhan.8

PEMBAHASAN

Aplikasi family centered care anak prasekolah yang mengalami hospitalisasi


terdiri dari kebijakan, fasilitas dan perawat. Kebijakan terkait family centered care 1.
Jam kunjung Seiring dengan pemahaman keluarga sebagai sumber kekuatan dan
pendukung yang utama bagi anak, maka kebijakan tentang jam kunjungan, ijin
menemani anak selama dirawat harus disesuaikan dengan konsep Family-Centered
Care. Dalam konsep Family-Centered Care, keluarga dipandang sebagai unsur yang
konstan sementara kehadiran profesi kesehatan fluktuatif. Adalah sangat ideal jika
anak dapat didampingi selama 24 jam oleh orang tuanya.

Tidak perlu ada jam kunjung yang restrictive terhadap kenyamanan anak
terhadap orang tua. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan dalam kebijakan adalah
mengenai Visiting time, orang tua yang tinggal bersama anak di rumah sakit (Stay
with child), Waktu kunjungan untuk anak perlu diatur oleh pihak pembuat kebijakan
dirumah sakit secara arif, kunjungan untuk orang tua seharusnya tidak dibatasi.

Kunjungan dari sibling perlu diberikan, karena untuk meminimalkan


kecemburuan dan memberikan support system pada anak. Hal yang perlu diperhatikan
adalah kunjungan keluarga keruangan perawatan memperhatikan prinsip aseptik
dengan mencuci tangan sebelum dan setelah kunjungan, pemakaian baju khusus untuk
ruangan khusus dalam rangka meminimalkan infeksi nosokomial. Baju untuk
pengunjung dibuat menarik dengan motif dan corak yang cocok untuk anakanak. 2.

Pre- hospital Konseling Konseling yang dilakukan tenaga kesehatan kepada


orang tua dan anak, terkait dengan kebijakan, prosedur dan peraturan rumah sakit
sebelum anak dirawat. Konseling ini dilihat dari prinsip family centered care, petugas
kesehatan memberikan hak informasi yang jelas kepada klien dan keluarga.
Menghormati anak dan keluarga, bahwa mereka memiliki hak untuk bertanya. 3.
Prosedur (treatment) a. Mempertahankan perasaan mengkontrol Mempertahankan
kebebasan anak untuk bergerak Restrain untuk pemasangan intravena pada anak yang
kooperatif tidak diperlukan.

Hal ini akan memberikan kebebasan pada anak untuk bergerak, fasilitasi
dengan kursi roda pada anak yang mengalami kesulitan berjalan, agar dapat
berkeliling ruangan dengan pengawasan. Pemeriksaan fisik yang membutuhkan
pengekangan seperti pemeriksaan telinga dengan otoskopi, dapat melibatkan orang
tua untuk memegang posisi anak. Kehadiran orang tua akan meminimalkan
kecemasan, dan hal ini perawat menghargai hak anak. Pengaturan jadwal kegiatan
untuk anak

Mengatur jadwal aktivitas anak pada saat dirawat dengan melibatkan anak
dan orangtua. Pengaturan jadwal dengan berdasarkan aktivitas yang dilakukan
dirumah seperti jam mandi, makan, nonton televisi, bermain. Pengaturan jadwal ini
akan membantu anak beradaptasi, meningkatkan kontrol diri terhadap aktivitas selama
dirawat dan meminimalkan kejadian anak kekurangan istirahat, seperti; anak sedang
istirahat, kemudian ada suster yang memberikan tindakan pada anak, sehingga waktu
istirahat anak berkurang.
Fasilitasi kemandirian anak Anak dilibatkan dalam proses keperawatan dengan
melibatkan kemandirian melalui self care seperti; mengatur jadwal kegiatan, memilih
makanan, mengenakan baju, mengatur waktu tidur. Prinsip tindakan ini adalah
perawat respek terhadap individualitas pasien dan keputusan yang diambil pasien.
Berikan pemahaman atau informasi Anak pra-sekolah memiliki kemampuan kognitif
berfikir magis yang mengakibatkan kesalahan interpretasi terhadap sakit dan
perawatan.

Anak merasa sakit sebagai hukuman. Petugas kesehatan memberikan


informasi yang jelas tentang prosedur yang akan dilakukan, berikan kesempatan anak
memegang alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan, misalnya stetoskop. b.
Meminimalkan injuri dan nyeri Protap prosedur khusus/Standar operasional prosedur
atraumatic care Persepsi nyeri anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh
perkembangan kognitif anak yang berada pada tahap preoperasional dan fikiran
magis.

Prinsip tindakan pada anak pra-sekolah adalah atraumatik care. Adanya


prosedur khusus untuk perawatan di ruang anak yang membedakan dengan dewasa
akan meminimalkan ketakukan anak, misalnya melakukan prosedur dengan kegiatan
bermain terlebih dahulu. Perawat sebelum melakukan tindakan, hendaknya
menanyakan persepsi anak terhadap tindakan yang akan dilakukan. Tindakan
menyuntik dipersepsikan anak akan membuat darah mengalir keluar.

Perawat perlu menjelaskan pada anak, bahwa setelah tindakan injeksi selesai
dan bekas suntikan ditutup dengan plester, maka darah akan berhenti keluar. c.
Meminimalkan dampak pemisahan pada pra-sekolah Melibatkan orang tua dan
keluarga dalam perawatan anak Prinsip family centered care mendukung sepenuhnya
keterlibatan keluarga dalam perawatan anak, mulai dari pengkajian, perencananaan,
implementasi, evaluasi dan pembuatan kebijakan. Melibatkan orang tua dalam
perawatan anak akan memberikan pengalaman positif pada keluarga untuk merawat
anak, memahami reaksi anak selama sakit dan melakukan tindakan antisipasi dimasa
mendatang.

Mempromosikan self mastery Perawat membantu klien dengan menfasilitasi


pengalaman positif selama dirawat, sehingga peningkatkan perasaan otonomi anak,
mengidentifikasi kekuatan atau kompetensi anak selama penyembuhan dan dapat
digunakan sebagai dasar pengalaman untuk dimasa mendatang. Mempertahankan
sosialisasi Menfasilitasi terbentuknya support grup diantara orang tua dan anak,
sehingga orang tua dan anak mendapatkan dukungan dari lingkungan. Misalnya grup
orang tua dengan talasemia, grup anak dengan penyakit asma.

Perawat dapat menfasilitasi grup untuk tukar menukar pengalaman selama


merawat dengan anak, baik melalui kegiatan informal atau formal seperti seminar.
Fasilitas Ruangan pengkajian khusus untuk anak Pengadaan ruangan khusus yang
menjamin privacy orang tua untuk menjelaskan riwayat kesehatan anak akan
memberikan dampak orangtua tidak ragu-ragu, tidak khawatir informasi akan
didengar orang lain.

Kerahasiaan informasi dipertahankan oleh tenaga kesehatan. Setelah data


tentang anak didapatkan petugas kesehatan dapat melibatkan orangtua dalam
perencanaan asuhan keperawatan anak yang merupakan salah satu prinsip family
centered care. Selain itu terkait dengan konsep atraumatic care dan hospitalisasai,
maka ruang rawat anak perlu didekorasi (Room’s setting, colour, pictures) untuk
meningkatkan rasa nyaman toddler dan ruang tindakan harus dapat menurunkan
kecemasan toddler.

Diperlukan juga adanya ruangan bermain dan berbagai macam permainan


(Toys in pediatric room) untuk menunjang dan menstimulasi tumbuh kembang,
menurunkan stranger ansietas, takut dalam pain, dan hospitalization. Menyediakan
bed untuk penunggu Mempertahanakan fasilitas seperti bed untuk penunggu, bangku
untuk anak, dapur untuk anak, televisi, ruangan dicat dengan warna yang menarik
akan membuat atmosfer ruangan seperti dirumah sendiri8 . Kondisi ruangan yang
demikian akan meminimalkan kecemasan dan ketakutan anak terhadap lingkungan
yang asing.

Adanya bed untuk penunggu juga meminimalkan dampak pemisahan untuk


anak. Ruangan yang menjamin privacy anak diperlukan karena anak usia prasekolah
sudah mulai mengenal rasa malu, apabila tidak ada dapat digunakan tirai. Tempat
memajang foto keluarga Memajang foto keluarga, akan memberikan ketenangan pada
anak, karena anak merasa keluarga ada didekatnya. Foto keluarga dapat juga
digunakan perawat untuk mengkaji orang yang paling berperan sebagai support sistem
bagi anak. Lounge khusus untuk orang tua Adanya suatu tempat yang khusus bagi
orang tua untuk berkumpul akan memperkuat support system bagi orang tua. Orang
tua akan duduk di lounge khusus, bertemu dengan orang tua pasien yang lain,
bertukar ceritera dan pengalaman sambil membaca buklet yang disediakan merupakan
suatu pengalaman yang menghargai dan memperkuat kompetensi dan keahlian
keluarga dalam merawat anak. Penyediaan lounge untuk keluarga ini yang dilengkapi
dengan berbagai fasilitasnya perlu disediakan (Education center and facilities).

Idealnya ruang tersebut dilengkapi dengan kamar mandi untuk keluarga,


televisi, buku dan video panduan pendidikan anak (parenting book), dan mainan anak.
Fasilitas telefon untuk keluarga dan anak Mempertahankan kontak dengan orangtua
melalui telefon akan meminimalkan dampak pemisahan pada anak. Suara, intonasi
akan memberikan penguatan kepada anak.Apabila orang tua tidak berkunjung perawat
primer hendaknya mempertahankan kontak dengan anak. Menyediakan ruangan
bermain Pengadaan ruang bermain akan membantu anak beradaptasi selama
perawatan dirumah sakit. Kegiatan bermain akan memberikan stimulasi
perkembangan motorik halus, kasar, personal sosial dan bahasa pada anak. Kegiatan
bermain akan meimbulkan perasaan relaks pada anak, dan meminimalkan kebosanan
selama perawatan.

Anak dengan bermain diharapkan dapat mengekspresikan kekreatifan dan


perasaannya. Menyediakan perpustakaan untuk anak Pengadaan perpustakaan keliling
untuk anak, akan memberikan aktivitas pada anak-anak yang dirawat. Tindakan ini,
apabila dikaitkan dengan prinsip family centered care perawat menjamin anak
mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan, yaitu kebutuhan untuk belajar dan berfikir.
Fasilitas belajar dapat berupa buku, CD, player, video. Ruangan konsultasi untuk
orang tua Adanya ruangan konsultasi akan menjamin privasi dan keterbukaan orang
tua melakukan konsultasi pada perawat. Keluarga mendapatkan hak informasi secara
jelas, tidak bias dan tidak memihak.

Program pemberian informasi dilakukan sebagai program rutin diruangan,


seperti; penatalaksanaan anak dengan diabetes mellitus. Perawat Baju perawat
menarik Baju yang menarik untuk anak, dengan corak yang menarik akan
meminimalkan ketakutan anak terhadap perawat. Pembuat kebijakan di rumah sakit,
hendaknya menetapkan uniform khusus untuk perawat diruang anak, yang
menggambarkan cirri khas ruang perawatan anak. Metode penugasan Pemilihan
metode penugasan (Work method) juga tak kalah penting dalam penerapan Family-
Centered Care yang sejalan konsep perkembangan pra sekolah. Anak pada usia ini
membutuhkan interaksi dengan perawat yang sama agar dapat merasa nyaman.

Metode penugasan tim dapat dipertimbangkan untuk menerapkan konsep


otonomi dan initiative versus guilty pada anak Pelatihan berkala (in-house training)
Hal lain yang juga sangat penting untuk suksesnya penerapan Family-Centered Care
pada pra sekolah adalah pelatihan berkala bagi perawat (In-house training, growth and
development) tentang hal-hal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan
toddler. Pemahaman tentang konsep tumbuh kembang pra sekolah, hospitalisasi,
atraumatic care, teknik komunikasi pada pra sekolah dan lain lain sangat perlu
menjadi pengetahuan yang sudah terinternalisasi dan menjadi ciri khas dalam proses
perawatan pada pra sekolah.

B. Strategi dan evaluasi pelaksanaan family centered care pada anak prasekolah
1. Sosialisasi kepada pihak yang terlibat, terutama pembuat kebijakan 2. Aplikasi pilot
project pada area yang kecil dan evaluasi keberhasilan

a. Policy Evaluasi pelaksananan Family Ceneterd Care akan nampak pada adanya
Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam penerapan FCC misalnya dengan adanya
SOP komunikasi yang baik, inform consent, discharge planning dsb. Dan adanya
kebijakan yang mendukung dalam penerapan Family Centered Care merupakan
indikator suksesnya penerapan FCC pada pra sekolah.

b. Anak pra sekolah dan keluarga Dalam hal ini anak pra sekolah akan lebih nyaman
dengan menunjukkan tidak pernah atau jarang menangis, sehingga klien toddler tidak
perlu menambahkan obat-obatan seperti penenang, analgetik berlebihan dsb (Less
restless, less cry, less medication). Hal lain yang bisa dilihat adalah penurunan
kecemasan orang tua terhadap anaknya. Orang tua dan anak secara verbal atau
nonverbal menyatakan adanya penurunan kecemasan (Decrease anxiety, parent –
children). Dengan adanya kolaborasi antara keluarga dan perawat dan kerjasama yang
efektif maka kepulangan pasien akan lebih cepat (Discharge earlier) sehingga akan
mengurangi biaya perawatan di Rumah sakit dan kebutuhan pengobatan (Less cost).
Orang tua akan merasa lebih percaya diri dalam perawatan anaknya dan mempunyai
pemecahan masalah dalam menghadapi problem anaknya (Increase parent confidence
& problem solving).
Hal ini juga akan mempengaruhi penurunan kembalinya anak yang dirawat
kembali ke rumah sakit dengan penyakit yang sama (Less rehospitalization). Keluarga
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan merencanakan perawatan yang akan
dilakukan pada anak (Participating in design planning). Adanya rasa percaya diri dari
keluarga dan orang tua akan menumbuhkan semangat dalam terciptanya kelompok
pendukung yang terbentuk dari perasaan senasib, dan kepuasan (Parent-parent
support, family gathering).

c. Perawat dan Staff Perawat dalam melaksanakan Family Ceneterd Care akan
menunjukkan kinerja yang lebih baik dikarenakan adanya iklim dan suasana kerja
yang baik dengan adanya diskusi pengambilan keputusan bersama dalam perawatan
dan komunikasi yang baik antara perawat, klien dan keluarga. Perawat juga
mendapatkan metode penugasan dan pelatihan dalam menghadapi klien anak pra
sekolah. Sehingga hal ini akan berpengaruh pada kinerja yang lebih baik (Improve job
performance), dan berpengaruh pada turunnya perilaku perawat dan staf yang pindah
ke pekerjaan atau tempat yang lain karena sudah merasa nyaman di tempatnya bekerja
(Less staff turnover).

3. Pengembangan family centered care pada unit yang lebih besar KESIMPULAN
DAN SARAN

Penerapanan family centered care dalam perawatan pra-sekolah melibatkan


semua aspek dari kebijakan, fasilitas dan perawat (staf) menjadi satu-kesatuan sinergi
dalam perawatan anak. Proses perubahan dalam perawatan anak melibatkan semua
aktivitas perawatan dari prosedur penerimaan pasien, minimalkan kecemasan
perpisahan, minimalkan kehilangan kontrol, minimalkan injuri dan nyeri, kaji
pengalaman positif terkait dengan hospitalisasi. Strategi pelaksanaan FCC pada pra
sekolah memerlukan sosialisasi, pilot project dan evaluasi keberhasilan dan
pengembangan pada unit yang lebih besar. Rumah sakit perlu menetapkan kebijakan
penerapan family centered care dalam perawatan anak dan ditunjang dengan SOP/
standar operasional prosedur, sekaligus dengan penyiapan SDM, kerjasama lintas
sektoral termasuk dengan institusi pendidikan untuk pengembangan program ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Muscary, ME, (2001), Panduan Belajar Keperawatan Pediatric, Edisi 3,


(Alfrina Hany, SKp, Penerjemah) Jakarta: EGC. 2. Anonim. (2007). Family centered
care. diakses tanggal 7 September 2007 dari http://www.familycenteredcare.org 3.
Bissel C, “Family-Centered Care” oleh as retrieved on 12 Jul 2007 02:22:57 GMT.
http://communitygateway.org/faq/fcc.ht m 4. Friedman, MM, (1998), Keperawatan
Keluarga; Teori dan Praktik; Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 5. Petersen M,
F, Cohe J, Parsons V, (2004) Family-Centered Care: Do we Practice What We
Preach?, JOGNN July/Agustus 2004 6. Hockenberry, J.M. & Wilson, D. (2007).
Wong’s Nursing Care of Infants and Children”. (8th edition). Canada: Mosby
Company. 7. Supartini,Y. (2004). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta
;EGC. 8. Wong, D.L dan Hockenbery-Eaton. (2000), Nursing care of infants and
children. (6th ed.). Missouri;Mosby

Anda mungkin juga menyukai